Tugas Metodolologi-Wisye Souisa
Tugas Metodolologi-Wisye Souisa
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
pada Program Studi D III Keperawatan Akper Latumeten
Ambon
Oleh :
WISYE SOUISA
NIM : 1240212020063
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
modern saat ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi
pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011). Stroke adalah
dekat ini.
kematian di seluruh dunia pada tahun 2015, lebih dari setengah (54%)
pada tahun 2015. Penyakit ini tetap menjadi penyebab utama kematian
2
2
Amerika Serikat sendiri. Lebih dari 4 juta penderita stroke yang bertahan
Sejalan dengan tingginya angka kematian pada stroke, penyakit ini juga
orang yang bisa bertahan dengan penyakit stroke. Sebesar 31 % dari orang
kemampuan bekerja sampai tujuh tahun setelah menderita stroke dan 16%
Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil dan
yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per
mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh
(10,3‰), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil.
Sulawesi Tengah (16,6‰) diikuti Jawa Timur 16‰ (Kemenkes RI, 2013).
3
Stroke di Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak 40.972 terdiri dari stroke
Jawa Tengah, 2013). Pravelensi stroke di Jawa Tengah pada tahun 2016
Penyakit tebesar di Jawa Tengah yaitu Hipertensi 60%, Asma 16,42% dan
Menurut data dari Rekam Medis RSI Klaten tahun 2017 pasien stroke
dengan Stroke Non Hemoragik berjumlah 101 jiwa. Semua pasien stroke
dirawat dengan lama rata-rata 8 hari. Jenis kelamin penderita Stroke Non
pembuluh darah serebral atau dari seluruh pembuluh darah otak, yang
bersifat sementara atau permanen (Yasmara, et. al., 2016). Stroke dapat
(kelemahan pada salah satu sisi tubuh) dan menurunnya tonus otot
aktivitas sehari-hari.
stroke dapat menimbulkan cacat fisik yang permanen. Cacat fisik dapat
fisik yang lebih cepat dan optimal. Karena pasien stroke yang mengalami
penurunan massa otot, atrofi dan penurunan stabilitas. Sementara itu pada
yang dapat terjadi maka perlu dilakukan latihan rentang gerak setelah
Salah satu latihan yang dapat diberikan pada pasien stroke adalah
5
latihan rentang gerak atau yang sering disebut Range Of Motion (ROM).
persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan
tonus otot (Olviani, et al., 2017). Untuk merawat pasien stroke dengan
kebutuhan pasien.
B. Batasan Masalah
Pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pasien stroke non
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Karya Tulis Ilmiah dengan metode Studi Kasus ini diharapkan dapat
2. Manfaat Praktis
a. Perawat
b. Rumah Sakit
c. Institusi Pendidikan
d. Pasien
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Stroke adalah kondisi akut disfungsi otak lebih dari 24 jam dan hasil
Stroke non hemoragik adalah proses terjadinya iskemia akibat emboli dan
tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia
Fitriyani, 2014).
2. Anatomi Fisiologi
8
9
yaitu :
a. Otak
merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh. Berat otak orang
yang lembek dan halus. Cairan ini bekerja sebagai penyerap goncangan
10
akibat pukulan dari luar terhadap kepala. Otak dilapisi oleh tiga selaput
1) Durameter
2) Arakhnoid
3) Piameter
kiri dan hemisfer kanan yang dihubungkan oleh massa substansia alba
11
dan fossa kranii posterior, hemisfer dipisahkan oleh celah yang besar
Korteks serebri yang berlipat lipat disebut girus, dan celah diantara
dalam transmisi informasi dari salah satu sisi otak ke bagian lain.
gerak kiri.
pusat dari :
a) Motorik
b) Sensorik
c) Refleks
d) Kesadaran
e) Fungsi luhur
a) Lobus frontalis
depan sulkus sentralis (suatu fisura atau alur) dan di dasar sulkus
kompleks.
b) Lobus parietalis
c) Lobus oksipitalis
menginterpretasikan penglihatan.
d) Lobus temporalis
interpretasi bahasa. Lobus ini juga terlibat dalam interpretasi bau dan
daerah ini.
keseimbangan tubuh.
3) Batang otak
otak yang menyampaikan pesan pesan antara medula spinalis dan otak.
Batang otak berfungsi sebagai pengatur refleks untuk fungsi vital tubuh.
a) Diensefalon
fungsi kesadaraan.
c) Pons
d) Medula oblongata
air liur, menelan dan muntah. Strukturnya terdiri dari piramis, oliva,
dan inti inti beberapa saraf otak (VII, VIII, IX, X, XI, XII).
b. Medula Spinalis
keluar dari hemisfer serebral dan bertugas sebagai penghubung otak dan
saraf motorik dan sebagai pusat pola gerakan sederhana yang telah lama
a. Sistem Motorik
b. Sistem Sensorik
dengan otak dan korda spinalis, sistem saraf perifer terdiri dari 12
pasang cranial. Menurut Syaifuddin (2011) sifat dan fungsi saraf kranial
3. Etiologi
disebut aterosklerosis.
di lokasi lain dalam sistem peredaran darah, biasanya jantung dan arteri
besar pada dada bagian atas dan leher. Sebagian bekuan darah terlepas,
Infark otak serentak (SCI), atau "silent stroke", merupakan cedera otak
a. Timbulnya trombosis
mulai terjadi dari adanya kerusakan pada bagian garis endotial dari
aliran darah yang biasanya lancar pada arteri. Selain itu, penyumbatan
dapat terjadi karena inflamasi pada arteri atau disebut arteritis atau
b. Timbulnya emboli
Embolus yang paling sering terjadi adalah plak. Trombus dapat terlepas
dari arteri karotis bagian dalam pada bagian luka plak dan bergerak ke
d. Penyebab lain
dimodifikasi :
21
tahun.
serebral.
et. al. (2016) obesitas berisiko 1,3 kali dan obesitas sentral 1,53
kali.
24
(Black J. M. & Hawks J. H., 2014 ; Wijaya A. S & Putri Y.M, 2013).
5. Klasifikasi Stroke
Stroke non hemoragik dibagi menjadi 3 jenis (Nur Arif, 2015) yaitu :
penggumpalan.
sebagai berikut :
jam.
Stroke ini sama dengan TIA tetapi berlangsung lebih dari 24 jam dan
c. Stroke Involusi
25
d. Stroke Komplit
6. Insiden
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil dan yang
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil.
Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes.
Stroke di Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak 40.972 terdiri dari stroke
Jawa Tengah 2013). Pravelensi stroke di Jawa Tengah pada tahun 2016
Penyakit tebesar di Jawa Tengah yaitu Hipertensi 60%, Asma 16,42% dan
7. Patofisiologi
(karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses
Stroke emboli terjadi karena emboli yang lepas dari bagian tubuh
otak yang lebih kecil dan biasanya pada daerah percabangan lumen yang
iskemi.
edema dan lama kelamaan akan menjadi nekrosis. Lokasi yang paling
dan arteri vertebra yang berhubungan dengan arteri basiler. Onset stroke
trombosis maka otak mengalami iskemia dan infark sulit ditentukan. Ada
dan kematian pada area yang luas. Prognosisnya tergantung pada daerah
umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15-20 menit,
akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di
8. Pathway
(otak besar)
Motorik
Bicara Kelemahan
Anggota gerak
Disatria Paraplegi
Kerusakan
Hambatan
Komunikasi Defisit Perawatan Diri
Mobilitas Fisik
Verbal
9. Manifestasi Klinis
stroke yang paling umum adalah kelemahan mendadak atau mati rasa
pada wajah, lengan atau tungkai, paling sering di satu sisi tubuh. Gejala
diketahui, pingsan atau tidak sadar. Efek stroke tergantung pada bagian
otak mana yang terluka dan seberapa parahnya akan terpengaruh. Stroke
(Brunner&Suddarth, 2013) :
a. Kehilangan motorik
b. Kehilangan komunikasi
komunikasi, misalnya :
hemisfer kanan.
pendengaran.
e. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG).
g. Pemeriksaan Laboratorium
11. Komplikasi
stroke antara lain edema otak, pneumonia, infeksi saluran kemih, kejang,
a. Dekubitus
b. Bekuan darah
c. Pneumonia
Terjadi karena pasien biasanya tidak dapat batuk atau menelan dengan
selanjutnya terinfeksi.
Terbaring lama akan menimbulkan kekakuan pada otot dan atau sendi.
e. Stres/depresi
Terjadi karena pasien akan merasa tidak berdaya dan ketakutan akan
masa depan.
12. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Umum
berikan oksigen 1-2 liter per menit bila ada hasil gas darah.
embolisasi.
dalam otak.
dipiridamol)
c. Rehabilitasi
membangun ROM dan tonus serta melatih kembali otot yang terkena
B. Mobilisasi
1. Definisi
Uliyah, 2014).
salah satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Herdman,
T.H., 2015).
2. Jenis Mobilisasi
a. Mobilisasi Penuh
b. Mobilisasi Sebagian
pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau
patah tulang. Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu
belakang.
yaitu :
b. Ketidakmampuan
c. Energi
berbeda-beda.
d. Usia
melakukan mobilisasi.
38
e. Sistem Neuromuskular
fungsi syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak
yang dialami oleh pasien stroke. Hemiparese pada ekstremitas atas dapat
memberikan kelemahan pada sisi kiri dan begitu juga sebaliknya bila
yang terganggu otak kiri yang maka sisi badan kanan yang lemah.
Kelemahan ada yang bersifat sementara, ringan dan berat. Ini semua
tergantung dari keadaan sel-sel otak dan luas dan tidaknya lokasi yang
Penderita hemiplegi luas gerak sendi pada sisi yang lemah menjadi
39
menurun dan terbatas karena semua struktur otot, permukaan sendi, dan
menciderai diri sendiri atau tidak digunakan dalam jangka waktu yang
dan lidah, juga pada lengan dan tungkai pada sisi bagian tubuh yang
sama. Infark yang terjadi pada bagian otak sebelah kanan akan
dan volume otot berkurang. Atropi dapat terjadi pada pasien yang
tubuh yang benar. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah
kekuatan otot. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melatih posisi
dan tonus otot. Penelitian Bakara, D. M. & Warsito (2017) ROM pasif
yang dilakukan pada pasien stroke terjadi penguluran serabut otot dan
paralisis.
42
sekelompok otot maka akan timbul tonus otot yaitu suatu keadaan
normal dari tegangan otot yang berupa gerakan kontraksi dan relaksasi
maka kekakuan otot dapat berkurang secara cepat per hari sekitar 3%.
pertama. Terapi fisik harus dimulai dalam 2 hari dari saat terjadinya
diubah miring kanan dan miring kiri setiap 2-3 jam (Junaidi, 2011). Pada
43
penderita stroke trombosis dan emboli, jika tidak ada komplikasi lain,
setelah minggu ke-3, tetapi jika penderita segera menjadi stabil dan tidak
ada aritmia, mobilisasi yang hati-hati dapat dimulai pada hari ke-10
tidak stabil, saturasi oksigen rendah, dan fraktur ekstremitas bawah atau
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
stroke meliputi :
b. Riwayat Keperawatan
1) Aktivitas / Istirahat
postural)
malformasi vaskuler
3) Integritas ego
mengekspresikan diri
4) Eliminasi
5) Makanan / cairan
/peningkatan TIK
46
tengkorak)
faringeal)
6) Neurosensori
lumpuh
c) Penglihatan menurun
g) Penurunan memori
kata-kata bermakna)
menggunakannya
7) Nyeri
8) Pernafasan
9) Keamanan
dikenali
regulasi tubuh
dilakukan.
motorneuron unilateral.
lokalisasi taktil
Tes jari hidung, tes tumit lutut, gerakan berganti, tes Romberg ,
gaya berjalan
52
15) Refleks
2. Diagnosa Keperawatan
(2015) yaitu :
neuromuskular
3. Intervensi
METODE PENELITIAN
Rancangan dari studi kasus bergantung pada keadaan kasus namun tetap
biasanya dikaji secara rinci. Keuntungan yang paling besar dari rancangan
B. Definisi Operasional
58
59
2. Pasien stroke non Pasien yang dirawat inap di bangsal dalam atau
hemoragik medikal dengan diagnosa medis stroke non hemoragik
dan atau dari hasil pemeriksaan penunjang
menunjukan adanya stroke non hemoragik.
tanggal 10 April 2018 – 04 Mei 2018 dengan lama waktu pasien yang
D. Subyek Penelitian
berikut :
1. Pasien rawat inap dengan diagnosa stroke non hemoragik dan atau
hemoragik.
ekstremitas.
hemodinamiknya stabil.
E. Pengumpulan Data
1. Wawancara
3. Studi Dokumentasi
Cara pengumpulan data dengan mengambil dari data yang asli. Pada
rumah sakit salah satunya yaitu rekam medis. Data yang bisa
4. Instrumen Penelitian
data utama yaitu pasien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan
G. Analisa Data
analisis adalah :
1. Pengumpulan data.
dan dokumen.
dibuat koding yang dibuat oleh peneliti dan mempunyai arti tertentu
3. Penyajian Data.
Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel antara kasus 1 dan kasus
4. Kesimpulan.
H. Etika Penelitian
Merupakan suatu keharusan pada saat akan memulai studi kasus untuk
3. Confidentiality (kerahasiaan)
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian. Hal ini
BAB IV
A. Hasil
Studi kasus ini merupakan hasil penelitian pada dua kasus pasien
selama 3 hari. Ruang Mina terdiri dari 12 bed kelas 1, 22 bed kelas 2, 2
bed isolasi kelas 1 dan 8 bed isolasi kelas 2. Jumlah perawat di Ruang
Mina ada 21 orang terdiri dari 1 kepala ruang, 4 ketua tim dan 16 perawat
pelaksana yang dibagi dalam 3 shift. Insiden kasus stroke non hemoragik
di Ruang Mina selama bulan April 2018 yaitu ada 10 pasien. Lama rawat
pasien stroke non hemoragik di Ruang Mina rata-rata 8 hari. Data hasil
2. Pengkajian
5) Pendidikan SD SD
66
67
8) No RM 0500xxx 0501xxx
stroke non hemoragik pada usia pra lansia yaitu kasus 1 berumur 57 tahun
yang mendasari yaitu hipertensi tidak terkontrol, tidak ada riwayat lain
68
1) Suhu 36 ◦C 36,8 ◦C
5) GCS E4 V5 M6 E4 V5 M6
a) Kenyamanan
b) Aktivitas
(1) Kemampuan
Melakukan sehari- Ketergantungan Ketergantungan
hari
(6) Keamanan Ya Ya
d) Nutrisi
e) Eliminasi
f) Seksual/Reproduksi
g) Kebutuhan
Komunikasi
j) Sistem sosial
(1) Pekerjaan
Buruh Buruh
(3) Kondisi lingkungan Lantai, Kamar mandi di Lantai, Kamar mandi di lantai 1
dirumah lantai 1
membantu perawatan
dirumah
k) Budaya Pasien
hasil tekanan darah 210/130 mmHg dan kasus 2 termasuk dalam kategori
yang didapatkan pada pemeriksaan head to toe kedua kasus yaitu kedua
penurunan kekuatan otot sehingga dalam berjalan sering jatuh dan dalam
Hematologi
Hitung Jenis
Nilai-nilai MC
Kimia Klinik
Fungsi Ginjal
Fungsi Hati
74
Lemak
Fungsi Ginjal
Elektrolit
Pada kedua kasus didapatkan hasil CT Scan polos yang sama yaitu
adanya infark pada bagian otak dan edema cerebri. Letak infark pada
kasus 2 yaitu lacunar infark di pons dan nucleus caudatus sinistra. Infark
akibat gangguan
peredaran darah
serebral
Kedua pasien mendapatkan terapi obat yang sama yaitu infus RL,
3. Diagnosis Keperawatan
Kasus 1
DS : - Kerusakan mobilitas Kelemahan neuromuskuler
DO : Ekstremitas kiri lemah fisik sekunder terhadap infark cerebral
Tampak lemah, sulit bergerak
TD : 210/130 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Kasus 2
DS : - Kerusakan Kerusakan area broca
DO : Bicara pelo komunikasi verbal
2 Risiko penurunan cardiac output b.d. Kerusakan komunikasi verbal b.d. kerusakan
hipertensi area broca
pada ekstremitas kiri pasien. Pada kedua kasus juga didapatkan data pasien
4. Intervensi Keperawatan
3 5
3 5
a. antihipertensi
3 5
3 5
penurunan mobilitas fisik. Kedua kasus memiliki kriteria hasil yang ingin
keperawatan kedua kasus dalam mobilitas fisik sama yaitu terdiri dari
keluarga untuk membantu ADL klien, bantu klien dalam mobilisasi fisik
motorik. Jadi pada kedua kasus tindakan mandiri perawat hanya membantu
5. Implementasi Keperawatan
mengkaji KU dan VS
22.00 Memberikan obat CPG 1 tablet Memberikan obat oral CPG 150 mg
kelemahan motorik
18.00 Memberikan cairan manitol 125 cc Memberikan obat oral flunarizin 5 mg dan
membantu aktivitas motorik
kasus 1 dan kasus 2 memiliki kesamaan setiap harinya. Pada kasus 1 dan
infark lebih lanjut. Kedua kasus juga mendapatkan cairan manitol untuk
6. Evaluasi Keperawatan
P : Lanjutkan Intervensi
P : Lanjutkan Intervensi
Kolaborasi medis
RR : 20 x/menit N : 84 x/menit
S : 36,2 ◦C RR : 22 x/menit
P : Lanjutkan Intervensi
Jam 19.00
Monitor VS
S : Pasien mengatakan lemas, pelo
P : Lanjutkan Intervensi
Monitor VS
92
Monitor KU VS
otot masih sama yaitu ekstremitas kanan atas 5 bawah 5, ekstremitas kiri
terjadi peningkatan kekuatan otot pada kasus 1 yaitu ekstremitas kiri atas 4
bawah 4 sedangkan pada kasus 2 kekuatan otot masih sama dengan hari ke
2. Pada kedua kasus ada 2 indikator kriteria hasil yang tidak tertulis di
B. Pembahasan
1. Pengkajian
a. Umur
usia pra lansia sudah rentan terkena stroke. Penuaan adalah salah satu
≥55 tahun berisiko 5,8 kali dibanding berusia 15-44 tahun. Junaidi
darah otak.
b. Riwayat Hipertensi
tidak periksa tekanan darah dan tidak minum obat rutin. Bila tanda
minum obat lagi. Pasien tidak olahraga rutin, tidak mengatur pola
makan rendah garam dan tidak mengelola stress dengan baik. Pasien
pasien tidak kontrol tekanan darah rutin, tidak minum obat, tidak
baik.
sehari sebelum dibawa ke rumah sakit. Tangan dan kaki kanan mampu
kiri hanya bisa diangkat lalu lama kelamaan jatuh lagi. Ini terjadi sejak
tidur jam 11 siang. Pada kasus 2 pasien mengeluh anggota gerak kiri
lemah secara tiba-tiba sejak bangun tidur pada waktu subuh. Tangan
tahanan. Tangan dan kaki sebelah kiri mampu digerakkan namun tidak
stroke non hemoragik yaitu kelemahan pada anggota gerak kiri. Hal
yang paling umum adalah kelemahan mendadak atau mati rasa pada
secara perlahan terjadi sering pada malam hari menjelang pagi atau
97
oksigen keotak menurun dan akhirnya akan terjadi anoksia dan hipoksia
d. Pemeriksaan Fisik
WHO, kasus pertama termasuk dalam krisis hipertensi dan kasus kedua
5,4 kali lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan yang tidak
otot Ny. L dan Bp. W yaitu keduanya atas kanan 5 kiri 3, bawah
lengan dan tungkai pada satu sisi, ini merupakan gejala stroke.
beraktivitas.
e. Hasil Laboratorium
normal neutrofil yaitu 36,0-66,0 dan angka normal limfosit yaitu 25,0-
40,0. Kedua kasus berada pada hasil yang tidak normal dimana angka
infeksi terkait stroke yang lebih tinggi, sehingga berakibat pada luaran
dan monosit) pada area infark yang terjadi 48-72 jam sejak awitan dan
f. Pemeriksaan Penunjang
total <180 mg/dl. Kasus 1 diperoleh hasil HDL dibawah normal yaitu
mg/dl. Angka rentang normal HDL yaitu >40 mg/dl. Junaidi (2011)
Oleh karena itu, HDL yang rendah dapat meningkatkan risiko untuk
terkena stroke. Semakin tinggi kadar HDL, maka akan semakin besar
menimbulkan aliran darah yang lebih lancar. Selain itu, HDL juga
atherosklerosis.
otak yang akan berpengaruh pada fungsi otak secara keseluruhan serta
g. Pemeriksaan Penunjang
aliran darah ke otak menurun. HHD dan ASHD dapat membuat lumen
darah tidak elastis sehingga aliran darah ke otak juga akan menurun.
tampak kurang padat dan oleh karena itu warnanya lebih muda
daripada jaringan normal. Akibat lain dari iskemia otak adalah edema
kalium di dinding sel pun jadi rusak sehingga cairan masuk ke dalam
103
sel saraf. Proses ini terlihat sebagai pembengkakan sel termasuk sel
otak (neuron).
karena infark pada area otak dimana jaras syaraf bersilangan dari otak
ke syaraf spinal. Sehingga antara bagian otak yang terkena infark dan
sisi kelemahan otak bersilangan. Infark yang terjadi pada bagian otak
basal atau nukleus basal secara umum salah satunya terdiri dari
2. Diagnosa Keperawatan
Data dari rekam medis Rumah Sakit Islam pada pasien kasus pertama
gerakan fisik atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. Rumusan
diagnosa pada kedua kasus sama dengan teori, hanya berbeda dalam
penulisan saja.
ditandai dengan lemah paralisis atau kelemahan anggota gerak pada salah
satu sisi tubuh yaitu sisi kiri dengan kekuatan otot ekstremitas kiri atas 3
dan bawah 3. Tangan dan kaki kiri hanya mampu diangkat namun tidak
diagnosa tersebut yaitu data subjektif berupa nyeri saat bergerak, enggan
sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas dan fisik lemah.
pasien mengatakan anggota gerak sebelah kiri lemah dan data objektif
menurun. Diagnosa ini didukung oleh Black, J. M & Hawk, J.H., (2014)
setelah stroke.
106
yang ada yaitu menurut Hidayat, A. A. & Uliyah, M (2014) ada dua cara
sedang, prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak
secara spesifik.
lemas, bicara pelo, terdapat kelemahan anggota gerak, hasil tekanan darah
107
dari serebrum merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup. Oleh
karena itu, hal tersebut harus menjadi prioritas pertama dalam perawatan
klien dengan stroke akut. Penurunan aliran darah serebral bisa terjadi
dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan
terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan
yang terjadi pada pasien stroke apabila tidak segera diatasi maka akan
data pasien berbicara pelo akan tetapi diangkat diagnosa yang berbeda.
109
3. Intervensi
keperawatan.
fisik secara bertahap seperti miring kanan miring kiri, latihan ROM dapat
klien dan keluarga. Selama 3 hari perawatan kedua kasus tidak ada
fisik yaitu mulai latihan rentang gerak aktif atau pasif ke semua
110
dan sesering mungkin, idealnya 24 jam dari onset gejala stroke kecuali
kondisi medis tidak stabil, saturasi oksigen rendah, dan fraktur ekstremitas
bawah atau cedera. Semua pasien harus dimulai terapi rehabilitasi sedini
intervensi yang perlu ditambahkan pada kedua kasus yaitu mulai latihan
seperti kontraktur. Hal ini disebabkan karena dengan adanya latihan gerak
111
maka akan timbul tonus otot yaitu suatu keadaan normal dari tegangan
otot yang berupa gerakan kontraksi dan relaksasi yang mana memungkin
kecuali bila tekanan sistolik ≥220 mmHg, diastolik ≥120 mmHg, Mean
4. Implementasi
kedua dilaksanakan dalam waktu yang berbeda. Pada pasien kasus pertama
normal. Hari kedua terdapat peningkatan kekuatan otot yaitu kedua kasus
menunjukan kekuatan otot ekstremitas kiri atas 4 atau gerakan penuh yang
ekstremitas kiri bawah masih bernilai 3. Pada hari ketiga kasus 1 memiliki
kekuatan otot ekstremitas kiri atas dan bawah 4, pada kasus 2 memiliki
dasar untuk menentukan dan mengevaluasi hasil. Nilai kekuaan otot ini
kekuatan otot melemah dan akibatnya mengurangi rentang gerak sendi dan
pasien.
masih bed rest, pada hari kedua penelitian kedua pasien sudah miring
kanan dan miring kiri, pasien tidak pusing dan kesadaran komposmentis.
Di hari ketiga kedua pasien sudah boleh duduk karena tidak pusing dan
114
maka kekakuan otot dapat berkurang secara cepat per hari sekitar 3%.
otot mulai dilakukan dalam waktu 24-48 jam pertama. Terapi fisik harus
dimulai dalam 2 hari dari saat terjadinya stroke bahkan pasien koma
Uliyah (2014) dapat dilakukan dengan latihan ROM baik aktif maupun
ROM bertujuan untuk mencegah terjadinya kekakuan pada sendi dan otot,
karena jika sendi dan otot yang lemah tersebut dibiarkan terus menerus
keperawatan dan tidak dilakukan latihan ROM baik aktif maupun pasif,
stroke dengan tekanan intra kranial tinggi (TTIK) dalam 24 jam pertama
sebaiknya kepala diposisikan 30 derajat lebih tinggi dari badan dan jangan
Adapun tanda dan gejala peningkatan TIK menurut Padila (2012) antara
pusing.
Kasus 1 diberikan injeksi citicolin 250 mg/12 jam dan kasus kedua
manfaat pada stroke akut. Penggunaan citicolin pada stroke iskemik akut
Menurut Ismailet. al., (2017) terapi obat yang diberikan pada pasien
dalam 2 hari secara intravena. Terapi ini diberikan karena hasil CT Scan
salah satunya dengan terapi osmotik. Manitol adalah agen osmotik yang
diameter vaskuler otak sebagai hasil dari autoregulasi. Efek reologi paling
Efek puncak terjadi dalam 90 menit hingga 6 jam tergantung kondisi klinis
arteri. Antiplatelet ini sering digunakan pada pasien stroke iskemik untuk
5. Evaluasi
cerebral teratasi sebagian hal ini disesuaikan dengan kriteria hasil yang
ditandai dengan pasien Ny. L mengatakan tangan kaki kiri lemas dan
keluarga dan perawat, pasien sudah bisa duduk dengan dibantu dan tidak
pusing. Bp. W ditandai dengan anggota gerak kiri lemas dan kekuatan otot
pasien masih miring kanan dan miring kiri meski sudah boleh duduk.
vitamin B19. Hal ini didukung oleh penelitian Ismail et. al., (2017) pasien
tidak relevan.
111
BAB V
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan studi kasus pada 2 pasien stroke non hemoragik dengan
1. Pengkajian
anggota gerak sebelah kiri dengan kekuatan otot atas 3 bawah 3, tekanan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa utama yang muncul pada kedua kasus sama yaitu hambatan
3. Intervensi Keperawatan
bantu klien dalam mobilisasi fisik secara bertahap, jelaskan penyebab dan
111
67
yang ada di teori tidak dipilih sebagai salah satu tindakan yang
direncanakan.
4. Implementasi Keperawatan
intervensi keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
B. Saran
Berdasarkan studi kasus yang telah dilakukan pada kedua pasien dengan
1. Bagi Perawat
rumah sakit.
keperawatan.
3. Institusi Pendidikan
hemoragik. Hal ini dapat ditunjang dengan penyediaan sarana dan pra
sarana antara lain : perpusakaan yang lengkap tentang teori stroke non
hemoragik.
68
69
4. Bagi Pasien
69
70
FORMAT PENGKAJIAN
Hari/Tanggal :
Pengkaji :
A. Identitas Pasien
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Agama :
5. Status Perkawinan :
6. Pekerjaan :
7. Pendidikan terakhir :
8. Alamat :
9. No.CM :
10. Diagnostik Medis :
B. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Riwayat Penyakit Sekarang : keluhan utama, kronologi penyakit
saat ini, pengaruh penyakit terhadap pasien, apa yang diharapkan
pasien dari pelayanan kesehatan
b. Riwayat Penyakit Masa Lalu : pengalaman sakit / dirawat
sebelumnya, pengobatan terakhir.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga : Apakah ada keluarga yang mempunyai
penyakit menular atau menurun?
3. Pengkajian Biologis
a. Rasa Aman dan Nyaman
1) Apakah ada rasa nyeri? Di bagian mana ? jelaskan secara rinci:
PQRST.
2) Apakah mengganggu aktifitas?
3) Apakah yang dilakukan untuk mengurangi / menghilangkan
nyeri?
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
CURRICULUM VITAE
76
77
NIM : 1502074
Angkatan : 2015
Peneliti
77