Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

A. Definisi
Diabetes melitus ialah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Padila, 2012).
Diabetes melitus ialah suatu golongan gangguan metabolisme yang secara
genetik dan klinis tersebut jenis heterogen yang akhirnya dimanifestasikan oleh
kehilangan toleransi karbohidrat (Padila, 2012).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2010).
B. Klasifikasi
Menurut Padila (2012), klasifikasi diabetes militus sebagai berikut:
1. Tipe I : Diabetes militus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : diabetes militus tidak tergantung insulin
(NIDDM)
3. Diabetes militus yang berhubungan dengan keadaan
atau sindrom lainnya
4. Diabetes militus gestasional (GDM).
C. Etiologi
Menurut Barbara (2011), etiologi diabetes militus ialah:
1. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin atau Insulin
Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau Diabetes Mellitus Tipe 1
disebabkan oleh destruksi sel β Pulau Langerhans akibat proses autoimun.
Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan dapat
menimbulkan destruksi sel β Pulau Langerhans.
2. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin atau Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau Diabetes Mellitus Tipe 2
disebabkan oleh kegagalan relatif sel β dan resintensi insulin.
Resistensi insulin ialah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi ini sepenuhnya,
artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Resistensi insulin ialah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi ini sepenuhnya,
artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Faktor-faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cendrung meningkat
pada usia di atas 65 thn)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga.
D. Manifestasi Klinik
Menurut Padila (2012), keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia,
polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu
pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah
dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.
 Glikosuria
 Poliuria
 Polidipsia
 Polifagia
 Kelelahan
 Mengantuk
 Berat badan menurun
 Kesemutan
 Gatal dan mata kabur
E. Patofisiologi
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Pada Diabetes Mellitus Tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel β pancreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yamh tidak
terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat tersimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia post prandial (sesudah makan). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi, ginkal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar; akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke
dalam urine, ekskresi ini akan disertai dengan pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidpsi).
Menurut Doengoes (2006), defisiensi insulin juga mengganggu
metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.
Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukeogenesis (pembentukan
glukosa dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita
defiensi insulin, proses ini akan tejadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang akan menimbulkan peningkatan badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan dan akan
menyebabkan ketoasidosis diabetikum.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
Pada diabetes tipe 2 ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe 2 ini disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
diabetes tipe 2 ini, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat
untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi benda keton yang
menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi, akan tetapi
apabila diabetes tipe 2 ini tidak terkontrol akan menimbulkan masalah akut
lainnya yaitu sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (HHNK).
Akibat toleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka
awitan diabetes tipe 2 dapat berjalan tanpa deteksi. Gejala yang dialmi pasien
tersebut merupakan gejala ringan yang mencakup kelelahan, irritabilitas,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh atau pandangan kabur
(jika kadar glukosa sangat tinggi).
3. Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia pada masa kehamilan akibat sekresi hormon-hormon plasenta.
Namun, setelah melahirkan, kadar glukosa pada wanuta yang menderita
diabetes gestasional akan kembali normal
F. Pathway
Defisiensi Insulin

glukagon↑ penurunan pemakaian


glukosa oleh sel
Resiko
ketidakstabilan
glukoneogenesis hiperglikemia kadar glukosa
darah

lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis

Kekurangan
ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi volume cairan

Mual muntah ↓ pH Hemokonsentrasi

ketidakseimbangan Asidosis Trombosis


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh  Koma
Aterosklerosis
 Kematian

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
diabetik
Miokard Infark Stroke Gangren
Nyeri akut
Ggn. Penglihatan Gagal
Ggn Integritas Kulit Ginjal

Kurang Resiko infeksi Resiko jatuh Defisit


pengetahuan perawatan diri
Sumber : Hidayat (2013)
G. Masalah Yang Mungkin Muncul
1. Penyakit kardiovaskuler
Disebabkan oleh kerusakan pembulu darah pada penderita diabetes, juga
dapat disebabkan oleh faktor gaya hidup, salah satunya merokok.
2. Penyakit Strok
Terjadinya perdarahan atau penumpukan plak pada pembulu darah otak
akibat hiperglikemia. Kondisi ini menyebabkab penyumbatan aliran darah
dan oksigen ke otak akibat aterosklerosis yang berunjung penyakit strok.
3. Retinopati
Merupakan kondisi perdarahan pembul darah mata dan retina akibat
tingginya kadar gula dalam darah
4. Kanker
Perkembangan kanker pada penderita diabetes dapat disebabkan
ketidakseimbangan hormon insulin dan tingginya kadar gula darah
H. Data Penunjang
 Glukosa darah sewaktu
 Kadar glukosa darah puasa
 Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam
kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial
(pp) > 200 mg/dl.
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Diet
Prinsip umum dari penatalaksanaan nutrisi ialah :
 Memberikan semua unsur makanan esensial
 Mencapai dan mempertahankan berat badan yang ideal
 Memenuhi kebutuhan energi
 Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-
cara yang aman dan praktis
 Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2. Latihan
Dengan berolahraga akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa darah oleh otot dan memperbaiki
pemakaian insulin.
3. Pemantauan
Pemantauan kadar glukosa dilakukan secara mandiri
4. Terapi
Terutama terapi insulin pada diabetes mellitus tipe 1
5. Pendidikan Kesehatan
J. Pengkajian Keperawatan
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan
pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat keluarga tentang penyakit,
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4
kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma,
infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid,
kontrasepsi oral).
2. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia,
polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan
penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan
gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan
kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
b. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat
menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan
propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
4. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
5. Kaji perasaan pasien tentang kondisi penyakitnya
Hal- hal yang dikaji pada pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus :
1. Aktivitas / Istirahat
 Gejala : Lemah, letih, sulit bernapas
Kram otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat / tidur
 Tanda : Takikardi, takipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktivitas
Letargi
2. Sirkulasi
 Gejala : Ada riwayat hipertensi
Kesemutan pada ekstrimitas
Ulkus pada kaki
 Tanda : Takikardi, hipertensi
Nadi menurun atau tak ada
Disritmia
Kulit panas, kering dan kemerahan, mata cekung
3. Integritas Ego
 Gejala : Stress
 Tanda : Ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
 Gejala : Poliuria, nocturia
Rasa nyeri, kesulitan berkemih
Diare
 Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuria, diare
5. Makanan dan Cairan
 Gejala : Mual / muntah
Hilang nafsu makan
Penurunan BB
Haus
 Tanda : Kulit kering / bersisik, turgor kulit jelek
Muntah, distensi abdomen, Napas berbau aseton
6. Neurosensori
 Gejala : Pusing, sakit kepala
Kesemutan, parastesia
 Tanda : Disorientasi, letargi, mengantuk, Aktivas kejang
7. Nyeri / ketidaknyamanan
 Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri
 Tanda : Takikardi, takipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktivitas
Letargi
8. Pernapasan
 Gejala : Batuk
 Tanda : Frekuensi pernapasan, Batuk
9. Keamanan
 Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
 Tanda : Demam, diaforesis
Kulit rusak
Menurunkan kekuatan umum
10. Seksualitas
 Gejala : Infeksi
Masalah impotensi pada pria
Kesulitan orgasme pada wanita
K. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas jaringan b/d faktor mekanik ::ubahan sirkulasi,
immobilitas dan penurunan sensibilitas (neuropati).
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dan faktor
biologis (diabetes melitus poliphagy)
4. Kurang pengetahuan b/d kurangnya paparan informasi
5. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronik diabetes melitus
6. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan status
kesehatan fisik.
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
1 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tinfakan keperawatan Wound Care
jaringan b/d faktor selama …. Integritas jaringan dapat teratasi 1. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman,
mekanik ::ubahan dengan kriteria hasil: luka, karakteristik, warna cairan, granulasi,
sirkulasi, immobilitas dan Tissue Integrity : Skin and Mucous jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal
penurunan sensibilitas Membranes 2. Monitor kulit akan adanya kemerahan
(neuropati). 1. Integritas kulit yang baik bisa 3. Lakukan perawatan luka
dipertahankan (sensasi, elastisitas, 4. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
temperatur, hidrasi, pigmentasi) 5. Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit tekanan pada luka
3. Perfusi jaringan baik 6. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang
4. Menunjukkan pemahaman dalam longgar
proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya sedera berulang Teaching : Foot Care
5. Mampu melindungi kulit dan 1. Kaji tingkat pengetahuan tentang perawatan
mempertahankan kelembaban kulit dan kaki diabetes melitus
perawatan alami 2. Berikan informasi terkait dengan perawatan
kaki diabetes melitus
3. Berikan informasi terkait dengan resiko trauma
pada kaki diabetes
4. Anjurkan klien untukmenggunakan sepatu
dengan ukuran yang lebih besar
5. Anjurkan klien untuk memotong kuku jari kaki
tidak boleh terlalu dalam
6. Anjurkan untuk membersihkan kaki dengan air
hangat
7. Anjurkan untuk mengeringkan kaki yang telah
dibersihkan dengan air hangat
2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri :
dengan agen cidera fisik. selama 3 x ....jam, klien mampu  Kaji tingkat nyeri secara komprehensif termasuk
mengontrol nyeri dengan kriteria hasil: lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Pain Control  Observasi reaksi nonverbal dari
 Klien mengatakan nyeri berkurang ketidaknyamanan.
(skala 2-3)  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
 Ekspresi wajah tenang mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
 Tanda-tanda vital dalam batas normal  Kurangi presipitasi nyeri.
(TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt,  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
RR: 16-20x/mnt) (farmakologis/non farmakologis)..
 Klien dapat istirahat dan tidur  Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
 Klien menyatakan kenyamanan distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
 Klien dapat mengontrol nyeri  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
 Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
 Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain
tentang pemberian analgetik tidak berhasil.

Administrasi analgetik :.
 Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis,
dan frekuensi.
 Cek riwayat alergi..
 Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan
dosis optimal.
 Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
analgetik.
 Berikan analgetik tepat waktu terutama saat
nyeri muncul.
 Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala
efek samping.

3 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tinfakan keperawatan Nutrition Management


kurang dari kebutuhan selama …. Nutrisi seimbang dengan 1. Kaji adanya alergi makanan
tubuh berhubungan dengan kriteria hasil: 2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
ketidakmampuan tubuh Nutritional Status : food and Fluid Intake dan vitamin C
mengabsorbsi zat-zat gizi 1. Adanya peningkatan berat badan 3. Berikan substansi gula
berhubungan dan faktor sesuai dengan tujuan 4. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
biologis (diabetes melitus 2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi tinggi serat untuk mencegah konstipasi
poliphagy) badan 5. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan makanan harian.
nutrisi 6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi 7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
5. Tidak terjadi penurunan berat badan 8. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
yang berarti nutrisi yang dibutuhkan

4 Kurang pengetahuan b/d Setelah dilakukan tinfakan keperawatan Teaching : disease Process
kurangnya paparan selama …. Kurang pengetahuan dapat 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
informasi teratasi dengan kriteria hasil: pasien tentang proses penyakit yang spesifik
Kowlwdge : disease process 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
Kowledge : health Behavior bagaimana hal ini berhubungan dengan
1. Pasien dan keluarga menyatakan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
pemahaman tentang penyakit, kondisi, 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
prognosis dan program pengobatan muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
2. Pasien dan keluarga mampu 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
melaksanakan prosedur yang tepat
dijelaskan secara benar 5. Sediakan informasi pada pasien tentang
3. Pasien dan keluarga mampu kondisi, dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang 6. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
dijelaskan perawat/tim kesehatan untuk melaporkan pada pemberi perawatan
lainnya. kesehatan, dengan cara yang tepat

5 Resiko infeksi Setelah dilakukan tinfakan keperawatan Infection Control (Kontrol infeksi)
berhubungan dengan selama …. Resiko infeksi dapat teratasi 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
penyakit kronik diabetes dengan kriteria hasil: lain
melitus Knowledge : Infection control 2. Pertahankan teknik isolasi
1. Mendeskripsikan proses penularan 3. Batasi pengunjung bila perlu
penyakit, factor yang mempengaruhi 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
penularan serta penatalaksanaannya, tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
2. Menunjukkan kemampuan untuk meninggalkan pasien
mencegah timbulnya infeksi 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
3. Menunjukkan perilaku hidup sehat 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
Risk control 7. Pertahankan lingkungan aseptik selama
1. Klien bebas dari tanda dan gejala pemasangan alat
infeksi 8. Ganti letak IV perifer dan line central dan
2. Jumlah leukosit dalam batas normal dressing sesuai dengan petunjuk umum
9. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing
10. Tingktkan intake nutrisi
11. Berikan terapi antibiotik bila perlu

6 Resiko ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan keperawan Managemen Hiperglikemia


kadar glukosa darah selama ....x 24 jam, klien di harapkan  Monitor GDR sesuai indikasi
berhubungan dengan status dapat mencegah atau meminimalkan kadar  Monitor tanda dan gejala diabetik ketoasidosis ;
kesehatan fisik. gula darah dengan kriteria hasil: gula darah > 300 mg/dl, pernafasan bau aseton,
Blood glucose level sakit kepala, pernafasan kusmaul, anoreksia,
 Kadar glukosa darah normal mual dan muntah, tachikardi, TD rendah,
Exercise partisivasion polyuria, polidypsia,poliphagia, keletihan,
 Tanda-tanda vital dalam rentang normal pandangan kabur atau kadar Na,K,Po4 menurun.
 Baju yang digunakan pasien longgar  Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi
 Menunjukkan kemampuan senam kaki  Berikan insulin sesuai order
DM  Pertahankan akses IV
 Berikan IV fluids sesuai kebutuhan
 Konsultasi dengan dokter jika tanda dan gejala
Hiperglikemia menetap atau memburuk
 Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi
 Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl
khususnya adanya keton pada urine
 Pantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi & irama,
warna kulit, waktu pengisian kapiler, nadi
perifer dan kalium
 Anjurkan banyak minum
 Monitor status cairan I/O sesuai kebutuhan

Management Hipoglikemia
 Pantau kadar gula sebelum pemberian obat
diabetik
 Monitor tanda-tanda hipoglikemia
 Libatkan keluarga untuk pemenuhan asupan gula
per oral
 Berikan dextrose 40% intravena
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemeberian
karbohidrat yang lebih komplek.
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo, Tjokronegoro. (2010). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Cet 2.


Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Barbara. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan Bedah. Vol.3. Jakarta : EGC.

Hidayat, F. 2014. “Hubungan koping individu dengan tingkat kepatuhan penyandang


diabetes millitus. Bogor. Jakarta. UI

NANDA. (2012-2014). Nursing Diagnosis: Definition and Classification.


Philadelphia: North American Nursing Diagnosis Association.

Nurjannah., Tumanggor. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi


Bahasa Indonesia. Alih bahasa:Elsevier

Nurjannah.,Tumanggor. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa


Indonesia. Alih bahasa: Elsevier

Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuh Medika.

Anda mungkin juga menyukai