Anda di halaman 1dari 9

ANGGARAN DASAR

IKATAN TUNANETRA MUSLIM INDONESIA


(ITMI)
ِ ‫الرِح‬
‫يم‬ َّ ‫الر ْحم ِن‬ ِ ‫بِس ِم‬
َّ ‫اهلل‬ ْ

ْْ ‫ضلْ لَ ْهُ َو َم‬


ْْ‫ن يُضْ ِلل‬ ْْ ‫ َم‬،‫ت أَ ْع َما ِلنَا‬
ْ َ َ‫ن َي ْه ِْد ّللاُْ ف‬
ِ ‫ل ُم‬ ْْ ‫ن ُشرُوْ ِرا ْنفُ ِسنَا َو ِم‬
ِْ ‫ن َسيِّئَا‬ ْْ ‫ّلل ِم‬ ّْ ِ ْ‫اِنْ ا ْل َح ْم َد‬
ِْ ‫ّلل نَحْ َم ُد ْهُ َْو نَ ْستَ ِع ْين ُ ْهُ َْو نَ ْستَ ْغ ِف ُر ْهُ َْو نَعُوْْ ُْذ ِبا‬
ْ‫ي نَا ُم َح ّمدْ َْو َعلَى الِ ِْه َواَصْ َحا ِب ِه‬
ِّْ ‫ك َعلَى نَ ِب‬ ِ َ‫ل َْو َسلِّ ْْم َوب‬
ْْ ‫ار‬ َ ْ‫ اَللهُم‬. ُ‫ّللا‬
ِّْ ‫ص‬ ْ ‫ل‬ ُْ ْ‫ّللاُ َْو نَ ْشهَ ُْد أَنْ ُم َحمدًا َرسُو‬ ْْ َ‫ نَ ْشهَ ُْد ا‬.ُْ‫ي لَه‬
ْ ْ‫ن ّلْ إِلَهَْ اَّل‬ ْ َ َ‫ف‬
َْ ‫ل هَا ِد‬
ِْ ‫ن تَبِ َْع هُدَاه باحْ َسانِْ ا َلى َيومِ ال ِّد ْي‬
. ‫ اَمْ بَ ْع ُْد‬. ‫ن‬ ْْ ‫ْاَجْ َم ِع‬
ْْ ‫ي َو َم‬

Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai agama yang hak dan sempurna
untuk mengatur peri kehidupan manusia sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah di muka Bumi
dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata karena Allah SWT. Kehidupan yang sesuai
dengan fitrahnya adalah paduan utuh antara aspek duniawi dan ukhrowi untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Atas berkat rahmat Allah SWT, bahwa tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa maupun memelihara fakir
miskin dan anak-anak terlantar, tidak terkecuali pada Tunanetra Muslim Indonesia yang masih
banyak dalam keadaan rentan terbelakang dan hidup dibawah garis kemiskinan, maka setiap
komponen negara dan atau masyarakat berkewajiban untuk memprakarsai dan mengambil inisiatif
secara patut dan optimal demi terwujudnya tujuan dimaksud.
Bahwa atas dasar keyakinan dan keikhlasan hati yang teguh, kokoh, dan utuh, maka kami
para Tunanetra Muslim Indonesia yang telah menyelenggarakan Musyawarah Nasional Tunanetra
Islam (MUNASTI) di Bandung pada tanggal 23 sampai dengan 25 Muharam 1420 H atau 9
sampai dengan 11 Mei 1999 M atas prakarsa Yayasan Himpunan Tunanetra Islam dan Kelompok
Tunanetra Muslim di Bandung, bermaksud bertekad bulat untuk mengikatkan diri dalam suatu
organisasi Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Untuk mewujudkan cita-cita luhur
tersebut, maka Musyawarah Nasional Tunanetra Islam (MUNASTI) menyepakati berdirinya
Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia yang selanjutnya disebut ITMI sebagai wadah perjuangan
untuk mewujudkan kehidupan para Tunanetra Muslim Indonesia yang lebih sejahtera, maju,
mandiri, adil, inklunsif, bebas kerentanan dan diskriminasi, berakhlak mulia, dan bermartabat serta
senantiasa beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. sesuai dengan tuntunan Rasullah SAW.
Untuk mencapai maksud tersebut diatas, maka didirikanlah organisasi ini dengan ketentuan
sebagai berikut:
BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1

Organisasi ini bernama Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia, disingkat ITMI.

Pasal 2

ITMI didirikan pada tanggal 25 Muharram 1420 H bertepatan dengan tanggal 11 Mei 1999 M.
Untuk waktu yang tidak di tentukan.

Pasal 3

(1) Kepengurusan/Kantor Sekretariat ITMI Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Republik


Indonesia atau di tempat lain yang ditetapkan dalam Muktamar ITMI;
(2) Kepengurusan/Kantor Sekretariat ITMI Wilayah (Provinsi) berkedudukan di Ibukota Provinsi
atau tempat lain yang ditetapkan dalam Musyawarah Wilayah ITMI di Provinsi yang
bersangkutan;
(3) Kepengurusan/Kantor Sekretariat ITMI Daerah berkedudukan di Kabupaten/Kota yang
bersangkutan.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 4

ITMI berasaskan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Pasal 5

ITMI bertujuan :
a. Menegakkan Syariat Islam.
b. Memperkuat Dakwah, Ukhuwah dan Jam’iah sehingga tercapai Kemuliaan Agama Islam
Tunanetra Muslim dan Umat Islam.
c. Menjalin Ukhuwah Islamiah dengan berbagai pihak berlandaskan Al–Qur’an dan As-Sunnah.
d. Meningkatkan kualitas Tunanetra Muslim Indonesia.
e. Meningkatkan peran serta aktif Tunanetra Muslim Indonesia dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan.

BAB III
STATUS, SIFAT DAN FUNGSI
Pasal 6

ITMI adalah organisasi kemasyarakatan yang menghimpun Tunanetra Muslim Indonesia dan orang
yang peduli terhadap perjuangan Tunanetra Muslim di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Pasal 7

ITMI bersifat Islami, Terbuka, Proaktif dan Independen.

Pasal 8

ITMI berfungsi sebagai :


a. Wadah pemersatu Tunanetra Muslim Indonesia.
b. Penampung dan penyalur aspirasi anggotanya.
c. Pembina Tunanetra Muslim.

BAB IV
KEANGGOTAAN

Pasal 9

Anggota ITMI terdiri dari :


a. Anggota Biasa.
b. Anggota Alhawary.
c. Anggota Kehormatan.

BAB V
PENDIRIAN ITMI WILAYAH DAN ITMI DAERAH

Pasal 10

(1) ITMI Wilayah didirikan apabila di suatu Provinsi telah memiliki sekurang-kurangnya tujuh
anggota.
(2) Pendirian ITMI Wilayah dilakukan dengan cara deklarasi/Musyawarah Wilayah.
(3) Panitia Pendirian ITMI Wilayah dikukuhkan oleh Ketua Umum.
(4) Ketua ITMI Wilayah hasil deklarasi/Musyawarah Wilayah dikukuhkan oleh Ketua Umum.
(5) Hasil-hasil keputusan pendirian ITMI Wilayah wajib dilaporkan dan disosialisasikan oleh
Ketua Wilayah kepada pihak-pihak terkait.

Pasal 11

(1) ITMI Daerah didirikan apabila di suatu Kabupaten/Kota telah memiliki sekurang-kurangnya
lima anggota.
(2) Pendirian ITMI Daerah dilakukan dengan cara deklarasi/Musyawarah Daerah.
(3) Panitia Musyawarah Daerah dikukuhkan oleh Ketua Wilayah.
(4) Ketua ITMI Daerah hasil deklarasi dikukuhkan oleh Ketua Wilayah.
(5) Hasil-hasil keputusan pendirian ITMI Daerah wajib dilaporkan dan disosialisasikan oleh Ketua
Daerah kepada pihak-pihak terkait.

BAB VI
JENJANG KEPEMIMPINAN ORGANISASI

Pasal 12

Majelis Syura merupakan lembaga tertinggi organisasi.

Pasal 13

Jenjang kepemimpinan organisasi terdiri dari :


a. Pimpinan Pusat;
b. Pimpinan Wilayah;
c. Pimpinan Daerah.

BAB VII
LEMBAGA PERMUSYAWARATAN

Pasal 14

(1) Lembaga Permusyawaratan dalam organisasi secara berjenjang terdiri dari :


a. Muktamar;
b. Musyawarah Wilayah;
c. Musyawarah Daerah;
d. Mudzakarah Nasional;
e. Mudzakarah Wilayah;
f. Mudzakarah Daerah;
g. Rapat-rapat.
(2) Lembaga Permusyawaratan dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ⅔ dari
jumlah yang dipersyaratkan.
(3) Keputusan Lembaga Pemusyawaratan dinyatakan sah apabila disetujui oleh peserta yang
hadir.

Pasal 15

(1) Muktamar adalah lembaga pemusyawaratan organisasi tingkat Pusat yang dilaksanakan setiap
lima tahun sekali, yang memiliki tugas dan wewenang Muktamar sekurang-kurangnya :
a. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
b. Menilai laporan kinerja Majelis Syura;
c. Menilai laporan kinerja Pengurus Pusat (PP);
d. Mengukuhkan pergantian dan/atau penambahan anggota Majelis Syura;
e. Menetapkan dan mengesahkan Ketua Umum;
f. Menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO).
(2) Musyawarah Wilayah adalah lembaga permusyawaratan organisasi tingkat Wilayah (Provinsi)
yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali, yang memiliki tugas dan wewenang sekurang-
kurangnya :
a. Menilai laporan kinerja Dewan Syura Wilayah;
b. Menilai laporan kinerja Pengurus Wilayah (PW);
c. Mengukuhkan pergantian dan/atau penambahan anggota Dewan Syura Wilayah;
d. Menetapkan dan mengesahkan Ketua Wilayah;
e. Menetapkan Garis-Garis Besar Program Kerja Pengurus Wilayah (PW).
(3) Musyawarah Daerah adalah lembaga permusyawaratan organisasi tingkat Daerah
(Kabupaten/Kota) yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali, yang memiliki tugas dan
wewenang sekurang-kurangnya :
a. Menilai laporan kinerja Dewan Syura Daerah;
b. Menilai laporan kinerja Pengurus Daerah (PD);
c. Mengukuhkan pergantian dan/atau penambahan anggota Dewan Syura Daerah;
d. Menetapkan dan mengesahkan Ketua Daerah;
e. Menetapkan Garis-Garis Besar Program Kerja Pengurus Daerah (PD).

Pasal 16

(1) Mudzakarah Nasional adalah lembaga permusyawaratan di tingkat Pusat yang diselenggarakan
sekurang-kurangnya sekali dalam satu masa jihad, yang memiliki tugas dan wewenang :
a. Mensosialisasikan capaian kinerja Majelis Syura;
b. Mensosialisasikan capain kinerja Pengurus Pusat;
c. Mensosialisasikan dan menetapkan Program Kerja Pengurus Pusat;
d. Mensosialisasikan Peraturan atau Kebijakan Organisasi;
e. Menetapkan Agenda Kerja Majelis Syura;
f. Menetapkan Agenda Nasional.
(2) Mudzakarah Wilayah adalah lembaga permusyawaratan di tingkat Wilayah yang
diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu masa jihad, yang memiliki tugas dan
wewenang :
a. Mensosialisasikan capaian kinerja Dewan Syura Wilayah;
b. Mensosialisasikan capain kinerja Pengurus Wilayah;
c. Mensosialisasikan dan menetapkan Program Kerja Pengurus Wilayah;
d. Mensosialisasikan Kebijakan Organisasi di tingkat Wilayah;
e. Menetapkan Agenda Kerja Dewan Syura Wilayah;
f. Menetapkan Agenda Wilayah setempat.
(3) Mudzakarah Daerah adalah lembaga permusyawaratan di tingkat Daerah yang diselenggarakan
sekurang-kurangnya sekali dalam satu masa jihad, yang memiliki tugas dan wewenang :
a. Mensosialisasikan capaian kinerja Dewan Syura Daerah;
b. Mensosialisasikan capain kinerja Pengurus Daerah;
c. Mensosialisasikan dan menetapkan Program Kerja Pengurus Daerah;
d. Mensosialisasikan Kebijakan Organisasi ditingkat Daerah;
e. Menetapkan Agenda Kerja Dewan Syura Daerah;
f. Menetapkan Agenda Daerah setempat;
g. Menyerap aspirasi seluruh anggota.

Pasal 17

Rapat-rapat dalam organisasi sekurang-kurangnya terdiri dari :


a. Rapat Kerja Pusat;
b. Rapat Kerja Wilayah;
c. Rapat Kerja Daerah;
d. Rapat-rapat lain.

Pasal 18

(1) Rapat Kerja Pusat merupakan rapat yang beranggotakan Majelis Syura dan Pengurus Pusat
(PP) dengan tujuan untuk menyusun Program Kerja ITMI di tingkat Pusat.
(2) Rapat Kerja Wilayah merupakan rapat yang beranggotakan Dewan Syura Wilayah dan
Pengurus Wilayah (PW) dengan tujuan untuk menyusun rancangan Program Kerja ITMI di
tingkat Wilayah.
(3) Rapat Kerja Daerah merupakan rapat yang beranggotakan Dewan Syura Daerah dan Pengurus
Daerah (PD) dengan tujuan untuk menyusun Program Kerja ITMI di tingkat Daerah.
(4) Rapat-rapat lain adalah rapat-rapat yang diselenggarakan di luar Muktamar, Musyawarah,
Mudzakarah dan Rapat Kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal empat belas sampai dengan
pasal tujuh belas Anggaran Dasar ini.

BAB VIII
HARTA KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 19

Harta kekayaan organisasi ITMI adalah segala benda, baik yang tetap maupun yang bergerak, uang
dan lain-lain, yang ada dan yang akan ada dan telah sah menjadi milik organisasi ITMI.

Pasal 20

Harta kekayaan organisasi ITMI diperoleh melalui :


a. Iuran anggota.
b. Hasil-hasil usaha yang halal dan sah.
c. Bantuan yang tidak mengikat.
Pasal 21

(1) Harta kekayaan organisasi ITMI dikelola oleh pengurus dan/atau badan dan/atau perseorangan
yang ditunjuk.
(2) Penunjukan sebagaimana dimaksud pada ayat satu ditetapkan dalam rapat pengurus.
BAB IX
LAMBANG

Pasal 22

(1) Warna yang terdapat pada lambang ITMI adalah putih, hitam, dan merah.
(2) Unsur-unsur yang terdapat pada lambang ITMI adalah ka’bah, tongkat putih, segi lima dan
tulisan ITMI.

BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 23

(1) Penyusunan rancangan perubahan diktum Anggaran Dasar ITMI dilakukan oleh Majelis Syura.
(2) Pengesahan perubahan diktum dalam Anggaran Dasar ITMI dilakukan dalam Muktamar ITMI.

Pasal 24

(1) Apabila terdapat diktum dalam Anggaran Dasar yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan As-
Sunnah, Majelis Syura berwenang untuk mengeluarkan Peraturan Pengganti.
(2) Peraturan Pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat satu dapat berupa surat keputusan atau
fatwa Majelis Syura.
(3) Peraturan pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat satu dan dua Majelis Syura bersifat
mengikat seluruh batang tubuh organisasi.

Pasal 25

(1) ITMI hanya dapat dibubarkan oleh Muktamar Luar Biasa yang diselenggarakan khusus untuk
maksud tersebut serta atas dasar rekomendasi Majelis Syura.
(2) Muktamar Luar Biasa sebagaimana dimaksud pada ayat satu pasal ini dinyatakan sah apabila
dihadiri sekurang-kurangnya oleh ⅔ dari peserta Muktamar yang dipersyaratkan.
(3) Keputusan Muktamar Luar Biasa tentang pembubaran organisasi ITMI dinyatakan sah apabila
disetujui sekurang-kurangnya oleh ¾ dari peserta Muktamar yang hadir.
(4) Dalam hal ITMI dibubarkan, segala harta kekayaan organisasi ITMI yang tersisa disalurkan
kepada usaha-usaha yang bertujuan untuk kemaslahatan umat sesuai dengan Syariat Islam.

BAB XI
ATURAN PERALIHAN

Pasal 26

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ITMI lebih lanjut akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
(2) Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

ٰ ِ‫والحمدِهللِرب‬
‫العلمين‬

Ditetapkan di : Cimahi
Pada tanggal : 23 Muharam 1441 H
23 September 2019 M

Pimpinan Sidang
MUNAS IV ITMI

Ketua Sekretaris

Aidin Zuhud Al Gifari, S.Ag

Anda mungkin juga menyukai