Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah


Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat berpengaruh dalam membangun
kecerdasan bangsa. Saat Jepang dibom oleh sekutunya yaitu Amerika di kota nagasaki
dan hirosima. Jendral jepang bertanya kepada prajuritnya tentang berapa guru yang
dapat di selamatkan. Ini berarti negara semaju Jepang sangat begitu memperhatikan
guru dan pendidikan. Menurut para filsuf dan pendidik eropa pendidikan slalu
memiliki gagasan yang jelas tentang siapa dan apa yang diajarkan. Menurut Bruni
(2016) Tujuan Pendidikan adalah mengejar kebenaran yang dimaksud sebagai apa
yang di dapat untuk berpikir. Pemikiran pendidikan barat sangat memperhatikan
faktor logos. Asrtinya pendidikan berarti mempertanyakan esensi pemikiran yang
rasional, yang memimiliki pembenaran dalam tujuan melestarikan diri melalui
rasional dan sarana teknis.
Dunia pendidikan adalah dunia belajar. menurut Hosnan (2016) belajar
merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu dimana proses tingkah
laku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”. Core inti
pendidikan adalah menjual jasa pendidikan yang sesuai dengan standar nasional yang
telah ditentukan. menurut Dunia pendidikan formal yang ada bisa berupa sekolah dan
universitas, begitu sebaliknya pendidikan non formal bisa berarti tempat les dan lain-
lain. Menurut Pryahin & Burakova (2019) pendidikan juga adalah salah satu syarat
penting untuk mencegah kekerasan dan pembentukan pola pikir humanistik dan non
kekerasan. pendidik adalah mentor yang memiliki pengaruh yang menentukan pada
pemikiran dan perilaku anak-anak dan remaja, serta meletakkan dasar ideologis untuk
mereka. APBN di indonesia untuk dunia pendidikan cukup besar yaitu sekitar 20%
dan regulasi ini diatur dalam UUD Pasal 31 ayat 4 undang-undang dasar negera
republik indonesia. Pendidikan yang dimaksud bermuara pada sekolah yang akan
diteliti.

Sekolah berasal dari bahasa latin yaitu skhhole yang dapar di artikan sebagai
waktu luang (George, 2020). Sekolah di sini adalah suatu kegiatan di waktu luang
bagi anak untuk menikmati kegiatan utama yang diharapkan, yakni bermain dan
menghabiskan waktu untuk memulai berhitung, menghafal dan membaca huruf-huruf
dan mengenali yang berhubungan tentang moral (budi pekerti) dan seni zaman telah
berubah dan sekolah telah berubah menjadi makna yang berbeda yaitu beberapa
bangunan atau suatu lembaga intelektual yang berfunsgi sebagai muara Kegiatan
belajar dan mengajar. Jumlah sekolah di indonesia cukup banyak data ini dibuktikan
dari informasi data pokok pendidikan kementrian dan kebudayaan yaitu jenjang
sekolah tingkat SD 148.244 sekolah, jumlah sekolah menengah pertama (SMP)
sebanyak 38.960, adapun tingkat SLTA sebanyak 27.205 sekolah yang terdiri dari
SMA 13.495 dan SMK 13.170

Jumlah sekolah yang masih terakreditasi C dan tidak terakreditasi

Jumlah sekolah yang kekurangan siswa

Jumlah siswa yang kondisinya sangat memprihatinkan

Rendahnya mutu silabus dan RPP buatan guru (monoton, hanya copast, tidak
pernah melakukan p erubahan secara signifikan mengikuti perkembangan IP dan TI

Rendahnya guru dalam menerapkan metode pembelajaran inovatif

Rendahnya guru dalam membuat alat evaluasi pembelajaran

Rendahnya guru dalam melakukan PTK

Rendahnya guru dalam Menyusun modul p embelajaran

Setiap sekolah mempunyai seorang pemimpin yang disebut kepala sekolah.


Khusunya pada sekolah menengah kejuruan SMK mempunyai kepala sekolah. kepala
sekolah memegang peranan penting dalam kinerja dibantu oleh wakilnya yaitu
wakasek prasarana, kurikulum, sumber daya manusia, kesiswaan dan lain-lain. Semua
komponen sekolah harus lebih bekerja SMK swasta harus lebih diperhatikan lagi
keadaannya. Karena SMK Swasta mengalami masalah yang cukup komplek yaitu
siswanya yang berkurang dan lebih berminat pada sekolah negeri yang gratis dan juga
tingkat pengangguran tertinggi lahir dari SMK yang harusnya sekolah vokasi dan link
and macth dengan industri. Data ini pengangguran ini dikatakan oleh Koordinator
Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Bapak satriawan salim yaitu SMK
Menghasilkan pengguran paling tinggi pertahun yaitu 8,49%. Tentu guru juga terseret
karena berkontribusi secara langsung sebagai pendidik. Karena guru adalah ujung
tombak nya pendidikan.

Menjadi guru adalah pekerjaan dan tantangan luar biasa. Selain harus tanggap
dan cepat memenuhi kebutuhan murid guru juga harus bisa menyimbangkan hidup
dengan perkembangan zaman. Masalah yang guru hadapi adalah bagaimana seorang
guru bersikap terbuka dalam mempelajari hal-hal baru dan tidak terisolasi dengan
pengetahuan luar yang bermanfaat. Melalui jurnal Sa’adatu, S. L. (2019) bahwa
secara menyeluruh rata-rata penilaian kinerja guru pendidik terhadap pekerjaannya
tergolong rendah yang di tunjukan dengan total grand score sebesar 2,906. Hal ini
lebih mengarah kepada fleksibilitas kognitif. Tak hanya itu, guru harus harus
berkolerasi dengan teknologi yang super cepat untuk memahami bagaimana
Pembelajaran jarak jauh dan media pembelajaran lainnya. Literasi digital harus sering
dilakukan. namun kenyataannya data empirik secara dilapangan begitu mengejutkan.
Menurut data Ikatan Guru Indonesia (IGI), Lestari Moerdijat mengungkapkan bahwa
tercatat 60 % guru memiliki kemampuan yang sangat buruk dalam menggunakan
teknologi saat mengajar. Kendala gagap ini harus segera diatasi oleh pemerintah.

Hasil Survei Guru siap TIK


40%

60%

Diagram 1.1…..

Sumber:

Hasil survei pusat teknologi informasi dan komunikasi pendidikan dan kebudayaan
(Pustekkom) menemukan bahwa baru 40 persen guru yang siap dengan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) sedangkan yang 60 persen lagi belum siap dengan
kemajuan di era digital. Ini membuktikan bahwa guru perlu meningkatkan
pengetahuan dan kreativitasnya dalam proses pengajaran berbasis literasi digital.
Sebab untuk merespon era perkembangan industry 4.0, guru harus mampu untuk
berliterasi digital ketika mengajar di kelas agar pembelajaran yang dijelaskan menarik
dan mudah untuk dipahami. Dengan menariknya pembelajaran maka guru
membutuhkan pengaruh Fleksibilitas Kognitif.

Peran Fleksibilitas Kognitif dalam masalah guru adalah membuat pendidik


lebih terampil dan lebih kreatif menghadapi tuntutan zaman. Guru harus lebih
produktif dalam memahami dan mehamami pengetahuan. Oou put yang diharapkan
tentu bermuara pada adaptasi pengetahuan yang harus dijadikan suatu inovasi dalam
pembelajaran karena terisolasinya pendidik didalam sebuah pembelajaran akan
mengakibatkan menurunnya pola belajar. Menurut (Ahmad Susanto, 2021) kognitif
adalah suatu proses berpikir kemampuan individu untuk menghubungkan nilai dan
pertimbangan suatu kejadian atau persitiwa, sedangkan menurut (Nurlan, 2017) suatu
proses yang dilakukan terus menerus, namun hasilnya tidak memberikan
kesinambungan dari pencapaian hasil-hasil sebelumnya. Pola pembelajar ini tentu
akan berkolerasi pada kemampuan guru dalam mengambil sebuah keputusan dalam
ranah kemampuan berpikir kognitif. Tentu ini semua berhubungan dengan literasi atau
kebiasaan di dalam memahami teknologi digital

Penguasaan Literasi Digital berpengaruh ke dalam pola mengambil keputusan.


Literasi digital yang biasa diciptakan harus slalu dilakukan upgrading karena bergitu
penting bagi berpikir konseptual didalam sebuah proses pengajaran. Literasi digital
begitu berpengaruh dalam kehidupan guru karena zaman yang semakin maju
memaksa guru suka tidak suka, mau tidak mau harus memahami teknologi yang
berhubungan dengan dunia pendidikan. Menurut Suherdi (2021) literasi digital adalah
pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti
alat-alat komunikasi dan juga hal-hal yang berhubungan internet, sedangkan menurut
Yudha (2018) literasi memiliki 4 prinsip dasar yang berhubungan dengan
pemahaman, saling ketegantungan, faktor sosial dan kurasi . semua ini berhubungan
dengan cara pengambilan keputusan dan pola berpikir konseptual.

Dimaknai jangan h anya disitir

Berpikir Konseptual berhubungan dengan bagaimana seseorang dengan


bagaimana seseorang mengaplikasikan ilmu pengetahuan (kognitif0 dalam menjalani
kehidupan sehari-hari dengan menggunakan dasar pengelompokan dan dibantu
permudah dengan teknologi aplikasi yang mempermudah konsep berpikir seperti
Smart Pls dan lain-lain. teori dasar yang mudah dan sering dibuat adalah Analisis
SWOT dan Fish Bone. Guru harus memiliki mapping yang bagus dan mumpuni
dalam berpikir. Menurut data http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/10/problema
yang dihadapi guru terjadi di desa nguntoronad, yaitu masih adanya yang blom
mampu mengelola kelas dan rendahnya mengusai materi pembelajaran. Karena guru
miskin kreatifitas dan inovasi dalam proses pembelajaran. Menurut Collins, R (2016)
dalam berpikir kritis saat berpikir konseptual dan mengambil keputusan harusnya
guru dapat menerapkan penilaian yang bijaksana atau menghasilkan kritik yang
memang punya alasan jelas. Tujuan berpikir konsetual membekali guru untuk menjadi
bijaksana dengan memimbimbing mereka menuju bagaimana membuat keputusan
yang tepat dan masuk akal. Pengambilan keputusan sangat di pengaruhi cara berpikir
manusia yang terlintas saat ingin melakukan langkah atau usaha. Efektif dan efisien
adalah yang diharapkan oleh pengambil keputusan. Selain itu, diharapkan keputusan
meminimalisir ketidaksukaan atau bijak.

State of the art: road map penelitian terdahulu hingga hari ini sampai di mana,
serta perbedaan dengan penelitian yang dilakukan

Research gap

Dari beberapa masalah yang terjadi di atas dapat peneliti kaji bahwa proses
fleksibilitas kognitif dan literasi digital memiliki peran terhadap berpikir konseptual
dan pengambilan keputusan .Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Peran
Feksibilitas Kognitif dan Penguasaan Literasi Digital dalam Memprediksi Kemampuan
Pengambilan Keputusan melalui Variabel Intervening Kemampuan Berpikir
Konseptual pada Guru SMKS di Kabupaten Tangerang”.

1.2. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai
berikut:

Jumlah sekolah yang masih terakreditasi C dan tidak terakreditasi

Jumlah sekolah yang kekurangan siswa


Jumlah siswa yang kondisinya sangat memprihatinkan

Rendahnya mutu silabus dan RPP buatan guru (monoton, hanya copast, tidak
pernah melakukan p erubahan secara signifikan mengikuti perkembangan IP dan TI

Rendahnya guru dalam menerapkan metode pembelajaran inovatif

Rendahnya guru dalam membuat alat evaluasi pembelajaran

Rendahnya guru dalam melakukan PTK

Rendahnya guru dalam Menyusun modul p embelajaran

1.3 pembatasan masalah

1.4 perumusan masalah

1) Apakah terdapat pengaruh langsung kompetensi Guru terhadap


Leader Member Exchange Guru SMK Swasta di Kabupaten
Serang?
2) Apakah terdapat pengaruh langsung sertifikasi Guru terhadap
Leader Member Exchange Guru SMK Swasta di Kabupaten
Serang?
3) Apakah terdapat pengaruh langsung kompetensi Guru Terhadap
Kinerja Guru SMK Swasta di Kabupaten Serang?
4) Apakah terdapat Pengaruh langsung Sertifikasi Guru Terhadap
Kinerja Guru SMK Swasta di Kabupaten Serang?
5) Apakah terdapat Pengaruh langsung Leader Member Exchange
terhadap Kinerja Guru SMK Swasta di Kabupaten Serang?
6) Apakah terdapat Pengaruh tidak langsung Kompetensi Guru
Terhadap Kinerja Guru SMK Swasta di Kabupaten Serang melalui
Leader Member Exchange sebagai variabel Intervening?
7) Apakah terdapat Pengaruh tidak langsung Sertifikasi Guru
Terhadap Kinerja Guru SMK Swasta di Kabupaten Serang melalui
Leader Member Exchange sebagai variabel Intervening?

5.1 Tujuan Penelitian


Secara umum penelitian ini bertujuan menemukan upaya-upaya
untuk meningkatkan kinerja guru di SMK Swasta di Kabupaten
serang. Secara khusus, tujua penelitian ini adalah untuk menganalisis:
1. Pengaruh langsung Kompetensi Guru terhadap Leader Member
Exchange Guru SMK Swasta di Kabupaten Serang Dengan
2. Pengaruh langsung sertifikasi Guru terhadap Leader Member
Exchange Guru SMK Swasta di Kabupaten Serang
3. pengaruh langsung Kompetensi Guru Terhadap Kinerja Guru SMK
Swasta di Kabupaten Serang?
4. Pengaruh langsung Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru SMK
Swasta di Kabupaten Serang
5. Pengaruh langsung Leader Member Exchange terhadap Kinerja
Guru SMK Swasta di Kabupaten Serang
6. Pengaruh tidak langsung Kompetensi Guru Terhadap Kinerja Guru
SMK Swasta di Kabupaten Serang melalui Leader Member
Exchange sebagai variabel Intervening
7. Pengaruh tidak langsung Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru
SMK Swasta di Kabupaten Serang melalui Leader Member
Exchange sebagai variabel Intervening

Anda mungkin juga menyukai