Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BACA TULIS BRAILLE

TEKNOLOGI INFORMASI BAGI


PENYANDANG HAMBATAN
PENGLIHATAN (LANJUTAN)

Dosen Pengampu:
Drs.H.Asep Ahmad Sopandi,M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 6 :
Fani mutiara aprilia 20003062
Elsia Sri Wahyuni 20003060

Keissar kindly adzaki 20003041

Berlina Anisa Putri 20003055


Fitriza Yunisa 20003014

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunianya sehingga mendapat petunjuk dan kesabaran dalam
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa salawat beserta salam semoga Allah SWT
curahkan selalu kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari alam kegelapan menuju alam yang diridhainya.

Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah anak kurikulum
dan pembelajaran ini, atas bimbingan dan masukan serta ilmu pengetahuan pada mata
kuliah ini. Kami ucapkan terima kasih pula kepada teman-teman yang selalu
memberikan saran serta masukan kepada kami untuk tercapainya penulisan yang sesuai
dengan tatanan yang telah ditentukan.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini dapat dipahami bagi
pembaca. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun
yang membacanya. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan penulisan yang
kurang berkenan.

Padang, 20 November 2021

ii
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Komputer berbicara............................................................................................... 2
B. Buku berbicara(digital talking book)..................................................................... 3
C. Mitranetra Electronic Dictionary
(MED).................................................................................................................. 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 6
B. Saran ............................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tunanetra memiliki keterbatasan dalam kondisi fisiknya yaitu adanya hambatan


penglihatan dalam melakukan segala aktivitas sehari-hari, tunanetra menggunakan
pendengaran, perabaan dan penciuman dalam menjalankan aktivitasnya. Pada
dasarnya anak tunanetra sama dengan anak-anak yang lain pada umumnya seperti
kebutuhan jasmani dan rohani, akan tetapi yang membedakan antara anak tunanetra
dengan anak lainnya adalah kelainan atau gangguan yang disandangnya.anak
tunanetra memiliki keterbatasan dalam menerima rangsangan atau informasi dari luar
dirinya melalui indera penglihatannya, maka pengenalan atau pengertian terhadap
dunia luar anak, tidak dapat diperoleh secara lengkap dan utuh. Sehingga
perkembangan kognitif anak tunanetra cenderung terhambat dibandingkan dengan
anak-anak normal pada umumnya. Hal ini disebabkan perkembangan kognitif tidak
saja dengan kecerdasan atau kemampuan intelegensinya, tetapi juga dengan
kemampuan indera penglihatannya.

Indera penglihatan ialah salah satu indera penting dalam menerima informasi yang
datang dari luar dirinya. Sekalipun cara kerjanya dibatasi oleh ruang, indera ini
mampu mendeteksi objek pada jarak jauh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Komputer berbicara ?
2. Apa Buku berbicara(digital talking book)?
3. Apa Mitranetra Electronic Dictionary (MED)?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komputer berbicara
a. Program JAWS

JAWS adalah salah satu dari pembaca layar screen reader yang merupakan merek dagang
dari screen reader yang diproduksi oleh the Blind and Low Vision Group (Freedom
Scientific) di Petersburg, Florida,Amerika Serikat.20 Pertama kali dirilis pada tahun 1989
oleh Ted Hunter bersama rekannya, Rex Skipper. Versi asli dibuat untuk sistem operasi
MS-DOS yang memungkinkan tunanetra untuk menggunakan program berbasis teks.
Ketika sistem operasi MS-DOS mulai ditinggalkan karena perubahan Microsoft Windows
maka dibuatlah JFW (JAWSfor Windows).
Perusahaan Freedom Scientific memproduksikan JAWS utuk mencari keuntungan, hal itu
karena harga dari screen reader ini tergolong sangat mahal mencapai $1200, namun semua
itu tentu sebanding dengan berbegai fasilitas yang ada di dalamnya.
Pembacaan teks pada Screen Reader dapat disesuaikan dengan pengguna. Bisa perhuruf,
perkata atau perkalimat, sehingga dapat menghindari kesalahan dalam pengetikan yang
biasa dilakukan oleh tunanetra. Kecepatan membaca Screen Reader juga bisa diatur,
semakin mahir sesorang menggunakan Screen Reader maka semakin cepat pengaturan
Screen Reader. Oleh karena itu Screen Reader dapat digunakan baik untuk bekerja dengan
aplikasi seperti MS. Office, aplikasi e-mail, chatting via Yahoo, Messenger atau hanya
sekedar browsing dengan internet.
Mengaktifkan secara otomasi yaitu JAWS akan secara otomatis berjalan begitu
menyalakan komputer sehingga tidak perlu lagi memanggilnya. Jalankan terlebih dulu
JAWS secara manual (jika belum membukanya).
a. Tekan Alt-tab sampai komputer mengatakan “JAWS”, untuk memindahkan fokus ke
arah JAWS. Jika sudah ditekan Alt-tab beberapa kali komputer tidak menyebutkan
“JAWS”, harus melakukan langkah-langkah berikut:
b. Tekan Insert-J.
c. Tekan panah kanan sekali, komputer akan mengatakan “Menu Basic”, tekan enter.
d. Tekan tab beberapa kali sampai komputer mengatakan “Run JAWS from system Tray
check Box not check”.
e. Tekan spasi satu kali untuk memberi tanda check, tekan enter.
f.Restart ulang komputer anda. Setelah komputer kembali ke layar desktop dan program
JAWS sudah berjalan, baru tekan Alt-tab sampai komputer mengatakan “JAWS”.
g. Tekan Alt, huruf o, huruf b, untuk membuka kotak dialog Basic.
h. Tekan tab beberapa kali sampai komputer mengatakan “Automatically start JAWS
check box not check”.
i.Tekan spasi untuk mengubahnya menjadi check, tekan enter.
j.Booting ulang komputer, maka JAWS akan secara otomatis berjalan seiring dengan
munculnya program Windows.
k. Jika ingin JAWS tidak lagi berjalan secara otomatis, lakukan kembali cara di atas untuk
membatalkan (unselect) opsi Run JAWS First.

Menginput perintah pada JAWS untuk membacakan informasi dilayar sebagai berikut:
a. Panah atas untuk membaca satu yang berada di atas.
b. Panah bawah untuk membaca satu barisan yang berada di bawah.
c. Panah kanan dan kiri untuk membaca satu karakter di sebelah kanan dan kiri.
2
d. Ctrl + panah atas untuk membaca satu paragraf di atas
e. Ctrl + panah bawah untuk membaca satu paragraf di bawah
f. Ctrl + kanan dan kiri untuk membaca satu kata di setelah dan disebelum kursor yang
dibacakan

b. Digital Accessible System(DAISY) player

DAISY ( Digital Accessible Information System ) adalah standar teknis untuk buku audio
digital, majalah dan teks komputerisasi. DAISY dirancang untuk menjadi pengganti audio
lengkap untuk materi cetak dan dirancang khusus untuk digunakan oleh orang-orang
dengan "cacat cetak", termasuk kebutaan, gangguan penglihatan, dan disleksia .
Berdasarkan MP3 dan XML , format ini memiliki fitur-fitur canggih selain buku audio
tradisional. Pengguna dapat mencari, menempatkan bookmark, menavigasi baris demi
baris dengan tepat, dan mengatur kecepatan bicara tanpa distorsi. DAISY juga
menyediakan tabel, referensi, dan informasi tambahan yang dapat diakses secara aura. [ 1
]Akibatnya, DAISY memungkinkan pendengar tunanetra untuk menavigasi sesuatu yang
kompleks seperti ensiklopedia atau buku teks , jika tidak mungkin menggunakan rekaman
audio konvensional. [ 2 ]

Multimedia DAISY dapat berupa buku, majalah, surat kabar, jurnal, teks komputerisasi
atau presentasi teks dan audio yang sinkron. [ 3 ] Ini menyediakan hingga enam "tingkat
navigasi" tertanam untuk konten, termasuk objek yang disematkan seperti gambar, grafik,
dan MathML . Dalam standar DAISY, navigasi diaktifkan dalam struktur berurutan dan
hierarkis yang terdiri dari teks ( yang ditandai ) yang disinkronkan dengan audio. [ 4 ]
DAISY 2 didasarkan pada XHTML dan SMIL . [ 5 ] DAISY 3 adalah teknologi yang
lebih baru, juga berbasis XML, dan distandarisasi sebagai ANSI /NISO Z39.86-2005.[ 6 ]

Konsorsium DAISY didirikan pada tahun 1996 dan terdiri dari organisasi internasional
yang berkomitmen untuk mengembangkan akses informasi yang adil bagi orang-orang
yang memiliki disabilitas cetak. [ 7 ] Konsorsium tersebut dipilih oleh National
Information Standards Organization (NISO) sebagai lembaga pemeliharaan resmi untuk
Standar DAISY/NISO

B. Buku berbicara(digital talking book)

Digital Talking Book adalah buku yang dapat “berbicara” yang merupakan hasil rekaman audio
dari buku-buku pelajaran yang dikemas dalam bentuk CD atau file. Untuk menggunakannya, para
siswa penyandang tunanetra cukup mendengarkan rekaman audio yang berisi materi pelajaran.
Siswa penyandang tunanetra memungkinkan untuk mendengarkan rekaman di bab, halaman, atau
paragraf tertentu, atau dapat mengulang sesuai dengan yang diinginkan. Digital Talking Book
sendiri sebenarnya merupakan penyempurnaan dari model perekaman analog yang menggunakan
pita kaset (talking book). Perekaman dalam bentuk kaset dianggap sudah tidak memungkinkan lagi
karena dalam satu judul buku misalnya, membutuhkan jumlah kaset yang lebih banyak.Sebuah
konsorsium yang bernama “DAISY Consortium”, dengan anggotanya yang terdiri dari para pakar
perpustakaan-perpustakaan khusus di seluruh dunia dan perusahaan- perusahaan yang bergerak
dalam bidang teknologi, telah berhasil mengembangkan teknologi DTB dan membuat standarisasi
dalam hal file DTB yang disebut dengan standar DAISY (Digital Audio Based-information
System) www.daisy.org/about_usDAISY Consortium “About Us”,) .

Di dalam DTB, informasi audio (file audio digital) disusun sedemikian rupa secara bertingkat
sesuai dengan levelnya menurut format/standar DAISY, berdasarkan struktur buku aslinya.
3
Misalnya, apabila sebuah buku terdiri dari bab, sub-bab, dan paragraf, DAISY menempatkan bab
pada level yang paling tinggi dan menempatkan paragraf pada level paling rendah, dengan cara
memberikan kode-kode tertentu yang dapat dibaca atau dimengerti oleh player.

File DTB direkam dengan menggunakan software recorder khusus yang diinstal ke dalam
komputer personal. File ini disimpan di dalam hardisk dan dapat ditransfer ke dalam CD (Compact
Disc) untuk didistribusikan kepadapengguna. Generasi baru DTB ini akan menjadi media alternatif
bagi tunanetra dalam mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan. Kebutuhan untuk
teknologi DTB tampaknya akan semakin meningkat. Sebagai gambaran tentang aksesibilitas di
sektor e-book, Ken Petri (2012) memperkirakan bahwa setidaknya 5 persen, atau mungkin juga
sampai 10 persen dari semua orang Amerika, memiliki semacam cacat cetak. Meskipun jumlah
pengguna DTB sangatlah potensial, dan didukung oleh kemajuan teknologi di bidang talking book,
namun penelitian di area ini masih sangat sedikit. Literatur tentang DTB terutama perhatian dari
para pemangku kepentingan profesional dan organisasi non-profit sangat terbatas. Seringkali,
perspektif yang digunakan adalah perspektif teknologi, bukan perspektif pengguna. Kondisi yang
demikian inilah yang setidaknya merupakan kesan yang diperoleh selama penulisan laporan yang
dihasilkan oleh peneliti asal Swedia, Lundh (2013).

Beberapa alasan mengenai kecenderungan memilih buku Braille daripada DTB adalah karena
dianggap lebih mudah, ekonomis, dan cepat. Jika menggunakan DTB, informan hanya
mendengarkan orang bicara tentang materi. Berbeda dengan belajar melalui Braille di mana
informan berinteraksi langsung dengan tulisan sehingga kegiatan belajar dirasakan menjadi lebih
mengena. hampir tidak ada materi yang sulit dipahami jika memakai Braille. Belajar melalui
Braille justru membuat informan dapat menggunakan indera perabanya secara optimal sehingga
mampu mengingat materi pelajaran lebih cepat. Kondisi yang demikian ini diumpamakan seperti
orang berpenglihatan normal yang mempunyai indera penglihatan yang lebih baik untuk
mengingat. Belajar melalui Braille mempunyai kelemahan apabila digunakan untuk membaca
tulisan yang agak panjang, di mana tangan akan terasa pegal karena harus terus bergerak dan
membutuhkan konsentrasi tinggi.

C. Mitranetra Electronic Dictionary (MED)

Meldict adalah kamus elektronik Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris yang khusus


dibuat untuk tunanetra. Meldict dikemas dalam CD, dan untuk memanfaatkannya,
tunanetra harus mengunakan komputer bicara, yaitu komputer yang dilengkapi dengan
perangkat lunak pembaca layar.

Dapat menggunakan kamus secara praktis, mudah dan mandiri adalah tantangan yang
dihadapi tunanetra saat mereka belajar bahasa Inggris. Ide untuk membuat kamus dalam
huruf Braille memang telah lama ada. Tapi, dalam prakteknya, khususnya di Indonesia,
produser buku Braille hanya dapat membuat “kamus saku” versi Braille, dengan jumlah
kata yang sangat terbatas
Sebagai perbandingan, 100 halaman buku biasa, akan menjadi sekurang-kurangnya 300
halaman buku Braille. Agar lebih praktis saat digunakan, biasanya buku Braille dengan
jumlah halaman lebih banyak dan lebih tebal harus dibuat dalam beberapa volume.
bagaimana jadinya jika ribuan kata berikut arti, sinonim, serta cara mengunakan kata
tersebut dan lain-lain yang ada dalam satu kamus dibuat dalam huruf Braille. Satu kamus
besar itu akan harus dibagi dalam puluhan volume, dan masing-masing volume pun harus
dibuat dalam bentuk buku yang tebal. Ini tentu sangat tidak praktis untuk digunakan.
Apalagi jika harus dibawa-bawa.kondisi inilah yang menjadi salah satu penyebab
kesulitan tunanetra saat belajar bahasa Inggris. Sementara, kita semua memahami, kamus
adalah salah satu pilar penting saat kita belajar bahasa.
4
Mempertimbangkan kesulitan dalam penggunaan kamus dalam huruf Braille, muncullah
ide untuk membuat kamus dalam bentuk elektronik khusus untuk tunanetra, yang dapat
dioperasikan dengan mengunakan komputer.
Pendekatan antara lain dilakukan ke Citibank; bank internasional ini memiliki program
bertajuk “Citibank Peka”. Pada awalnya, informasi yang Mitra Netra dapatkan dari
program social ini adalah bahwa korporasi ini menyediakan relawan dari para karyawan
mereka untuk membantu kegiatran pengembangan masyarakat. Olehkarenanya, ajakan
kerja sama yang Mitra Netra sampaikan adalah penyediaan relawan untuk membantu
proses entry data untuk kamus elektronik yang Mitra Netra desain.

Setelah melalui proses diskusi dengan para pengambil keputusan, akhirnya Citibank
menyepakati untuk membiayai sepenuhnya proses pembuatan kamus tersebut, berikut
acara peluncuran serta pelatihan-pelatihan untuk penggunaannya.

Sumber tunggal yang dipakai dalam pembuatan kamus ini adalah kamus Inggris-
Indonesia dan Indonesia-Inggris yang disusun oleh John Ecol dan Hasan Shadili. Ijin pun
Mitra Netra dapatkan dari Cornel University Press di Inggris sebagai pemegang hak cipta
atas kamus tersebut. Mitra Netra Electronic Dictionary (Meldict) adalah nama yang
diberikan untuk karya strategis yang satu ini.

Dibutuhkan waktu kurang lebih dua tahun untuk membuat Meldict. Meldict versi
pertama (inggris-Indonesia) diluncurkan pada awal tahun 2002, dan Meldict versi 2
(gabungan antara Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris) diluncurkan awal tahun 2003.

Setelah Meldict lahir dan tunanetra mulai memanfaatkannya, muncullah harapan baru
dari para tunanetra. Mereka yang mengambil studi bidang bahasa Inggris sudah tentu
membutuhkan kamus dengan kompilasi kata lebih banyak dan lebih lengkap; tidak hanya
Inggris-Indonesia, bahkan juga Inggris-Inggris.

5
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teknologi informasi bagi penyandang hambatan penglihatan (lanjutan) adalah sebagai berikut
Komputer berbicara adalah merupakan seperangkat komputer biasa yang telah dilengkapi dengan
program pembaca layar (screen reader). Buku berbicara(digital talking book)Digital Talking Book
adalah buku yang dapat “berbicara” yang merupakan hasil rekaman audio dari buku-buku
pelajaran yang dikemas dalam bentuk CD atau file. Untuk menggunakannya, para siswa
penyandang tunanetra cukup mendengarkan rekaman audio yang berisi materi pelajaran. Meldict
adalah kamus elektronik Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris yang khusus dibuat
untuk tunanetra. Meldict dikemas dalam CD, dan untuk memanfaatkannya, tunanetra
harus mengunakan komputer bicara, yaitu komputer yang dilengkapi dengan perangkat
lunak pembaca layar.

B. SARAN

Semoga makalah ini mampu menambah wawasan baik bagi penulis ataupun pembaca mengenai
bentuk layanan khusus bagi peserta didik.

6
DAFTAR PUSTAKA

Nuraini Apriliana. (2015). Pemanfaatan Komputer Bicara Dalam Memenuhi Kebutuhan


Informasi Tunanetra Di Yayasan Mitra Netra. 12–34.

Alawiyah, T., & Hamad, I. (n.d.). Penerimaan informasi melalui digital talking book (pp.
13–29).
Lestari Eka, L. (2019). Mitranetra Electronic Dictionary (MELDICT). 34–68.

Anda mungkin juga menyukai