Anda di halaman 1dari 15

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011, Halaman 54 - 68

EVALUASI KINERJA GURU IPA PASCASERTIFIKASI

Suparwoto, Zuhdan Kun Prasetya, Mundilarto, Sukardjo, dan A K Projosantoso


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
email: suparwoto@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan persepsi guru tentang kompetensi mereka setelah
SURVHV VHUWL¿NDVL EHUNDLWDQ GHQJDQ NLQHUMD JXUX GL VHNRODK GDVDU VHNRODK PHQHQJDK SHUWDPD GDQ
sekolah menengah atas. Penelitian ini adalah penelitian evaluasi sebagai tindak lanjut dari proses
VHUWL¿NDVL JXUX 3DUWLVLSDQ SHQHOLWLDQ LQL DGDODK JXUX PDWD SHODMDUDQ ,3$GL VHNRODK GDVDU VHNRODK
menengah pertama dan sekolah menengah atas di Yogyakarta. Penelitian ini terdiri dari dua tahapan,
yaitu tahap pendahuluan dan pengembangan aktivitas. Tahap pendahuluan terdiri dari kajian
referensi dan lapangan untuk mendapatkan informasi akurat tentang permasalahan penelitian. Tahap
pengembangan meliptui kegiatan pengembangan dan validasi instrumen penelitian. Instrumen
yang sudah divalidasi digunakan untuk emngumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkanbahwa
aspek terpenting dari kompetensi profesional ditunjukkan oleh para guru sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama. Aspek pedagogis, pribadi, dan sosial memiliki peranan paling penting bagi guru
sekolah disusul kemudian bagi sekolah menengah pertama. Semua aspek yang berhubungan dengan
kinerja guru berkaitan erat dengan hal-hal prosedural. Pengembangan kreativitas dipersepsikan
oleh guru sebagai hal yang tidak penting.

Kata kunci: NRPSHWHQVL JXUX VHUWL¿NDVL NLQHUMD JXUX

PERFORMANCE EVALUATION TOWARD PHYSICS TEACHER


POST TEACHER CERTIFICATION

Abstract
The study is aimed at describing teachers’ perceptions of their competencies after their
FHUWL¿FDWLRQ SURFHVVHV LQ UHODWLRQ WR WKHLU ZRUN SHUIRUPDQFHV LQ HOHPHQWDU\ VFKRROV MXQLRU VHFRQGDU\
schools, and senior secondary schools. The study is evaluation research as a follow-up of the
FHUWL¿FDWLRQ SURFHVV 7KH SDUWLFLSDQWV DUH 3K\VLFV WHDFKHUV RI HOHPHQWDU\ VFKRROV MXQLRU VHFRQGDU\
schools, and senior secondary schools in Yogyakarta. The study involves two research stages of
preliminary and development activities. The preliminary stage consists in reference reviews and
¿HOG ZRUN WR REWDLQ DFFXUDWH LQIRUPDWLRQ RQ WKH UHVHDUFK SUREOHPV 7KH GHYHORSPHQW VWDJH FRQVLVWV
in the construction and validation of the research instruments. The validated instrument is used for
data collection. Findings show that the most prominent aspect of professional competencies occurs
in junior secondary school teachers followed by elementary school teachers and junior secondary
school teachers. The pedagogic, personal, and social aspects are prominent with elementary school
teachers followed by junior secondary school teachers and junior secondary school teachers. All
aspects related to work performances in all teachers show prominence in procedural matters.
Creativity development is not prominent in all teachers.

Keywords: WHDFKHU FRPSHWHQFLHV FHUWL¿FDWLRQ WHDFKHU SHUIRUPDQFH

54
Suparwoto, Zuhdan KP., Mundilarto, Sukardjo, dan A K Projosantoso: Evaluasi Kinerja Guru...

PENDAHULUAN di suatu lembaga pendidikan dan dapat


Tugas pokok dan fungsi guru di sekolah selalu menentukan kualitas pendidikan.
antara lain sebagai pendidik profesional, Sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor
pengajar, dan pengelola pembelajaran. Sebagai 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pendidik profesional, guru seharusnya selalu guru profesional dalam undang-undang
berupaya untuk mengembangkan potensi dan WHUVHEXW GLWDQGDL GHQJDQ NXDOL¿NDVL DNDGHPLN
kepribadian peserta didik lewat keterampilan minimal sarjana (S 1) atau diploma empat
kerja yang dimilikinya. Ucapan, tingkah laku, (D IV); menguasai kompetensi (pedagogik,
dan teladan guru selalu diimbaskan kepada profesional, sosial, dan kepribadian);
siswa-siswanya. Peran dan tugas sebagai PHPLOLNL VHUWL¿NDW SHQGLGLN VHKDW MDVPDQL
pengajar adalah merencanakan, melaksanakan, dan rohani; serta memiliki kemampuan untuk
dan menilai pembelajaran. Sebagai pelatih mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
dan pembimbing, guru berperan dalam hal Dengan demikian, pengertian profesional
memotivasi, mendorong, dan melibatkan dapat dinyatakan sebagai pekerjaan atau
peserta didik dalam aktivitas belajarnya kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
sehingga dapat menghasilkan perilaku positif menjadi sumber penghasilan yang memerlukan
dengan beragam keterampilan pada peserta keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
GLGLN 0HQXUXW 'MRKDU SUR¿O JXUX memenuhi standar mutu atau norma tertentu
bidang studi minimal memuat tiga komponen serta memerlukan pendidikan profesi.
dasar, yakni: memiliki kompetensi mengajar Harapan masyarakat agar guru sebagai
bidang studi yang diajarkan, profesional tenaga profesional dapat berfungsi untuk
dalam melaksanakan tugasnya, dan terampil meningkatkan martabat dan perannya
dalam melaksanakan tugas kesehariannya. sebagai agen pembelajaran serta berdampak
Sebagai pengelola dan pengembang meningkatkan mutu pendidikan nasional.
program sekolah, peran guru adalah berkreasi Oleh sebab itu, dengan terlaksananya
dalam tugas membimbing dan melatih dengan VHUWL¿NDVL JXUX GLKDUDSNDQ EHUGDPSDN SDGD
fokus peserta didik memiliki keterampilan meningkatnya mutu pembelajaran dan mutu
belajar yang dapat dimanfaatkan dalam hidup pendidikan secara berkelanjutan.
dan kehidupannya secara baik. Langkah yang Di beberapa negara, seperti Amerika
dapat ditempuh guru antara lain membangun Serikat, Inggris, Jepang, dan Australia
hubungan kemitraan dengan sekolah lain VHUWL¿NDVL JXUX WHODK GLODNXNDQ VHFDUD NHWDW
dan masyarakat pada umumnya. Terkait dan berkelanjutan, sedangkan di negara
dengan peran sebagai tenaga profesional, 'HQPDUN VHUWL¿NDVL JXUX EDUX PXODL GLULQWLV
tugas guru adalah melakukan upaya-upaya dengan sungguh-sungguh sejak tahun 2003.
untuk melakukan tugas profesional secara Namun, Korea Selatan dan Singapura tidak
baik, seperti keahlian, tanggung jawab, dan PHODNXNDQ VHUWL¿NDVL JXUX WHWDSL PHODNXNDQ
kesejawatan. Keahlian berkaitan dengan kendali mutu dengan mengontrol secara ketat
penguasaan bidang/cabang ilmu yang terhadap proses pendidikan dan kelulusan
diajarkan. Tanggung jawab berkaitan dengan di lembaga penghasil guru. Semua itu tentu
tugas pokok dan fungsi guru di sekolah dan saja mengarah pada tujuan yang sama, yakni
masyarakat. Kesejawatan berkaitan dengan berupaya agar dihasilkan guru yang bermutu.
hubungan guru dalam satu profesi maupun Pelaksanaan sertifikasi guru di
hubungan guru dengan profesi lain. Indonesia baru dimulai pada tahun 2007
Aspek profesionalime guru dan setelah diterbitkannya Peraturan Mendiknas
kepala sekolah merupakan salah satu 1RPRU 7DKXQ WHQWDQJ 6HUWL¿NDVL
barometer kualitas layanan pendidikan bagi Guru dalam Jabatan. Secara khusus,

55
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011, Halaman 54 - 68

MXPODK VDVDUDQ SHVHUWD VHUWL¿NDVL JXUX ,3$ ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan
di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) setiap jumlah kuota yang ditetapkan pemerintah
tahunnya ditentukan oleh pemerintah melalui tersebut, disusunlah kuota guru peserta
Departemen Pendidikan Nasional. Tahapan sertifikasi guru untuk masing masing
SHODNVDQDDQ VHUWL¿NDVL JXUX GLPXODL GHQJDQ provinsi dan kabupaten/kota. Penyusunan
SHPEHQWXNDQ SDQLWLD SHODNVDQDDQ VHUWL¿NDVL dan penetapan kuota tersebut didasarkan atas
guru di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, jumlah data individu guru per kabupaten/
pemberian kuota kepada dinas pendidikan kota yang masuk di Pusat Data Direktorat
provinsi dan kabupaten/kota, dan penetapan Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
peserta oleh dinas pendidikan provinsi dan Tenaga Kependidikan. Penetapan guru peserta
kabupaten/kota. Agar seluruh instansi dinas sertifikasi guru didasarkan pada kriteria
pendidikan provinsi dan kabupaten/kota, dengan urutan prioritas 1) masa kerja, 2) usia,
LPMP, dan unsur terkait dengan pelaksanaan 3) pangkat dan golongan, 4) beban kerja, 5)
VHUWL¿NDVL JXUX PHPSXQ\DL SHPDKDPDQ \DQJ tugas tambahan, dan 6) prestasi kerja.
sama tentang kriteria dan proses penetapan Bentuk pelaksanaan sertifikasi guru
SHVHUWD VHUWL¿NDVL JXUX GLVXVXQODK 3HGRPDQ dilakukan melalui portofolio. Portofolio
3HQHWDSDQ 3HVHUWD 6HUWL¿NDVL *XUX 'DODP diartikan sebagai sekumpulan informasi
Jabatan. pribadi yang merupakan catatan dan
Kegiatan sertifikasi pendidik dokumentasi atas pencapaian prestasi
berorientasi pada peningkatan mutu seseorang dalam pendidikannya. Secara
pendidikan nasional melalui peningkatan lebih spesifik, portofolio guru berfungsi
kompetensi dan kesejahteraan guru. Program sebagai (1) wahana guru untuk menampilkan
sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam dan/atau membuktikan unjuk kerjanya yang
rangka memenuhi amanat Undang Undang meliputi produktivitas, kualitas, dan relevansi
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 melalui karya karya utama dan pendukung;
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang (2) informasi/data dalam memberikan
Undang Republik Indonesia Nomor 14 pertimbangan tingkat kelayakan kompetensi
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan seorang guru bila dibandingkan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 standar yang telah ditetapkan; (3) dasar
WHQWDQJ *XUX 6HUWL¿NDVL JXUX PHUXSDNDQ menentukan kelulusan seorang guru yang
upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu mengikuti sertifikasi (layak mendapatkan
guru yang dibarengi dengan peningkatan VHUWL¿NDW SHQGLGLNDQ DWDX EHOXP GDQ
kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus dasar memberikan rekomendasi bagi peserta
uji sertifikasi guru dan memenuhi syarat yang belum lulus untuk menentukan kegiatan
lain sesuai dengan ketentuan akan diberi lanjutan sebagai representasi kegiatan
tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok pembinaan dan pemberdayaan guru.
sebagai bentuk upaya pemerintah dalam Penilaian portofolio guru dibatasi
meningkatkan kesejahteraan guru. Tunjangan sebagai penilaian terhadap kumpulan
tersebut berlaku, baik bagi guru yang berstatus dokumen yang mencerminkan rekam jejak
pegawai negeri sipil (PNS) maupun bagi guru prestasi guru dalam menjalankan tugasnya
yang berstatus bukan pegawai negeri sipil sebagai pendidik dan agen pembejalaran
(bukan PNS). dan sebagai dasar untuk menentukan tingkat
8QWXN DODVDQ NHHIHNWLIDQ NHH¿VLHQVLDQ profesionalitas guru yang bersangkutan.
pelaksanaan, dan penjaminan kualitas hasil Portofolio guru terdiri atas 10 komponen,
VHUWL¿NDVL JXUX MXPODK SHVHUWD SHQGLGLNDQ \DNQL NXDOL¿NDVL DNDGHPLN SHQGLGLNDQ
profesi dan uji kompetensi setiap tahun dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4)

56
Suparwoto, Zuhdan KP., Mundilarto, Sukardjo, dan A K Projosantoso: Evaluasi Kinerja Guru...

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, adalah guru tersebut sudah mencapai usia 50
(5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20
prestasi akademik, (7) karya pengembangan tahun sebagai guru atau mempunyai golongan
profesi, (8) keikutsertaan dalam forum IV/a, atau yang memenuhi angka kredit
ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kumulatif setara dengan golongan IV/a.
kependidikan dan sosial, dan (10) penghargaan Uraian di atas memberikan gambaran
yang relevan dengan bidang pendidikan. tentang tugas pokok dan fungsi guru
Kesepuluh komponen portofolio serta gambaran sertifikasi guru berserta
tersebut merupakan refleksi dari empat implikasinya. Tujuan akhirnya adalah
kompetensi guru. Setiap komponen portofolio untuk meningkatkan kualitas guru dan
dapat memberikan gambaran satu atau lebih kesejahteraannya. Sertifikasi guru dalam
NRPSHWHQVL JXUX SHVHUWD VHUWL¿NDVL GDQ VHFDUD MDEDWDQ PHUXSDNDQ SURVHV SHPEHULDQ VHUWL¿NDW
akumulatif dari sebagian atau keseluruhan pendidik untuk guru yang telah memenuhi
NRPSRQHQ SRUWRIROLR PHUHÀHNVLNDQ NHHPSDW standar kompetensi guru. Sertifikasi ini
kompetensi guru yang bersangkutan. guru juga bertujuan untuk (1) menentukan
Pemetaan kesepuluh komponen portofolio kelayakan guru dalam melaksanakan tugas
dalam konteks kompetensi guru disajikan sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan
dalam Tabel 1. tujuan pendidikan nasional, (2) meningkatkan
Dalam Ketentuan Peralihan Pasal 66 proses dan mutu hasil pendidikan, (3)
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008, meningkatkan martabat guru, serta (4)
guru dalam jabatan yang belum memenuhi meningkatkan profesionalitas guru.
NXDOL¿NDVL DNDGHPLN 6 DWDX ' ,9 VHFDUD Beberapa permasalahan yang terjadi
otomatis dapat mengikuti uji kompetensi untuk pada kegiatan sertifikasi guru menurut
PHPSHUROHK VHUWL¿NDW SHQGLGLN 6\DUDWQ\D Baedhowi (2008:1) antara lain jumlah tenaga

Tabel 1. Pemetaan Komponen Portofolio dalam Konteks Kompetensi Guru

57
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011, Halaman 54 - 68

kependidikan (guru) seluruh Indonesia yang Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
terdata di Depdiknas (sekarang Kemdiknas) Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
sekarang ini ada 2.783.321 guru, termasuk Guru dijelaskan bahwa Standar Kompetensi
guru Depag. Dari jumlah itu, sebanyak Guru dikembangkan secara utuh dari empat
PDVLK EHOXP PHPLOLNL NXDOL¿NDVL 6 kompetensi utama, yakni kompetensi (1)
DIV. Selanjutnya, hasil penelitian Balitbang pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan
'HSGLNQDV WDKXQ WHQWDQJ NXDOL¿NDVL (4) profesional. Keempat kompetensi tersebut
pendidikan guru/dosen TK, SD, SMP, SMA, terintegrasi dalam kinerja guru. Dengan
dan dosen PT menunjukkan bahwa banyak demikian, manajemen kinerja merupakan
guru/dosen yang belum memiliki persyaratan pendekatan strategis dan terpadu untuk
NXDOL¿NDVL *XUX 7. VHEDQ\DN RUDQJ menyampaikan sukses kelanjutan pada
yang sudah memiliki kewenangan mengajar organisasi untuk memperbaiki kinerja guru
VHVXDL GHQJDQ NXDOL¿NDVL SHQGLGLNDQ EDUX dengan mengembangkan kapabilitas dari
12.929 orang (9,43%). Guru SD sebanyak sejawat tim guru dan kontributor guru sebagai
1.234.927 orang, yang sudah memiliki individu.
kewenangan mengajar sesuai dengan Standar nasional pendidikan di
NXDOL¿NDVL SHQGLGLNDQ EDUX RUDQJ antaranya mencakup standar pendidik dan
(50,67%). Guru SMP sebanyak 466.748 standar tenaga kependidikan,yang antara
orang, yang sudah memiliki kewenangan lain pendidik perlu memiliki kualifikasi
mengajar sesuai dengan kualifikasi akademik dan kompetensi tertentu. Standar
pendidikan baru 299.105 orang (64,08%). tersebut adalah guru sebagai agen pembaharu
Guru SMA sebanyak 377.673 orang, yang pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta
sudah memiliki kewenangan mengajar sesuai berkemampuan untuk mewujudkan tujuan
GHQJDQ NXDOL¿NDVL SHQGLGLNDQ EDUX pendidikan nasional. Berdasarkan standar
orang (63,02%). tersebut, kualifikasi akademik dikaitkan
Kinerja, menurut Munir (2008:31) GHQJDQ LMDVDK GDQ DWDX VHUWL¿NDW NHDKOLDQ
dan Nawawi (2006:62-67) adalah hasil kerja relevan yang dimiliki guru. Selanjutnya,
berdasarkan penilaian tentang tugas dan kompetensi sebagai agen pembelajaran
fungsi jabatan oleh suatu institusi tertentu. berkaitan dengan kompetensi pedagogik,
Hal ini ditegaskan oleh Fattah (2004:19) kepribadian, profesional dan sosial. Indikator
bahwa kinerja atau prestasi kerja atau yang dapat dideteksi dari guru antara lain
penampilan kerja (performance) diartikan dapat (a) menguasai substansi kajian secara
sebagai ungkapan kemampuan yang didasari mendalam, (b) melaksanakan pembelajaran
oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan yang mendidik, (c) memiliki kepribadian
motivasi dalam menghasilkan sesuatu. yang kuat, serta (d) memiliki komitmen dan
Ukuran kinerja dapat dilihat dari empat perhatian terhadap peserta didik.
hal, yakni quality of work, promptness, Berdasarkan uraian di atas, dapat
initiative, capability, dan communication. disimpulkan beberapa indikator kinerja
Hal ini berarti bahwa kinerja guru berkaitan berkaitan dengan seberapa tinggi pencapian
dengan kualitas hasil kerja, ketepatan waktu aspek-aspek (1) kuantitas dan kualitas
menyelesaikan pekerjaan, prakarsa dalam pencapaian tugas-tugas guru baik yang
menyelesaikan pekerjaan, kemampuan dilakukan individu, kelompok maupun
menyelesaikan pekerjaan, dan kemampuan organisasi, (2) fungsi kemampuan guru dalam
guru membina kerja sama dengan pihak lain. menerima tugas untuk mencapai tujuan,
Berdasarkan Peraturan Menteri (3) tingkat pencapaian tujuan dan interaksi
Pendidikan Nasional Republik Indonesia antara tujuan dan kemampuan guru, (4)

58
Suparwoto, Zuhdan KP., Mundilarto, Sukardjo, dan A K Projosantoso: Evaluasi Kinerja Guru...

kesuksesan guru dalam melaksanakan suatu sebagai karier yang akan dilakukan sepanjang
pekerjaan, serta (5) hasil kerja yang dicapai hayat; (2) sebelum melakukan pekerjaan
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas diperlukan ilmu dan keterampilan tertentu,
yang dibebankan kepadanya berdasarkan memerlukan pelatihan khusus dalam jangka
kecakapan, pengalaman, kesungguhan, dan waktu tertentu, dan tidak setiap orang dengan
ketersediaan waktu. Oleh sebab itu, kinerja leluasa dapat melakukannya tanpa mengikuti
merupakan gabungan dari tiga faktor yang persiapan yang memadai; (3) memiliki
terdiri atas pengetahuan, pengalaman, dan otonomi dalam mengambil keputusan
tanggung jawab. Pengetahuan berhubungan terkait dengan tugasnya, tidak diatur oleh
dengan pekerjaan yang menjadi tanggung pihak lain walaupun dari atasannya; (4)
jawab dalam bekerja, sedangkan pengalaman mempertanggungjawabkan segala sesuatu
berhubungan dengan jumlah waktu atau yang diakibatkan oleh keputusan profesional
lamanya dalam bekerja dan dengan substansi yang diambilnya; (5) memiliki komitmen
yang dikerjakan. Selanjutnya, kepribadian terhadap jabatan dan klien serta dilakukan
berhubungan dengan kondisi di dalam dengan menggunakan administrasi yang jelas
diri seseorang dalam menghadapi bidang dan mudah; (6) memiliki organisasi profesi dan
kerjanya, seperti minat, bakat, kemampuan asosiasi yang sepenuhnya diatur sendiri oleh
bekerja sama, ketekunan, kejujuran, sikap, anggotanya; (7) memiliki kode etik tersendiri
dan motivasi kerja. untuk membantu memberikan penjelasan
Profesi merupakan pekerjaan atau nyata yang meyakinkan kepada klien atau
dapat juga berwujud sebagai jabatan di khalayak ramai; dan (8) mempunyai status
dalam suatu hierarki birokrasi yang menuntut sosial dan gaji yang tinggi bila dibandingkan
keahlian tertentu serta memiliki etika khusus dengan jabatan lainnya.
untuk jabatan tersebut serta pelayanan baku Kehidupan masyarakat modern
terhadap masyarakat. Pada masyarakat ditandai oleh semakin profesionalnya tata
modern, keahlian tersebut diperoleh melalui kehidupan masyarakat tersebut namun di
pendidikan dan pelatihan khusus. Suatu profesi dalam suatu masyarakat sederhana berbagai
adalah kegiatan seseorang untuk menghidupi profesi dilaksanakan berdasarkan tradisi
kehidupannya (earning a living). Seorang dan kebudayaan yang statis. Profesi guru
profesional menjalankan pekerjaannya merupakan suatu bentuk spesialisasi pekerjaan
sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan yang menuntut kemampuan yang terus-
kata lain memiliki kemampuan dan sikap menerus berubah dan berkembang. Guru
sesuai dengan tuntutan profesinya. Stinnett, sebagai pendidik adalah tokoh yang paling
dkk, (1968) menegaskan bahwa jabatan banyak bergaul dan berinteraksi dengan
guru telah dianggap memenuhi kriteria para murid dibandingkan dengan personel
profesi karena mengajar pasti melibatkan lainnya di sekolah. Blau dan Peter M (1973)
potensi intelektualitas. Bahkan, lebih lanjut menjelaskan bahwa ilmuwan tidak mempunyai
disebutkan bahwa mengajar dapat diamati dan NOLHQ QDPXQ VLJQL¿NDQVL SURIHVLRQDO SDGD
sebagai dasar dari semua jabatan profesional otonomi akademis adalah sejauh mana
lainnya. Mengajar, disebutnya sebagai ibu asosiasi akademisi dan guru memperjuangkan
dari segala profesi. profesinya. Dalam hal ini, profesi guru
Ornstein, et.al. (dalam Sutjipto dan merupakan fenomena sosial yang kompleks
Kosasi, 2004:9); Sanusi (dalam Sagala, karena berkaitan dengan bagaimana dia melihat
2009:8); serta Anwar dan Sagala (2004:123) dirinya sendiri dan dilihat oleh orang lain.
menyebutkan bahwa pengertian profesi Uraian di atas memberikan gambaran
mencakup (1) tugas tersebut dilakukan bahwa guru perlu memiliki pemahaman yang

59
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011, Halaman 54 - 68

utuh tentang bagaimana profesionalisme keterampilan, dan perilaku yang harus


profesi keguruan, otoritas profesional guru dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
dan kebebasan akademik, serta tanggung atau dosen dalam melaksanakan tugas
jawab moral. Jadi, jabatan profesi adalah keprofesionalan”.
suatu sebutan yang didapat seseorang Guru sebagai pengemban profesi,
setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan secara holistik berada pada tingkatan tertinggi
keterampilan dalam waktu yang cukup lama dalam sistem pendidikan nasional karena guru
dalam bidang keahlian tertentu. Melalui proses dalam melaksanakan tugas profesionalnya
tersebut guru mempunyai kewenangan khusus memiliki otonomi yang kuat. Di sisi lain,
dalam memberikan suatu keputusan mandiri tugas guru sangat banyak, baik yang terkait
berdasarkan kode etik asosiasi yang harus dengan kedinasan maupun profesinya di
dipertanggungjawabkan sampai kapanpun. sekolah, seperti mengajar dan membimbing
Melakukan tugas profesi memperoleh posisi para muridnya, memberikan penilaian hasil
yang sangat prestisius dan mendapat imbalan belajar peserta didiknya, mempersiapkan
gaji atau pembayaran yang tinggi atas jasa administrasi pembelajaran yang diperlukan,
profesinya. Oleh karena itu, tidak semua dan kegiatan lain yang berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni oleh seseorang pembelajaran.
walaupun sudah cukup lama otomatis disebut Sertifikasi guru merupakan salah
sebagai tugas profesi. satu bagian dari tugas pemerintah dalam
Dalam kasus jabatan guru, National upaya meningkatkan kinerja guru, baik di
Education Association (Uno, 2008) tingkat pendidikan dasar, menengah, maupun
merumuskan bahwa jabatan profesi merupakan pedidikan tinggi. Kinerja yang ditampilkan
jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual, berkaitan dengan kinerja dalam aspek
menekuni suatu batang tubuh ilmu tertentu, kognitif, afektif, dan psikomotorik yang pada
didahului dengan persiapan profesional yang akhirnya memperlihatkan aspek performance
lama, memerlukan pelatihan jabatan yang di kalangan guru. Secara singkat, performance
kontinyu, menjanjikan karier bagi anggota dapat ditampilkan dalam dua pilar pokok,
secara permanen, mengikuti standar baku yakni aspek berpikir abstrak dan komitmen.
mutu tersendiri, lebih mementingkan layanan Apabila dipetakan dalam sistem koordinat
kepada masyarakat dibandingkan dengan dengan absis berpikir abstrak disingkat A
mencari keuntungan pribadi, dan memiliki dan ordinat komitmen diisingkat K, akan
organisasi profesional yang kuat dan dapat tampak empat tampilan guru dengan (1)
melakukan kontrol terhadap anggota yang A+, K+; (2) A+, K-; (3) A-, K+; dan (4) A-,
melakukan penyimpangan. K-. Deskripsi dari masing-masing tampilan
Badan Standar Nasional Pendidikan adalah keadaan pada A+, K+ dianggap guru
(BSNP) mengembangkan standar kompetensi profesional, pada posisi A+, K- digolongkan
guru dan dosen. Badan inilah yang memiliki sebagai guru yang suka mengkritik tanpa bisa
kewenangan untuk mengembangkan standar berbuat secara profesional, pada posisi A-,
kompetensi guru dan dosen yang hasilnya K+ dapat diterjemahkan guru suka beralasan
ditetapkan dengan Peraturan Menteri. sibuk untuk menolak bila menghadapi tugas
Kompetensi merupakan perilaku rasional baru, dan pada posisi A-, K- digolongkan
guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan guru acuh tak acuh dengan tugas pokoknya.
sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Guru yang profesional tentulah guru
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang yang memiliki kemampuan berpikir abstrak
Guru dan Dosen Pasal 1, Ayat 10 disebutkan yang tinggi dan komitmen yang tinggi pula.
“Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, Berpikir abstrak berkaitan dengan aspek

60
Suparwoto, Zuhdan KP., Mundilarto, Sukardjo, dan A K Projosantoso: Evaluasi Kinerja Guru...

NUHDWLI HIHNWLI GDQ H¿VLHQ GDODP EHUWLQGDN Tabel 2 berikut ini menjelaskan
terampil, komunikatif, dan sebagainya. mengenai kinerja guru yang melibatkan aspek
Komitmen berkaitan dengan aspek kepedulian HIHNWLYLWDV GDQ H¿VLHQVL (IHNWLYLWDV PHQJDFX
terhadap tugas pokok, berpartisipasi aktif pada kinerja guru yang bertumpu pada
dalam tugas/layanan profesional, bertanggung kemampuan abstrak yang tinggi, sedangkan
jawab, serta memiliki kemampuan kolaboratif H¿VLHQVL GLWDQGDL GHQJDQ SROD NLQHUMD JXUX
dan kooperatif. Hal ini didasarkan pada yang mengacu pada aspek prosedural. Dua hal
realitas bahwa profesi guru selalu berkaitan ini yang dapat menjadi pedoman kerja guru
dengan keahlian, tanggung jawab, dan aspek dalam pengelolaan diri, khususnya dalam
kesejawatan. Expertise/keahlian dalam lingkup kerjanya agar mampu beradaptasi
praktiknya seharusnya dilakukan dengan dalam tugas akademik dan administratif.
pendidikan prajabatan, pelatihan, serta belajar 'L GDODP LPSOHPHQWDVL VHUWL¿NDVL JXUX
sepanjang hayat. Responsibility/tanggung melalui portofolio untuk menilai kompetensi
jawab dalam setiap perilakunya memuat guru sebagai pendidik dan agen pembelajaran
target dan prosedur tertentu yang harus dilakukan dengan bergam komponen, yakni
dicapai melalui interaksinya dengan peserta komponen pedagogik, kepribadian, dan
didik. Corporatness/kesejawatan berkaitan sosial. Komponen pedagogik bersumber dari
dengan setiap perilaku keseharian maupun GRNXPHQ NXDOL¿NDVL DNDGHPLN SHQGLGLNDQ
tugas profesional perlu memuat kode etik. dan pelatihan, pengalaman mengajar, serta

7DEHO .ULWHULD .LQHUMD *XUX (IHNWLI GDQ (¿VLHQ

61
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011, Halaman 54 - 68

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. METODE


Komponen kepribadian dan sosial bersumber Penelitian ini merupakan penelitian
dari penilaian dari atasan dan pengawas. evaluasi deskriptif kuantitatif dengan subjek
Kompetensi profesional bersumber dari penelitian ini guru IPA SD, SMP, dan SMA
kualifikasi akademik, STPL, pengalaman se-Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang
mengajar, prestasi akademik, dan karya VXGDK OXOXV VHUWL¿NDVL PHODOXL MDOXU SRUWRIROLR
pengembangan profesi. dan sudah menerima insentif sertifikasi.
Berdasarkan komponen tersebut Sampel ditetapkan dengan teknik proporsional
dirumuskan sepuluh ketentuan dengan random sampling dengan jumlah subjek untuk
wahana tampilan unjuk kerja guru, sedangkan guru IPA SD, SMP, dan SMA berturut-turut
indikator produktivitas, kualitas, dan relevansi 33 guru, 38 guru, dan 46 guru. Pelaksanaan
karya utama dan pendukung, diperoleh penelitian dilakukan dari Juni s.d. Desember
dari informasi data tentang kelayakan dari 2010 berupa merancang instrumen, menguji
tingkat kompetensi guru. Kelayakan tingkat secara terbatas, survei di lapangan, observasi,
kompetensi ini ditetapkan dengan dasar mengevaluasi dan memperbaiki, menguji
penetapan kelulusan apabila skor mencapai secara luas, evaluasi dan penyempurnaan,
angka 850 dan dasar rekomendasi bagi guru menguji keteterapannya, menganalisis data,
yang tak lulus dengan melengkapi substansi dan menyeminarkan hasil penelitian.
atau mengikuti PLPG. Adapun langkah-langkah dalam
Dengan berbagai indikator profesional penelitian pengembangan ini dapat dibagi
seperti diungkapkan di atas, telah dihasilkan dua tahap, yakni tahap studi pendahuluan
JXUX JXUX \DQJ EHUVHUWL¿NDW SHQGLGLN GDQ yang dilakukan dengan studi lapangan untuk
telah menerima tunjangan profesi sesuai prasurvei mengenai masalah kinerja nyata.
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dari hasil prasurvei diperoleh informasi
Tentu saja harapan lebih jauh dari pemberian bahwa sampai tahun 2010 guru yang telah
tunjangan tersebut adalah guru dapat bekerja bersertifikat pendidik belum semuanya
lebih profesional, yakni guru dapat bekerja mendapatkan pembayaran tunjangan. Keadaan
optimal dan dapat hidup melalui pendapatan ini selanjutnya dianalisis dan dideskripsikan
yang diperoleh dari layanan profesinya. serta dipertimbangkan sebagai subjek yang
6HUWL¿NDVL JXUX PHUXSDNDQ VDODK VDWX diteliti sehingga tergambar kesenjangan antara
bagian dari tugas pemerintah dalam upaya ketentuan menteri tentang kinerja guru dengan
meningkatkan kinerja guru, baik di tingkat kinerja nyata di lapangan. Berikutnya tahap
pendidikan dasar maupun menengah. Kinerja studi pengembangan yang didasarkan pada
yang ditampilkan berkaitan dengan kinerja hasil yang diperoleh pada studi pendahuluan,
dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peneliti kemudian menyusun rancangan
yang pada akhirnya memperlihatkan aspek instrumen untuk pengumpulan data, baik
performance di kalangan guru. melalui kuesioner, wawancara, maupun studi
Uraian di atas memberikan gambaran dokumen. Indikator instrumen dikembangkan
bahwa guru sebagai tenaga profesional dari 10 komponen portofolio yang dijabarkan
bertugas merencanakan dan melaksanakan dalam indikator kinerja yang disajikan pada
p r o s es p emb elaj ar an , men ilai has il Tabel 3.
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan Rancangan instrumen yang sudah
pelatihan, melakukan penelitian, membantu disusun dengan indikator ini divalidasi
pengembangan dan pengelolaan program berjenjang lewat pakar dan hasil perbaikan
sekolah, serta mengembangkan aspek dari instrumen kemudian diujicobakan secara
profesionalitas. terbatas untuk mengetahui reliabilitasnya.

62
Suparwoto, Zuhdan KP., Mundilarto, Sukardjo, dan A K Projosantoso: Evaluasi Kinerja Guru...

Tabel 3. Indikator Instrumen Evaluasi Kinerja Guru IPA SD, SMP, dan SMA

Instrumen yang valid dan andal digunakan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
untuk mengumpulkan data lapangan. Analisis Hasil evaluasi kualifikasi akademik
evaluasi tingkat kecenderungan digunakan guru pascasertifikasi untuk guru IPA SD,
empat kategori sebagai berikut. SMP, dan SMA sedang menempuh S1
sebanyak 6,06% (hanya pada guru IPA SD),
Tabel 4. Rentang Skor dan Interpretasinya secara berutan berijazah S1 sebanyak 90,90%;
94,74%, dan 89,13%; sedangkan menempuh
S2 sebanyak 3,04%; 5,26%, dan 4,35%;
berijazah S2 sebanyak 6,52% (untuk guru
,3$ 60$ 3URSRUVL NXDOL¿NDVL DNDGHPLN
yang terbesar pada guru IPA SD, SMP, dan
SMA adalah berijazah S1. Penilaian diri
guru terhadap aspek kompetensi profesional,

63
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011, Halaman 54 - 68

pedagogik, kepribadian, dan sosial pada Salah satu ciri guru yang kompeten adalah
guru IPA SD, SMP, dan SMA berturut-turut guru yang selalu mau dan bersedia belajar
ditampilkan pada Tabel 5. sepanjang hayat. Kemauan belajar merupakan
Persepsi penilaian dalam aspek gambaran guru yang memiliki komitmen
kompetensi profesional, pedagogik, XQWXN VHODOX LQJLQ PDMX 'XD WXJDV JXUX ¿VLND
kepribadian, dan sosial antara guru dengan dalam pembelajaran IPA yang perlu dihayati
atasan ternyata terdapat sedikit perbedaan. dengan sebaik-baiknya adalah pengelolaan
Namun, terdapat kecenderungan penilaian instruksional dan pengelolaan kelas.
atasan memiliki rentang dari cukup sampai Orientasi pembelajaran IPA belum
sangat baik, sedangkan pada kompetensi ditujukan kepada peran siswa untuk belajar,
sosial penilaian pribadi ada yang menampilkan dan guru sebagai fasilitator pembelajaran.
kondisi tidak baik. Untuk penilaian atasan Hal ini berarti ada pergeseran paradigma
terhadap guru IPA secara berturut-turut untuk pembelajaran IPA, yakni dari yang semula guru
tingkat SD disparitasnya paling menonjol, lalu menetapkan apa yang akan dipelajari menjadi
guru SMA, dan yang paling kecil disparitasnya bagaimana menyediakan dan memperkaya
guru SMP. Namun, secara keseluruhan pengalaman siswa. Pengalaman belajar ini
memberikan gambaran kondisi bahwa penilaian diperoleh melalui serangkaian kegiatan yang
tersebut dalam batas-batas pelaksanaan pada prinsipnya mengeksplorasi lingkungan
tugas yang lebih bersifat administratif. melalui interaksi aktif antara siswa dengan

Tabel 5. Penilaian Diri Guru IPA

64
Suparwoto, Zuhdan KP., Mundilarto, Sukardjo, dan A K Projosantoso: Evaluasi Kinerja Guru...

guru dan membangun kerja sama serta Dalam kaitan dengan proses
interaksi siswa dengan lingkungan dan pembelajaran IPA di kelas ada dua hal pokok
narasumber lain. Orientasi pembelajaran IPA yang menjadi fokus telaah, yakni RPP dan
dipertimbangkan dan disediakan pengalaman pelaksanaan pembelajaran di kelas. Di dalam
belajar siswa. penyusunan RPP yang mencakup pemahaman
Penghayatan ajaran Ki Hadjar format dan pengembangan substansi materi
Dewantoro tentang falsafah ngerti-ngrasa dapat dikemukakan bahwa RPP yang disusun
dan nglakoni dapat membawa pembelajaran cenderung hanya berupa mengisi format.
IPA yang bermuatan nilai/value dengan Dalam hal pemahaman format, sebagian
memahami langkah penguasaan fakta besar guru telah mampu mengisi secara baik,
diteruskan dengan pengembangan persepsi terutama pada penyusunan alokasi waktu,
dan konsepsi yang seterusnya mampu tujuan, dan metode. Namun, yang melibatkan
melakukan internalisasi menjadi value/nilai. aspek kreativitas pembuatan skenario berpikir,
Falsafah tersebut bila diiplementasikan dalam pelibatan pendidikan karakter, kebenaran,
pembelajaran, tentu akan meningkatkan dan pengembangan media masih belum
kualitas profesional guru dan sekaligus dapat memadai dan tampilan yang dihasilkannyapun
bermuara pada peningkatan kualitas siswa umumnya baru bersifat prosedural.
secara berkesinambungan. Prinsip penyelenggaraan KTSP adalah
Beberapa aspek kegiatan yang belajar tuntas sehingga layanan pembelajaran
mendukung kompetensi profesional, seharusnya bersifat individual. Artinya,
pedagogik, kepribadian, sosial, serta kinerja kemajuan siswa tidak harus mengikuti
guru dapat ditampilkan dalam Tabel 5. kemajuan klasikal. Namun, untuk saat ini ada
Berdasarkan aspek yang berkaitan kecenderungan bahwa guru masih mengalami
dengan kinerja guru IPA dalam hal kesulitan di dalam penyusunannya. Padahal,
pengembangan diri untuk peningkatan kecenderungan global menuntut layanan
efektivitas dan efisiensi kerja dapat individual. Misalnya, penggunaan modul,
disimpulkan bahwa pada perilaku guru IPA e-leaning, internet, dan paket belajar.
SD, SMP, dan SMA mengenai pengalaman Pemecahan sementara yang telah dapat
EHUWLQGDN H¿VLHQ OHELK PHQRQMRO GLEDQGLQJNDQ dilakukan adalah membuat pembelajaran
dengan bertindak efektif, dengan urutan yang bervariasi dengan guru berperan sebagai
VDQJDW PHQRQMRO ! SDGD NHJLDWDQ fasilitator pembelajaran, seperti pembelajaran
pendidikan dan pelatihan, kegiatan seminar, melalui diskusi, belajar berkelompok untuk
pengalaman menjadi organisasi sosial, dan menyelesaikan tugas tertentu, penyediaan
tugas tambahan yang tidak berhubungan media pembelajaran, dan melakukan
dengan IPA; cukup menonjol pada kegiatan inventarisasi sumber pembelajaran yang
pendukung bertindak efektif (66%-80%) dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan
yang antara lain menjadi pengurus orgaisasi keterlibatan siswa dan sebagainya.
bidang pendidikan, pembimbing teman Bertolak dari uraian di atas, kegagalan
sejawat, pembimbing siswa dalam lomba, karena faktor akademik perlu dicari alternatif
pembuatan media pembelajaran, sedangkan pemecahannya melalui pembelajaran yang
yang kurang menonjol (<55%) antara lain menyenangkan. Bila dilakukan pendekatan
mengikuti lomba akademik, menghasilkan yang tepat terhadap siswa, boleh jadi siswa
lomba karaya tulis ilmiah, penulis soal atau lebih senang belajar melalui kegiatan diskusi
reviewer soal ujian akhir, membuat karya dan lebih unggul prestasinya daripada dengan
teknologi, dan pehargaan yang relevan dalam kegitan klasikal. Menggunakan kriteria
bidang pendidikan. belajar tuntas, yakni bahwa siswa yang

65
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011, Halaman 54 - 68

Tabel 6. Kegiatan Pendukung Kompetensi

66
Suparwoto, Zuhdan KP., Mundilarto, Sukardjo, dan A K Projosantoso: Evaluasi Kinerja Guru...

WHODK PHQFDSDL NRPSHWHQVL GHQJDQ VNRU ! Penampilan pembelajaran yang direkam


dari skala 0-100 dianggap lulus atau telah melalui pengamatan di kelas memberikan
mencapai kompetensi, tetapi bagi yang <75 gambaran bahwa pengelolaan kelas sangat
harus mengulang melalui program remedial. memadai, persiapan kelas dan siswa baik,
Untuk program remedial ini perlu ditelusuri bahkan sebagain guru telah mengembangkan
pada bagian mana siswa mengalami kesulitan pembelajaran dengan berpusat pada siswa.
atau kegagalan. Melalui penelusuran ini akan Kegiatan diskusi telah diimplementasikan
memberikan kemudahan bagi guru untuk dalam pembelajaran di kelas. Hanya saja
menyelenggarakan program remedial. substansi materi masih bersumber dari buku
Disamping faktor akademis, kegagalan teks, guru belum tampak mengolah substansi
siswa juga perlu ditelusuri dari segi materi yang sifatnya terapan dari konsep
nonakademis, misalnya adanya masalah yang dikembangkan. Upaya pengembangan
pribadi siswa, akibat masalah rumah tangga penilaian berbasis kompetensi menuntut
orang tuanya, faktor pergaulan muda-mudi, kerja keras dari pihak guru IPA, khususnya
dan hubungan yang tak harmonis. Tugas guru membangun kolaborasi di antara guru dalam
adalah menemukan faktor pencetus/penyebab mata pelajaran serumpun. Disadari pula
dari kegagalan tersebut sehingga ditemukan bahwa setiap profesi perlu melibatkan aspek
cara yang tepat sesuai dengan gaya belajar tanggung jawab, keahlian, dan kesejawatan.
siswa. Aspek menggali kegagalan siswa dan Tanggung jawab merupakan bagian dari
membantu agar siswa berhasil inilah yang komitmen memilih profesi sebagai guru
perlu menjadi fokus dalam KTSP. dengan segala konsekuensinya. Keahlian
Penyelenggaraan program remedial merupakan bidang yang harus selalu diasah,
yang ideal akan mudah dilakukan manakala dikembangkan, dan menjadi ciri profesi guru,
guru telah memiliki program pembelajaran sedangkan kesejawatan memuat prinsip-
yang bersifat paket. Misalnya, tersedia modul prinsip kerja sama, kolaborasi, kooperatif,
yang lengkap dan tersedia paket program dan sebagainya.
pembelajaran melalui komputer atau internet
yang dapat diakses siswa. Sarana pembelajaran SIMPULAN
yang berupa media yang dapat dimanfaatkan Bertolak dari pengumpulan data,
siswa akan memberikan kemuadahan dalam analisis data, dan pembahasan yang telah
penyelenggaraan program remedial. Namun, diungkapkan di bagian depan dapat ditarik
bila kesemuanya belum ada, pembimbingan simpulan berikuti ini.
secara langsung perlu dilakukan sehingga Pertama, aspek kompetensi yang
kesepakatan jadwal menjadi amat penting. dimiliki guru-guru cenderung beragam, yakni
Ketersediaan waktu dan tenaga dari guru kompetensi profesional secara berurutan pada
menjadi penunjang keberhasilan program guru IPA tingkat SMA, SD, dan SMP berada
remedial tersebut. pada ranah persepsi kategori baik dan sangat
Penyediaan waktu sekurang-kurangnya baik serta kompetensi pedagogiknya secara
2 jam/minggu untuk mata pelajaran IPA dapat berurutan pada guru IPA tingkat SMP, SD,
dimanfaatkan untuk program remedial dengan dan SMA berada pada ranah baik dan amat
menyelenggarakan tugas-tugas, ujian blok, baik. Kedua, kompetensi kepribadian yang
dan ujian akhir semester. Dalam situasi yang dimiliki guru secara berurutan guru IPA SMP
belum mendukung, program remedial ini dan SD dalam kategori amat baik dan baik,
dapat diganti dengan tugas terstruktur yang sedangkan guru IPA SMA dengan kategori
mempertim-bangkan bobot tugas dan waktu baik dan cukup (22%). Ketiga, kompetensi
serta kemampuan siswa. sosial yang dimiliki guru IPA dengan urutan

67
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011, Halaman 54 - 68

guru IPA SMP dan SD dalam kategori baik DAFTAR PUSTAKA


dan guru SMA dengan kategori baik dan Anwar dan Sagala, 2004. Profesi Jabatan
cukup (63%). Kependidikan dan Guru sebagai Upaya
Keempat, Aspek yang berkaitan dengan Menjamin Kualitas Pembelajaran.
kinerja guru IPA dalam hal pengembangan diri Jakarta: Uhamka Press.
XQWXN SHQLQJNDWDQ HIHNWLYLWDV GDQ H¿VLHQVL Baedhowi, 2008. Penilaian Kinerja Guru.
kinerja pada perilaku guru IPA SD, SMP, dan Jakarta: Dirjen PMPTK Jakarta.
60$ DGDODK SHQJDODPDQ EHUWLQGDN H¿VLHQ Blau & Peter M. 1973. The Organization
lebih menonjol dibandingkan dengan bertindak of Academic Work. New York: John
HIHNWLI DQWDUD ODLQ VDQJDW PHQRQMRO ! Willey And Sons.
untuk kegiatan pendidikan dan pelatihan, Djohar. 2006. Guru, Pendidikan dan
kegiatan seminar, pengalaman menjadi Pembinaannya (Penerapannya dalam
organisasi sosial, dan tugas tambahan yang Pendidikan dan Undang-Undang
tidak berhubungan dengan IPA; pada kegiatan Guru). <RJ\DNDUWD *UD¿ND ,QGDK
pendukung bertindak efektif cukup menonjol Munir, A. 2008. Menjadi Kepala Sekolah
(66%-80%) untuk kegiatan menjadi pengurus Efektif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
organisasi bidang pendidikan, pembimbing Nawawi, Hadari. 2006. Evaluasi dam
teman sejawat, pembimbing siswa dalam Manajemen Kinerja di Lingkungan
lomba, pembuatan media pembelajaran, Perusahaan dan Industri. Yogyakarta:
sedangkan yang kurang menonjol (<55%) Gadjah Mada University Press
antara lain dalam mengikuti lomba akademik, Fattah, Nanang 2004. Landasan Manajemen
menghasilkan lomba karya tulis ilmiah, Pendidikan. Bandung: Remaja
penulis soal atau review soal ujian akhir, Rosdakarya.
membuat karya teknologi, dan penghargaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
sebagai relevan dengan pendidikan Guru Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
di dalam pengembangan RPP telah mampu 2007 Tentang Standar Kualifikasi
mengisi format dan menuliskan secara baik Akademik Dan Kompetensi Guru.
materi IPA sejalan dengan pelatihan yang Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008
dikembangkan oleh dinas. Namun, dalam Tentang Guru.
hal pembuatan skenario pembelajaran IPA Stinnet, T.M. 1968. Professional Problema
belum menjadi perhatian para guru, seperti of Teacher. New York: The Macmillan
penulisan bahan ajar yang cenderung sama Company.
dengan buku teks yang digunakan, guru Sutjipto dan Kosasi R. 2004. Profesi Keguruan.
belum cukup mampu menampilkan skenario Jakarta: Rineka Cipta.
pembelajaran (33%), alokasi setiap langkah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
(6%); keterlaksanaan pembelajaran dan Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
pengembangan keterampilan berpikir siswa Undang-Undang RI Nomor 14, Tahun 2005,
yang diskenariokan (15%). Dengan demikian, Tentang Guru dan Dosen.
pada pola pembelajaran yang tampak di RPP, Uno, Hamzah 2008. Profesi Kependidikan
guru cenderung memiliki kinerja efisien Problem, Solusi, dan Reformasi
DWDX SHQJHPEDQJDQ SHPEHODMDUDQ H¿VLHQ Pendidikan di Indonesia. Jakarta:
prosedural sesuai tuntutan pimpinan. Bumi Aksara

68

Anda mungkin juga menyukai