Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL SEMINAR KEJIWAAN PADA PASIEN DENGAN ISOLASI

SOSIAL

Disusun Oleh:

Kelompok Ruang Akut

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN AMBON

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi dimana seorang individu

dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu

tersebut dapat menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan,

dapat

bekerja secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi untuk

komunitasnya. Kesehatan jiwa suatu kondisi perasaan sejahtera secara

subyektif, suatu penilaian diri tentang perasaan mencakup aspek konsep diri,

kebugaran dan kemampuan pengendalian diri (Purwanto, 2013)

Berdasarkan Reset Kesehatan Dasar 2018 prevalensi proporsi rumah

tangga dengan anggota rumah tangga gangguan jiwa skizofernia/psikosis di

Indonesia sekitar 7 permil anggota rumah tangga mengalami gangguan jiwa

skizofernia. Artinya per 1000 rumah tangga terdapat 7 rumah tangga dengan

orang dengan gangguan jiwa, sehingga jumlahnya diperkirakan 450 ribu

orang dengan gangguan jiwa berat. Sekitar 84,9% penderita gangguan jiwa

berobat ke pelayanan kesehatan sedangkan sekitar 15,1% tidak diobati. Untuk

kepatuhan minum obat ada sekitar 48,9% rutin meminum obat dan 51,1%

tidak patuh. Prevalensi penduduk maluku dengan anggota rumah tangga

gangguan jiwa Skizofernia/Psikosis adalah sebanyak 3,9% per 1000

penduduk dan merupakan salah satu provinsi dengan angka penduduk


gangguan jiwa terendah dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia

(Riskesdas, 2018).

Data yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit Khusus Daerah

Provinsi Maluku pada lima tahun terakhir adalah sebagai berikut: dari tahun

2016-2020 jumlah pasien dengan gangguan Isolasi Sosial pada tahun 2016

sebanyak 25 orang yang rawat inap dengan isolasi sosial, tahun 2017

sebanyak 15 orang, tahun 2018 sebanyak 90 orang, tahun 2019 sebanyak 11

orang, tahun 2020 sebanyak 2 orang.

Isolasi sosial adalah keadaan seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang

lain disekitar. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, dan tidak

mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Yusuf, 2015).

Perilaku yang sering ditampilkan pasien isolasi sosial adalah menunjukan

menarik diri, tidak komunikatif, asyik dengan pikiran dan dirinya sendiri,

tidak ada kontak mata, sedih, efek tumpul, perilaku bermusuhan, menyatakan

perasaan sepi, atau ditolak kesulitan membina hubungan dilingkungannya,

menghindari orang lain, dan mengungkapkan perasaan tidak dimengerti orang

lain (Keliat, 2016).

A. Rumusan masalah

1. Apa definisi dari isolasi sosial ?

2. Bagaimana proses terjadinya masalah ?

3. Bagaimana terjadinnya komplikasi ?

4. Apa saja pengkajian keperawatan ?


B. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan kepada klien dengan

isolasi social yang meliputi pengkajian perencanaan sampai evaluasi


BAB I

PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Isolasi Sosial

a. Pengertian

Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2016) Isolasi Sosial ialah ketidak mampuan untuk

membina hubungan yang erat, hangat, terbuka, dan interdependen dengan

orang lain. Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan

orang lain di sekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak

diterima,kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti

dengan orang lain. (Dermawan & Rusdi, 2013)

b. Rentang Respon

Adaptif

Maladaptif

1. Menyendiri 1. Merasa sendiri 1. Menarik diri

2. Otonomi 2. Dependensi 2. Ketergantungan

3. Bekerja sama 3. Curiga 3. Manipulasi


4. Saling ketergantungan 4. Curiga

Gambar 1 Rentang Respon Isolasi Sosial


(Sumber: Surya Direja Buku Ajaran Asuhan Keperawatan Jiwa di
Indonesia, 2011)

Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial:

1) Respon adaptif

Respon adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh

norma- norma sosial dan kebudayaan secara umum dalam batas normal

ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk

respon adaptif

a) Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan

apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.

b) Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan

menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.

c) Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu


sama lain.

d) Saling ketergantungan (Interdependen), saling ketergantungan antara

idividu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

2) Respon maladaptif

Respon maladaptif adalah respons yang menyimpang dari normal

sosial dan kehidupan disuatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang

termasuk respon maladaptif

a) Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina

hubungan secara terbuka dengan orang lain.


b) Kertegantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri

c) Manipulasi, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri

sehingga tergantung dengan orang lain.

d) Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang


lain.

c. Etiologi

Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi

diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat

mengakibatkan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak

percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap

orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.

Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi

dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang

lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan. Proses terjadinya Isolasi sosial

pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi

(Surya Direja, 2011) yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan

presipitasi.

1) Faktor Predisposisi
a) Faktor tumbuh kembang

Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas

perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam

hubungan sosial.

b) Faktor komunikasi dalam keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung

terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.

c) Faktor sosial budaya

Isolasi Sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial

merupakam faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan

sosial.

d) Faktor biologis

Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung

terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat

mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak,

mislanya skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan

sosial.

2) Faktor Presipitasi

Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh

faktor internal dan ksternal seseorang. Faktor setressor presipitasi dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

a) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress ynag

ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.

b) Faktor internal

Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat

ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya

bersamaan dengan kertebatasan kemampuan individu untuk

mengatasinya.
d. faktorTanda dan gejala

Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2017) tanda dan gejala isolasi sosial sebagai berikut :

1) Gejala dan Tanda Mayor isolasi sosial

Tabel 1
Gejala dan Tanda Mayor isolasi sosial

Subjektif Objektif

Merasa ingin sendiri Menarik diri

Merasa tidak aman di tempat Tidak berminat/menolak

umum berinteraksi dengan orang lain

atau lingkungan

(Sumber: Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

2) Gejala dan Tanda Minor


Tabel 2
Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif

Merasa berbeda dengan orang Afek datar

Lain

Merasa asik dengan pikiran Afek sedih

Sendiri

Merasa tidak mempunyai tujuan Riwayat ditolak

yang jelas
Menunjukkan permusuhan

Tidak mampu memenuhi

harapan oarang lain

Kondisi difabel

Tindakan tidak berarti

Tidak ada kontak mata

Perkembangan terlambat

Tidak bergairah/lesu

(Sumber: Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)


B. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Isolasi Sosial

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan

data dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan

pasien tersebut. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan

melalui data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Isolasi sosial

adalah keadaan seseorang individual yang mengalami penurunan atau

bukan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,

dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain

(Sutini, 2014).

a. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, dan

spiritual

1) Aspek Biologis

Hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernapasan, TB,

BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

2) Aspek Psikososial

a) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola

komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh

b) Konsep diri

1) Gambaran diri

Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,

reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang

disukai. Pada klien dengan isolasi sosial, klien menolak melihat dan

menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan

tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi, menolak penjelasan

perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh, prekupasi dengan

bagian yang hilang.

2) Identitas diri

Klien dengan isolasi sosial mengalami ketidakpastian memandang

diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil

keputusan.

3) Fungsi peran

Tugas atau peran klien dalam keluarga/ pekerjaan/kelompok

masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau

perannya, dan bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.

Pada klien dengan isolasi sosial bisa berubah atau berhenti fungsi

peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK,

perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat.

4) Ideal diri

Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran

dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap


lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika

penyakitnya tidak sesuai dengan harapannya. Pada klien dengan

isolasi sosial cenderung mengungkapkan keputusasaan karena

penyakitnya, mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.

5) Harga diri

Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri

sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,

mencederai diri, dan kurang percaya diri.

c) Hubungan sosial

Dalam setiap interaksi dengan klien, perawat harus menyadari luasnya

dunia kehidupan klien. Siapa yang berarti dalam kehidupan klien, temapt

mengadu, bicara, minta bantuanatau dukungan baik secara material

maupun non-material. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat

sosial apa saja yang diikuti dilingkungannya. Pada penderita isolasi sosial

perilaku sosial terisolasi atau sering menyendiri, cenderung menarik diri

dari lingkungan pergaulan, suka melamun, dan berdiam diri. Hambatan

klien dalam menjalin hubungan sosial oleh karena malu atau merasa

adanya penolakan oleh orang lain.

d) Spiritual

Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan

dalam menjalankan keyakinan.

e) Status Mental

Kontak mata klien kurang/tidak dapat mempertahankan kontak mata,

kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang


mampu berhubungan dengan orang lain. Adanya perasaan keputusasaan

dan kurang berharga dalam hidup.

f) Kebutuhan persiapan pulang

1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan

2) Klien mampu BAB dan BAK menggunakan dan membersihkan WC,

membersihkan dan merapikan pakaian.

3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi

4) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktivitas didalam

dan diluar rumah

5) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar

g) Aspek Medik

Terapi yang di lakukan pada klien dengan gangguan jiwa berupa:

a) Terapi farmakologi/obat-obatan

b) ECT (Electro Cardiac Therapy)

c) Psikomotor /therapy okopasional

d) TAK (Terapi Aktifitas Kelompok) dan rehabilitas

2. Proses Terjadinya Isolasi Sosial

a. Faktor Predisposisi

Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak

realistis, kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan

struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakan,

dicerai suami, putus sekolah, PHK (Pemutus Hak Kerja), perasaan malu karena

sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba)

perlakuan ornag lain yang tidak menghargai klien atau perasaan negatif terhadap

diri sendiri yang berlangsung lama


b. Faktor Presipitasi

Faktor prespitasi bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang

lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidak

berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menyebabkab isolasi sosial (Keliat,

2016).

3. Tanda dan Gejala

Menurut (Rusdi, 2013) tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan

klien yang menunjukan penilian negatif tentang hubungan sosial dan didukung

dengan data observasi :

a. Data Subjektif

Pasien mengungkapkan tentang

1) Perasaan sepi

2) Perasaan tidak aman

3) Perasaan bosan dan waktu terasa lambat

4) Ketidakmampuan berkonsentrasi

5) Perasaan ditolak

b. Data Objektif

1) Banyak diam

2) Tidak mau bicara

3) Menyendiri

4) Tidak mau berinteraksi

5) Tampak sedih

6) Ekspresi datar dan dangkal

7) Kontak mata kurang


4. Mekanisme koping

Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan berbagai mekanisme

dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua

jenis masalah hubungan yang spesifik (Rusdi, 2013). Koping yang berhubungan

dengan gangguan kepribadian antisosial antara lain proyeksi, splitting dan

merendahkan orang lain, koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian

ambang splitting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan

orang lain dan identifikasi proyektif. Menurut (Rusdi, 2013), sumber koping yang

berhubungan dengan respon sosial maladaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan

keluarga yang luasan teman, hubungan dengan hewan pemeliharaan dan penggunaan

kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian, music atau

tulisan.

5. Sumber koping

Menurut (Rusdi, 2013), sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial

maladaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan teman,

hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan untuk mengekspresikan stress

interpersonal misalnya kesenian, music atau tulisan.

6. Pohon Masalah

POHON MASALAH

Resiko Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Sumber (Fitria, 2010)


7. Masalah keperawatan yang mungkin muncul

a. Isolasi Sosial

b. Harga Diri Rendah

c. Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi

8. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial

9. Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan

Tgl No Diagnosa Tujuan Perencanaan


Dx Keperawatan
Intervensi Generalis Rasional

1 Isolasi Sosial Klien dapat 1. Bina hubungan Hubungan saling percaya


berinteraksi saling percaya merupakan landasan
dengan orang dengan utama untuk hubungan
menggunakan
lain sehingga interaksi klien
prinsip
tidak terjadi komunikasi selanjutnya.
halusinasi. peraputik
dengan cara:
a. Sapa klien
dengan rama,
Klien dapat baik verbal
membina maupun non
hubungan verbal.
saling percaya. b. Perkenalkan diri
dengan spontan
c. Tanyakan nama
lengkap klien
dan nama
panggilan yang
disukai.
d. Jelaskan tujuan
pertemuan.
e. Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adannya
f. Berikan
perhatian
kepada klien
dan kebutuhan
dasar.
SP 1p: Dorong klien Dengan mengetahui akan
untuk mampu penyebab klien isolasi
Klien mampu menyebutkan sosial dapat ditemukan
menyebutkan penyebab mekanisme koping klien
penyebab isolasi sosial.
dalam berinteraksi sosial,
isolasi sosial serta strategi apa yang
akan diterapkan kepada
klien.

SP 1p: Diskusikan Dengan mengetahui


bersama klien keuntungan berinteraksi
Mendiskusikan tentang dengan orang lain, maka
dengan klien keuntungan
klien akan bermotivasi
tentang berinteraksi
dengan orang untuk berinteraksi dengan
keuntungan orang lain.
lain.
berinteraksi
dengan orang
lain.

SP 1p: Diskusikan Dengan mengetahui


bersama klien kerugian tidak
Berdiskusikan tentang berinteraksi dengan orang
dengan klien kerugian tidak lain, maka klien akan
tentang berinteraksi
dengan orang bermotivasi untuk
kerugian berinteraksi dengan orang
lain.
berinteraksi lain.
dengan orang
lain.

SP 1p: Ajarkan klien Melibatkan klien dalam


berkenalan satu berinteraksi sosial akan
Klien diajarkan orang. mendorong klien untuk
oleh perawat melihat secara langsung,
tentang cara keuntungan dari
berkenalan berinteraksi sosial serta
dengan satu dapat meningkatkan
orang. konsep diri.

SP 1p: Masukan Memasukan kegiatan


kegiatan berbincang — bincang
Klien dapat berbincang — dengan orang lain dlam
memasukan bincang dengan kegiatan harian akan
kegiatan orang lain
dalam kegiatan membantu klien
berbincang — mencapai interaksi sosial
harian.
bincang dengan secara bertahap.
orang lain
dalam kegiatan
harian.
SP 2p: Evaluasi Evaluasi sebagai upaya
kegiatan harian untuk merencanakan
Jadawal klien mengenai kegiatan selanjutnya
kegiatan harian kegiatan
apakah klien bisa
klien dapat berbincang —
bincang dengan melakukan interaksi
terevaluasi sosial dengan dua orang
orang lain.
mengenai atau lebih.
kegiatan
berbincang —
bincang.

SP 2p: Dorong klien Melibatkan klien dalam


untuk berinteraksi sosial akan
Klien dapat mempraktekan mendorong klien untuk
mempraktekan cara berkenalan melihat dan merasakan
cara perkenalan dengan satu
orang secara langsung
dengan satu keuntungan dari
orang. berinteraksi sosial serta
meningkatkan konsep
diri.

SP 3p: Evalusi jadwal Evalusi sebagai upaya


kegiatan harian untuk merencanakan
Klien dapat klien. kegiatan selanjutnya
mengevalusi apakah klien bisa
jadwal kegiatan melakukan interaksi
harian. sosial dengan dua orang
atau lebih.

SP 3p: Dorong klien Melibatkan klien dalam


untuk dapat interaksi sosial akan
Klien dapat berkenalan mendorong klien untuk
berkenalan dengan dua melihat dan merasakan
dengan dua orang atau
lebih. secara langsung
orang atau lebih keuntungan dari
berinteraksi sosial.

SP 3p: Masukan Memasukan kegiatan


kegiatan berbincang — bincang
Klien dapat berbincang — dengan orang lain
memasukan bincang dengan
kedalam kegiatan harian
kegiatan dua orang atau
lebih kedalam akan membantu klien
berbincang — mencapai interaksi sosial
kegiatan harian.
bincang dengan secara bertahap.
dua orang atau
lebih kedalam
kegiatan harian.

1. Implementasi
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam bentuk

intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan.

Keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat

perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan

dibutuhkan oleh pasien saat ini (Rusdi, 2013).

2. Evaluasi

Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan

yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi tindakan keperawatan dan evaluasi (Rusdi, 2013).

BAB II
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Ruang rawat : Akut Tanggal dirawat : 11/11/2021

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Tn.S (L) umur : 55 Tahun No.CM : 00 88 99

II. ALASAN MASUK

Pasien dibawa ke RSKD yang ke dua kalinya karena sejak 2 bulan yang lalu, pasien

mengganggu orang sholat, selalu keluar rumah dari pagi hingga malam, mengganggu orang

lain, bicara sendiri, tidur kurang.

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?

Pasien mengatakan klien mengalami gangguan jiwa di masa lalu

2. Pengobatan sebelumnya

Tidak berhasil karena perawat mengatakan putus obat sehingga klien masuk ke dua

kalinya ke Rumah Sakit Khusus Daerah

3. Trauma

Klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma

Jelaskan : Klien tidak mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan dan

kekerasan keluarga.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?

Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

seperti klien

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

5. pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Masalah keperawatan :

IV. PEMERIKSAAN FISIK

 TTV : TD : 100/70 mmHg ,N : 86 X/M , S : 36, 5 , P : 22 X/M

 UKUR : BB : 50 kg , TB : 160 Cm

 KELUHAN FISIK : Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.

MASALAH KEPERAWATAN : tidak ada masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL

1. GENOGRAM

JELASKAN :

MASALAH KEPERAWATAN :

2. KONSEP DIRI

a. Citra tubuh : Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya

b. Identitas : Klien mengetahui dirinya seorang laki – laki

dan mempunya anak laki-laki. Berusia 48 tahun

b. Peran : Klien berperan sebagai Ayah dan kepala keluarga

c. Ideal diri : Klien berharap bias sembuh dan lekas pulang dari rumah sakit

khusus daerah

d. Harga diri : klien marasa malu di tinggal istri dan anaknya

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : klien mengatakan orang yang berarti ada istri dan

anaknya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : klien mengatakan tidak

pernah mengikuti kegiatan dalam masyarakat.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien tidak bias

berhubungan dengan orang lain.

Masalah Keperawatan : isolasi social

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : klien mengatakan beragama Islam

b. Kegiatan ibadah : klien mengatakan tidak pernah menjalankan ibadah

Masalah keperawatan : -

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan
 Tidak rapi
 Penggunaan pakaian tidak sesuasi
 Cara berpakain tidak sesuai

Jelaskan : dalam penampilan klien terlihat tidak rapi. Rambut klien tidak tertata.
klien tampak kusam, lesu, dan kuku lien tampak kotor.

Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri

2. Pembicaraan

Jelaskan : klien tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu dengan lawan bicara.
Klien menjawab pertanyaan seperluhnya saja.
Masalah keperawatan isolasi social

3. Aktifitas motoric

Jelaskan : ketika berbincang – bincang, kontak mata klien kurang, klien lebih banyak
diam ketika tidak di Tanya.
Masalah Keperawatan : Isolasi social

4. Alamperasaan

Jelaskan : klien tampak diam dan tidak mau berbicara


Masalah Keperawatan : isolasi social

5. Afek
Jelaskan : datar, karena selama interaksi klien banyak diam, menjawab pertanyaan
seperluhnya.
Masalah keperawatan : Isolasi social

6. Interaksi selama wawancara

Jelaskan : Klien kurang kooperatif saat di wawancara, tidak ada kontak mata, klien
berbicara saat hanya di beri pertanyaan.
Masalah keperawatan : isolasi social

7. Persepsi
Halusinasi :
Jelaskan : klien jarang berbicara saat di Tanya perawat klien hanya terdiam
Masalah Keperawatan : isolasi social

8. Isi Pikir
Waham
Jelaskan : klien tidak mempunyai keyakinan terhadap dirinya
Masalah keperawatan :

9. Arus pikir

Jelaskan : klien tidak mau menjawab apa yang di tanyakan oleh perawat
Masalah keperawatan : isolasi social

10. Tingkat kesadaran

Jelaskan : saat di kaji klien tampak bingung


Masalah keperawatan :

11. Memori

Jelaskan : klien hanya mengingat namanya dan tidak meu berbicara saat ditanya
perawat
Masalah keperawatan : isolasi social

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Jelaskan : konsentrasi klien tidak mau berbicara ketika ditanya hanya terdiam
Masalah keperawatan : isolasi social

13. Kemampuan penilaian

Jelaskan : klien tidak mampu berhubungan dengan orang


Masalah keperawatan : isolasi social
14. Daya tilik diri

Jelaskan : klien mengatakan dirinya sedang berada di rumah sakit


Masalah keperawatan :

VII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG

1. Kemampuan klien memnuhi kebutuhan


Jelaskan : klien sering menghabiskan porsi makan yang di berikan
perawat
Masalah keperawatan : -

2. Kegiatan hidup sehari – hari


Jelaskan : klien mandi sendiri, memotong kuku sendiri saat di
sampaikan perawat
Masalah keperawatan : -
3. Klien memiliki system pendukung
Jelaskan : klien hanya mengatakan keluarga
Masalah keperawatan :
4. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi ?
Jelaskan : klien hanya terdiam saja
Masalah Keperawatan :
XIII. Diagnosa Keperawatan

ANALISA DATA

Nama Klien :

Ruangan :

TANGGAL DATA MASALAH


18/11/2021 DS: Isolasi Sosial
Sukar didapatkan jika klien
menolak komunikasi, kadang
hanya dijawab dengan singkat, ya
atau tidak

DO:
- Tidak memperdulikan
lingkungan
- Mobilitas kurang
- Klien tampak diam,
melamun.
- Apatis
- Ekspresi sedih
- Menyendiri
- Berdiam diri
- Kontak mata kurang
(menunduk )
- Menolak berhubungan
dengan orang lain
- Posis menekuk

DS : - Kerusakan komunikasi verbal


DO:
- Klien tidak memulai
pembicaraan kepada
lawan bicara
- Klien menjawab
pertanyaan seperlunya
DS : Gangguan proses pikir
Klien mengatakan kalau ia lebih
suka menyendiri

DO :
- Klien terlihat melamun
- Tidak suka memulai
pembicaraan
- Kontak mata klien tidak
focus
POHON MASALAH

Kerusakan komunikasi verbal

Isolasi Sosial

Gangguan proses pikir

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Isolasi Sosial
2. Gangguan proses pikir
3. Kerusakan komunikasi verbal

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


Nama Klien :

Ruangan :

No Diagnosa Keperawatan Tanggal/ Bulan/Tahun


Ditemukan Teratasi
1. Isolasi Sosial 18 November 2021
2. Kerusakan komunikasi verbal 18 November 2021
3. Gangguan proses pikir 18 November 2021

PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Klien :

Ruangan :
No Tgl Dx Tujuan & Kriteria Intervensi

Keperawat Evaluasi

an

1. 18/11/ Isolasi Klien dapat SP 1

2021 Sosial membina hubungan 1.Identifikasi

saling percaya. penyebab

Setelah di lakukan - siapa yang

interaksi selama 2- satu rumah

4x peretmuan Klien dengan pasien

mampu : - siapa yang

- Membina dekat dengan

hubungan pasie

saling - siapa tidak

percaya dekat dengan

- Kontak pasien

mata baik 2.Tanyakan

- Mau keuntungan dan

berkenalan kerugian

- Melakukan berinteraksi

interaksi dengan orang

dengan lain

orang lain - tanyakan

secara pendapat pasien

bertahap tentang

kebiasaan

berinteraksi

dengan orang

lain

- tanyakan apa
yang

menyebabkan

pasien tidak

ingin

berinteraksi

dengan orang

lain

- Diskusikan

keuntungan bila

pasien memiliki

banyak teman

dan bergaul

akrab dengan

mereka

- Diskusikan

kerugian bila

pasien hanya

mengurung diri

dan tidak

bergaul dengan

orang lain

- Jelaskan

pengaruh isolasi

social terhadap

kesehatan fisik

pasien

3.Latih

berkenalan

- Jelaskan

kepada klien
cara

berinteraksi

dengan orang

lain

- Berikan

contoh cara

berinteraksi

dengan orang

lain

- Beri

kesempatan

pasien

mempraktekan

cara

berinteraksi

dengan orang

lain yang di

lakukan di

hadapan

perawat

- Mulailah

bantu pasien

berinteraksi

dengan satu

orang teman

atau anggota

keluarga

- bila pasien

sudah

menunjukan
kemampuan,

tingkatkan

jumlah interaksi

dengan 2,3,4

orang dan

seterusnya

- beri pujian

untuk setiap

kemajuan

interaksi yang

telah di lakukan

oleh pasien

- siap

mendengarkan

ekspresi

perasaan pasien

setelah

berinteraksi

dengan orang

lain, mungkin

pasien akan

mengungkapka

n keberhasilan

atau

kegagalannya,

beri dorongan

terus menerus

agar pasien

tetap semangat

meningkatkan
interaksinya

4.Masukan

jadwal kegiatan

pasien

SP 2:

- Evalua

si SP1

- Latih

berhub

ungan

social

secara

bertaha

- Masuk

an

dalam

jadwal

kegiata

pasien

SP 3 :

- Evalua

si SP1

& SP2

- Latih

cara

berken

alan

dengan
dua

atau

lebih

- Masuk

an

dalam

jadwal

kegiata

pasien

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien :

Ruangan :

N Hr/Tgl Diagno Ja Implemtasi Evaluasi

O sa m

1 Isolasi Melakukan SP1 Pasien isolasi social S : -pasien

Sosial 1. Mengidentifikasi penyebab isolasi social mengatakan Ya

2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan bila

berhubungan dengan orang lain O : - klien tampak

3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian bila kontak mata kurang

tidak berhubungan dengan orang lain - Pasien

4. Mengajarkan klien cara berkenalan tampak

5. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan latihan mengangug

berkenalan ke dalam kegiatan harian kepala saat di

tanaya

A : - ganguan isolasi
social (+)

P : - optimalkan Sp 1

lanjutkan Sp 2

(mendiskusikan

dengan pasien

keuntungan berteman)

2 Isolasi Melakukan SP2 Pasien Isolasi Sosial

Sosial 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Memberikan kesempatan kepada klien

mempraktikan cara berkenalan dengan satu orang

3. Membantu klien memasukkan kegiatan latihan

berbincang-bincang dengan orang lain sebagai

salah satu kegiatan harian

3 Isolasi Melakukan SP3 Pasien Isolasi Sosial

Sosial 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Memberikan kesempatan kepada klien

mempraktikan cara berkenalan dengan dua orang

atau lebih

3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, R. &. (2013). Implementasi terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 1

memperkenalkan diri pada pasien gangguan jiwa dengan isolasi sosial di wilayah kerja

puskesmas kalikajar 2.

Riskesdas. (2018). Situasi Kesehatan Jiwa DI Indonesia. In InfoDATIN (p. 12).


Keliat, 2000 dalam muhit, 2016. (2016). Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Pasien

Isolasi Sosial Dengan Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi 1-3. Ners

Muda, 1(1), 11.

YusufS. F., 2015. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi. In Berita Ilmu

Keperawatan.

Sutini, Y. &. (2014). buku ajar keperawatan jiwa.bandung:Refika Aditama. Journal of

Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689—1699.

Fitria. (2010). Prinsip Dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika. Jurnal

Care, 4(3), 62—69.

Fitria. (2014). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : EGC, 138—155.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).

Dermawan, D., & Rusdi. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. (T.

Rahayuningsih, Ed.). Yogyakarta: Gosyen.

Surya Direja, A. H. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai