Anda di halaman 1dari 8

Pillar of Physics Education, Vol. 11.

No 1, Februari 2018, 65-72

PENERAPAN LKS BERBANTUAN VIRTUAL LABORATORY DALAM PEMBELAJARAN


INQUIRY TERBIMBING TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA

Putri Auliyani1) Ramli2) Zulhendri Kamus2)


1)
Mahasiswa Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
2)
Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
putriauliyani21@gmail.com, ramlisutan@ymail.com, zul_fi@fmipa.unp.ac.id

ABSTRACT
Physical learning is related to practicum activities. Practicum is conducted by students using virtual
laboratory. practicum activities that using virtual laboratory, requires student worksheet (LKS) and guided
inquiry model. The purpose of the using LKS assisted virtual laboratory in learning guided inquiry is to see the
effect on the student competences of class X SMA Negeri 5 Padang. The type of the research is quasi experiment
with posstest only. Population of the research is the students of class X SMA Negeri 5 Padang academic year
2017/2018. Sampling technique using purposive sampling technique. The research was conducted on student
competences, namely attitude, knowledge, and skill competencies. Instrument of research used observation sheet
for attitude competency, postest for knowledge competence, and performance rating sheet for competency skill.
The research data were analyzed by t test. The t test is performed for the competence of knowledge and skill,
while for the attitude competence is analyzed using graph. The result of data analysis for the student
competences after using LKS assisted by virtual laboratory in learning guided inquiry, the result obtained as
follows: 1) the average value of physics learning result in attitude competence has continuous improvement, 2)
the average value of physics learning result at both sample classes are 83.82 and 79.52 for knowledge
competence; 3) average physics learning outcomes in both sample classes are 85.71 and 82.06 for skill
competencies.

Keywords : Virtual Lab, LKS dan Model Inquiry Terbimbing

Kegiatan praktikum sangatlah penting dalam


PENDAHULUAN
pembelajaran fisika, dimana peserta didik melakukan
Kegiatan Pembelajaran berdasarkan kurikulum suatu percobaan untuk mengamati suatu fenomena
2013 lebih menekankan peningkatan soft skill dan fisika dengan menggunakan alat-alat fisika.
hard skill untuk ketiga kompetensi siswa. Untuk Sehingga, selain memperoleh pengetahuan siswa
tercapainya ketiga kompetensi tersebut maka siswa juga bisa mengembangkan kompetensi keterampilan
dituntut untuk belajar secara aktif dan mandiri atau yang dimiliki melalui kegiatan eksperimen. Kegiatan
lebih dikenal dengan istilah student center. Adapun praktikum sangat jarang dilakukan di sekolah SMA
upaya pemerintah untuk meningkatkan pendidikan di Negeri 5 Padang karena keterbatasan alat dan bahan
Indonesia, yaitu menyempurnakan kurikulum sekolah praktikum, padahal kegiatan praktikum sangat erat
menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dirancang kaitannya dengan pembelajaran fisika.
untuk mengembangkan ketiga kompetensi siswa. Berdasarkan hasil penelitian oleh Kurnia
Adapun tujuan dari perubahan kurikulum tersebut (2017)[1] di SMAN 5 Padang, mengatakan bahwa
adalah agar mampu menciptakan kondisi belajar terdapat berbagai informasi penyebab rendahnya
siswa yang aktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter hasil belajar yang dicapai peserta didik di SMA
sebagaimana yang dicita-citakan. Negeri 5 Padang, seperti: 1) peserta didik kurang
Ilmu fisika sangat menarik untuk dipelajari termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, sehingga
karena fenomena fisika dapat diamati dalam peserta didik tidak mengetahui manfaat dari materi
kehidupan sehari-hari. Ilmuan fisika telah mengkaji yang akan dipelajari, 2) dalam penyampaian materi,
fenomena-fenomena fisika tersebut sehingga dapat pendidik belum menggunakan metode yang
dihasilkan suatu konsep yang dapat dipelajari oleh bervariasi 3) penerapan metode belajar diskusi
manusia dan membantu manusia dalam melakukan kelompok yang kurang, sehingga peserta didik
suatu pekerjaan tertentu. Mata pelajaran fisika kurang dalam berinteraksi dengan peserta didik
mempelajari tentang perilaku alam berupa gejala fisis lainnya, 4) sumber belajar yang digunakan yaitu LKS
sehingga mudah dipahami dan dipelajari. Sehingga dan buku sumber yang dimiliki oleh beberapa siswa,
mempelajari fisika sangat berkaitan dengan konsep 5) penilaian masih berpatokan pada kompetensi
dasar fisika berdasarkan pemahaman dan pengetahuan sedangkan kompetensi sikap dan
pengamatan. keterampilan kurang diperhatikan, 6) kegiatan
Belajar fisika bukan hanya dengan membaca laboratorium dan penggunaan Teknologi Informasi
teori atau hukum fisika, tetapi juga dengan dan Komunikasi masih belum optimal walaupun
melakukan kegiatan praktikum di laboratorium.

65
sudah tersedia fasilitas berupa laboratorium fisika
dan laboratorium komputer.
Kegiatan pembelajaran fisika di sekolah lebih
menenkankan pada kegiatan praktikum. Oleh sebab
itu, kegiatan praktikum harus dilakukan oleh siswa
agar siswa dengan mudah memahami konsep-konsep
fisika melalui kegiatan pengamatan. Adapun
alternatif yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan
praktikum yaitu dengan menggunakan virtual
laboratory. Virtual laboratory adalah salah satu
media yang dimanfaatkan untuk kegiatan
pembelajaran fisika pada materi-materi fisika yang
kurang memilki alat untuk dilaksanakannya kegiatan
praktikum. Salah satu materi yang belum memiliki
alat untuk kegiatan praktikum adalah materi gerak
parabola dan gerak melingkar. Untuk itu, dibutuhkan Gambar 1. Gerak Parabola (PhET)
sebuah media sebagai pengganti kegiatan praktikum
riil. Salah satu media yang dapat digunakan adalah
virtual laboratory dengan aplikasi PhET yang dibuat
oleh University Of Colorado. Virtual Laboratory
adalah salah satu media yang memanfaatkan aplikasi
berupa simulasi PhET dan dapat digunakan dalam
kegiatan praktikum. Melalui virtual laboratory maka
kegiatan praktikum dapat terlaksana baik secara
offline ataupun online. Pembelajaran dengan
memanfaatkan aplikasi PhET dapat memudahkan
siswa dalam belajar baik di lingkuan sekolah ataupun
diluar lingkungan sekolah, Dengan demikian
simulasi PhET dapat mempermudah siswa untuk
melaksanakan praktikum.
Beberapa manfaat Virtual Laboratory menurut
Sartika (2016)[2] diantaranya:
a. Kegiatan praktikum dengan menggunakan virtual Gambar 2. Gerak Melingkar (PhET)
laboratory tidak memerlukan ruangan khusus
seperti laboratorium. Gambar 1 dan Gambar 2 merupakan salah satu
b. Dengan menggunakan virtual laboratory maka bentuk dari tampilan simulasi PhET pada materi
tidak memerlukan peralatan dan bahan untuk gerak parabola dan gerak melingkar yang dibuat oleh
praktikum seperti layaknya praktikum di University Of Colorado. Materi gerak parabola dan
laboratorium. gerak melingkar merupakan materi yang abstrak bagi
c. Kegiatan virtual laboratory tidak memerlukan siswa untuk diamati secara langsung. Melalui
biaya yang besar, hanya memanfaatkan simulasi PhET tersebut siswa dapat mengamati
komputer/netbook saja. fenomena fisika tentang materi gerak parabola dan
d. Kegiatan praktikum menggunkan virtual gerak melingkar. Adapun dampak positif penggunaan
laboratory maka memungkinkan siswa belajar simulasi PhET yaitu:
secara offline. a) Dapat membantu siswa dalam mengamati
e. Aplikasi untuk kegiatan praktikum menggunakan fenomena-fenomena fisika yang ditampilkan
simulasi PhET didesain layaknya kegiatan di melalui simulasi.
laboratorium. b) Dapat menambah pemahaman siswa tentang
PhET adalah software simulasi yang dapat konseptual melalui tampilan simulasi sehingga
diakses secara gratis (free software). Penggunaan siswa dengan mudah memahami materi.
PhET sebagai pengganti kegiatan laboratorium riil Menurut Sartika (2016)[2] mengatakan bahwa
maka peserta didik dihadapkan pada kegiatan dampak positif penggunaan simulasi PhET yaitu
praktikum menggunakan aplikasi PhET dengan mempermudah siswa dalam memahami suatu
design yang lebih menarik. fenomena yang bersifat abstrak. Melalui simulasi
tersebut siswa dapat menguji kebenaran konsep
fisika, karena simulasi telah didesain sedemikian
rupa untuk dapat digunakan siswa dalam proses
pembelajaran.

66
Untuk dapat menggunakan virtual laboratory oleh pendidik dalam penyelidikan konsep
maka sangat dibutuhkan lembar kerja siswa (LKS). berdasarkan sintaks dari inquiry. Bimbingan tersebut
Didalam LKS berisikan langkah-langkah percobaan diarahkan oleh pendidik biasanya berupa pertanyaan
untuk menggunakan virtual laboratory, sehingga dari suatu masalah yang akan dijadikan topik untuk
dapat memudahkan siswa dalam melaksanakan diselesaikan. Pertanyaan tersebut berupa penjelasan-
percobaan. LKS merupakan bagian dari bahan ajar penjelasan tentang suatu fenomena dan siswa dapat
yang berisikan materi pembelajaran dan langkah memperoleh jawaban dengan melakukan percobaan.
kerja untuk kegiatan diskusi ataupun praktikum siswa Pembelajaran dengan model inquiry terbimbing
yang dirancang berdasarkan pada kompetensi dasar diterapkan bagi siswa yang belum memiliki
yang akan dicapai. pengalaman belajar mandiri, sehingga perlu
LKS terdapat langkah-langkah percobaan atau bimbingan dari pendidik dalam belajar. Pada proses
kegiatan yang akan dikerjakan masing-masing siswa pembelajaran diberikan lebih banyak bimbingan,
dalam meningkatkan pengetahuan dalam usaha setelah siswa mulai memahami maka bimbingan
membentuk kompetensi siswa berdasarkan indikator tersebut dikurangi. Tipe yang kedua yaitu model
pembelajaran. LKS juga dapat didefinisikan sebagai inkuiri bebas. Model pembelajaran inquiry
bentuk bahan ajar yang berisikan informasi materi terbimbing diterapkan untuk siswa yang telah
dan petunjuk dalam kegiatan dikusi atau praktikum memiliki pengalaman belajar dengan model inkuiri.
yang akan dilakukan oleh siswa demi tercapainya Siswa harus mampu mengidentifikasi rumusan
kompetensi dasar siswa. Majid (2014)[3] masalah pada setiap pokok permasalahan yang akan
mengemukakan bahwa, ‘LKS merupakan rancangan diselidiki. Selama proses pembelajaran, bimbingan
kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa ‘’. yang diberikan pendidik sedikit sekali bahkan tidak
Prastowo (2011)[4] menjelaskan beberapa fungsi ada. tipe yang ketiga model inkuiri bebas
LKS bagi siswa sebagai berikut: termodifikasi merupakan gabungan dari inkuiri bebas
1) LKS dapat digunakan sebagai petunjuk belajar dan inkuiri terbimbing. Pada model pembelajaran ini
sehingga dapat membantu peran pendidik dan tidak ada lagi bimbingan dalam belajar, artinya
lebih mengaktifkan siswa; sepenuhnya pembelajaran didominasi oleh siswa.
2) LKS dapat digunakan sebagai petunjuk dalam Namun yang akan menjadi topik permasalahan untuk
kegiatan pembelajaran baik secara diskusi diselidiki berpedoman pada kurikulum.
ataupun praktikum; Pembelajaran fisika menurut kurikulum 2013
3) LKS juga digunakan sebagai bahan ajar karena sangat memperhatikan ketiga kompetensi siswa.
terdapat materi ringkas dan latihan-latihan soal Kompetensi peserta didik dapat diukur melalui
untuk meningkatkan pemahaman siswa; pencapaian kompetensi peserta didik selama
Pembelajaran fisika lebih menekankan pada melakukan proses kegiatan pembelajaran. Siswa
kegiatan praktikum, sehingga pendidik harus dikatakan berhasil dalam belajar fisika jika terjadi
terampil dalam memilih model pembelajaran yang perubahan perilaku dan tingkatan berfikir. Melalui
sesuai. Pemilihan model sangat berguna bagi kegiatan praktikum menggunakan LKS dalam model
pendidik untuk membawa siswa dalam melakukan inquiry terbimbing diharapkan dapat tercapainya
eksperimen sehingga siswa dapat berfikir secara ketiga kompetensi siswa. Penelitian ini menggunakan
kritis untuk mencari dan menemukan konsep-konsep model inquiry terbimbing. Dipilihnya inquiry
fisika. Sehingga dengan pemilihan model diharapkan terbimbing karena siswa di SMA Negeri 5 Padang
tercapainya tujuan daripada pembelajaran. Sejalan sebagai sampel ialah kelas X. Dimana siswa kelas X
dengan Mulyasa (2008)[5] pembelajaran belum mengenal dan memahami pembelajaran
menggunakan model inquiry sangat sesuai digunakan dengan model inquiry. Oleh sebab itu, perlu adanya
untuk kegiatan penemuan konsep secara ilmiah. bimbingan dari peneliti untuk belajar.
Model inquiry menghadapkan siswa pada situasi
METODE PENELITIAN
untuk melakukan penemuan secara mandiri,
mengamati suatu fenomena yang terjadi, ingin Penelitian ini adalah eksperimen semu.
melakukan sesuatu, mengemukakan pertanyaan- Penelitian ini dikatakan eksperimen semu sebab
pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena belum terdapat ciri-ciri rancangan eksperimen
yang diamati, dan mencari hipotesis sendiri, serta sesungguhnya, hal ini dikarenakan ada variabel yang
mengkaitkan penyelidikan yang diperolah dengan diamati atau dimanipulasi belum bisa diatur oleh
orang lain, dan melihat hubungan apa yang diperoleh peneliti (Sugiyono, 2017)[6]. Rancangan untuk
dengan yang ditemukan siswa lain. Jadi, model penelitian ini yaitu Posttest Only Control Grup
pembelajaran inquiry sangat cocok digunakan dalam Design. Treatment diberikan pada kelas eksperimen
pembelajaran fisika melalui kegiatan praktikum yaitu dengan menerapan LKS berbantuan virtual
Terdapat tiga tipe dari model Inquiry yaitu laboratory dalam pembelajaran inquiry terbimbing.
inkuiri bebas, inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas Rancangan dari penelitian ini dapat dilihat pada
yang dimodifikasi (Mulyasa, 2008)[5]. Pembelajaran Tabel 1.
melalui model inkuiri terbimbing, siswa dibimbing

67
Kelas Perlakuan Posttest

Eksperimen X T1 Kerjasama
Kontrol - T2 90
(Sumber: Djamas, 2015)[7] Disiplin

Rata-rata Nilai
70
Keterangan : Tanggungj
T1 : tes akhir untuk kelas eksperimen awab
T2 : tes akhir untuk kelas kontrol 50
X : treatment dikelas eksperimen Percaya
Diri
Dalam penelitian ini sebagai populasi yaitu
semua pelajar X MIPA SMAN 5 Padang terdaftar 30
disemester I ajaran 2017/2018 yang terdiri dari enam I II III IV V VI VII VIII
kelas dan rata-rata setiap kelas terdiri dari 34 orang. Pertemuan
Untuk mengambilan sampel dengan menggunakan
teknik cluster sampling. Kelas eksperimen yang Gambar 2 . Sikap Sosial
ditetapkan adalah X MIPA 4. Penelitian ini memiliki
dua variabel bebas yaitu LKS berbantuan virtual Pada aspek sikap sosial indikator dibatasi yaitu
laboratory , satu variabel terikat yaitu pencapaian kerjasama, disiplin, tanggungjawab dan percaya diri.
kompetensi siswa dan empat variabel kontrol yaitu Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa nilai sikap
jam pelajaran, materi pelajaran, model inquiry sosial siswa meningkat dari pertemuan ke pertemuan
terbimbing, jenis soal dan buku sumber. selanjutnya.
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa: Untuk data pada kompetensi pengetahuan dan
(1) Soal postest fisika berupa soal pilihan ganda yang keterampilan dilakukan uji normal dan homogen, uji
diberikan di akhir penelitian sebagai soal posstest kesamaan rata-rata, uji korelasi dan regresi linier
untuk mengukur kompetensi pengetahuan, (2) sederhana untuk melihat pengaruh treatment yang
Lembar observasi untuk mengukur kompetensi sikap, diberikan pada kelas eksperimen. untuk kompetensi
(3) Rubrik penskoran untuk mengukur kompetensi pengetahuan diperoleh setelah dilakukannya posstest
keterampilan. Untuk dilakukannya pengujian pada diakhir penelitian. Sebelum dilakukannya posstest
posstest maka dilakukan uji validitas dan uji maka terlebih dahulu dilakukan uji coba soal ke
reliabilitas. Setelah soal dikatakan valid maka soal sekolah lain. Selanjutnya dilakukan uji valid dan
dapat digunakan untuk instrumen penelitian. Data reliabel. setelah didapat soal-soal yang valid maka
skor untuk kompetensi sikap dan keterampilan soal postest tersebut dapat digunakan untuk kelas
diperoleh dari penelitian kemudian dianalisis eksperimen. Setelah melakukan uji normal, nilai lo
menggunakan statistik yang sesuai. dan lt angka signifikan 0.05 dapat diketahui dari
Tabel 2 dibawah ini.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian class α N lo lt
Berdasarkan hasil treatment terhadap ketiga expriment 34 0,128 0,1519
kompetensi siswa berupa sikap, pengetahuan, dan 0.05
control 35 0,126 0,1498
keterampilan. Data hasil penelitian kompetensi sikap
diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa
lembar observasi yang diambil langsung setiap Pada data tersebut bisa dilihat sampel memiliki nilai
pertemuan. Penilaian kompetensi sikap dilakukan lo < lt dimana α = 0.05, artinya nilai postest kelas
terhadap lima indikator penilaian yang terdiri dari 4 sampel terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan
sikap sosial yaitu kerjasama, disiplin, tanggung uji homogen pada kelas sampel, diperoleh Fh = 1,71
jawab, dan percaya diri. Pengambilan data penelitian dan Ft = 1,76 dengan α = 0.05. Hasil ini menunjukkan
untuk kompetensi sikap dilakukan untuk kedua kelas Fhitung < F(0,05);(34,33), sehingga variannya homogen.
sampel. Kedua kelas dinilai menggunakan instrumen Data hasil uji homogen untuk kelas sampel dapat
yang sama. Deskripsi data kompetensi sikap ini dilihat pada Tabel 3.
ditunjukkan oleh skor total yang diperoleh peserta
didik untuk tiap indikator sikap yang dilakukan Kelas N S2 Fh Ft
peserta didik selama penelitian berlangsung.
Hasilnya diperoleh bahwa kompetensi sikap peserta Eksperimen 34 33,76
didik mengalami perubahan. Kompetensi sikap yang 1,71 1,76
dinilai yaitu sikap sosial. Sikap sosial dapat dilihat Kontrol 35 57,61
pada Gambar 2 dibawah ini.

68
model regresi linier yang diperoleh betul-betul cocok
Tabel 3 menunjukkan bahwa sampel mempunyai dengan keadaan atau tidak.
nilai Fhitung < Ftabel, artinya kelas sampel homogen. Model persamaan regresi yang diperoleh untuk
Hasil uji normalitas dan homogenitas menyatakan hasil belajar kompetensi pengetahuan kelas
bahwa hasil tes akhir dua sampel normal dan eksperimen dan nilai LKS berbantuan virtual
homogen, sehingga uji yang digunakan adalah uji (t). laboratory dalam pembelajaran inquiry terbimbing
Hasil uji (t) dapat diketahui dari Tabel 4. adalah sebagai berikut:

S2 Y =25,48 + 0,72X (1)


Kelas N 𝒙 th tt
Dimana Y menyatakan data hasil belajar kompetensi
Eksperimen 34 83,86 33,76
2,65 2,00 pengetahuan kelas eksperimen dan X menyatakan
Kontrol 35 79,52 57,61 nilai LKS berbantuan V-Lab dalam pembelajaran
inquiry terbimbing.
Tabel 4 menunjukkan bahwa th=2,65 sedangkan
1
tt=2,00. Untuk penerimaan Ho jika –t(1- 𝛼) < thitung < S2reg S2res N Fh Ft
2
1
t(1- 𝛼) atau -2,00 < thitung< 2,00 dengan α = 0.05 625,36 15,28 34 40,92 4,13
2
dengan dan dk = (n1+n2)–2, maka didapatkan harga
thitung > ttabel artinya nilai t yang diperoleh bukan Tabel 5 memperlihatkan nilai Fh yang diperoleh lebih
berasal didaerah terima Ho sehingga Hi dapat besar dibandingkan nilai Ft pada taraf nyata 0,05. Bila
diterima pada pada α = 0.05. Kurva penerimaan dan Fhitung > F(1-α)(1,n-2), maka Ho diterima. Nilai Fh lebih
penolakan hipotesis nol (H0) dapat dilihat pada beasar dari nilai Ft, sehingga Ho ditolak, yang berarti
Gambar 3. variabel X terhadap Y independen. Hasil uji untuk
menentukan model linear yang diperoleh betul-betul
α = 0,025
cocok dengan keadaan atau disebut dengan uji
kelinieran bentuk regresi dapat dilihat pada Tabel 6.
α = 0,025

Daerah penerimaan Ho
S2TC S2G N Fh Ft

-23,42 51,66 34 -0,45 2,86


Daerah penolakan H0

Tabel 6 memperlihatkan nilai Fh yang diperoleh lebih


kecil dibandingkan nilai Ft pada taraf nyata 0,05. Bila
t = -2,00 0 t = 2,00 nilai Fhitung < F(1-α) (k-2,n-k), maka Ho diterima. Nilai
Fhitung lebih kecil dari nilai Ftabel, sehingga Ho
th=2,65 diterima, yang berarti model linier yang diperoleh
betul-betul cocok dengan keadaan.
Keberartian hubungan antar variabel ditentukan
Gambar 3 memperlihatkan bahwa penerimaan menghitung koefisien korelasi (r). Melalui
Hi berada di luar daerah yang diarsir. Hal ini berarti perhitungan, didapat nilai koefisien korelasi antara
hipotesis kerja pada kompetensi pengetahuan nilai hasil belajar kompetensi pengetahuan dan nilai
diterima pada angka signifikan 0.05. Dari data LKS berbantuan V-Lab dalam pembelajaran inquiry
tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terbimbing sebesar r = 0,75, artinya tingkat hubungan
penggunaan lembar kerja siswa berbantuan virtual antara kedua variabel kuat. Untuk menentukan
laboratory dalam pembelajaran inquiry terbimbing besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y
terhadap kompetensi pengetahuan siswa. dilakukan perhitungan terhadap koefisien
Uji korelasi digunakan untuk menentukan determinasi. Nilai koefisien determinasi adalah
keberartian hubungan antara dua variabel, dalam hal sebesar KD = 56,12 %, artinya besar pengaruh LKS
ini adalah hasil belajar kompetensi pengetahuan kelas berbantuan V-Lab dalam pembelajaran inquiry
eksperimen dengan nilai LKS berbantuan V-Lab terbimbing terhadap kompetensi pengetahuan peserta
dalam pembelajaran inquiry terbimbing. Nilai dari didik adalah 56,12 %, sedangkan pengaruh faktor
perhitungan koefisien korelasi dapat diterima jika lain hanya 43,88 %. Untuk mlihat hubungannya
kedua variabel memenuhi model regresi linier dapat diketahui dari Gambar 4 dibawah ini;
sederhana. Untuk menentukan terpenuhinya model
regresi sederhana dilakukan dua uji, yaitu independen
X terhadap Y serta uji untuk menentukan apakah

69
Tabel 9 menunjukkan bahwa th’ = 4,803
100 sedangkan tt’ = 1,43 dengan kriteria pengujian terima
Hasil Belajar Kompetensi

Ho jika – t (1-𝛼)(n-1) < th < t(1-𝛼)(n-1) atau – 1.43 < th’<


1.43 pada taraf signifikan 0,05. Hasil perhitungan
Pengetahuan

diperoleh harga th’ > tt’, artinya terima Hi dengan


80 angka signifikan α= 0.05. Kurva penerimaan dan
y = 0,72x + 25,48 penolakan hipotesis nol (H0) dapat dilihat pada
Gambar 5.
R² = 0,561
60
60 80 100
Nilai LKS Berbantuan Virtual Laboratory dalam
Pembelajaran Inquiry Terbimbing
α=0,025 α = 0,025
Gambar 4. Hubungan LKS V-Lab terhadap
Daerah penerimaan
kompetensi pengetahuan Ho

Untuk kompetensi keterampilan juga dilakukan


pengujian normal, homogenitas, pengujian kesamaan Daerah penolakan H0

sampel dan regresi serta korelasi untuk melihat


hubungan treatment yang diberikan pada kelas -1,43 1,43
eksperimen terhadap kompetensi keterampilan siswa. 0
Untuk uji normalitas dapat diketahu dari Tabel 7 th’= 4,803

dibawah ini.
Class α n Lo Lt Gambar 5 memperlihatkan bahwa penerimaan
Hi berada di luar daerah yang diarsir. Hal ini berarti
Experiment 0.05 34 0.091 0.1519 hipotesis kerja pada kompetensi keterampilan
Kontrol 35 0.1115 0.1497 diterima pada angka signifikan 0.05. Sehingga
diperoleh simpulan terjadi pengaruh penggunaan
lembar kerja siswa berbantuan V-Lab dalam
Data tersebut diketahui bahwa sampel menunjukkan pembelajaran inquiry terbimbing terhadap
nilai lo< lt pada angka signifikan 0.05, artinya bahwa kompetensi keterampilan peserta didik. Model
kompetensi keterampilan kelas sampel tersebut persamaan regresi yang diperoleh pada kompetensi
terdistribusi normal . Selanjutnya dilakukan uji keterampilan kelas eksperimen dan nilai LKS
homogenitas untuk kedua kelas sampel, diperoleh berbantuan virtual laboratory dalam pembelajaran
Fhitung = 2,57 dan Ftabel = 1,76 α = 0.05, dk1=33 dan inquiry terbimbing adalah sebagai berikut:
dk2=34. Hasil ini menunjukkan Fhitung < F(0,05) ; (33,34),
artinya kedua kelas sampel mempunyai sebaran nilai Y = 61,25 + 0,30X (2)
yang tidak sama. Hasil dari pengujian homogenitas
tersebut dapat dilihat dari Tabel 8 dibawah ini. Dimana Y menyatakan data kompetensi keterampilan
kelas eksperimen dan X menyatakan nilai LKS
berbantuan V-Lab dalam pembelajaran inquiry
Kelas N S2 Fh Ft
terbimbing. Hasil uji independen diketahui dari Tabel
Eksperimen 34 14,44 10 dibawah ini.
2,57 1,76
Kontrol 35 5,62
S2reg S2res N Fh Ft
Hasil uji normalitas dan homogenitas
menyatakan bahwa hasil belajar kompetensi 109,85 11,48 34 9,57 4,13
keterampilan adalah normal dan kedua kelas
mempunyai sebaran nilai yang tidak homogen,
sehingga uji yang digunakan adalah uji (t’). Hasil uji Tabel 10 memperlihatkan nilai Fh yang diperoleh
(t’) diketahui dari Tabel 9 dibawah ini. lebih besar dibandingkan nilai Ft pada taraf nyata
0.05. Bila Fhitung > F(1-α) (1,n-2), maka Ho diterima. Nilai
Kelas N 𝒙 S2 th’ tt’ Fh lebih besar dari nilai Ft, sehingga Ho ditolak, yang
berarti variabel X terhadap Y independen. Hasil uji
Eksperimen 34 85,71 14,44 untuk menentukan model linear yang diperoleh betul-
4,803 1,43
Kontrol 35 82,06 5,62 betul cocok dengan keadaan atau disebut dengan uji

70
kelinieran bentuk regresi dapat dilihat pada Tabel LKS sekolah dalam pembelajaran inquiry
11. terbimbing. Sejalan dengan Kurnia (2016)[1]
menyatakan bahwa proses pembelajaran fisika
S2TC S2G N Fh Ft dengan praktikum menggunakn virtual laboratory
akan membuat siswa lebih mudah memahami
10,00 19,09 34 0,52 4,13 konsep-konsep fisika dan sekaligus dapat
mengembangkan keterampilan yang dimilikinya.
Tabel 11 memperlihatkan nilai Fh yang diperoleh Dalam penelitian ini media yang digunakan
lebih kecil dibandingkan nilai Ft pada taraf nyata untuk kegiatan praktikum adalah Virtual Laboratory
0.05. Bila Fhitung < F(1-α) (k-2,n-k), maka Ho diterima. sebagai pengganti dari praktikum riil. Bajpai
Nilai Fh lebih kecil dari nilai Ft, sehingga Ho (2013)[8] mengatakan bahwa virtual laboratory
diterima, yang berarti model linier yang diperoleh dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan siswa
betul-betul cocok dengan keadaan. dalam pelaksanaan penemuan konsep, mengingat
Keberartian hubungan antar variabel ditentukan peralatan laboratorium yang terbatas disekolah.
menghitung koefisien korelasi (r). Melalui Sartika (2016)[2] mengatakan bahwa Virtual
perhitungan, didapat nilai koefisien korelasi antara laboratory sangat bermanfaat bagi siswa dalam
nilai hasil belajar kompetensi keterampilan dan nilai memahami materi fisika yang bersifat abstrak.
LKS berbantuan V-Lab dalam pembelajaran inquiry Kegiatan virtual laboratory bisa digunakan oleh
terbimbing sebesar r =0,48. Untuk menentukan siswa baik untuk belajar di sekolah ataupun di luar
besarnya pengaruh hubungan antara dua variabel. sekolah secara offline sehingga memungkinkan siswa
Variabel X terhadap variabel Y dilakukan untuk belajar secara mandiri.
perhitungan terhadap koefisien determinasi. Nilai LKS berbantuan V-Lab dalam pembelajaran
koefisien determinasi adalah sebesar KD = 23,03 %, inquiry terbimbing disusun menggunakan pendekatan
artinya besar pengaruh LKS berbantuan V-Lab dalam saintifik dengan 5M (mengamati, menanya,
pembelajaran inquiry terbimbing terhadap mengeksperimen, mengasosiasi, dan
kompetensi keterampilan peserta didik adalah mengkomunikasi) dan memasukkan sintaks model
23,03%, sedangkan pengaruh faktor lain hanya pembelajaran inquiry ke dalam LKS. LKS
76,97%. Hubungan antar variabel dapat diketahui merupakan suatu lembaran yang berisi pedoman bagi
dari Gambar 6 dibawah ini; siswa dalam melakukan kegiatan. LKS yang dibuat
dapat mempermudah siswa untuk melaksanakan
kegiatan praktikum, sehingga siswa dengan mudah
100 untuk menyelidiki permasalahan yang diberikan
Hasil Belajar Kompetensi

sampai menemukan solusi dari permasalahan yang


90
telah diberikan dan siswa akan mencapai kepuasan
Keterampilan

80 dirinya. Lembar Kerja Siswa berbantuan V-Lab


y = 0,30x + 61,25 dalam model inquiry terbimbing telah divalidasi oleh
70 dua orang validator. Dua orang validator tersebut
R² = 0,230
60 merupakan dosen pembimbing penulis. Hasil validasi
yang dilakukan didapatkan lembar kerja siswa
60 80 100 berbantuan V-Lab dalam model inquiry terbimbing
Nilai LKS Berbantuan Virtual Laboratory
dalam Pembelajaran Inquiry Terbimbing valid dan dapat digunakan di sekolah.
Peningkatan kompetensi fisika peserta didik
Gambar 6. Hubungan LKS V-Lab terhadap dengan menggunaan lembar kerja siswa berbantuan
kompetensi keterampilan V-Lab dalam pembelajaran inquiry terbimbing dapat
dilihat dari hasil belajar dalam beberapa kompetensi
B. PEMBAHASAN
siswa. Berdasarkan hasil analisis data untuk
Berdasarkan hasil analisis data terhadap nilai kompetensi sikap, dapat diketahui hasil belajar siswa
belajar siswa pada ketiga kompetensi yaitu, sikap, untuk kompetensi sikap di kelas X MIPA’4 sangat
pengetahuan dan keterampilan menunjukkan bahwa baik dibandingkan nilai rata-rata siswa pada
pembelajaran dengan menggunakan Lembar Kerja kompetensi sikap kelas kontrol. Perolehan nilai
Siswa (LKS) berbantuan virtual laboratory dalam kompetensi sikap sosial kelas X MIPA’4 yaitu 80,78
pembelajaran inquiry terbimbing dapat sedangkan nilai kompetensi sikap sosial kelas X
mempengaruhi pencapaian kompetensi fisika siswa MIPA’6 80,76 Jadi, terdapat pengaruh dari
kelas X. Ketiga kompetensi siswa tersebut memiliki penerapan LKS berbantuan V-Lab dalam
nilai rata-rata yang berbeda pada kedua kelas sampel. pembelajaran inquiry terbimbing terhadap
Rata-rata nilai kompetensi siswa yang belajar kompetensi sikap siswa.
menggunakan LKS berbantuan V-Lab dalam Peningkatan hasil belajar juga dilihat pada
pembelajaran inquiry terbimbing lebih baik daripada kompetensi pengetahuan. Nilai hasil posstest siswa
nilai kompetensi peserta didik dengan memanfaatkan sesuai dengan nilai proses pembelajaran yang telah

71
diikuti. Siswa yang melakukan praktikum dengan V- Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
Lab dengan baik cenderung memiliki nilai posstest berarti terhadap pencapaian kompetensi keterampilan
yang baik. Hal ini terbukti dengan diterimanya siswa di kelas X MIPA’4 dan X MIPA’6 karena
hipotesis uji hubungan antara dua variabel, yaitu ada diterapkan treatment dikelas X MIPA’4 yaitu
hubungan antara penggunaan LKS berbantuan V-Lab penggunaan LKS berbantuan V-Lab dalam
dalam model inquiry terbimbing terhadap kompetensi pembelajaran inquiry terbimbing.
pengetahuan siswa. Untuk melihat keberartian Penerapan LKS berbantuan V-Lab dalam
pengaruh perlakuan menggunakan uji t dan pembelajaran inquiry terbimbing juga terdapat
didapatkan bahwa nilai thitung ≠ ttabel, thitung = 2,65 dan kendala dalam pelaksanaan kegiatan prktikum. Pada
ttabel = 2.00 pada taraf nyata 0,05 dengan derajat pertemuan pertama dan kedua, siswa belum terbiasa
kebebasan dk = 67. Selanjutnya untuk mengetahui menggunakan V-Lab dengan aplikasi sehingga
adanya kontribusi LKS berbantuan V-Lab dalam pendidik harus memberikan penjelasan dalam
pembelajaran menggunakan model inquiry penggunaan V-Lab agar siswa dapat menggunakan V-
terbimbing terhadap kompetensi siswa menggunakan Lab untuk proses pembelajaran. Selain itu, waktu
statistik r, diperoleh r = 0,75. yang dibutuhkan siswa untuk kegiatan praktikum
Berdasarkan interpretasi menurut Sugiyono cukup lama, maka siswa bergegas mengambil data,
(2012)[6], kedua variabel memiliki hubungan yang mengolah data, evaluasi, dan presentasi di kelas.
kuat. Melalui perhitungan didapat nilai koefisien
determinasinya sebesar KD = 56,12 %. Hal ini berarti KESIMPULAN
persentase kontribusi LKS berbantuan V-Lab dalam
Setelah dilakukan penelitian di SMA Negeri 5
pembelajaran inquiry terbimbing terhadap hasil
Padang dengan menerapkan LKS berbantuan virtual
belajar kompetensi pengetahuan siswa adalah sebesar
laboratory dalam pembelajaran inquiry terbimbing
56,12%, sedangkan persentase kontribusi faktor lain
dan dilakukan analisis data pada ketiga kompetensi
sebesar 43,88%. Faktor-faktor lain diantaranya siswa
siswa maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
diizinkan untuk mencari sumber belajar darimana
pengaruh penerapan LKS berbantuan Virtual
saja (pustaka, internet, buku cetak), siswa banyak
Laboratory dalam Pembelajaran Inquiry Terbimbing
diberikan tugas sebagai latihan soal di rumah untuk
terhadap kompetensi siswa kelas X SMA Negeri 5
menambah pemahamannya, siswa diberikan quis
Padang.
diakhir pembelajaran. Perbedaan hasil belajar peserta
didik pada kompetensi pengetahuan pada kelas DAFTAR PUSTAKA
sampel menunjukkan terdapat pengaruh yang baik
dari penggunaan lembar kerja siswa berbantuan V- [1] Kurnia, Wahyu. 2017. Pengaruh Penerapan
Lab dalam pembelajaran inquiry terbimbing terhadap Virtual Lab Berbantuan LKPD Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
kompetensi pengetahuan siswa.
Investigation (GI) Terhadap Kompetensi Peserta
Peningkatan hasil belajar juga dilihat pada
Didik Kelas XI SMAN 5 Padang. Padang: FMIPA
kompetensi keterampilan siswa. nilai kompetensi
keterampilan dikelas X MIPA’4 lebih baik UNP.
dibandingkan dengan nilai kompetensi keterampilan [2] Sartika, Faizil, dkk. 2016. Penerapan Model
Pembelajaran Numbered Head Together (Nht)
siswa pada kelas X MIPA’6, dikarenakan dalam
Melalui Virtual Laboratorium. Jurnal Ilmiah
kegiatan praktikum kelas eksperimen menggunakan
Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika. Vol. 1 No.4
LKS berbantuan V-Lab dalam pembelajaran inquiry
Oktober 2016, 261-270.
terbimbing sedangkan kelas kontrol menggunakan
LKS sekolah dalam pembelajaran inquiry [3] Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran.
terbimbing. LKS berbantuan V-Lab dalam Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
[4] Prastowo, Andi. 2011. Panduam Kreatif
pembelajaran inquiry terbimbing memudahkan siswa
Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva
dalam melakukan kegiatan praktikum menggunakan
Press.
V-Lab. LKS dirancang sesuai dengan kebutuhan
[5] Mulyasa. 2008. Pengembangan dan Implementasi
siswa sehingga dapat membantu siswa dalam
menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosda Karya.
pendidik melalui kegiatan pengamatan pada simulasi. [6] Sugiyono. 2012. MetodePenelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Dalam Kegiatan praktikum menggunkan V-Lab
[7] Djamas, Djusmaini. 2015. Metodelogi Penelitian
siswa dipandu untuk dapat menggunakan V-Lab
Pendidikan Fisika. Padang: FMIPA UNP.
dengan baik, melaksanakan praktikum dengan benar,
memperoleh data melalui pengamatan terhadap [8] Bajpai, M. 2013. Developing conceps in physics
fenomena-fenomena yang ditampilkan pada simulasi, through virtual lab experiment: Aneffectiveness
study. An International Journal of Education
dan memperoleh kesimpulan dari hasil pengamatan.
Technology.
Berdasarkan hasil analisis data pada kompetensi
keterampilan menggunakan uji t’, diperoleh bahwa
nilai thitung ≠ ttabel yaitu thitung= 4,803 dan ttabel=1,43.

72

Anda mungkin juga menyukai