PENDAHULUAN
Sekolah berasal dari bahasa latin yaitu skhhole yang dapar di artikan sebagai
waktu luang (George, 2020). Sekolah di sini adalah suatu kegiatan di waktu luang
bagi anak untuk menikmati kegiatan utama yang diharapkan, yakni bermain dan
menghabiskan waktu untuk memulai berhitung, menghafal dan membaca huruf-huruf
dan mengenali yang berhubungan tentang moral (budi pekerti) dan seni zaman telah
berubah dan sekolah telah berubah menjadi makna yang berbeda yaitu beberapa
bangunan atau suatu lembaga intelektual yang berfunsgi sebagai muara Kegiatan
belajar dan mengajar. Jumlah sekolah di indonesia cukup banyak data ini dibuktikan
dari informasi data pokok pendidikan kementrian dan kebudayaan yaitu jenjang
sekolah tingkat SD 148.244 sekolah, jumlah sekolah menengah pertama (SMP)
sebanyak 38.960, adapun tingkat SLTA sebanyak 27.205 sekolah yang terdiri dari
SMA 13.495 dan SMK 13.170
Rendahnya mutu silabus dan RPP buatan guru (monoton, hanya copast, tidak
pernah melakukan p erubahan secara signifikan mengikuti perkembangan IP dan TI
Menjadi guru adalah pekerjaan dan tantangan luar biasa. Selain harus tanggap
dan cepat memenuhi kebutuhan murid guru juga harus bisa menyimbangkan hidup
dengan perkembangan zaman. Masalah yang guru hadapi adalah bagaimana seorang
guru bersikap terbuka dalam mempelajari hal-hal baru dan tidak terisolasi dengan
pengetahuan luar yang bermanfaat. Melalui jurnal Sa’adatu, S. L. (2019) bahwa
secara menyeluruh rata-rata penilaian kinerja guru pendidik terhadap pekerjaannya
tergolong rendah yang di tunjukan dengan total grand score sebesar 2,906. Hal ini
lebih mengarah kepada fleksibilitas kognitif. Tak hanya itu, guru harus harus
berkolerasi dengan teknologi yang super cepat untuk memahami bagaimana
Pembelajaran jarak jauh dan media pembelajaran lainnya. Literasi digital harus sering
dilakukan. namun kenyataannya data empirik secara dilapangan begitu mengejutkan.
Menurut data Ikatan Guru Indonesia (IGI), Lestari Moerdijat mengungkapkan bahwa
tercatat 60 % guru memiliki kemampuan yang sangat buruk dalam menggunakan
teknologi saat mengajar. Kendala gagap ini harus segera diatasi oleh pemerintah.
60%
Diagram 1.1…..
Sumber:
Hasil survei pusat teknologi informasi dan komunikasi pendidikan dan kebudayaan
(Pustekkom) menemukan bahwa baru 40 persen guru yang siap dengan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) sedangkan yang 60 persen lagi belum siap dengan
kemajuan di era digital. Ini membuktikan bahwa guru perlu meningkatkan
pengetahuan dan kreativitasnya dalam proses pengajaran berbasis literasi digital.
Sebab untuk merespon era perkembangan industry 4.0, guru harus mampu untuk
berliterasi digital ketika mengajar di kelas agar pembelajaran yang dijelaskan menarik
dan mudah untuk dipahami. Dengan menariknya pembelajaran maka guru
membutuhkan pengaruh Fleksibilitas Kognitif.
State of the art: road map penelitian terdahulu hingga hari ini sampai di mana,
serta perbedaan dengan penelitian yang dilakukan
Research gap
Dari beberapa masalah yang terjadi di atas dapat peneliti kaji bahwa proses
fleksibilitas kognitif dan literasi digital memiliki peran terhadap berpikir konseptual
dan pengambilan keputusan .Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Peran
Feksibilitas Kognitif dan Penguasaan Literasi Digital dalam Memprediksi Kemampuan
Pengambilan Keputusan melalui Variabel Intervening Kemampuan Berpikir
Konseptual pada Guru SMKS di Kabupaten Tangerang”.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
Rendahnya mutu silabus dan RPP buatan guru (monoton, hanya copast, tidak
pernah melakukan p erubahan secara signifikan mengikuti perkembangan IP dan TI