Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf

halusinasi menuju industrialisasi yang tentunya akan mempengaruhi peningkatan

mobilisasi masyarakat, mobilitsi masyarakat yang meningkat otomatisasi akan

terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi kendaraan bermotor

khususnya bagi masyarakat yang tinggal di kota, sehingga menambah kepadatan

arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan

kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut

sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur (Sudirman, 2011).

Berdasarkan hasil riset oleh Badan Penelitian dan Pengembangan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, di Indonesia terjadi kasus

fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu

lintas dan trauma benda tajam atau tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang

mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang atau 3,8% dari 20.829 kasus kecelakaan

lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang atau 8,5% dari 14.127

trauma benda tajam/tumpul yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang atau

1,7% (Juniartha, 2007).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis

dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang

dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya


2

meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrim (Mansjoer,

2003).

Pasien dengan fraktur, khususnya fraktur femur perlu mendapatkan

pertolongan dan pelayanan kesehatan dengan segera, karena hal ini dapat

meminimalkan komplikasi lanjut seperti syok hipovolemik. Sehingga sebagai

perawat diharuskan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola dan

merawat klien dengan fraktur femur agar resiko komplikasi dapat diminimalkan

(Smeltzer, 2004).

Dalam kasus ini, penanganan yang dilakukan Rumah Sakit terutama dalam

bidang ilmu bedah, adalah dengan metode operatif yaitu suatu bentuk operasi

dengan pemasangan Open Reduction of Internal Fixation (ORIF) dimana jenis

internal fiksasi yang digunakan dalam kasus ini berupa plate dan screw.

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh penulis dari rekam medis

terdapat kasus fraktur femur menempati urutan 1 dengan tindakan ORIF sehingga

penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada Sdr. K dengan close fraktur femur 1/3 tengah sinistra di Ruang

Arjuna RSUD Bhakti Dharma Husada?”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan

masalah : Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien Sdr. K dengan diagnosa

medis Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra di Ruang Arjuna RSUD Bhakti

Dharma Husada Surabaya?


3

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran asuhan keperawatan pasien Sdr. K dengan

diagnose medis Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra di Ruang Arjuna

RSUD Bhakti Dharma Husada?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pasien Sdr. K dengan diagnose medis Close

Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra di Ruang Arjuna RSUD Bhakti

Dharma Husada Surabaya

2. Menegakkan diagnose keperawatan pasien Sdr. K dengan diagnose medis

Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra di Ruang Arjuna RSUD Bhakti

Dharma Husada Surabaya

3. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien Sdr. K dengan

diagnose medis Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra di Ruang

Arjuna RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya

4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Sdr. K dengan diagnose

medis Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra di Ruang Arjuna RSUD

Bhakti Dharma Husada Surabaya

5. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien Sdr. K dengan diagnose

medis Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra di Ruang Arjuna RSUD

Bhakti Dharma Husada Surabaya


4

6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Sdr. K dengan diagnose

medis Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra di Ruang Arjuna RSUD

Bhakti Dharma Husada Surabaya

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Merupakan konsep ilmu pengetahuan khusus yang dapat diterapkan dalam hal

asuhan keperawatan pada pasien Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Manfaat bagi penulis

Hasil studi kasus ini dapat menjadi rujukan bagi penulis berikutnya,

yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada pasien

Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra.

2. Manfaat bagi institusi rumah sakit

Hasil studi kasus ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan di Rumah

Sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pasien denganClose Fraktur

Femur 1/3 tengah sinistra dengan baik.

3. Manfaat bagi pasien dan keluarga

Hasil karya tulis ini dapat menjadi acuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang terdiagnosa Close Fraktur Femur 1/3 tengah

sinistra.

4. Manfaat Bagi Penelitian

Dapat digunakan sebagai dasar informasi serta referensi untuk


5

melakukan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan penyakit bedah

terutama kasus Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP DASAR CLOSE FRAKTUR FEMUR

2.1 Pengertian Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra

Suatu keadaan diskontinuitas jaringan struktural pada tulang (Sylvia

Anderson Price 1985).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan

(Purnawan junadi 1982).

Close Fraktur Femur adalah Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha

yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi

tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

2.2 Penyebab

1. Trauma langsung/ direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat

dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan

yang mengakibatkan patah tulang).

2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma, misalnya penderita jatuh

dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan

tangan.

3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu

sendiri rapuh/ ada “underlying disesase” dan hal ini disebut dengan fraktur

patologis.

2.2.1 Klasifikasi
6
7

Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :


1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan
kapsula.
 Melalui kepala femur (capital fraktur)
 Hanya di bawah kepala femur
 Melalui leher dari femur.

2. Fraktur Ekstrakapsuler;
 Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
 Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di
bawah trokhanter kecil.

2.2.2 Insidensi

Fraktur femur mempunyai angka kejadian/ insiden yang cukup tinggi di

banding dengan patah tulang jenis yang berbeda. Umumnya fraktur terjadi

pada 1/3 tengah.

2.2.2 Deskripsi fraktur

1. Berdasarkan keadaan luka

a. Fraktur tertutup (“Closed Fraktur”) bila tidak terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka (“Open/ Compound Fraktur”) bila terdapat hubungan

antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di

kulit.

2. Berdasarkan garis patah


8

a. Fraktur komplet, bila garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi

yang lain, jadi mengenai seluruh dari korteks tulang.

b. Fraktur inkomplet, bila tidak mengenai korteks tulang pada sisi yang lain,

jadi masih ada korteks tulang yang masih utuh. Hal ini seringkali terjadi

pada anak-anak yang lazim di sebut dengan “Greenstick Farcture”.

3. Berdasarkan jumlah garis patah

a. Simple fraktur bila hanya terdapat satu garis patah.

b. Comunitive fraktur bila ada garis patah lebih dari satu dan saling

berbungan/ bertemu.

c. Segmental fraktur bila garis patah lebih dari satu dan tidak saling

berhubungan dengan pengertian bahwa fraktur terjadi pada tulang yang

sama, misalnya fraktur yang terjadi pada 1/3 proksimal dan 1/3 distal.

4. Berdasarkan arah garis patah

a. Fraktur melintang.

b. Farktur miring.

c. Fraktur spiral.

d. Fraktur kompresi.

e. Fraktur V/ Y/ T sering pada permukaan sendi.

Beberapa hal lain yang perlu di perhatikan dalam patah tulang:

a. Mengenai sisi kanan (dextra) atau sisi kiri (sinistra) anggota gerak.

b. Lokalisasinya semua tulang di bagi menjadi 1/3 proksimal, 1/3 tengah dan 1/3

distal, kecuali kalvikula dibagi menjadi ¼ medial, ½ tengah, ¼ lateral.

c. Dislokasi fragmen tulang:


9

- Undisplaced.

- Fragmen distal bersudut terhadap proksimal.

- Fragmen distal memutar.

- Kedua fragmen saling mendekat dn sejajar.

- Kedua fragmen saling menjauhi dan sumbu sejajar.

2.3 Fisiologi/Anatomi

Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan

acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan

kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua

kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula

fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang

penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber

utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur

meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.

2.4 Patofisiologi

Penyebab fraktur adalah trauma

Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa

trauma berupa

yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :

 Osteoporosis Imperfekta

 Osteoporosis

 Penyakit metabolik
10

Fraktur

Periosteum, pembuluh darah di kortek
dan jaringan sekitarnya rusak

 Perdarahan
 Kerusakan jaringan di ujung tulang

Terbentuk hematom di canal medula

Jaringan mengalami nekrosis

Nekrosis merangsang terjadinya peradangan, ditandai :
1. Vasodilatasi
2. Pengeluaran plasma
3. Infiltrasi sel darah putih

2.5 Gambaran Klinis

1. Sakit (nyeri).

2. Inspeksi

a. Bengkak.

b. Deformitas.

3. Palpasi

a. Nyeri.

b. Nyeri sumbu.

c. Krepitasi.

4. Gerakan

a. Aktif (tidak bisa  fungsio laesa).

b. Pasif  gerakan abnormal.


11

2.6 Penatalaksanaan

1. Reduksi, untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik)

2. Immobilisasi, untuk mempertahankan posisi reduksi dan memfasilitasi union

(eksternal  gips, traksi, fiksasi eksternal. Internal  nail & plate).

3. Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula.

Tahap-tahap penyembuhan tulang

1. Stadium Pembentukan hematom

 Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh

darah yang robek.

 Hematom dibungkus oleh jaringan lunak sekitarnya (periosteum dan otot)

 Terjadi pada 1 - 2 X 24 Jam.

2. Stadium proliferasi Sel

 Sel-sel berperoliferasi dari lapisan dalam periosteum, disekitar lokasi

fraktur.

 Sel-sel ini prekursor osteoblas.

 Sel-sel ini aktif tumbuh kearah fragmen tulang.

 Terjadi setelah hari ke dua.

3. Stadium pembentukan kallus.

 Osteoblast membentuk tulang lunak ( kallus ).

 Kallus memberikan rigiditas pada fraktur.

 Terlihat massa kallus pada X Ray  fraktur telah menyatu.

 Terjadi 6 - 10 hari setelah kecelakaan.

4. Stadium Konsolidasi (Kalsifikasi)


12

 Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah

menyatu.

 Secara bertahap menjadi tulang mature

 Terjadi pada minggu ke 3 - 10 setelah kecelakaan.

5. Stadium Remodelling.

 Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi bekas fraktur.

 Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast

 Pada anak - anak remodelling dapat sempurna, dewasa masih ada tanda

penebalan.

Cara operatif di lakukan apabila:

1. Bila reposisi mengalami kegagalan.

2. Pada orang tua dan lemah (imobilisasi  akibat yang lebih buruk).

3. Fraktur multipel pada ekstrimitas bawah.

4. Fraktur patologik.

5. Penderita yang memerluka imobilisasi cepat.

Pengobatan konservatif dapat dilakukan dengan:

- Pemasangan Gips.

- Pemasangan traksi (skin traksi dan skeletal traksi). Beban maksimal untuk

skin traksi adalah 5 Kg.

Pengobatan operatif:

- Reposisi.

- Fiksasi.

Atau yang lazim di sebut juga dengan tindakan ORIF (“Open Reduction
13

Internal Fixation”)

2.7 Komplikasi

Umum

 Syok

 Infeksi

 Crush syndrom pada otot

 Emboli lemak

Dini

 Cedera syaraf

 Cedera arteri

 Compartemen syndrome

 Cedera kulit & jaringan lunak

Lanjut

 Delayed Union

 Atrofi

 Nekrosis

2.8 Prosedur diagnostik

 Roentgenography ( X - ray )

 CT Scan

 Bone Scaning

 MRI (magnetic Resonance Imaging)

 EMG (Elektro MyoGraphy)


14

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan fraktur

1. Pengkajian

Data Subyektif :

 Data biologis, Umur, jenis kelamin, pekerjaan.

 Pengkajian dapat difokuskan pada adanya nyeri, kekakuan, kram, sakit

pinggang, kemerahan, deformitas, terbatasnya pergerakan (ROM), gangguan

sensasi dan faktor lain yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari.

 Cara PQRST :

 Provokatif / palliatif : apa penyebabnya dan apa yang membuat

keluhan bertambah ringan atau bertambah berat.

 Quality / Quantity : bagaimana rasanya, kelihatannya dan seberapa

besar.

 Region / Radiation : dimana dan apakah menyebar.

 Severity : apakah mengganggu aktifitas sehari-hari atau seberapa

parah pada skala 1 - 10.

 Timing : kapan mulainya, seberapa sering hal ini dirasakan dan

apakah munculnya tiba-tiba atau seketika.

Data obyektif :

 Pengkajian fisik sistematik

 Inspeksi dan palpasi ROM dan kekuatan otot.

 Pengukuran kekuatan otot 0 - 5.

 Duduk, berdiri dan berjalan


15

 Kelemahan otot, deformitas.

a. Aktivitas dan istirahat

Keterbatasan, kehilangan fungsi pada bagian yang mengalami fraktur.

b. Sirkulasi

Peningkatan tekanan darah atau denyut nadi (akibat dari nyeri, response dari

stress).

Penurunan tekanan darah akibat dari kehilangan darah.

Penurunan jumlah nadi pada bagian yang sakit, pemanjangan dari capilarry

refill time, pucat pada bagian yang sakit.

Terdapat masaa hematoma pada sisi sebelah yang sakit.

c. Neurosensori

Kehilangan sensai pada bagian yang sakit, spasme otot, paraesthaesi pada

bagian yang sakit.

Lokal deformitas, terjadinya sudut pada tempat yang abnormal, pemendekan,

rotasi, krepitasi, kelemahan pada bagian tertentu.

d. Kenyamanan

Nyeri yang sangat dan yang terjadi secara tiba-tiba. Hilangnya sensai nyeri

akibat dari kerusakan sistem syaraf.

e. Keamanan

Laserasi kulit , perdarahan, perubahan warna.

f. Studi diagnostik
16

X ray : Menunjukkan secra pasti letak dan posisi dari terjadinya fraktur.

Bone scan, tomography, CT/ MRI scan : Menegakan diagnosa fraktur dan

mengidentifikasi lokasi jaringan lunak yang mengalami kerusakan.

Ateriogram: Mungkin Jika diduga ada kerusakan pembuluh darah pada daerah

yang mengalami trauma.

CBC: Mungkin mengalami peningkatan dari Hct, Peningkatan WBC

merupakan hal yang normal setelah mengami trauma.

Creatinine: Trauma pada otot meningkatkan pembuangan creatinin ke ginjal.

Diagnosa keperawatan dan rencana tindakan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskotinuitas jaringan

tulang, jaringan lunak di sekitar tulang

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan

adanya penurunan rasa nyeri, pengendalian terhadap spasme dan cara

berelaksasi.

Rencana:

1. Pertahankan posisi atau imobilisasi pada bagian yang terkait.

2. Bantu dan tinggikan akstrimitas yang mengalami injuri.

3. Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.

4. Lakukan diskusi dengan pasien mengenai nyeri dan alternatif solusinya.

5. Jelaskan pada pasien setiap akan melakukan suatu tindakan.

6. Kaji kemampuan klien dalam ROM ekstrimitasnya.


17

7. Jelaskan pada pasien beberapa tahenik yang dapat dilakukan guna

mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi dan fiksasi).

8. Kolaborasi dalam pemberian analgetik, antispamodik.

9. Observasi TTV dan keluhan nyeri.

b. Perubahan pola eliminasi uri berhubungan dengan adanya batu di saluran

kemih, iritasi jaringan oleh batu, mekanik obstruksi, inflamasi.

Tujuan: Setelah di lakukan tindakan perawatan klien mampu melakukan

eliminasi miksi secara normal, dan bebas dari tanda-tanda obstruksi.

Rencana:

1. Monitor intake dan output dan kaji karakteristik urine.

2. Kaji pola miksi normal pasien.

3. Anjurkan pada pasien untuk meningkatkan konsumsi minum.

4. Tampung semua urine dan perlu di lihat apakah ada batu yang perlu untuk

di lakukan pemeriksan.

5. Kaji adanya keluhan kandung kemih yang penuh, penurunan jumlah urine

dan adanya periorbital/ edema dependent sebagai tanda dari terjadinya

obstruksi.

6. Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit, Bun, serum creat, urine kultur, dan

pemberian antibiotik.

7. Observasi keadaan umum pasien, status mental, perilaku dan kesadaran.

c. Resiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan

post obstruktif deurisis, nausea vomiting.

Tujuan: Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan (defisit) selama di


18

lakukan tindakan keperawatan.

Rencana:

1. Monitor intake dan output cairan.

2. Kaji dan catat bila terjadi nausea vomiting.

3. Anjurkan pasien untuk minum banyak (3-4 l/hari) jika tidak ada kontra

indikasi.

4. Monitor tanda vital (peningkatan nadi, turgor kulit, mukosa membran,

capilary refill time).

5. Kaji berat badan setiap hari jika memungkinkan.

6. Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena sesuai indikasi, antiemetik.

7. Observasi KU pasien dan keluhan.

2.10 Laporan Kasus


ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN SDR. K. DENGAN CLOSE FRAKTUR FEMUR 1/3

TENGAH SINISTRA PRO ORIF

DI IRNA ARJUNA RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA

TANGGAL 03-05 FEBRUARI 2019

I. PENGKAJIAN

Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 03 Februari 2019 pada pukul 10.00

WIB.

1. Identitas

Nama : Sdr. K Tgl MRS : 09 - 2 - 2018


19

Umur : 19 tahun Register : 1211XX

Jenis kelamin : Laki-laki Dx : CF Femur 1/3 tengah (S)

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : SMA

Alamat : Babatan-Wiyung

1. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat penyakit dahulu:

Riwayat Sebelum Sakit:

Penyakit berat yang penah diderita : --

Obat-obat yang biasa dikonsumsi : --

Kebiasaan berobat : Dokter

Alergi : --

Kebiasaan merokok/alkohol : --

Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan utama MRS : Nyeri paha kiri akibat kecelakaan lalu lintas.

Keluhan utama saat ini : Nyeri paha kiri akibat kecelakaan lalu lintas.

Riwayat keluhan utama : Klien MRS karena mengalami kecelakaan lalu

lintas, ditabrak mobil pada tanggal 03/02/19 pada

saat jalan kaki. Saat ini dijadualkan menjalani

operasi pemasangan plat pada tulang paha kiri


20

(Senin, 04/02/19 jam 08.00).

Terapi/operasi dilakukan : Skin traksi di IGD pada tanggal 03/02/19, jam

13.30.

Riwayat Kesehatan Keluarga : --

Riwayat Kesehatan Lingkungan : --

Riwayat Kesehatan Lainnya:

Alat bantu yang dipakai:

-Gigi palsu :- -Kaca mata :-

-Pendengaran :- -Lainnya (sebutkan) :-

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Kesadaran baik, tampak lemah.

Tanda-tanda vital, TB dan BB:

S : 36,5 0C (axilla)

N : 80 x/mnt, teratur, kuat.

TD : 110/70 mmH, lengan kiri, berbaring

RR : 20 x/mnt, normal TB : 156 cm BB : 48 kg.

Body Systems:

Pernapasan (B1: Breathing)

Hidung : fungsi pernapasan baik, pernapasan cuping hidung

(-)

Trachea : tak ada kelainan.

Suara tambahan : wheezing (-), ronchi (-), rales (-), crackles (-)
21

Bentuk dada : simetris

Cardiovaskuler (B2: Bleeding)

Keluhan : Pusing (-), sakit kepala (-), palpitasi (-), nyeri dada (-),

kram kaki (-)

Suara jantung : S1/S2 normal/murni

Edema : lihat B6

Persyarafan (B3: Brain)

Kesadaran : Composmentis GCS: E = 4, V = 5, M = 6

Nervus Cranial : Tidak ada kelainan

Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)

Produksi urine : ± 1000 ml Frekuensi : 5-6 x/hari

Warna : kekuningan Bau : biasa

Keluhan : tidak ada masalah

Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)

Mulut dan tenggorok : fungsi menngunyah baik, fungsi menelan baik,

kebersihan mulut baik.

Abdomen : bising usus normal, distensi (-), nyeri tekan (-),

luka (-)

Rectum : tdk dikaji

BAB : belum BAB sejak MRS

Diet : Nasi TKTP

Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)

Kemampuan pergerakan sendi : pergerakan sendi paha dan lutut kiri


22

terbatas, nyeri bila bergerak (+)

Extremitas : Tungkai atas kiri, nyeri (+), edema (+),

deformitas (+), krepitasi (+).

Tulang belakang : skolisis (-), kifisis (-), lordosis (-).

Kulit :

- Warna kulit : pigmentasi normal

- Akral : hangat

- Turgor : cukup

Sistem Endokrin

Terapi hormon: --

Karakteristik sex sekunder: normal

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik: tidak ada kelainan

Sistem Reproduksi

Perempuan:

-Kelamin : bentuk normal, kebersihan baik.

PSIKOSOSIAL

Sosial/Interaksi:

Dukungan keluarga : aktif

Dukungan kelompok/teman/masyarakat : aktif

Reaksi saat interaksi : cukup koperatif

Spiritual:

Konsep tentang penguasa kehidupan : Allah

Sumber kekuatan/harapan saat sakit : Allah


23

Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini : Sholat

Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama

yang diharapkan saat ini: ibadah

Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama: tidak ada

Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi

situasi sakit saat ini: Ya

Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: Ya

Persepsi terhadap penyebab penyakit: Cobaan/peringatan

Kebutuhan Pembelajaran:

- Klien menanyakan apakah operasi tidak terasa nyeri sama sekali?

- Klien menanyakan apakah patah tulang dapat bersambung kembali?

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium : (03-02-2019)

- Leukosit 12.700 / ml

- Eritrosit 2.450.000 /ml

- Hb 14,3 g/dl

- Ht 36,7 %

X Ray :

- Close Fraktur Femur (S) 1/3 Tengah

TERAPI

Pre Op., tgl 03/02/2019:

- Bed rest
24

- Infus RL : D5 = 2 : 3

- Inj. Clasef 2 g

ANALISA DATA:

Data Penyebab Masalah


S: Klien mengatakan nyeri pada spasme otot, Nyeri Akut.
gerakan fragmen
paha kiri skala 5
tulang, edema,
O: Klien meringis kesakitan saat cedera jaringan
lunak,
berpindah posisi
pemasangan
Terpasang traksi Beban 5 Kg traksi,
stress/ansietas

S: Klien mengatakan nyeri pada Penurunan Gangguan mobilitas


tekanan osmotik
paha kiri skala 5 Fisik
plasma kerusakan
O: rangka
neuromuskuler,
- Tirah baring
nyeri, terapi
restriktif
- Tampak lemah
(imobilisasi)
- Nyeri bila bergerak

- pergerakan sendi paha dan lutut

kiri terbatas

- krepitasi (+)

DIAGNOSA KEPERAWATAN:

1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan

lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas

Data penunjang:

S: Klien mengatakan nyeri pada paha kiri skala 5

O: Klien meringis kesakitan saat berpindah posisi


25

Terpasang traksi Beban 5 Kg

2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi

restriktif (imobilisasi)

Data penunjang:

S: Klien mengatakan nyeri pada paha kiri skala 5


O:

- Tirah baring

- Tampak lemah

- Nyeri bila bergerak

- pergerakan sendi paha dan lutut kiri terbatas

- krepitasi (+)

RENCANA KEPERAWATAN/INTERVENSI:

1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera

jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas

Data penunjang:

S: Klien mengatakan nyeri pada paha kiri skala 5

O: Klien meringis kesakitan saat berpindah posisi

Terpasang traksi Beban 5 Kg

Tujuan: Setelah diberikan askep selama 1 jam , nyeri berkurang

Kriteria hasil: Klien dapat beristirahat dan keluhan nyeri berkurang

Rencana tindakan:

No Intervensi Rasional
1. Tinggikan posisi Meningkatkan aliran balik vena,
26

ekstremitas yang mengurangi edema/ nyeri.


mengalami fraktur
2. Lakukan dan awasi latihan
gerak pasif/aktif sesuai Mempertahankan kekuat-an otot dan
keadaan klien meningkatkan sirkulasi vaskuler.
3. Lakukan tindakan untuk
meningkatkan kenyamanan Meningkatkan sirkulasi umum,
(masase, perubahan posisi) menurunkan area tekanan lokal dan
4. Ajarkan penggunaan teknik kelelahan otot.
manajemen nyeri (latihan Mengalihkan perhatian terhadap nyeri,
napas dalam, imajinasi meningkatkan kontrol terhadap nyeri
visual, aktivitas dipersional) yang mungkin berlangsung lama.
5. Lakukan kompres dingin Menurunkan edema dan mengurangi
selama fase akut (24-48 jam rasa nyeri.
pertama) sesuai keperluan.
6. Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai indikasi. Menurunkan nyeri melalui mekanisme
penghambatan rangsang nyeri baik
7. Evaluasi keluhan nyeri secara sentral maupun perifer.
(skala, petunjuk verbal dan Menilai perkembangan masalah klien.
non verval, perubahan tanda-
tanda vital)

2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka

neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

Data penunjang:

S: Klien mengatakan nyeri pada paha kiri skala 5


O: - Tirah baring

- Tampak lemah
27

- Nyeri bila bergerak

- pergerakan sendi paha dan lutut kiri terbatas

- krepitasi (+)

Tujuan: Setelah diberikan askep selama 3 hari, klien mampu bergerak

minimal

Kriteria hasil: skala nyeri berkurang, klien dapat memenuhi kebutuhan ADL

mandiri

Rencana tindakan:

No Intervensi Rasional
28

1. Pertahankan pelaksanaan akti- Memfokuskan perhatian,


vitas rekreasi terapeutik (radio, meningkatkan rasa kontrol
koran, kunjungan teman/ diri/harga diri, membantu
keluarga) sesuai keadaan klien. menurunkan isolasi sosial.
2. Bantu latihan rentang gerak Meningkatkan sirkulasi darah
pasif aktif pada ekstremitas muskuloskeletal,
yang sakit maupun yang sehat mempertahankan tonus otot,
sesuai keadaan klien. mempertahakan ge-rak sendi,
mencegah kon-traktur/atrofi dan
mence-gah reabsorbsi kalsium
karena imobilisasi.
3. Bantu dan dorong perawatan Meningkatkan kemandiri-an klien
diri dalam perawatan diri sesuai
(kebersihan/makan/eliminasi) kondisi keterbatasan klien.
sesuai keadaan klien.
4. Ubah posisi secara periodik Menurunkan insiden komplikasi
sesuai keadaan klien. kulit dan pernapasan (dekubitus,
atelektasis, penumonia)
5. Dorong/pertahankan asupan ca- Mempertahankan hidrasi adekuat,
iran 2000-3000 ml/hari. men-cegah komplikasi urinarius
dan konstipasi.
6. Berikan diet TKTP. Kalori dan protein yang cukup
diperlukan untuk proses
penyembuhan dan mem-
pertahankan fungsi fisiologis
tubuh.
7. Kolaborasi pelaksanaan fisio- Kerjasama dengan fisio-terapis
terapi sesuai indikasi. perlu untuk me-nyusun program
aktivitas fisik secara individual.
8. Evaluasi kemampuan mobilisasi Menilai perkembangan masalah
klien dan program imobilisasi. klien.
29

IMPLEMENTASI:

Tanggal No Dx. Kep Implementasi


03-02- Dx.No. 1 1. Meninggikan posisi ekstremitas dengan memberi
2019 alas lipatan handuk lembut di bawah area fraktur.
14.30 2. Menunjukkan kepada klien cara melakukan latihan
gerak pasif/aktif sesuai keadaan klien:
a. Latihan pasif distal area fraktur.
b. Latihan aktif ekstremitas yang sehat.
3. Menunjukkkan kepada klien cara masase area
proximal dan distal fraktur serta cara melakukan
perubahan posisi baring)
4. Mengajarkan teknik manajemen nyeri (latihan
napas dalam, imajinasi visual, aktivitas dipersional
lainnya)
5. Melakukan injeksi Dellamidon 1 ml + Delladril 1
ml (i.m.)
6. Evaluasi keluhan nyeri
a. Skala : sedang
b. Meningkat bila ekstremitas fraktur bergerak.
c. Mereda bila istirahat.

03-02- Dx No. 2 1. Menganjurkan kepada keluarga pentingnya


2019 mempertahankan aktivitas rekreasi terapeutik
16.00 (radio, koran, kunjungan teman/ keluarga) sesuai
keadaan klien.
2. Menunjukkan kepada keluarga pelaksanaan
perawatan diri sesuai keadaan klien:
 Membantu perawatan kebersihan diri
30

(mengelap badan klien dengan waslap basah,


memberi talkum pada punggung dan daerah
tertekan lainnya)
 Membantu berkemih di tempat tidur.
 Membantu makan di tempat tidur (diet TKTP)
3. Mempertahankan asupan cairan 2000-3000
ml/hari:
 Infus D.5 : RL (2 : 3) = 2500 ml/hari
 Jam 09.00 √
 Jam 14.00 √
 Jam 19.00
 Jam 24.00
 Jam 05.00
4. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program
imobilisasi:
a. Keadaan umum lemah
b. Status imobilisasi/terapi restriktif

EVALUASI KEPERAWATAN:

Tanggal Diagnosa Evaluasi


Keperawatan
03-02- Nyeri akut b/d spasme S; klien mengatakan nyeri berkurang,
2019 otot, gerakan fragmen skala 3
21.00 tulang, edema, cedera O: Luka fraktur tertutup (+), pembalut
jaringan lunak, bersih/kering, perdarahan (-), terpasang
pemasangan traksi, traksi beban 5 Kg
stress/ansietas. A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi no. 5 dan 6.


31

03-02- Gangguan S : Klien mengatakan nyeri berkurang


2019 mobilitas fisik b/d skala 3
kerusakan rangka O: Edema area fraktur (+)
neuromuskuler, Keadaan umum lemah
nyeri, terapi Mobilisasi klien di tempat tidur
restriktif A: Masalah belum teratasi
(imobilisasi)
P: - Lanjutkan intervensi no. 2, 3 dan 4.
BAB III

PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung pada pasien dengan Close Fraktur Femur 1/3

tengah sinistra di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya, maka penulis dapat

menarik beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam

meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

1.1 Kesimpulan

Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan

pada pasien dengan Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai:

1. Pada saat pengkajian didapatkan bahwa Close Fraktur Femur 1/3 tengah

sinistra merupakan rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat

disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu

seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

2. Pada pasien Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinister akan mengalami suatu

masalah yang dinamakan diagnose keperawatan antara lain: Nyeri akut

spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,

pemasangan traksi, stress/ansietas dan Gangguan mobilitas fisik b/d

kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

3. Perencanaan disesuaikan dengan diagnose keperawatan yang ditemukan.

32
33

Pada pembuatan perencanaan ditentukan terlebih dahulu tujuan dan criteria

hasil dengan sasaran pasien dan keluarga pasien. Semua diagnose

keperawatan dengan kriteria waktu 3 x 24 jam, hal ini dikarenakan pasien

dengan Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra menjalani rawat inap ± 4

minggu

4. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan selama pasien menjalani

rawat inap. Tindakan keperawatan meliputi tindakan dependen, independen

dan interdependen. Prioritas penanganan pada pasien dengan Close Fraktur

Femur 1/3 tengah sinistra ini adalah dengan Nyeri akut spasme otot, gerakan

fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi,

stress/ansietas karena pasti terjadi nyeri pada pasien Close Fraktur Femur 1/3

tengah sinistra.

5. Pada evaluasi didapatkan diagnose keperawatan teratasi sebagian karena

pasien belum menjalani operasi.

Pendokumentasian dilaksanakan setiap pergantian shift dengan cara

pendelegasian. Catatan perkembangan dilakukan secara formatif dan sumatif

dengan model pendokumentasian tiap diagnosa.

1.2 Saran

1. Bagi Ruangan

Pendidikan dan pengetahuan secara berkelanjutan perlu ditingkatkan baik

secara formal maupun informal khususnya pengetahuan yang berhubungan

dengan keperawatan pasien dengan harapan perawat mampu memberikan


34

pelayanan kesehatan yang terbaik yang sesuai dengan kode etik keperawatan

dan standart operasional prosedur.

2. Bagi keluarga pasien

a. Diharapkan bagi keluarga pasien untuk semakin memperhatikan keluarga

menderita Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra saat keluar Rumah

Sakit karena perawatan di rumah juga tetap dilakukan, secara psikologis

pasien juga memerlukan suatu dukungan dari keluarganya

b. Untuk mencapai hasil asuhan keperawatan yang maksimal diperlukan

kerjasama yang baik antara keluarga dan tim kesehatan sehingga timbul

adanya saling percaya dan memudahkan dalam pemberian asuhan

keperawatan.

3. Bagipenulis lain

Penulis lain mampu melakukan asuhan keperawatan dengan lebih akurat

khususnya dalam pembuatan asuhan keperawatan pada pasien dengan Close

Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. 6,


EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Dudley (1992), Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi 11, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

Dunphy & Botsford (1985), Pemeriksaan Fisik Bedah, Yayasan Essentia Medica,
Jakarta.

Herman Santoso, dr., SpBO (2000), Diagnosis dan Terapi Kelainan Sistem
Muskuloskeletal, Diktat Kuliah PSIK, tidak dipublikasikan.

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4,


EGC, Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

CLOSE FRAKTUR FEMUR 1/3 TENGAH SINISTRA

PRO ORIF DI RUANG ARJUNA

RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA

Makalah Ini Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Akreditasi

Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil Dari Golongan III/ a Ke Golongan III/ b

Oleh:

FIFIN NURUL MUFIDAH, AMd.Kep

NIP : 19850223 201001 2 008

DINAS KESEHATAN KOTA SURABAYA

RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA

2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah ini telah disahkan pada tanggal ……………………………………

Mengesahkan,

AtasanLangsung Penulis

……………, MM. Fifin Nurul Mufidah AMd.Kep


Pembina PenataMuda
NIP. 19590518 198203 1 013 NIP. 19850223 201001 2 008

Surabaya,

Tim Akreditasi TandaTangan

1.drg. Migit Supriati,M.Kes 1. …...................

2. 2. ………………

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat

limpahan rahmat - Nyalah, telah memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah dalam rangka memenuhi persyaratan

akreditasi kepangkatan pegawai negeri sipil dari golongan III/a ke golongan III/b

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Close Fraktur Femur 1/3 tengah

sinistra Di Ruang Arjuna RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya.

Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kendala namun berkat

dan dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga sedikit

demi sedikit kendala tersebut dapat diatasi dengan baik. Oleh karena penulis

menghaturkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada;

1. Yth. drg. Orta Wido Artati selaku Direktur RSUD Bhakti Dharma

Husada Surabaya.

2. H. Homaidi S.Kep.Ns selaku Kepala Bidang Keperawatan RSUD

Bhakti Dharma Husada Surabaya.

3. …….. selaku pembimbing yang turut serta dalam proses

penyempurnaan makalah ini.

4. drg. Migit Supriati, M.Kes selaku Kasi Registrasi dan Akreditasi Dinas

Kesehatan Kota Surabaya.

5. Staf perpustakaan Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

iii
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu kritikdan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan

di masa yang akan datang.

Demikian atas perhatiannya semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan

profesi.

Penulis,

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii

KATA PENGANTAR................................................................................ iii

DAFTAR ISI ......................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1

1.1. Latar Belakang............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 3

1.3.1 Tujuan Umum …………………………………………... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ………………………………………….. 3

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………….. 4

1.4.1 Manfaat Teoritis ……………………………………….... 4

1.4.2 Manfaat Praktis …………………………………………. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 6

2.1 Pengertian.................................................................................. 6

2.2 Penyebab................................................................................... 6

2.3 Anatomi/Fisiologi …................................................................ 9

2.4 Patofisiologi............................................................................... 9

2.5 Gambaran Klinis ………………..........................................… 10

2.6 Penatalaksanaan ……………………….................................... 11

2.7 Komplikasi ………………....................................................... 13

v
2.8 Prosedur Diagnostik …………………………………............. 13

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan ……………………………...... 14

2.10 Laporan Kasus …………………………………………….... . 18

BAB III PENUTUP……………………………………...…............... 31

3.1 Kesimpulan .............................................................................. 31

3.2 Saran ......................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA

vi

Anda mungkin juga menyukai