OLEH:
NI MADE DESI SUGIANI P07120214017
NI KETUT AYU PRATIWI CATUR W. P07120214019
NI NYOMAN TRIA SUNITA P07120214020
GEDE SUYADNYA PUTRA P07120214022
AYU INDAH AGUSTINI P07120214027
AYU PUTU EKA TUSNIATI P07120214032
NI PUTU AYU SAVITRI P07120214033
PUTU SONIYA DARMAYANTI P07120214040
B. ETIOLOGI
Menurut Tarwoto (2007), penyebab dari Cedera Kepala adalah :
a Kecelakaan lalu lintas.
b Terjatuh
c Pukulan atau trauma tumpul pada kepala.
d Olah raga
e Benturan langsung pada kepala.
f Kecelakaan industri.
Menurut NANDA NIC-NOC (2013), etiologi dari cedera kepala adalah
: a Cedera Akselerasi
Terjadi jika obejek bergerak menghantam kepala yang tidak
bergerak (misalnya : alat pemukul menghantam kepala atau peluru
yang ditembakkan ke kepala)
b Cedera Deselerasi
Terjadi jika kepala yang bergerak membentur obyek diam, seperti
pada kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala membentur
kaca depan mobil.
c Cedera Akselerasi-Deselerasi
Sering terjadi dalam kasus kecelakaan kendaraan bermotor dan
episode kekerasan fisik.
d Cedera Coup-countre Coup
Terjadi jika kepala terbentur yang menyebabkan otak bergerak dan
ruang kranial dan dengan kuat mengenai area tulang tengkorak
yang berlawanan serta area kepala yang pertama kali terbentur.
Sebagai contoh pasien dipukul di bagian belakang kepala.
e Cedera Rotasional
Terjadi jika pukulan/benturan menyebabkan otak berputar dalam
rongga tengkorak, yang mengakibatkan peregangan atau robeknya
neuron dalam substansia alba serta robeknya pembuluh darah yang
memfiksasi otak dengan bagian dalam rongga tengkorak.
C. KLASIFIKASI
1 Menurut jenis cedera
a. Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur tulang
tengkorak dan laserasi duameter. Trauma yang menembus
tengkorak dan jaringan otak
b. Cedera kepala tertutup : dapat disamakan pada pasien dengan
geger otak ringan dengan cedera serebral yang luas.
2 Menurut berat ringannya berdasarkan GCS
a Cedera kepala ringan
GCS 13-15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia, tetapi kurang dari
30 menit
Tidak ada fraktur tengkorak
Tidak ada kontusia serebral, hematoma
b Cedera kepala sedang
GCS 9 – 12
Kehilangan kesadaran dan asam anamnesa lebih dari 30 m
tetapi kurang dari 24 jam
Dapat mengalami fraktur tengkorak
Diikuti contusia serebral, laserasi dan hematoma intrakranial
c Cedera kepala berat
GCS 3 – 8
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24
jam
Juga meliputi kontusia serebral, laserasi atau hematoma intra
kranial.
3 Menurut patologis :
a Cedera kepala primer adalah kerusakan yang terjadi pada masa
akut, yaitu terjadi segera saat benturan terjadi. Kerusakan primer
ini dapat bersifat (fokal) local maupun difus.
- Kerusakan fokal yaitu kerusakan jaringan yang terjadi pada
bagian tertentu saja dari kepala, sedangkan bagian relatif
tidak terganggu.
- Kerusakan difus yaitu kerusakan yang sifatnya berupa
disfungsi menyeluruh dari otak dan umumnya bersifat
makroskopis.
b Cedera kepala sekunder adalah kelainan atau kerusakan yang
terjadi setelah terjadinya trauma/benturan dan merupakan akibat
dari peristiwa yang terjadi pada kerusakan primer.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1 CT Scan
Adanya nyeri kepala, mual, muntah, kejang, penurunan kesadaran,
mengidentifikasi adanya hemoragi, pergeseran jaringan otak.
2 Angiografi Serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi cerebral seperti pergeseran cairan
otak akibat oedema, perdarahan, trauma.
3 EEG (Electro Encephalografi)
Memperlihatkan keberadaan/perkembangan gelombang patologis
4 MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Mengidentifikasi perfusi jaringan otak, misalnya daerah infark,
hemoragik.
5 Sinar X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang tengkorak.
6 Test Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG)
Untuk menentukan apakah penderita trauma kepala sudah pulih daya
ingatnya.
7 Pemeriksaan pungsi lumbal
Untuk mengetahui kemungkinan perdarahan subarahnoid
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
a Penatalaksanaan umum cedera kepala:
- Monitor respirasi : bebaskan jalan nafas, monitor keadaan ventilasi,
periksa analisa gas darah, berikan oksigan jika perlu
- Monitor tekanan intrakranial
- Atasi syok bila ada
- Kontrol tanda vital
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
b Operasi
Operasi dilakukan untuk mengeluarkan darah pada intrasereberal,
debridemen luka,dan prosedur shunting, jenis operasi tersebut adalah :
- Craniotomy adalah mencakup pembukaan tengkorak melalui
pembedahan untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial.
Ada tiga tipe craniotomy menurut letak insisi yaitu: craniotomy
supratentorial (diatas tentorium), infratentorial (dibawah tentorium)
dan craniotomy transfenoidal (melalui sinus mulut dan hidung)
- Craniektomy adalah eksisi pada suatu bagian tengkorak
- Cranioplasty adalah perbaikan deffek kranial dengan menggunakan
plat logam atau plastik
- Lubang burr / Burr holes adalah suatu tindakan pembuatan lubang
pada tulang kepala yang bertujuan untuk diagnostik diantaranya
untuk mengetahui ada tidaknya perdarahan ekstra aksial,
pembengkakan cereberal, cedera dan mengetahui ukuran serta
posisi ventrikel sebelum tindakan definitif craniotomy dilakukan.
dan eksplorasi.
3. Kebutuhan sehari-hari :
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadreplegia,
ataksia cara berjalan tak tegap, masalah dalam keseimbangan,
cedera (tauma) ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastic
b. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi),
perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi
dengan bradikardi, disritmia
c. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau
dramatis)
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung,
depresi dan inpulsif
d. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi
e. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air
liur keluar, disfagia)
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar
kejadian. Vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran,
tingling, baal pada ekstermitas. Perubahan dalam penglihatan,
seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang
pandang, fotofobia.
g. Gangguan pengecapan dan juga penciuman.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan
masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada
mata, ketidakmampuan mengikuti.
Kehilangan pengindraan, spt: pengecapan, penciuman dan
pendengaran.
Wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak seimbang, reflek
tendon dalam tidak ada atau lemah, apraksia, hemiparese,
quadreplegia, postur (dekortikasi, deserebrasi), kejang. Sangat
sensitive terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi
sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.
i. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi). Napas berbunyi, stridor, tersedak. Ronkhi, mengi
positif (kemungkinan karena respirasi)
j. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
k. Kulit: laserasi, abrasi, perubahan warna, spt “raccoon eye”, tanda
battle disekitar telinga (merupakan tanda adanya trauma). Adanya
aliran cairan (drainase) dari telinga/hidung (CSS).
l. Gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang,
kekuatan secara umum mengalami paralysis. Demam, gangguan
dalam regulasi suhu tubuh.
m. Interaksi Sosial
Tanda : Afasia motorik dan sensorik, bicara tanpa arti, bicara
berulang ulang, disartris, anomia.
n. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alcohol/obat lain
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perdarahan b.d trauma, riwayat jatuh
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan ruangan
untuk perfusi serebral, sumbatan aliran darah serebral
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan persepsi/ kognitif, terapi
pembatasan/kewaspadaan keamanan, mis tirah baring , immobilisasi
4. Kerusakan memori
5. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
6. Resiko kekurangan volume cairan
7. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d trauma jaringan otak
8. Resiko infeksi
9. Intoleransi aktivitas
10. Nyeri akut
11. Resiko cidera b.d penurunan tingkat kesadaran, gelisah, agitasi,
gerakann involunter dan kejang
12. Ansietas
C. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil
No Keperawatan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Resiko perdarahan NOC NIC
b/d trauma, 1. Blood lose severenty Bleeding Precautions
riwayat jatuh 2. Blood koagulation - Monitor ketat tanda tanda perdarahan
Kriteria Hasil - Catat nilai HB dan HT sebelum dan
1. Tidak ada hematuria dan sesudah terjadinya perdarahan
hematemesis - Monitor nilai lab (koagulasi) yang
2. Kehilangan darah yang meliputi PT, PTT, trombosit
terlihat - Monitor TTV ortostatik
3. Tekanan darah dalam batas - Pertahankan bed rest selama perdarahan
normal sistol dan diastole aktif
4. Tidak ada perdarahan - Kolaborasi dalam pemberian produk
pervagina darah (platelet atau fresh frozen
5. Tidak ada distensi plasma)
abdominal - Lindungi pasien dari trauma yang dapat
6. Hemoglobin dan hematokrit menyebabkan perdarahan
dalam batas normal - Hindari mengukur suhu lewat rectal
7. Plasma, PT, PTT dalam - Hindari pemberian aspirin dan
batas normal anticoagulant
- Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake makanan yang
banyak mengandung vitamin K
- Hindari terjadinya konstipasi
dengan menganjurkan untuk
mempertahankan intake cairan yang
adekuat dan pembalut feses
Bleeding Reduction
- Indentifikasi penyebab perdarahan
- Monitor trend tekanan darah dan
parameter hemodinamik (CVP,
pulmonary capillary/artery wedge
preassure
- Monitor status cairan yang meliputi
intake dan output
- Monitor penentu pengiriman
oksigen ke jaringan (PaO2, SaO2
dan level Hb dan cardiac output)
- Pertahankan patensi IV line
bleeding reduction: wound/luka
- Lakukan manual preassure
(tekanan) pada area perdarahan
- Gunakan ice pack pada area
perdarahan
- Lakukan pressure dressing (perban
yang menekan) pada area luka
- Tinggikan ekstremitas yang
perdarahan
- Monitor ukuran dan karakteristik
hematoma
- Monitor nadi distal dari area yang
lukaatau perdarahan
- Instrusikan pasien untuk menekan
area luka pada saat bersin atau batuk
- Instruksikan pasien untuk
membatasi aktivitas
Bleeding reduction: gastrointestinal
- Observasi adanya darah dalm
sekresi cairan tubuh: emesis, feses,
urine,residu lambung dan drainase
luka
- Monitor complete bloodcount dan
leukosit
- Kolaborasi dalam pemberian terapi:
lactulose atau vasopressin
- Lakukan pemasangan NGT untuk
memonitor sekresi dan perdarahan
lambung
- Lakukan bilas lambung dengan
NaCl dingin
- Dokumentasikan warna, jumlah dan
karakteristik feses
- Hindari pH lambung yang ekstrem
dengan kolaborasi pemberian
antacids histamine blocking agent
- Kurangi faktor stress
- Pertahankan jalan nafas
- Hindari penggunaan anticoagulant
- Monior status nutrisi pasien
- Berikan cairan intra vena
- Hindari penggunaan aspirin dan
ibuprofen
2. Resiko NOC
ketidakefektifan 1. Circulation status NIC
perfusi jaringan 2. Tissue Prefusion : Peripheral Sensation Management
otak b.d celebral (manajemen sensasi perifer)
penurunan Kriteria Hasil - Monitor adanya daerah tertentu
ruangan untuk Mendemonstrasikan status yang hanya peka terhadap panas/
perfusi serebral, sirkulasi yang ditandai dengan dingin/ tajam/ tumpul
sumbatan aliran 1. Tekanan systole dan - Monitor adanya paratese
darah serebral diastole dalam rentang - Instruksikan keluarga untuk
yang diharapkan mengobservasi kulit jika ada isi
2. Tidak ada ortostatik atau laserasi
hipertensi - Gunakan sarung tangan untuk
3. Tidak ada tanda-tanda proteksi
peningkatan tekanan - Batasi gerakan pada kepala, leher
intracranial (tidak lebih dan punggung
dari 15 mmHg) - Monitor kemampuan BAB
Mendemonstrasikan - Kolaborasi pemberian analgetik
kemampuan kognitif yang - Monitor adanya tromboplebitis
ditandai dengan : - Diskusikan mengenai penyebab
1. Berkomunikasi dengan perubahan sensasi
jelas dan sesuai dengan
kemampuan
2. Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
3. Memproses informasi
4. Membuat keputusan
dengan benar
5. Menunjukkan fungsin
sensori motori
cranialyang utuh : tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-
gerakan involunter
D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.
E. EVALUASI
Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan.
A. Pengkajian
Identitas pasien
Nama : Tn D
Umur : 23 tahun
Alamat : Curup
Penamggung jawab
Nama : Tn A
Umur : 63 tahun
Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
3. Primary survey
a. Airway: terdapat sumbatan jalan nafas berupa darah dan lendir.
b. Breathing
Kesadaran : Sopor
GCS 7
TTV :
- TD : 100/60 mmHg
- N : 102 x/m
- P : 32 x/m
- S : 37.8
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
b. Mata
c. Hidung
d. Telinga
e. Mulut
f. Leher
g. Thorak
Perkusi : resonan
h. Jantung
Perkusi : mur-mur(-) ,gallop (-),bj1 dan bj2 normal
i. Abdomen
j. Genetalia
k. Kulit
Turgor kulit elastis, warna kulit sama dengan warna kulit lainnya
l. Ekstremitas
Atas: reflek bisep dan trisep normal ,tidak ada kelainan,ada bekas
luka ditangan kanan, terpasang infus ditangan kanan,fleksi dan
ekstensi(+)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratoorium
7. Therapi pengobatan :
- IVFD RL 30 tpm
- Dexa methason 3x1 amp
- Citicolin 3x1 amp
- Asam transamin 3x1 amp
- Vit K 3x1 amp
- Keterolac 3x1 amp
- Cefotaxime 2x1 gr
- Kateter polay
- NGT
- Suction
B. Analisa data
menekan pusat
vasomotor ,cerebral
posterior, NIII,serabut
RAS
menekan untuk
pertahankan:
kesadaran,TD,HR
- tingkat kesadaran
perdarahan
sopor
peningkatan TIK
perubahan perfusi
jaringan serebral
Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya darah dan secret
ditandai dengan keluarga mengatakan pasien belum sadar, suara nafas
stridor, terdapat sumbatan berupa darah dan lendir, dan pasien terlihat
sesak frekuensi pernafasan 32 x / menit.
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema otak
ditandai dengan keluarga mengatakan pasien masih belum sadar, tingkat
kesadaran spoor, GCS 7(E 2,M3,V2), akral dingin, CRT > 3 detik.
C. Intervensi Keperawatan
1. Tidak ada
penggunaan otot
bantu pernafasan. 2. Observasi fungsi 2. Distres pernafasan
2. Tidak sianosis pernafasan, catat dan perubahan
3. CRT < 3 detik frekuensi pada tanda vital
4. RR < 24x/menit pernafasan, dispnea dapat terjadi
5. Tidak terpasang atau perubahan sebagai akibat
oksigen tanda-tanda vital. stress fisiologis
6. Secret dan lender dan nyeri atau
berkurang dapat
menunjukkan
terjadinya syok
3. Evaluasi pergerakan sehubungan
dinding dada dan dengan hipoksia.
auskultasi bunyinya.
3. Sebagai pedoman
kelancaran pola
pernafasan.
4. Berikan terapi O2
sebanyak 3 liter
4. Memberikan
adekuat O2 dalam
penghisapan lendir
5. Sebagai alat bantu
supaya jalan napas
tidak tertutup
6. Anjurkan pada
6. Memberikan
keluarga untuk
lingkungan
batasi pengunjung
nyaman untuk
menghindari
ketegangan dapat
mempertahankan
kita terjadinya
peningkatan TIK
7. Pemberian terapi O2
7. Memberikan
dan penghisapan
adekuat O2 dalam
lendir
darah dan aliran
ke otak
8. Untuk
8. Lakukan pemasang
mengurangi
NGT
adanya tekanan
TIK
9. Lakukan
pemasangan kateter
9. Untuk memenuhi
ADL dan
mengetahui
keseimbangan
cairan.
D. Implementasi Keperawatan
20.45
WITA
6. frekuensi pernafasan 32
2
9. Klien tampak lemah dan
9. Mengevaluasi nilai GCS klien nilai GCS =7( E2 V2 M3)
22-12-2011
dan keadaan umum klien
Pukul 22.00
WITA
2
22-12-2011
15. Menganjurkan keluarga
15. Keluarga bisa menerima
Pukul 23.30 unruk membatasi
dan akan melakukannya
WITA pengunjung dan tidak
1,2
terlalu ribut dalam ruangan
E. Evaluasi Keperawatan
Tanggal /
No Catatan perkembangan Paraf
Jam
1. 22-12-2011 S:-
O:
teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
O:
P : intervensi di lanjutkan
DAFTAR PUSTAKA