BAB I
PENDAHULUAN
arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan
sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur (Sudirman, 2011).
fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu
lintas dan trauma benda tajam atau tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang
mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang atau 3,8% dari 20.829 kasus kecelakaan
lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang atau 8,5% dari 14.127
trauma benda tajam/tumpul yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang atau
dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrim (Mansjoer,
2003).
pertolongan dan pelayanan kesehatan dengan segera, karena hal ini dapat
merawat klien dengan fraktur femur agar resiko komplikasi dapat diminimalkan
(Smeltzer, 2004).
Dalam kasus ini, penanganan yang dilakukan Rumah Sakit terutama dalam
bidang ilmu bedah, adalah dengan metode operatif yaitu suatu bentuk operasi
internal fiksasi yang digunakan dalam kasus ini berupa plate dan screw.
terdapat kasus fraktur femur menempati urutan 1 dengan tindakan ORIF sehingga
Keperawatan pada Sdr. K dengan close fraktur femur 1/3 tengah sinistra di Ruang
medis Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra di Ruang Arjuna RSUD Bhakti
diagnose medis Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra di Ruang Arjuna
Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra di Ruang Arjuna RSUD Bhakti
medis Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra di Ruang Arjuna RSUD
medis Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra di Ruang Arjuna RSUD
medis Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra di Ruang Arjuna RSUD
Merupakan konsep ilmu pengetahuan khusus yang dapat diterapkan dalam hal
asuhan keperawatan pada pasien Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra.
Hasil studi kasus ini dapat menjadi rujukan bagi penulis berikutnya,
yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada pasien
Hasil studi kasus ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan di Rumah
Hasil karya tulis ini dapat menjadi acuan keluarga dalam merawat
sinistra.
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Penyebab
dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan
tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu
sendiri rapuh/ ada “underlying disesase” dan hal ini disebut dengan fraktur
patologis.
2.2.1 Klasifikasi
6
7
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di
bawah trokhanter kecil.
2.2.2 Insidensi
banding dengan patah tulang jenis yang berbeda. Umumnya fraktur terjadi
kulit.
a. Fraktur komplet, bila garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi
b. Fraktur inkomplet, bila tidak mengenai korteks tulang pada sisi yang lain,
jadi masih ada korteks tulang yang masih utuh. Hal ini seringkali terjadi
b. Comunitive fraktur bila ada garis patah lebih dari satu dan saling
berbungan/ bertemu.
c. Segmental fraktur bila garis patah lebih dari satu dan tidak saling
sama, misalnya fraktur yang terjadi pada 1/3 proksimal dan 1/3 distal.
a. Fraktur melintang.
b. Farktur miring.
c. Fraktur spiral.
d. Fraktur kompresi.
a. Mengenai sisi kanan (dextra) atau sisi kiri (sinistra) anggota gerak.
b. Lokalisasinya semua tulang di bagi menjadi 1/3 proksimal, 1/3 tengah dan 1/3
- Undisplaced.
2.3 Fisiologi/Anatomi
acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan
kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua
kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula
fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang
penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber
utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur
meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.
2.4 Patofisiologi
Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa
trauma berupa
Osteoporosis Imperfekta
Osteoporosis
Penyakit metabolik
10
Fraktur
↓
Periosteum, pembuluh darah di kortek
dan jaringan sekitarnya rusak
↓
Perdarahan
Kerusakan jaringan di ujung tulang
↓
Terbentuk hematom di canal medula
↓
Jaringan mengalami nekrosis
↓
Nekrosis merangsang terjadinya peradangan, ditandai :
1. Vasodilatasi
2. Pengeluaran plasma
3. Infiltrasi sel darah putih
1. Sakit (nyeri).
2. Inspeksi
a. Bengkak.
b. Deformitas.
3. Palpasi
a. Nyeri.
b. Nyeri sumbu.
c. Krepitasi.
4. Gerakan
2.6 Penatalaksanaan
Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh
fraktur.
menyatu.
5. Stadium Remodelling.
Pada anak - anak remodelling dapat sempurna, dewasa masih ada tanda
penebalan.
2. Pada orang tua dan lemah (imobilisasi akibat yang lebih buruk).
4. Fraktur patologik.
- Pemasangan Gips.
- Pemasangan traksi (skin traksi dan skeletal traksi). Beban maksimal untuk
Pengobatan operatif:
- Reposisi.
- Fiksasi.
Atau yang lazim di sebut juga dengan tindakan ORIF (“Open Reduction
13
Internal Fixation”)
2.7 Komplikasi
Umum
Syok
Infeksi
Emboli lemak
Dini
Cedera syaraf
Cedera arteri
Compartemen syndrome
Lanjut
Delayed Union
Atrofi
Nekrosis
Roentgenography ( X - ray )
CT Scan
Bone Scaning
1. Pengkajian
Data Subyektif :
Cara PQRST :
besar.
Data obyektif :
b. Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah atau denyut nadi (akibat dari nyeri, response dari
stress).
Penurunan jumlah nadi pada bagian yang sakit, pemanjangan dari capilarry
c. Neurosensori
Kehilangan sensai pada bagian yang sakit, spasme otot, paraesthaesi pada
d. Kenyamanan
Nyeri yang sangat dan yang terjadi secara tiba-tiba. Hilangnya sensai nyeri
e. Keamanan
f. Studi diagnostik
16
X ray : Menunjukkan secra pasti letak dan posisi dari terjadinya fraktur.
Bone scan, tomography, CT/ MRI scan : Menegakan diagnosa fraktur dan
Ateriogram: Mungkin Jika diduga ada kerusakan pembuluh darah pada daerah
Tujuan:
berelaksasi.
Rencana:
Rencana:
4. Tampung semua urine dan perlu di lihat apakah ada batu yang perlu untuk
di lakukan pemeriksan.
5. Kaji adanya keluhan kandung kemih yang penuh, penurunan jumlah urine
obstruksi.
6. Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit, Bun, serum creat, urine kultur, dan
pemberian antibiotik.
Rencana:
3. Anjurkan pasien untuk minum banyak (3-4 l/hari) jika tidak ada kontra
indikasi.
I. PENGKAJIAN
WIB.
1. Identitas
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMA
Alamat : Babatan-Wiyung
1. Riwayat Keperawatan
Alergi : --
Kebiasaan merokok/alkohol : --
Keluhan utama MRS : Nyeri paha kiri akibat kecelakaan lalu lintas.
Keluhan utama saat ini : Nyeri paha kiri akibat kecelakaan lalu lintas.
13.30.
S : 36,5 0C (axilla)
Body Systems:
(-)
Suara tambahan : wheezing (-), ronchi (-), rales (-), crackles (-)
21
Keluhan : Pusing (-), sakit kepala (-), palpitasi (-), nyeri dada (-),
Edema : lihat B6
luka (-)
Kulit :
- Akral : hangat
- Turgor : cukup
Sistem Endokrin
Terapi hormon: --
Sistem Reproduksi
Perempuan:
PSIKOSOSIAL
Sosial/Interaksi:
Spiritual:
Kebutuhan Pembelajaran:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : (03-02-2019)
- Leukosit 12.700 / ml
- Hb 14,3 g/dl
- Ht 36,7 %
X Ray :
TERAPI
- Bed rest
24
- Infus RL : D5 = 2 : 3
- Inj. Clasef 2 g
ANALISA DATA:
kiri terbatas
- krepitasi (+)
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
Data penunjang:
restriktif (imobilisasi)
Data penunjang:
- Tirah baring
- Tampak lemah
- krepitasi (+)
RENCANA KEPERAWATAN/INTERVENSI:
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
Data penunjang:
Rencana tindakan:
No Intervensi Rasional
1. Tinggikan posisi Meningkatkan aliran balik vena,
26
Data penunjang:
- Tampak lemah
27
- krepitasi (+)
minimal
Kriteria hasil: skala nyeri berkurang, klien dapat memenuhi kebutuhan ADL
mandiri
Rencana tindakan:
No Intervensi Rasional
28
IMPLEMENTASI:
EVALUASI KEPERAWATAN:
PENUTUP
keperawatan secara langsung pada pasien dengan Close Fraktur Femur 1/3
tengah sinistra di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya, maka penulis dapat
1.1 Kesimpulan
pada pasien dengan Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra, maka penulis dapat
1. Pada saat pengkajian didapatkan bahwa Close Fraktur Femur 1/3 tengah
2. Pada pasien Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinister akan mengalami suatu
32
33
dengan Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra menjalani rawat inap ± 4
minggu
Femur 1/3 tengah sinistra ini adalah dengan Nyeri akut spasme otot, gerakan
stress/ansietas karena pasti terjadi nyeri pada pasien Close Fraktur Femur 1/3
tengah sinistra.
1.2 Saran
1. Bagi Ruangan
pelayanan kesehatan yang terbaik yang sesuai dengan kode etik keperawatan
menderita Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra saat keluar Rumah
kerjasama yang baik antara keluarga dan tim kesehatan sehingga timbul
keperawatan.
3. Bagipenulis lain
Dudley (1992), Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi 11, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Dunphy & Botsford (1985), Pemeriksaan Fisik Bedah, Yayasan Essentia Medica,
Jakarta.
Herman Santoso, dr., SpBO (2000), Diagnosis dan Terapi Kelainan Sistem
Muskuloskeletal, Diktat Kuliah PSIK, tidak dipublikasikan.
Oleh:
2018
i
HALAMAN PENGESAHAN
Mengesahkan,
AtasanLangsung Penulis
Surabaya,
2. 2. ………………
ii
KATA PENGANTAR
akreditasi kepangkatan pegawai negeri sipil dari golongan III/a ke golongan III/b
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Close Fraktur Femur 1/3 tengah
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kendala namun berkat
dan dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga sedikit
demi sedikit kendala tersebut dapat diatasi dengan baik. Oleh karena penulis
1. Yth. drg. Orta Wido Artati selaku Direktur RSUD Bhakti Dharma
Husada Surabaya.
4. drg. Migit Supriati, M.Kes selaku Kasi Registrasi dan Akreditasi Dinas
iii
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritikdan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan
profesi.
Penulis,
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
2.1 Pengertian.................................................................................. 6
2.2 Penyebab................................................................................... 6
2.4 Patofisiologi............................................................................... 9
v
2.8 Prosedur Diagnostik …………………………………............. 13
DAFTAR PUSTAKA
vi