NIM : 201111077
Kelas : 3C IAT
Kaidah Tafsir 6
"Jika terdapat perselisihan antara makna hakikat syar'i dengan makna hakika tkebahasaan di
dalam menafsirkan Al-Qur’an maka makna syariat harus didahulukan"
Kaidah ini menerangkan bahwa jika ada kontradiksi antara makna hakikat yang
dikehendaki syara', dengan makna hakikat yang dikehendaki bahasa di dalam menafsirkan
dan memahami Al-Qur'an, maka harus didahulukan makna yang dikehendaki syara', jika
tidak ada keterangan lainnya. Alasannya adalah karena Al-Qur’an merupakan asas dan
sumber syara', dan salah satu visi Nabi Muhammad diutus adalah untuk menerangkan
hukum-hukum syariat. Adapun fungsi dari hakikat kebahasaan adalah untuk memperkuat
(taukid) keterangan syara', bukan sebaliknya.
(7) َ) َو َويْلٌلِّ ْل ُم ْش ِر ِك ْين6( َالَّ ِذ ْينَاَل ي ُْؤتُوْ نَال َّز ٰكوةَ َوهُ ْمبِااْل ٰ ِخ َر ِةهُ ْم ٰكفِرُوْ ن
Secara lahiriyah, diartikan orang-orang musyrik itu dicela karena mereka tidak mau
membayar zakat. Sebagian orang memaknaikata َاَل ي ُْؤتُوْ نَال َّز ٰكوةdengan orang-orang yang tidak
taat kepada Allah yang telah mensucikan dan membersihkan badan-badan mereka. Artinya,
terdapat ancaman bagi seorang muslim yang tidak melaksanakan zakat. Makna zakat pada
ayat ini adalah mereka tidak mensucikan dan membersihkan dirinya dan zakat bukan berarti
mengeluarkan hartanya. Karena, kata َال َّز ٰكوةdiambil dari kata tazkiyah artinya mensucikan
sehingga mereka mengartikan dengan mensucikan badan, jiwa, dan sebagainya. Jadi, bukan
berarti mensucikan badan dengan mengeluarkan zakat. Pendapat ini bersumber dari Ibnu
Abbas, Ikrimah dan lainnya.
Pendapat para ahli tafsir tentang makna ayat ini :
Ibnu Katsir dalam tafsinya memaknai bahwa arti zakat disini bukan diartikan sebagai
mengeluarkan zakat harta, tetapi diartikan secara bahasa yaitu mensucikan jiwa dari segala
akhlak yang buruk. Menurut Qatadah makna zakat disini adalah zakat harta, pendapat ini
yang dipilih oleh ibnu Jarir. Syaid Thantawi memberikan komentar kenapa sebabnya
kewajiban zakat itu dimulainya tahun kedua hijriyah. Padahal yang dibahas ini mengenai
Makiyyah. Surat Makiyyaha dalah surat-surat yang turun sebelum Rasulullah hijrah, dan
surat Madaniyah adalah surat-surat yang turun setelah Rasulullah hijrah.
Walaupun pemaknaan yang disampaikan Qatadah dan Ibnu Jarir ini perlu di
diskusikan terlebih dahulu, namun dimisalkan diartikan bahwa asal kewajibannya zakat
berupa sadaqah, belum menjadi kewajiban umum, memang dimulainya di Mekah artinya
bahwa kewajiban zakat secara resmi itu diperintahkan tahun kedua hijriyah. Sebelumnya ini
sudah ada ayat-ayat yang terkait tentang anjuran untuk bersedekah tetapi bukan dimaknai
dengan zakat secara syar’i seperti yang kita pahami.
Syaid Tantawi memberikan tambahan, apakah dengan ayat ini menunjukan bahwa
orang kafir juga terkena perintah tentang hukym, syari’at. Nah ini memberikan perbedaan
diantara para ulama, namun menurut Syaid Tantawi bahwa ayat ini menunjukan orang kafir
pun juga diperintahkan kepada mereka terkait hukum-hukum islam yaitu “menjalankan
perintahNya, menjauhi laranganNya”. Pada intinya bahwa terkait perdebatan, apakah orang-
orang kafir juga terkena perintah agama/tidak, sebenarnya cukup jelas, karena ada ayat yang
menjelaskan kenapa orang-orangkafir, orang-orang musyrik itu juga diazab, kaena mereka
tidak menjalankan perintah-perintah yang diperintahkan kepada mereka. Sedangkan dalam
QS.Al-Muddasir : 42-45
ْ ُك ن
َط ِع ُم ال ِم ْس ِك ْين ُ ََولَ ْم ن
Mereka menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan salat,
(43)
bahkan kami biasa berbincang (untuk tujuan yang batil), bersama orang-orang yang
membicarakannya, (45)
“Ambillah zakat dan harta mereka guna membersihkan dan mensucikan mereka dan
berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi
mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
Kata تُزَ ِّك ْي ِهyang berati menjadikan banyak sesuatu itu dengan banyak kebaikan, jadi
mengapa kata تُطَهِّ ُر هُ ْمmembersihkan yang artinya bahwa kita diperintahkan menghilangkan
keburukan-keburukan kita, dan itu didahulukan dari pada melakukan kebaikan. Bahwa zkat
itu menghapus dosa besar, mendatangkan berbagai macam hal kebaikan.
Rasyid termasuk guru gurunya Ibnu Asyur. Rasyid Ridha berkata Sholatuka (mufrad)
dan Sholawatuka (jamak). kata Sholla itu Masdar yaitu Sholla, yusalli, dan tasliyah. Uniknya,
kata Tasliyah tidak digunakan dalam Hasanah keislaman. Sering mengatakan Sholla, Yusalli,
Sholatan. Bukan Sholla, Yusalli, Tasliyatan. Kata Tasliyatan mirip dengan tasliyah saling
berkaitan yang artinya menyenangkan. Surat ini menyenangkan bagi umat Islam, sampai
Nabi berkata bahwa sholat menjadi penenang hati mereka.
Makna secara bahasa sholah itu doa. Sholat secar syar'i adalah ibadah tertentu yang
diawali takbir dan diakhiri salam. Kenapa, disebut dengan sholat? Yang kita terpenting dalam
sholat adalah doanya. Karena sesungguhnya doa adalah otaknya ibadah.
Ayat ini perintah sangat jelas untuk berdoa dan mendoakan Rasulullah. Bahkan, Allah
saja bershalwat kepada Nabi. Allah berarti memberikan Rahmat, kasih sayangnya.
Sedangkan, Malaikat itu berdoa dan memintakan ampunan kepada Rasulullah. Kenapa kita
harus bershalawat kepada Nabi? Ibarat gelas yang berisi air yang luber. Maka dari itu,
semakin banyak kita bershalawat akan mendapatkan keberkahan dan kebaikan yang kita
dapatkan. Jadi, bukan Rasulullah yang membutuh kita, bahwa kita bershalawat itu kembali
kepada kita lagi (berkah). Secara nas menjalankan perintah sebagai umatnya sebagai tanda
terimakasih yaitu mendoakan Rasulullah. Diantara makna sholat doa (doa setelah menjawab
adzan) yaitu doa yang terus menerus disampaikan kepada Rasulullah, Kenapa? Banyak
diantara kita memiliki momen untuk mengingat Rasulullah dengan kembali mengingat
keagungan Rasulullah. Selain bersholawat, juga dapat menjadikan nabi sebagai suri teladan
dalam kehidupan sehari-hari.
Ayat ini ini memerintahkan kepada Rasullullah untuk mendoakan dan memintakan
ampunan kepada orang yang bersedekah. Karena doa Rasulullah sangat memberikan dampak,
yaitu ketika kita tidak pelit mengucakan terimakasih kepada orang sudah baik kepada kita.
Kemudian, adanya peningkatan untuk mendapatkan pahala yaitu mendoakan.
Bahwa Rasulullah mendoakan orang yang bersedekah dan datang kepadanya, contoh
kasusnya yaitu Abdullah bin Abi Awfa. Kalau ada yang datang kepada Rasulullah sebuah
kaum membawa sedekah lalu mendoakannya yaitu Allahumma Sholli 'Ala Fulan artinya
Allah memberikan ampunan dan kebaikan kepada Fulan. Ada Istilah bahwa diwajibkan untuk
mendoakan orang yang bersedekah kepada kita. Menurut sebagian ulama secara zahirnya,
Rasulullah hanya diwajibkan untuk mendoakan. Ternyata jumhur ulama, untuk mendoakan
orang yang bersedekah akan mendapatkan kebaikan dan semuanya Kembali kepada kita.