DIABETES MELITUS
A. Definisi
Diabetes melitus ialah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Padila, 2012).
Diabetes melitus ialah suatu golongan gangguan metabolisme yang secara
genetik dan klinis tersebut jenis heterogen yang akhirnya dimanifestasikan oleh
kehilangan toleransi karbohidrat (Padila, 2012).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2010).
B. Klasifikasi
Menurut Padila (2012), klasifikasi diabetes militus sebagai berikut:
1. Tipe I : Diabetes militus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : diabetes militus tidak tergantung insulin
(NIDDM)
3. Diabetes militus yang berhubungan dengan keadaan
atau sindrom lainnya
4. Diabetes militus gestasional (GDM).
C. Etiologi
Menurut Barbara (2011), etiologi diabetes militus ialah:
1. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin atau Insulin
Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau Diabetes Mellitus Tipe 1
disebabkan oleh destruksi sel β Pulau Langerhans akibat proses autoimun.
Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan dapat
menimbulkan destruksi sel β Pulau Langerhans.
2. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin atau Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau Diabetes Mellitus Tipe 2
disebabkan oleh kegagalan relatif sel β dan resintensi insulin.
Resistensi insulin ialah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi ini sepenuhnya,
artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Resistensi insulin ialah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi ini sepenuhnya,
artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Faktor-faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cendrung meningkat
pada usia di atas 65 thn)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga.
D. Manifestasi Klinik
Menurut Padila (2012), keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia,
polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu
pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah
dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.
Glikosuria
Poliuria
Polidipsia
Polifagia
Kelelahan
Mengantuk
Berat badan menurun
Kesemutan
Gatal dan mata kabur
E. Patofisiologi
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Pada Diabetes Mellitus Tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel β pancreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yamh tidak
terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat tersimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia post prandial (sesudah makan). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi, ginkal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar; akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke
dalam urine, ekskresi ini akan disertai dengan pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidpsi).
Menurut Doengoes (2006), defisiensi insulin juga mengganggu
metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.
Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukeogenesis (pembentukan
glukosa dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita
defiensi insulin, proses ini akan tejadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang akan menimbulkan peningkatan badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan dan akan
menyebabkan ketoasidosis diabetikum.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
Pada diabetes tipe 2 ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe 2 ini disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
diabetes tipe 2 ini, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat
untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi benda keton yang
menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi, akan tetapi
apabila diabetes tipe 2 ini tidak terkontrol akan menimbulkan masalah akut
lainnya yaitu sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (HHNK).
Akibat toleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka
awitan diabetes tipe 2 dapat berjalan tanpa deteksi. Gejala yang dialmi pasien
tersebut merupakan gejala ringan yang mencakup kelelahan, irritabilitas,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh atau pandangan kabur
(jika kadar glukosa sangat tinggi).
3. Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia pada masa kehamilan akibat sekresi hormon-hormon plasenta.
Namun, setelah melahirkan, kadar glukosa pada wanuta yang menderita
diabetes gestasional akan kembali normal
F. Pathway
Defisiensi Insulin
Kekurangan
ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi volume cairan
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
diabetik
Miokard Infark Stroke Gangren
Nyeri akut
Ggn. Penglihatan Gagal
Ggn Integritas Kulit Ginjal
Administrasi analgetik :.
Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis,
dan frekuensi.
Cek riwayat alergi..
Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan
dosis optimal.
Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
analgetik.
Berikan analgetik tepat waktu terutama saat
nyeri muncul.
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala
efek samping.
4 Kurang pengetahuan b/d Setelah dilakukan tinfakan keperawatan Teaching : disease Process
kurangnya paparan selama …. Kurang pengetahuan dapat 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
informasi teratasi dengan kriteria hasil: pasien tentang proses penyakit yang spesifik
Kowlwdge : disease process 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
Kowledge : health Behavior bagaimana hal ini berhubungan dengan
1. Pasien dan keluarga menyatakan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
pemahaman tentang penyakit, kondisi, 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
prognosis dan program pengobatan muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
2. Pasien dan keluarga mampu 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
melaksanakan prosedur yang tepat
dijelaskan secara benar 5. Sediakan informasi pada pasien tentang
3. Pasien dan keluarga mampu kondisi, dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang 6. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
dijelaskan perawat/tim kesehatan untuk melaporkan pada pemberi perawatan
lainnya. kesehatan, dengan cara yang tepat
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan tinfakan keperawatan Infection Control (Kontrol infeksi)
berhubungan dengan selama …. Resiko infeksi dapat teratasi 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
penyakit kronik diabetes dengan kriteria hasil: lain
melitus Knowledge : Infection control 2. Pertahankan teknik isolasi
1. Mendeskripsikan proses penularan 3. Batasi pengunjung bila perlu
penyakit, factor yang mempengaruhi 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
penularan serta penatalaksanaannya, tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
2. Menunjukkan kemampuan untuk meninggalkan pasien
mencegah timbulnya infeksi 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
3. Menunjukkan perilaku hidup sehat 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
Risk control 7. Pertahankan lingkungan aseptik selama
1. Klien bebas dari tanda dan gejala pemasangan alat
infeksi 8. Ganti letak IV perifer dan line central dan
2. Jumlah leukosit dalam batas normal dressing sesuai dengan petunjuk umum
9. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing
10. Tingktkan intake nutrisi
11. Berikan terapi antibiotik bila perlu
Management Hipoglikemia
Pantau kadar gula sebelum pemberian obat
diabetik
Monitor tanda-tanda hipoglikemia
Libatkan keluarga untuk pemenuhan asupan gula
per oral
Berikan dextrose 40% intravena
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemeberian
karbohidrat yang lebih komplek.
DAFTAR PUSTAKA
Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuh Medika.