Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN BENCANA

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM BENCANA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
RIANTI U. RIAS
NURFAUZIA N. LUAWO
DESYI ANGGARAINI MASA
SILVIA APRIANI HIDA
HESTI LAMADU
AREN MILANDA PUTRI IBRAHIM
ADESISKA HURAJU
FITRI ANGGRAINI K. PUTRI
NANDRI SULISTYAWATY TANE
FELMAWATI H. WALADOW
MELLY ALPUTRI YUSUF
JIHAN TULI
SRI POVINTYWATI RAHMAN
BAMBANG SETYAWAN
PRISKA BOTUTIHE
RIZQA PURNAMA IDRUS

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi, sehingga kedepannya
dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan.

Gorontalo, November 2021

Kelompok 3

i|KEPERAWATAN BENCANA
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 latar belakang ....................................................................................................................... 1

1.2 RumusanMasalah ............................................................................................................... 3

1.3 Tujuan ................................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4

2.1 Pengertian Bencana ............................................................................................................ 4

2.2 Jenis-Jenis Bencana ........................................................................................................... 6

a. Bencana Alam................................................................................................................ 6

b. Bencana non-Alam........................................................................................................ 7

2.3 Pemberdayaan Masyarakat Dalam Bencana ................................................................... 8

a. Pemberdayaan masyarakat pasca bencana ................................................................. 8

b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ............................................................................. 9

c. Langkah pemberdayaan................................................................................................ 9

d. Tahap Pemberdayaan .................................................................................................. 10

e. Tahap Akhir ................................................................................................................. 10

f. Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam Pemulihan ............................................... 11

g. Hasil dan Pembahasan Pemberdayaan Sebagai Proses Pemberdayaan ............... 11

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................... 13

3.1 Simpulan............................................................................................................................ 13

3.2 Saran .................................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

ii | K E P E R A W A T A N B E N C A N A
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang

Bencana, sesuai definisinya, bisa terjadi karena faktor manusia dan alam. Kedua jenis
bencana ini sama-sama harus mendapat perhatian serius. Dalam hal bencana alam, Indonesia
kebetulan negara dengan potensi bencana alam yang cukup banyak dan skalanya besar. Data
dari BNPB menunjukkan bahwa setiap hari terjadi hampir empat kali bencana di Indonesia.
Jenisnya pun bermacam-macam, mulai dari gempa bumi, tsunami, tanah longsor, erupsi
gunung berapi, banjir, dan sebagainya. Dari deretan bencana yang ditimbulkan akibat
perbuatan manusia, selain yang disebutkan di atas, peristiwa berkumpulnya masyarakat pun
bisa menimbulkan bencana semacam keributan massa dalam suatu pertunjukan musik,
pertandingan olahraga, hingga peristiwa politik. Belum lagi konflik antarwarga yang sering
menimbulkan kengerian..

Akibat dari bencana-bencana itu memunculkan kondisi gawat darurat atau emergensi.
Akan tetapi, meskipun bencana itu mendadak, antisipasinya bisa dilakukan dengan persiapan
dini. Tanpa itu, bencana-bencana tersebut bisa menimbulkan korban yang lebih banyak.

Bencana bisa terjadi dan datang serba mendadak. Kadang hanya dalam hitungan
menit. Namun demikian bencana sebenarnya sudah memberikan peluang pada kita untuk
mengantisipasi atau meramalkan datangnya, bahkan peluang untuk mencegah supaya tidak
terjadi bencana.

Itulah sebabnya ada yang menyebutkan bahwa bencana di Indonesia itu sangat
santun". Pasalnya sebelum terjadi bencana, tanda-tanda alam berupa kearifan lokal sudah
memperingatkan. Gunung berapi sebelum meletus biasanya memberikan tanda-tanda dengan
seringnya "batuk-batuk" dan binatang keluar dari hutan. Pada musim panas biasanya terjadi
kebakaran terutama kebakaran hutan. Untuk pencegahannya teknologi bisa membantu,
misalnya pemantauan dengan menggunakan Drone yang terbang 24 jam sehari. Jika Drone
melihat titik api, tim pemadam bisa segera dikirim untuk memadamkan api tersebut sebelum
membesar. Tentu saja tak perlu menunggu sampai munculnya titik api karena upaya
pencegahan bisa dilakukan, seperti melalui kebijakan yang tegas maupun pengawasan yang
ketat.

1|KEPERAWATAN BENCANA
Bencana lain terjadi di musim hujan. Musim hujan sudah bisa diperkirakan dan kapan
curah hujan yang tinggi terjadi. Ancaman musim hujan adalah banjir. Karena musimnya
sudah diketahui, kita seharusnya sudah siap menghadapinya. Apalagi sesuai dengan definisi
bencana yaitu suatu interaksi antara suatu sumber bencana (hazard) dengan manusia atau
lingkungan, maka interaksi itu atau insiden itu bisa ditunda. Misalnya, yang terpaksa tinggal
di bantaran sungai secara bertahap harus dipindah, bantaran sungai dibebaskan, dan sungai
dilebarkan sehingga air tidak meluap ke mana-mana.

Musim hujan juga rawan longsor. Tetapi kemungkinan tanah longsor bisa dilihat dari
struktur tanahnya. Tanah yang curam dan gundul yang diakibatkan deforestation dan di
bawahnya ada kampung, ini sudah memberi pertanda rawan bencana.

Untuk gempa bumi memang belum bisa diramalkan, tetapi kemungkinan tempat
kejadiannya bisa diprediksi. Antara lain dengan mengetahui di mana letak pertemuan
lempeng tektonik. Oleh karena itu jangan membangun perumahan di daerah itu.

Dan bangunan yang didirikan harus mengikuti local wisdom yang diturunkan oleh
nenek moyang kita, karena umumnya mereka sudah mengembangkan prinsip Safe
Community di lingkungannya. Seperti bangunan tinggi di daerah rawan banjir, atau bangunan
terbuat dari kayu di daerah rawan gempa.

Bencana lain adalah yang diakibatkan penyakit. Penyakit yang sekarang tinggi
menyebabkan kematian adalah penyakit pembuluh darah seperti stroke dan jantung. Jika
melihat data penyebab kematian tahun 2015, ada dua hal yang menonjol. Urutan penyebab
kematian tertinggi, yang pertama adalah stroke dan penyakit jantung, yang kedua kecelakaan.
Yang luar biasa adalah angka kematian akibat kecelakaan naik dari nomor 4 ke nomor 2.
Data tahun 2007 sampai 2015 menunjukkan, kematian karena kecelakaan lalu-lintas (KLL).
Dalam 2 minggu mudik lebaran untuk bersilaturahmi terjadi sekitar 700-900 kematian.
Keadaan ini sulit diterima karena seharusnya. Dengan terus memperbaiki sistem, maka
jumlah kecelakaan dan korbannya harusnya bisa dikurangi.

Kecelakaan angkutan lain adalah kecelakaan angkutan pesawat terbang. Kecelakaan


ini umumnya terjadi pada saat take-off dan landing. Pada 30 Juni 2015 di Medan, Sumatera
Utara, hanya dua menit setelah lepas landas dari Bandara Soewondo, Medan, pesawat
Hercules tipe C-130 milik TNI AU jatuh di permukiman. Pesawat itu menimpa bangunan
yang terletak di Jalan Jamin Ginting. Sebanyak 122 orang meninggal. Bencana ini menjadi

2|KEPERAWATAN BENCANA
salah satu kecelakaan transportasi yang memakan korban jiwa dalam jumlah besar selama
tahun 2015.

Kecelakaan pesawat yang sudah lepas landas umumnya faral. Tak hanya membuat
penumpangnya kehilangan nyawa, bahkan mereka yang berada di darat yang tertimpa
jatuhnya pesawat juga bisa jadi korban. Berdasarkan manifes pesawat Hercules yang
mengalami

1.2 RumusanMasalah

1. Apa Itu Bencana ?


2. Apa Saja Jenis-jenis Bencana ?
3. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam bencana ?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui dan Mempelajari tentang Bencana


2. Untuk Mengetahui dan Mempelajari jenis-jenis Bencana
3. Untuk Mengetahui dan Mempelajari bagaimana pemberdayaan dalam bencana

3|KEPERAWATAN BENCANA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bencana
Kita sering mendengar dari televisi atau radio berita mengenai bencana yang terjadi di
berbagai wilayah Indonesia atau luar negeri. Berita tentang bencana selalu terkait dengan
musibah atau hal yang menyedihkan. Sekarang mari kita mencoba memahami pengertian dari
bencana.

Pengertian bencana dapat di temukan dari berbagai sumber, sebagai berikut: Definisi
bencana menurut UN-ISDR tahun 2004 menyebutkan bahwa bencana adalah suatu gangguan
serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang
meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan melampaui
kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan
sumberdaya mereka sendiri.

Definisi bencana yang dikeluarkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,
manusia atau keduanya yang mengakibatkan korban manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana, dan fasilitas umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat. Bencana alam adalah salah
satu faktor yang bisa mengakibatkan rusaknya lingkungan hidup. Bencana alam bila dilihat
dari penyebabnya, dapat dibedakan sedikitnya menjadi tiga jenis, yaitu geologis,
klimatologis, dan ekstra-terestial. Berikut adalah macam-macam alam yang terjadi di
Indonesia diantaranya: Tsunami, Banjir, Kebakaran, Longsor, Gunung Berapi, Kekeringan
dan Abrasi.

Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah sebagai


berikut: Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,
manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Menurut Coburn, A. W. dkk. 1994. Di dalam UNDP mengemukakan bahwa Bencana


adalah Satu kejadian atau serangkaian kejadian yang memberi meningkatkan jumlah korban
dan atau kerusakan, kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan penting atau
sarana kehidupan pada satu skala yang berada di luar kapasitas norma. Sedangkan Heru Sri

4|KEPERAWATAN BENCANA
Haryanto (2001: 35) Mengemukakan bahwa: Bencana adalah Terjadinya kerusakan pada pola
pola kehidupan normal, bersipat merugikan kehidupan manusia, struktur sosial serta
munculnya kebutuhan masyarakat.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), definisi bencana adalah peristiwa atau


kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan
manusia, serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga
memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.

Menurut Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dalam WHO-
ICN (2009) bencana adalah sebuah peristiwa, bencana yang tiba-tiba serius mengganggu
fungsi dari suatu komunitas atau masyarakat dan menyebabkan manusia, material, dan
kerugian ekonomi atau lingkungan yang melebihi kemampuan masyarakat untuk
mengatasinya dengan menggunakan sumber dayanya sendiri. Meskipun sering disebabkan
oleh alam, bencana dapat pula berasal dari manusia.

Menurut United Nations Development Programme (dalam Febri:2017), bencana


merupakan suatu gangguan yang cukup serius bagi masyarakat karena menimbulkan kerugian
terhadap manusia, material serta lingkungan, yang akibatnya melebihi kemampuan
masyarakat.korban tertimpa bencana, dan dalam penanggulanggannya hanya berasal dari
sumber daya masyarakat itu sendiri. Klasifikasi bencana dibedakan berdasarkan cepat
lambatnya serangan bencana atau berdasarkan penyebab dari terjadinya bencana.

Menurut Priambodo (2013), bencana merupakan sebuah kejadian alam yang


disebabkan oleh perbuatan manusia ataupun gabungan dari keduanya yang terjadi secara
mendadak sehingga berdampak negatif untuk kehidupan makhluk hidup.

Bencana adalah suatu peristiwa, entah karena perbuatan manusia atau alam,
mendadak atau berangsur yang menyebabkan kerugian yang meluas terhadap kehidupan,
materi dan lingkungan sedemikian rupa melebihi kemampuan dari masyarakat korban untuk
menanggulangi dengan menggunakan sumber dayanya sendiri (Nasution:2005). Senada
dengan definisi tersebut dijelaskan oleh Surono (2003) bencana adalah peristiwa yang
diakibatkan oleh alam dan atau manusia yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan
harta benda, kerusakan lingkungan hidup, sarana dan prasarana, fasilitas umum serta
mengganggu tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.

5|KEPERAWATAN BENCANA
Adapun definisi bencana menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 tahun
2007 tentang penanggulangan bencana yang mengatakan bahwa bencana adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Dari definisi bencana diatas dapat simpulkan bahwa bencana adalah suatu keadaan
yang tiba-tiba mengancam kehidupan masyarakat karena faktor alam dan/atau non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan korban jiwa, kerusakan lingkungan yang
melebihi kemampuan masyarakat untuk mengatasinya sendiri.

2.2 Jenis-Jenis Bencana


Bila kita lihat kembali UU No. 2𝟢𝟢7 bencana dapat digolongkan menjadi tiga
macam,yaitu bencana alam, bencana non alam dan bencana social. Dibawah ini akan di
uraikan macam-macam Bencana yaitu sebagai berikut:
a. Bencana Alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Dibawah ini jenis – jenis
bencana alam
1. Gempa bumi. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi
dipermukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antarlempeng bui, patahan
aktif, aktivitas gunung api atau runtuhan batuan.
2. Erupsi Gunung berapi. Letusan gunung api atau gunung meletus adalah bagian
dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Bahaya letusan gunung
api dapat berupa awan panas, lontaran material, (pijar), hujan abu lebat, tsunami
dan banjir lahar.
3. Tsunami. Tsunami berasal dari bahasa jepang yang berarti gelombang ombak
lautan. Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak raksasa yang timbul
karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.
4. Tanah longsor. Tanah longsor adalah salah satu gerakan massa tanah atau batuan,
atau gabungan keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.

6|KEPERAWATAN BENCANA
5. Erosi. Kata erosi berasal dari bahasa latin erosionem yang berarti menggerogoti.
Secara umum erosi adalah proses alami pengikisan tanah lapisan atas oleh
air,angin atau es. Erosi memang membentuk banyak penampakan alam menarik
seperti puncak gunung. Definisi erosi menurut beberapa ahli: Nasional
Geographic society yang dilansir dari situs Nasional Geographic society, erosi
adalah proses geologis dimana material tanah aus dan diangkut oleh kekuatan
alam seperti angina tau air.
6. Banjir. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah
atau dataran karena volume air yang meningkat. Banjir bandang adalah banjir
yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan
terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
7. Kekeringan. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan air
untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkuangan.
Kekeringan dibidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi dilahan pertanian
yang ada tanaman (padi, jagung, kedelain dll) yang sedang dibudidayakan.
8. Angin puting beliung. Angin putting beliung adalah angin yang kencang yang
datang secra tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai
spiral.kecepatan angin putting beliung antara 4𝟢-5𝟢 km per jam hingga
menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit.
9. Abrasi. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan
arus laut yang bersifat merusak. Abrasi disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis
pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah
pantai tersebut. Walaupun abrasi disebabkan oleh gejala alam namun manusia
sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.
b. Bencana non-Alam
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-Alam
yang antara lain berupa gejala teknologi, gagal modernisasi, epidemic dan wabah
penyakit.
Bencana non-alam termasu terorisme biologi dan biokimia, tumpahan bahan
kimia, radiasi nuklir, kebakaran, ledakan, kecelakaan transportasi, dan tindakan
perang.
1. Kebakaran. Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti
rumah atau pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang
menimbulkan korban atau kerugian
7|KEPERAWATAN BENCANA
2. Kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah
keadaan dimana hutan dan lahan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan
hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian ekonomis atau nilai lingkungan.
Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat
mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar.
3. Kecelakaan transportasi. Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda
transportasi yang terjadi di darat, laut dan udara.
2.3 Pemberdayaan Masyarakat Dalam Bencana
a. Pemberdayaan masyarakat pasca bencana
Masyarakat adalah yang pertama yang lansung berhadapan dengan ancaman
dan bencana. Karena itukesiapan masyarakat menetukan besar kecilnya dampak
bencana di masyarakat.
Masyarakat adalah pelaku penting untuk mengurangi kerentanan dengan
meningkatkan kemampuan diri dalam menangani bencana. Permasalahan yang cukup
memprihatinkan adalah pasca bencana, yakni 2 atau 3 bulan sesudah terjadinya
musibah. Instansi pemerintah dan institusi yang peduli pada periode ini sudah kurang
atau bahkan tidak peduli lagi akan nasib para korban, mereka beranggapan sudah
merasa cukup membantu dan menolong korban. Masih banyak pekerjaan lain yang
harus dilakukan, sehingga lambat laun instansi dan institusi tersebut menghilang dari
lokasi termasuk bantuannya.
Tinggalah masyarakat korban dengan segala kekurangannya mencoba untuk
bangkit dari keterpurukannya. Tentuya mereka akan memerlikan waktu lama untuk
memulai usaha/pekerjaan seperti sedia kala, karena ketiadaan modal dan akses
ekonomi yang dapat mereka manfaatkan, yang disebabkan hancur atau hilang ditelan
bencana.
Suatu usulan kongkrit yang perlu dilakukan pada lokasi bencana untuk
mempercepat proses pemulihan sosial ekonomi pada para korban, maka diperlukan
upaya pemberdayaan, karena diasumsikan mereka sedang/tidak bisa berbuat akibat
kejadian bencana. Pemberdayaan dilakukan melalui pranata sosial/lembaga lokal yang
selama ini peduli dan membantu korban serta dekat dengan masyrakat korban.
Beberapa pranata sosial/lembaga sosial lokal berkolaborasi, membentuk suatu
forum/wadah, yang dalam hal ini merupakan perwakilan pranata sosial/lembaga lokal
yang ditunjuk, ditambah dengan beberapa unsur tokoh masyarakat yang secara
bersama-sama membuat program kegiatan sosial ekonomi pasca bencana, disamping
8|KEPERAWATAN BENCANA
membentuk inisial kelompok sebagai wadah keorganisasian, agar tercipta unsur
administrasi dan operasional kegiatan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Melalui wadah kolaborasi pranata sosial/lembaga sosial lokal dan tokoh
masyarakt ini membuat program kegiatan prioritas untuk mengatasi permasalahan
yang ada. Disamping itu wadah/forum kolaborasi ini secara bersama-sama berupaya
untuk melakukan aktivitas ekonomi, dapat membuka akses pada lembaga keuangan
yang ada untuk mendukung apakah itu permodalan, tempat usaha dan lainnya yang
diperlukan.
Tentunya sebelum kegiatan ini dilakukan, harus dilakukan kajian/penelitian
oleh suatu tim peneliti, agar diperoleh gambaran dan informasi akurat akan
permasalahan sosial pasca bencana. Melalui kajian atau penelitian dapat diketahui
pranata sosial ekonomi yang eksis dan peduli serta diprediksikan dapat
dikembangkan, mengetahui sumber dan potensi yang dapat dimanfaatkan, aktivitas
sosial ekonomi yang dapat dikembangkan, prakiraan kendala-kendala lapangan dan
dukungan pemerintah daerah dan instituti setempat.
b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
1. Terwujudnya komitmen masyarakat dalam menghadapi bencana.
2. Terlaksananya kesiap dan kemampuan masyarakat dalam upaya penanggulangan
bencana.
3. Terwujudnya kesadaran. dan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan upaya
pengurangan risiko bencana Terwujudnya Masyarakat Sadar dan Akrab Bencana
(Carlo N,2018).
c. Langkah pemberdayaan
Langkah pemberdayaan terhadap pranata sosial atau lembaga sosial lokal
secara kolaborasiini memiliki beberapa tahapan dan ini berlangsung
berkesinambungan antara 2 sampai 3 tahun. Tahapan dimaksud adalah :
1. Tahap persiapan
Kajian penelitian
Melakukan kajian atau penelitian awal untuk mengetahui permasalahan sosial
ekonomi pasca bencana; jumlahkorban yg masih memerlukan bantuan; mengetahui
keberadaan pranata sosial/lembaga sosial lokal yg ada dan peduli, dan upaya yg
pernah dilakukan; mengetahui potensi dan sumber daya yg dapat dikembangkan;
memprediksi hambatan atau kendala dan kemudahan dalam upaya pemberdayaan; dan
mencari dan mempersiapkan tenaga fasilitator yg dianggap pakar atau ahli, 2 orang
9|KEPERAWATAN BENCANA
dan tenaga pendamping 2 orang yg dianggap mampu dan mau bekerjasama dengan
masyarakat korban,mendampingi kegiatan sampai dengan dilakukan terminasi.
2. Pra pemberdayaan
Membentuk tim peneliti
Membuat rancangan pemberdayaan, modul fasilitator dan modul
pendampingan, yang didasarkan dan hasil kajian ataupenelitian lapangan, menetapkan
pranata sosial atau lembaga sosial lokal untuk diberdayakan, menetapkan lokasi
pemberdayaan.
d. Tahap Pemberdayaan
1. Sosialisasi atau penyuluhan podooporatpemdo terkait pengurus beberapa pronto
sosial/lembaga sosial lokal (4-6 pronata/lembaga) dan tokohmasyarakat
2. Menetapkan tenaga fasilitator dan tenagapendamping, menjelaskon maksud
danTujuan pemberdaycon pasca bencana
3. Menetapkan lokasi pemberdayaan,menetapkan pranata sosial/lembagasosial lokal
yang dalam hal ini pengurusinti yang ditunjuk untuk mewakili (masing-masing2
orang, tokoh masyarakat lormal dan informal), aparat pemda provinsidan
kab/kota) masing-masing 2 orangdan tokoh informal 2 orang, sehinggajumlah
peserta kolaborasi ini berjumlah20orang
4. Pelaksanaan pemberdayaan denganalokasi waktu 6 - 8 bulan, dapatmengadopsi
Kep. Men 5os RI No. 12/HUK/2006, Tentang Model Pemberdayaan Pranata
Sosial DalamMewujudkan Masyarakat BarketahananSosial yang telah di
implementasikanpada beberapa daerah
5. Memberikan simulan kepada kelompok/forum yang telah diberdayakan
sebagaidukungan kegiatan dan program yangtelah dibuat untuk perbaikan
sosialekonomi para korban bencana. Besarandana stimulan disesuaikan
dengankebutuhan dan ketersediaan anggaranpada pemerintahMonitoringdon
Evaluasi oleh timpeneliti untuk penyempurnaan kegiatanpemberdayaan
6. Monitoringdon Evaluasi oleh timpeneliti untuk penyempurnaan
kegiatanpemberdayaan
e. Tahap Akhir
1. laporan hasil pemberdayaanoleh tim peneliti, sebagai pertanggungjawaban
administrasi dan ilmiah.
2. Penyempurnaan model untuk replikasi ditempat lain.
3. Terminasi, pemutusan kegiatan pemberdayaan.
10 | K E P E R A W A T A N B E N C A N A
f. Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam Pemulihan
1. Menjadikan masyarakat sebagai potensi sumber daya dalam penanggulangan
bencana akan membantu tingkat responsif terhadap penanggulangan bencana
alam itu sendiri, terutama pada kasus kejadian bencana alam yang letaknya
berjauhan dari pusat pemerintahan.
2. Menjadikan pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan
bencana alam sebagai salah satu strategi dalam upaya mengatasi
ketidakberdayaan masyarakat dalam menghadapi kejadian bencana alam.
3. Upaya-upaya pencegahan akan sangat efektif bila melibatkan partisipasi
masyarakat lokal (lembaga adat dan budaya setempat). Adanya dukungan
pelayanan terhadap korban bencana (khususnya di Departemen Sosial) dalam hal
ini Direktorat BSK Bencana Alam Ditjen Bantuan dan Jaminan Sosial.
4. Unit Direktorat Bencana Alam dan Badiklit Kesejahteraan Sosial, melakukan
upaya berkesinambungan terhadap pusat penelitian dan pelatihan penanggulangan
bencana yang telah dibentuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan P.M
Australia Kevin Ruud. Tim ini merupakan tim flat {tim tetap) yang sudah
dipersiapkan/dikondisikan sebagai tim yang siap diterjunkan ke daerah bencana
alam untuk melakukan kajian/penelitian cepat, untuk mengetahui kebutuhan dan
penanganan korban serta siap dan tepat sasaran dalam memberikan bantuan dan
penanganan korban oleh Direktorat Bencana Alam, termasuk mempersiapkan
pemberdayaan masyarakat pasca bencana (Bahransyaf, D. (2017).
g. Hasil dan Pembahasan Pemberdayaan Sebagai Proses Pemberdayaan
Keberhasilan dalam pemberdayaan sebagai proses dapat dilihat dari indikator berikut:
1. Menumbuhkan Kesadaran Masyarakat Menumbuhkan kesadaran masyarakat
dilakukan bertujuan untuk menyiapkan masyarakat untuk memiliki perilaku siaga
dan mampu menyikapi bencana yang akan terjadi.
2. Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Pengetahuan dapat diperoleh melalui
banyaknya mempelajari, banyak mencoba dan banyak menulis. Pengetahuan
mengenai kebencanaan akan dibutuhkan masyarakat yang tinggal didaerah rawan
bencana, karena berbagai informasi mengenai jenis bencana yang dapat
mengancam mereka. gejala-gejala bencana, perkiraan daerah jangkauan bencana,
prosedur penyelamatan diri, tempat yang disarankan untuk mengungsi, dan
informasi lain yang mungkin dibutuhkan masyarakat pada sebelum, saat, dan
pasca bencana itu dapat meminimalkan risiko bencana.
11 | K E P E R A W A T A N B E N C A N A
Bentuk dari pemberdayaan yang dilakukan adalah pelatihan yang diberikan
kepada masyarakat. Pemberdayaan sebagai proses penguatan kapasitas Kapasitas
merupakan Kapasitas merupakan sumber daya atau kemampuan yang dimiliki oleh
individu, kelompok maupun lembaga sebagai upaya kesiapan, pencegahan dan
pengurangan risiko bencana.Upaya pemberdayaan masyarakat perlu
mengikutsertakan potensi yang ada pada masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah
memiliki peranan yang cukup penting dalam pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan
yang dilakukan dalam upaya pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mengurangi
risiko bencana banjir yang terjadi (Anggun, T., Putera, R. E., &Liesmana, R. 2020).

12 | K E P E R A W A T A N B E N C A N A
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Peningkatan partisapasi masyarakat terhadap pencegahan dan upaya-upaya
penanggulangan bencana perlu didukung dan difasilitasi melalui kerangka formal
dalam Peraturan Menteri Sosial sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang No. 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, khususnya pada Pasal 26 dan 27 serta
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana, khususnya pada Paragraf 5 Pasal 87 yang terkait dengan
partisipasi lembaga/organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat.
Tentu saja upaya yang dilakukan ini masih berbentuk advokasi sosial terhadap
pemberdayaan peran masyarakat dalam penanggulangan bencana alam. Namun
demikian hal terpenting dan utama dari kajian ini adalah melahirkan ide dasar bahwa
perlunya memperhatikan penanganan penanggulangan bencana secara ius, terpa dan
melibatkan masyarakat sebagai bagian dari solusi penanggulangan bencana alam.
3.2 Saran
Semoga dengan di susunnya makalah ini, mahasiswa dapat menggunakan ini
sebagai penambah ilmu dalam keperawatan Bencana khususnya pada pemberdayaan
masyarakat dalam bencana.

13 | K E P E R A W A T A N B E N C A N A
DAFTAR PUSTAKA
Sinambela Marzuki, dkk. 2021. “MITIGASI DAN MANAJEMEN BENCANA” Yayasan Kita
Menulis

Adventina Delima Hutapea, D.H. 2021 “KEPERAWATAN BENCANA” Yayasan Kita


Menulis

Pusponegoro Aryono. 2016. “Kegawatdaruratan dan Bencana” Jatim. RAYYANA


Komunikasindo

Jaladudin Slamet. 2021. “Pencegahan dan mitigasi bencana” Indonesia.


Bahransyaf Daud. 2009. “PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PASCA BENCANA BERBASIS
PENELITIAN” Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejaltternan Sosia/, Vol 14, No.
01

14 | K E P E R A W A T A N B E N C A N A

Anda mungkin juga menyukai