Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ANALISIS FILM THE FLU DENGAN METODE PRECEDE-PROCEED

KELOMPOK 4

Hardianti K012202047

Iis Mirani K012202055

Maspa Lapui K012211076

Muhammad Firdaus K012211004

PROGRAM STUDI PASCASARJANA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021

0
ANALISIS FILM THE FLU DENGAN METODE PRECEDE-PROCEED

PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in Educational Diagnosis


and Evaluation) adalah suatu model pendekatan yang dapat digunakan dalam mendiagnosis
masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk merencanakan suatu kegiatan perencanaan
kesehatan atau mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat digunakan untuk
membuat perencanaan kesehatan. Namun, pada tahun 1991 Green menyempurnakan
kerangka tersebut menjadi PRECEDE-PROCEED. PROCEED (Policy, Regulatory,
Organizational, Construct, in Educationaland Environmental Development). PRECEDE
digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program,
sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta
implementasi dan evaluasi.
Model PRECEDE-PROCEED Green dan Kreuter digunakan sebagai model
perencanaan program kesehatan berbasis penilaian kebutuhan masyarakat.Model PRECEDE-
PROCEED pada perencanaan program penanggulangan wabah flu burung (H5N1) berbasis
penilaian kebutuhan kesehatan masyarakat. Hal ini dapat diuraikan dalam beberapa tahap
sebagai berikut :
1. Penilaian sosial: Menganalisis kualitas hidup individu dan masyarakat
Munculnya wabah flu yang dibawah dari luar negri oleh warga negara asing,
dimana wabah ini pertama kali saling menjangkit sesama warga negara asing yang
berada dalam container. Awal mula penyakit berasan dari WNA yang sedang sakit tapi
tidak mengakui dirinya bahwa dia sakit, sehingga ikut dalam pelayaran untuk menjadi
imigran illegal di korea selatan dalam sebuah container yang berisi banyak WNA
lainnya, namun dalam waktu 9 hari seluruh WNA dalam container mati kecuali 1 orang
yang membawa penyakit itu pertama kali dan memiliki imunitas yang baik sehingga
walaupun tubunya positif mengidap flu burung tersebut tapi suhu tubuhnya normal,
sehingga darah dari penderita ini diambil dan dikembangkan menjadi antibodi untuk
melawan virus flu tersebut. Wabah flu ini merupakan wabah flu yang bebahaya karena
wabah ini dapat menyebar dalam waktu yang cepat, melalui udara atau benda benda yang
terkontaminasi bersin atau saliva dari penderita penyakit flu tersebut. Orang yang positif
mengalami flu ini akan mengalami demam, kulit ruam ruam,batuk batuk, bersin, flu
hingga muntah darah yang akan mengakibatkan kematian dalam waktu singkat, sehingga
dapat dikatakan penderita flu ini akan mengalami kualitas hidup yang sangat rendah

1
karena cepatnya perkembangan dan persebaran penyakit ini. Pada masa pandemi dapat
dilihat dari film bahwa kebiasaan masyarakat tidak sesuai dengan protocol kesehatan
seperti tidak menutup mulut pada saat bersin sehingga hal ini dapat menyebabklan
percepatan persebaran virus.
2. Penilaian epidemiologi: Mengidentifikasi masalah kesehatan spesifik yang berkontribusi
pada kualitas hidup dan menetapkan prioritas masalah kesehatan yaitu pencegahan dan
penanggulangan wabah flu burung di kota Bundang
Film ini bercerita tentang wabah virus H5N1 yang menyebar di Korea dan
membunuh korban hanya dalam waktu 36 jam yang membuat
distrik Bundang di Seongnam, yang memiliki populasi hampir setengah juta jiwa
menjadi kacau.Virus itu kemudian bermutasi, menjangkiti tidak hanya manusia, tetapi
juga ke hewan. Hal ini memaksa pihak berwenang untuk segera melakukan karantina
wilayah. Kepanikan massal akhirnya tak bisa dihindari. Banyak orang panik dengan
kemunculan virus mematikan ini. Rumah-rumah warga mulai kosong, jalanan sepi,
sedangkan pihak militer terus berjaga-jaga agar warga Bundang tidak keluar dari batas
karantina. Kasus kumulatif Global A (H5N1) sejak tahun 2014-2018 sebanyak 860 kasus
dengan 454 kematian (CFR 53%), Kasus di Indonesia sejak tahun 2005 sampai 27
Oktober 2018 sebanyak 200 kasus dengan 168 kematian (CFR 84%). Di China, 53 kasus
penularan ke manusia telah dilaporkan sepanjang 16 tahun terakhir, 31 di antaranya
meninggal dunia. Epidemiologi ini tersebar di beberapa negara, seperti Azerbaijan,
Bangladesh, Cina, Djibouti, Indonesia, India, Iraq, Kamboja, Nigeria, Pakistan, Thailand,
Turki, Vietnam, Laos dan Myanmar. Secara keseluruhan dari tahun 1997-2014, rasio
antara laki-laki dan perempuan hampir sama, dengan usia rata-rata adalah 19 tahun dan
80,3% berusia di bawah 35 tahun. Berdasarkan penelitian systematic review selama
periode 18 tahun dari 1 Mei 1997 hingga 30 April 2015, dilaporkan sebanyak 907 kasus
flu burung virus H5N1, terdiri dari 94,6% kasus terkonfirmasi dan 5,4% kasus suspek.
Jumlah tertinggi didapat pada tahun 2015. Ayam dan manusia di Hongkong. Selama
wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1) telah menginfeksi
berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia.
Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam
yang terinfeksi flu burung.Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya kasus
Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan kematian. Pada tahun
2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A (H5N1) dan satu orang
meninggal. Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7)

2
dan satu diantaranya meninggal. Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 kasus Avian Influenza
A (H5N1) di Vietnam (19) dan Thailand (6) yang menyebabkan 19 orang meninggal (5
di Thailand, 14 di Vietnam).
3. Penilaian perilaku dan lingkungan yang berhubungan dengan masalah penyebaran wabah
flu burung di kota Bundang
Tahap ketiga membahas mengenai analisis lingkungan. Dimana dalam hal ini,
lingkungan kota Bundang yang telah terinfeksi H5N1 yang dibawa oleh seorang
penderita dengan gejala batuk didalam kontainer yang diselundupkan melalui jalur laut
dari China ke Korea Selatan. Analisis lingkungan mencakup kondisi di lingkungan
sosial, fisik, dan biologis, yang mempengaruhi masalah kesehatan secara langsung atau
melalui penyebab perilakunya. Lingkungan Kota Bundang dengan kuantitas penduduk
setengah juta orang menghasilkan tingkat penularan yang massif dan berlangsung cepat.
Hal ini dipengaruhi juga oleh perilaku hidup sehat masyarakat, dimana seorang penderita
yang bernama Byung Woo menunjukan gejala batuk berlebihan, dan mengalami demam
tinggi setelah terkontaminasi virus dari penderita yang selamat di lokasi kontainer yang
diselundupkan. Dalam hal ini, Byung Woo menunjukan perilaku sakit yang buruk yaitu
ketika ia batuk, ia tidak menutup mulut dan tidak berlaku layaknya orang sakit. Byung
Woo bahkan tidak menggunakan masker penutup mulut saat membeli obat di apotik
padahal ia sedang sakit dan mengalami batuk yang tak kunjung sembuh. Pada proses
penularan, virus ditularkan melalui udara dan kontaminasi saliva dari penderita yang
didukung perilaku hidup sehat masyarakat kota Budang yang cukup buruk, yang
menyebabkan penularan berlangsung cepat sehingga memudahkan virus untuk
bermutasi. Dalam hal ini, kitadapat menarik sebuah kesimpulan bahwa peranan
kebudayaan begitu signifikan terhadap tingkah laku individu termaksud tingkah laku
sakit atau sehat dari individu atau masyarakat itu sendiri.
Kondisi fisik dan biologis masyarakat pun mempengaruhi transmisi virus dari
orang ke orang. Kita perhatikan kembali saaat Moon Sai tertular, namun ia dapat
bertahan hidup lebih dari 36 jam selama virus ini menginfeksi tubuhnya. Kondisi ini
menunjukan bahwa daya tahan tubuh Moon Sai lebih tinggi dan berbanding terbalik dari
daya tahan tubuh Byung Woo yang mengalami gejala parah sampai muntah darah hingga
terjadi kerusakan organ dalam pada tubuhnya. Kondisi fisik Byung Woo yang bisa
dikategorikan dalam imunitas rendah, sehingga ia mudah tertular virus H5N1 dan
menunjukan gejala signifikan dalam kurun waktu kurang dari 24 jam. Dalam banyak
analisis masalah kesehatan, lingkungan berperan penting terhadap munculnya masalah

3
kesehatan. Masalah perilaku dan lingkungan dapat mempengaruhi kualitas hidup
seseorang atau masyarakat serta status kesehatannya.
Masalah perilaku yang dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang adalah
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan (utilization), dalam hal ini Byung Woo tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan optimal. Byung Woo tidak melakukan
pemeriksaan kesehatan ke dokter setelah mendapati gejala sakitnya makin parah. Ia
hanya terus menerus meminum obat yang ia beli dari apotik. Disini juga tidak ada upaya
pencegahan (prevention action) penyakit yang optimal dari pemerintah saat mengetahui
adanya penularan virus baru di kota Bundang, Pemerintah diawal ditemukannya kasus
berusaha menutupi kasus ini hingga akhirnya penyebaran virus makin massif dan
menjangkiti lebih banyak orang di kota Bundang. Kepatuhan (compliance) masyarakat
dalam pencegahan dan pengendalian penyakit di film ini cukup rendah. Salah satunya
adalah Kim In Hae yang merupakan seorang dokter terampil, pada adegan pemeriksaan
fisik di camp darurat bencana, Kim In Hae mendapati putrinya memiliki gejala infeksi
berupa ruam pada telinga belakang. Namun ia mengabaikan hal ini karena tidak ingin
berpisah dari puterinya. Ia merawat putrinya sendiri dalam camp pengungsian. Yang ia
tidak sadari, bahwa tingakannya ini bisa membahayakan banyak nyawa jika putrinya
tidak dipisahkan dari camp orang sehat. Ia tidak ingin putrinya dibawa ke camp isolasi.
Sikap ini menunjukan ketidakpatuhan masyarakat pada upaya tracing dan testing yang
dilakukan pemerintah kota Bundang saat itu. Ego seperti yang dikatakan oleh Freud
bermain dengan penuh kendali atas tindakan dan perilaku manusia dalam hal ini terkait
pencegahan wabah flu burung di kota Bundang, Korea Selatan. Hal lainnya adalah upaya
pemeliharaan kesehatan sendiri (self care), masyarakat mulai berbondong-bondong
memakai masker. Hal ini merupakan upaya pemeliharaan kesehatan yang mendasar
dalam pencegahan dan penanganan wabah.
4. Penilaian pendidikan dan ekologi: Menganalisis pendidikan, keterampilan dan
lingkungan kesehatan, serta mengidentifikasi dan mengklasifikasikan faktor predisposisi,
pendukung, dan penguat dalam proses penyebaran wabah H5N1 di kota Bundang.
Tahap ke empat adalah penilaian pendidikan dan ekologi. Dimana dalam tahap
ini, pendidikan masyarakat turut menunjang perilaku hidup sehat atau perilaku sakit tiap
individu. Sejatinya pendidikan berhubungan erat dengan pengetahuan individu terkait
konsep sehat dan sakit. Dalam Film ini, Kim In Hae yang merupakan dokter, pada
adegan pencarian dan penyelamatan Mi Reu di Supermarket, ia mengingatkan Kang Ji
Goo untuk memakai masker agar mencegah dari penularan wabah H5N1 melalui udara.

4
Kesadaran akan pemeliharaan kesehatan sendiri (self care) terbentuk bersamaan dengan
tingkat pengetahuan individu. Begitu pula dengan Moon Sai dan Byung Woo yang
notabenenya adalah anggota masyarakat dengan pendidikan rendah, mereka bahkan tidak
menggunakan masker saat mengetahui dirinya kurang sehat. Dalam pelariannya, Moon
Sai bertemu dengan Mi Reu yang memberikannya makanan. Dalam persembunyiannya,
ia bahkan batuk didepan Mi Raeu. Mi Reu dan dirinya yang sama-sama tidak
menggunakan masker atau alat pelindung diri, akhirnya menjadi salah satu katalisator
penularan wabah H5N1. Faktor predisposisi berupa pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap perilaku dirinya saat ia sakit mempengaruhi proses penularan dari orang ke
orang. Sikap Byung Woo saat batuk ditengah keramaian di tempat public (Apotik)
dibarengi dengan rendahnya pengetahuannya tentang kesehatan menyebabkan ia menjadi
katalisator transmisi virus secara massif ke orang lain disekitrnya. Disamping itu,
keengganan Byung Woo memeriksakan diri ke dokter atau segera ke rumah sakit saat
batuknya tidak kunjung sembuh merupakan bagian dari kurangnya kesadaran individu
akan konsep sehat dan sakit, dimana budaya atau tradisi yang melekat dalam masyarakat
turut mempengaruhi pola individu dalam mengakses pusat pelayanan kesehatan.
Seseorang akan berperilaku menerapkan gaya hidup sehat jika ia mengetahui suatu isu
kesehatan. Selain itu, berperan juga faktor kepercayaan, tradisi, sistem, dan nilai dalam
suatu masyarakat dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
Faktor lainnya adalah faktor pendukung atau pemungkin (enabling factors) yaitu
faktor yang menjadi pendukung adanya suatu perilaku. Baik itu fasilitas, sarana, atau
prasarana yang mendukung perilaku seseorang atau masyarakat. Saat wabah mulai
menjangkiti banyak orang di kota Bundang, masyarakat enggan menuju camp darurat
wabah. Mereka bersembunyi didalam rumah masing-masing untuk menghindari aparat
militer yang melakukan tracing dan testing (PT PCR yang hasilnya akan diketahui dalam
48 jam pasca pemeriksaan). Masyarakat berpikir bahwa sarana dan prasarana yang
disediakan disana tidak sesuai dan tidak layak seperti halnya rumah mereka di
aparmtemen mewahnya. Mereka banyak yang protes karena tidak disediakan sarana yang
memadai, sementara saat itu situasi darurat kesehatan sedang melanda Bundang. Mereka
memilih bersembunyi bersama keluarga mereka dalam rumah masing-masing. Hal ini
justru akan menyebabkan penularan semakin massif dan tidak terkendali.
Faktor penguat (reinforcing factors) disini adalah tokoh masyarakat yang
menguatkan perilaku masyarakat. Faktor penguat yang lain adalah suatu peraturan atau
undang-undang dari pejabat pemerintahan pusat atau daerah. Setelah ditemukannya

5
kasus pertama pada Byung Woo di salah satu RS kota Bundang dan wabah menjangkiti
banyak orang di sarana public secara serentak (Apotik, Mall, TK atau sekolah),
pemerintah berkoordinasi dengan pihak kesehatan dan militer untuk melakukan karantina
wilayah. Pemerintah dengan sigap melakukan karantina wilayah dan membatasi arus
transportasi dari dan menuju Bundang. Peraturan pemerintah dibuat dalam kondisi
darurat, Presiden dan Walikota Bundang mengumumkan keadaan darurat nasional yang
mengharuskan kota Bundang dikarantina wilayah. Aturan lainnya yang cukup keliru dari
para pemangku kebijakan dalam film ini adalah menyatukan warga yang sehat dengan
warga yang terinfeksi dalam satu camp. Hal ini justru akan menyebabkan penyebaran
wabah semakin cepat dan tidak terkendali, membahayakan nyawa masyarakat,
mengoyak kohersivitas social dan stabilitas politik di kota Bundang.
5. Penilaian Kebijakan dan Administrasi : Promosi Kesehatan dan Kebijakan Regulasi
Organisasi dalam penanggulangan flu burung di kota Bundang, Korea Selatan.
Pada tahap ini, menurut Green dan Kreuter (2005) perlu dilakukan penilaian
sumberdaya, organisasi, manajemen, dan kebijakan yang diperlukan untuk implementasi
atau intervensi program kesehatan dan mengidentifikasi keberlanjutan program
kesehatan yaitu penanggulangan wabah flu burung (H5N1) di kota Bundang, Korea
Selatan. Sistem organisasi dan lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil yang
diharapkan (faktor yang memungkinkan) dipertimbangkan dalam penanggulangan wabah
ini.
Kebijakan dilakukannya lock down, karantina masyarakat didalam camp
pengungsian, tracing dengan mengambil warga secara paksa dirumah masing-masing dan
testing dengan melakukan PT PCR kepada seluruh masyarakat di camp pengungsian,
dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah H5N1 ini. Disamping itu, ketersediaan
sumber daya manusia (tenaga medis) yang tidak memadai serta sarana dan pra sarana
yang tidak memadai untuk melakukan tracing dan testing pada seluruh masyarakat kota
Bundang menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah dalam pemberlakuan kebijakan
penanggulangan wabah ini. Ketersediaan arah organisasi, manajemen, dan kebijakan,
serta kesesuaian intervensi yang diberikan kepada masyarakat seharusnya
mempertimbangkan nilai kemanusian dan keselamatan masyarakat kota Bundang.
Namun, di istana kepresidenan, kebijakan dikeluarkan berupa kebijakan yang tidak pro
terhadap rakyat Bundang yaitu dilakukannya pembakaran masal pada penderita yang
belum meninggal, dilakukannya karantina dalam satu lokasi antara penderita dan orang
yang tidak positif H5N1, hal ini sangat mengancam keselamatan masyarakat Bundang

6
walaupun dengan alasan keamanan dan keselamatan seluruh masyarakat Korea Selatan.
Disamping itu, makanan yang dibagikan di arena camp pengungsian tidak di bagi rata
kepada masyarakat. Yang diprioritaskan adalah mereka yang memiliki jabatan di
pemerintahan atau mereka yang dekat dengan kekuasaan.
Promosi kesehatan terus dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam hal ini yaitu
masyarakat dianjurkan untuk menggunakan masker, masyarakat dianjurkan untuk
menggunakan bilik terpisah dari penderita yang terkonfirmasi H5N1. Namun upaya ini
akan sia-sia karena masyarakat yang sehat dan terkonfirmasi menderita H5N1 disatukan
dalam satu camp pengungsian.
6. Implementasi
Implementasi Kebijakan yang dilakukan dalam film ini adalah dilakukannya
lock down atau pembatasan wilayah, tracing dan testing, isolasi terpisah bagi warga yang
positif mengalami infeksi H5N1. Pada keadaan ini sangat bergantung pada keputusan-
keputusan para pemangku kepentingan dan penguasa. Terlihat jelas pada tahap ini
banyak keterlibatan dan proses yang terjadi baik pada pimpinan dengan segala konteks
dan konsekuensi yang mereka ukur dan terjadi perdebatan dengan tokoh sebagi Presiden
dalam hal ini sangat jelas tolak ukurnya adalah keselamatan masyarakatnya, sedangkan
pihak lain dalam hal ini, Wakil Presiden dan pemerintah luar negeri atau badan intelejen
dunia memiliki keputusan sendiri, dengan mengesampingkan keselamatan masyarakat
bandang yang masih sehat. Oleh karena itu, mereka ingin semua masayarakat dalam
wilayah bandang dibumihanguskan semua. Alasan yang dikemukakan adalah demi
keselamatan DUNIA, dengan tidak mengapa mengorbankan semua yang berada di
wilayah Bandang yang terinfeksi.
Dilakukannya pembakaran pada mereka yang positif walaupun belum
meninggal adalah bentuk kebijakan yang tidak pro terhadap hak asasi manusia.
Komunikasi kesehatan hadir untuk member pelayanan yang setara pada seluruh elemen
masyarakat bukan hanya pada mereka yang memiliki akses terhadap kekuasaan.
7. Evaluasi Proses
Evaluasi dari proses ini dapat kita lihat dari kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah. Sesuai dengan pemabahasan yang dilakukan sebelumnya pemerintah dalam
hal ini mengalamai perbedaan dalam memutuskan strategi dalam membijaki
permasalahan yang sedang mereka alami. Ditambah lagi dengan desakan dari badan
intelejen dunia yang memang mereka lebih menekankan pada keselamatan dunia dengan
membumihanguskan semuanya.

7
Penemuan vaksin yaitu pada saat adegan Kim In HAe, Moon Sai, Mi Reu dalam
bilik kesehatan di camp wabah. Menarik dalam hal ini seorang ibu dengan profesi
sebagai tenaga medis (dokter) yang sangat gigih dalam menemukan vaksin dari antibody
seseorang yang kebal terhadap virus tersebut. Disisi ini seseorag ibu akan memiliki ego
yang sangat besar dalam melindungi anaknya. Pada proses ini terdapat tokoh yang
berprofesi sebagai grup penyelamat yang juga terjebak dalam camp yang sebelumnya
memiliki ketertarikan pada dokter. Dalam hal ini dia mengorbankan dirinya sendiri untuk
menggantikan anak dari dokter yang memang sudah terinfeksi, walaupun pada akhirnya
tetap diketahui kebenaranya.
Dapat dilihat juga disini setiap proses yang dilalui lebih terlihat pada konflik
perasaan yang dapat mempengaruhi keputusan baik dalam kontek individu yang dialami
oleh tokoh tim penyelamat, dokter dan anaknya dokter. Dalam konteks kelompok lebih
luas yaitu presiden dengan wakil presiden yang memilih bertindak sendiri oleh karena
pengaruh dari pihak luar.
8. Evaluasi Dampak
Evaluasi dampak ini dapat dilihat dari dampak lock down, setelah semuanya
dinyatakan sesbagai keadaan darurat dan saat itu kota Bandang menjadi kacau dan
terlihat pada mall swalayan dengan terjadi penjarahan dan kekacauan. Pada proses ini
juga terlihat arogansi petugas militer yang melakukan kekerasan dalam menahan dan
mengatur masyarakatnya. Dampak dari hal ini adalah terjadinya kekacuan antara
masyarakat dan aparat militer. Selain itu, hal ini terjadi karena pemangku kebijakan
mengharuskan dikeluarkannya aturan terkait lock down dan penahanan terhadap seluruh
masyarakat kota Bundang didalam camp pengungsian, disamping itu dilakukan
implementasikan kebijakan pembakaran terhadap warga yang positif terinfeksi walaupun
belum meninggal. Hal ini membuat situasi di kota Bundang makin memanas dan terjadi
perlawanan dari warga.
Dampak testing dan tracing, pada proses ini terlihat permainan pada petugas saat
melakukan pemeriksaan dan terdapat permainan uang dalam meloloskan orang. Juga
terlihat dokter dan anaknya yang telah dipastikan terinfeksi berhasil mengelabui para
petugas sehingga dapat lolos dari pemeriksaan, sehingga anaknya tersebut bergabung
dalam camp karantina.
Dampak pembakaran orang terinfeksi yang masih hidup. Pada awalnya
masyarakat yang terdampak dan berada pada camp tersebut mendapatkan informasi yang
tidak benar dan dibohongi ketika keluarga mereka yang terinfeksi dan dipindahkan untuk

8
dilakukan pengobatan, yang pada kenyataanya mereka akan dibakar walaupun masih
hidup. Ketika masyarakat mengetahuinya sehingga terjadi pemberontakan yang berujung
pada kerusuhan dalam camp karantina sehingga semua orang keluar semua dan semakin
memperburuk masalah.
Dampak dari ditemukannya vaksin yaitu antibody dari penderita yang pertama
kali terinfeksi, setelah diketahui terdapat seseorang dengan kekebalan antibody terhadap
virus tersebut. Dokter yang anakanya terinfeksi mengambil inisiatif sendiri untuk
melakukan pengobatan pada anaknya walaupun vaksin tersebut masih dalam penelitian.
Disini terlihat bahwa kepanikan dan ketakutan seseorang ibu terhadap keselamatan
ankanya dapat menjadikannya seseorang yang individual.
9. Evaluasi Hasil
Pada tahap ini dapat dijelaskan bahwa keberhasilan dari terciptanya obat atau
vaksin untuk pengobatan wabah tersebut lahir karena keegoisan dan kegigihan seorang
ibu demi menyelamtkan anaknya, sehingga pada akhirnya anak itu selamat dan vaksin
atau antibody tersebut dapat bersumber kembali pada anak tersebut. Dalam hal ini
terdapat tokoh penting dalam melindungi perjalanannya vaksin, yang pada prosesnya
hampir anak tersebut dibakar dan dapat ditolong oleh tim penyelamat tersebut dan
berjuang membawanya sampai diertemukan kembali dengan ibunya. Tokoh paling
berpengaruh yaitu presiden menjadi aktor dalam menyelamatkan masyarkat ketika
mereka hampir diserang oleh badan intelejen dunia yang tetap ingin memusnahkan kota
Bandang. Melalui keputusannya yang didukung oleh professor kesehatan wilayah
Bandang yang memang dari awal berbicara tentang data dan fakta kesehatan. Pada
akhirnya masyarkat yang berhasil selamat dapat melakukan pengobatan dan divaksinasi
sehingga semuanya dapat kembali pada keadaan normal lagi.
Kesimpulan
Dari film The Flu ini kita bisa belajar bahwa dalam penanggulangan wabah perlu
dilakukan upaya pelacakan yang optimal, dilakukan upaya testing yang berkesinambungan
dan merata pada seluruh masyarakat guna menanggulangi penyebaran wabah. Disamping itu,
perilaku sakit yang etis perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari karena tidak ada
yang mengetahui pasti secara kasat mata bahwa kita terinfeksi virus berbaghaya atau tidak,
walaupun hanya sekedar batuk saja. Terkait pengimplementasian kebijakan, pemerintah harus
lebih manusiawi dalam memberlakukan sebuah aturan, aturan dihadirkan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat bukan hanya menyelamatkan marwah pemerintahan dimata dunia
internasional.

Anda mungkin juga menyukai