Anda di halaman 1dari 16

C.

Praktikum III Luka Bakar


Mata Kuliah : Dietetik II
Diet : Diet Luka Bakar I
Nama Masakan :
- Sari Kacang Ijo
- Sari buah pir
1. Bahan
a. Sari buah pir
Takaran
No Nama Bahan Gambar
Jumlah Satuan

1. Buah Pear 120 gram

2. Gula 30 gram

b. Sari kacang hijau


Takaran
No Nama Bahan Gambar
Jumlah Satuan

1 Kacang Ijo 30 g

2 Gula Pasir 20 g
3 Air 250 ml

2. Cara Membuat
a. Sari buah pir

No Cara Membuat Gambar

Blender buah pir dan Ambil sari pir


1.
dan campur dengan gula

2. Tambahkan gula

3. Lalu taruh dalam gelas


b. Sari kacang hijau

No Cara Membuat Gambar

1 Rendam Kacang Ijo selama 2 jam

2 Setelah itu, panaskan air di panci

Setelah direndam 2 jam, masukkan


3 kacang ijo kedalam panci yang
berisi air. Tunggu hingga mendidih

Setelah mendidih, dinginkan dan


4
ambil sarinya
c. Pembahasan
a. Analisis Menu Terpilih

WAKT PROTEI
Menu BAHAN BERAT ENERGI LEMAK HA Ca F Fe VIT A VIT B VIT C NA K KOLES SERAT
U N
Sari buah Pear
120 62.8 0.6 0.4 14.9 10.8 18 0.3 3.6 0 6 2.4 150 0 3.4
pir fresh
15:00 -
gula
18:00 30 116.1 0 0 30 0.3 0.6 0 0 0 0 0.3 0.6 0 0
  pasir
SUBTOTAL 178.9 0.6 0.4 44.8 11.1 18.6 0.3 3.6 0 6 2.7 150.6 0 3.4

kacang
30 34.8 2.3 0.2 6.2 7.2 64.8 0.6 0.1 0 0 1.2 83.4 0 2
hijau

18.00- Sari Drinking


250 0 0 0 0 8.8 0 0 0 0 0 1.8 0 0 0
24.00 Kacang Ijo water

gula
20 77.4 0 0 20 0.2 0.4 0 0 0 0 0.2 0.4 0 0
pasir

SUBTOTAL 112.2 2.3 0.2 26.2 16.2 65.4 0.6 0.1 0 0 3.2 83.4 0 2
b. PAGT Kasus

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR LUKA BAKAR

Nama : Tn. -

Umur : 25 tahun

Jeniskelamin : laki-laki

RENCANA
NUTRITION ASSESSMENT NUTRITION INTERVENTION
MONEV
DIAGNOSIS
IDENTIFIKAS
GIZI TERAPI
DATA DASAR I MASALAH RENCANA TERAPI
EDUKASI
GIZI
1. DiagnosaMedis Peningkatan NI 5.1 Jenis Diet Materi Antropometri
Luka Bakar grade 2- Kebutuhan Meningkatnya Diet Luka Bakar I Diet Luka Bakar I Pengukuran berat
3dengan fraktur lengan Zat Gizi kebutuhan zat badan awal dan
atas 1/3 distal gizi berkaitan Tujuan Diet Tujuan akhir intervensi
dengan Mempercepat penyembuhan  Mengedukasi
2. Keluhan Utama meningkatnya dan mencegah terjadinya penjaga/keluar Biokimia
Pasien mengalami kebutuhan zat gangguan metabolic serta gabahwa Pemeriksaan kadar
mempertahankan status gizi
muntah-muntah dan pada gizi pada kebutuhan albumin, Hb, dan
secara optimal selama proses
bagian perut sedikit penyembuhan penyembuhan dengan cara : energy pasien GDS awal dan
kembung, bising usus lukadibuktikand  Mengusahakan dan meningkat dan akhir intervensi
melemah. Terdapat luka engan mempercepat penyembuhan pasien dalam
bakar di wajah, dada, dan penurunan jaringan yang rusak keadaan koma Fisik/klinis
sebagian perut, kedua kadar albumin,  Mencegah terjadinya sehingga  Nadi
tangan dan kaki derajat indikasi keseimbangan nitrogen yang diperlukan diet  Nafas
2-3, lengan kiri atas peningkatan negative dengan enteral.  Tekanandarah
mengalami deformitas, tingkat stress  Memperkecil terjadinya  Mengedukasi
tak nampak fragmen dan hiperglikemiadan pasien/penjaga Dietary
tulang yang menonjol Gangguan meningkatnya hipertrigliseridemia pentingnya Intake per 8 jam
keluar kulit Kemampuan kebutuhan  Mencegah terjadinya gejala- asupan zat gizi
gejala kekurangan zat gizi
Penggunaan metabolism yang adekuat Edukasi
mikro
3. Riwayat penyakit Zat Gizi untuk proses  Kepatuhan
sekarang NC 2.1 penyembuhan keluarga
Luka Bakar di wajah, Gangguan luka. pasien
memberikan
dada, dan sebagian kemampuan  Kepatuhan makanan/
perut, kedua tangan dan penggunaan zat Syarat Diet pasien dalam minuman
kaki derajat 2-3.Penderita gizi berkaitan 1. Memberikan makanan mengonsumsi kepada pasien
langsung pingsan, tak dengan dalam bentuk cair sedini makanan dan sesuai yang
sadarkan diri setelah perubahan mungkin atau nutrisi enteral minuman serta dianjurkan.
ledakan 2 jam yang lalu fungsi organ dini kepatuhan  Menanyakan
dan mengalami dehidrasi. GIT dibuktikan 2. Kebutuhan energy dihitung kembali
keluarga
dengan pertimbangan tentang materi
dengan distensi pasien dalam
kedalaman dan luas luka yang diberikan.
4. Riwayat penyakit abdominal dan memberikan
bakar yaitu :
dahulu penurunan - Menurut curreri : 25 makanan dan
- bising usus. kkal/kg BB aktual + 40 minuman yang
5. Riwayat penyakit . kkal x % lukabakar. sesuai dengan
keluarga 3. Protein tinggi, yaitu25% kebutuhan
- dari kebutuhan energi total pasien.
6. Skrining gizi 4. Lemak sedang yaitu 20%
dari kebutuhan energi total.
a.Data antropometri Waktu
Pemberian lemak yang
Tinggi Badan: tinggi menyebabkan  30 menit
165 cm penundaan respons
Berat Badan: kekebalan, sehingga pasien Tempat
65 kg lebih mudah terkena Kamar perawatan
infeksi. pasien
BBI: 5. Karbohidrat sedang
(165-100)-(10%.165-100) yaitu55% dari kebutuhan Metode
58.5 kg energi total. Penyuluhan
6. Vitamin diberikan diatas Individu, leaflet,
AKG yang dianjurkan untuk
IMT: disertai Tanya
membantu mempercepat
65/(1,65)² = 23.87 penyembuhan. Vitamin jawab dan diskusi
(Berisiko) umumnya ditambahkan terarah kepada
WHO WPR/IASO/IOTF dalam bentuksuplemen. pasien dan
dalam The Asia-Pacific Kebutuhan beberapa jenis keluarganya
Perspective: Redefining vitamin adalah sebagai
Obesity & its Treatment berikut : Alat bantu
(2000). a.Vitamin A minimal 2 x
Leaflet
AKG
Laboratorium b.Vitamin B minimal 2 x
Lab H N K AKG
et c. Vitamin C minimal 2 x
Albumi AKG
3.2 4–5.2 ↓
n d.Vitamin E 200 SI
Hb 10. 13- 7. Mineral tinggi terutama zat

5 16 besi, seng, natrium, kalium,
GDS 14 80- kalsium, fosfor dan
N
0 180 magnesium. Sebagian
mineral diberikan dalam
b.Fisik/klinis bentuk suplemen.
H N K 8. Cairan tinggi. Akibat luka
et bakar terjadi kehilangan
TD 90/60 cairan dan elektrolit secara
10 intensif. Pada 48 jam

0/6 N pertama, pemberian cairan
120/8
0 ditunjukkan untuk
0
Nadi 12 mengganti cairan yang
60 ↑ hilang agar tidak terjadi
0
Napas 30 12- ↑ shock.
20 PerhitunganKebutuhan
Munta Menurut Curreri
+ - +
h = 25 kkal/kg BB aktual + 40
Kejang - - - kkal x % lukabakar.
Kesad = (25 x 65 kg) + (40 x 35%)
- + -
aran = 1625 + 1400
= 3.025 kkal
- Penderita tak KebutuhanZatGiziMakroPasie
sadarkan diri, n
P = 25% x 3025= 756,25 kkal
- Pada pemeriksaan
= 189 g
didapatkan: L = 20% x 3025= 605 kkal= 67
kesadaran menurun: g
coma. KH = 55% x 3025= 1663,75
- Pupil mata isocor, kkal = 416 g
- Terdapat luka bakar
di wajah, dada, dan
sebagian perut, Konsistensi
kedua tangan dan Cair Jernih (Clear Liquid)
kaki derajat 2-3
- Lengan kiri atas Cara Pemberian
mengalami NGT
deformitas, tak
Nampak fragmen Frekuensi Pemberian
tulang yang menonjol Kontinyu
keluar kulit.
- Tak nampak oedema
pada mata kaki,
bagian punggung.
- Sedangkan perut
:bising usus
melemah, sedikit
kembung.
- Mulut gigi tak
Nampak ada
kelainan.
- Luka bakar grade 2-
4, luas 35%
- Fraktur lengan atas
1/3 distal,
- Shock-dehidrasi.
- Pada foto roentgen
lengan atas
didapatkan patah
tulang tertutup lengan
atas kiri 1/3 proximal.

c. Riwayat gizi sekarang


-
d. Riwayat gizi dahulu
Nafsu makan baik dan
menyukai semua jenis
makanan

e. Social-ekonomi
-

f. Riwayat obat
-
c. Analisis Menu Individu

Protein Vit
Berat Energy LMK HA Ca P Fe Vit A Vit C Na K Choles Serat
Waktu Menu Bahan B1
(gr) (kal) (gr) (gr) (gr) (mg) (mg) (µg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg)
Hwn Nab (mg)

Sari semangka 120 38.4 0 0 8.6 9.6 10.8 0.2 44.4 0.1 12 2.4 139.2 0 0.6
07.00-
semangk
10.00
a Sugar 30 121.7 0 0 29.9 0.3 0 0.1 0 0 0 0 0.6 0 0
teh 2 1 0 0 0.2 2 1 0 0 0 0 3 20 0 0
10.00-
The gula pasir 40 154.8 0 0 40 0.4 0.8 0 0 0 0 0.4 0.8 0 0
12.00
air 108 0 0 0
12.00- Sari
jambu biji 120 61.1 0 0 14.3 24 30 0.4 94.8 0.1 220.8 3.6 340.8 0 6.5
15.00 jambu biji
Sugar 30 121.7 0 0 29.9 0.3 0 0.1 0 0 0 0 0.6 0 0
15.00- Honey 50 152 0 0 41.2 3 2 0.2 0 0 0.3 2 26 0 0.1
Air madu
18.00 air 100 0 0 0

18.00- Kiwi fresh 200 121.9 0 0 21.5 76 62 1.6 124 0 142 8 590 0 7.8
Sari kiwi
24.00 Sugar 50 202.8 0 0 49.9 0.5 0 0.1 0 0 0 0 1 0 0
madu 50 152 0 0 41.2 3 2 0.2 0 0 0.5 2 26 0 0
276. 119. 108.
Jumlah
1127.4 0 0 8 1 6 3 263.2 0.2 375.5 21.4 1145 0 15
d. Estimasi Harga

No Nama bahan Berat Harga

1 Kacang ijo 30 gram 2000

2 Air mineral 250 ml 1000

3 Gula pasir 50 gram 1000

4 Pear 120 gram 3000

Total 7000
4. Tinjauan Pustaka

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang dapat


disebabkan oleh panas (api, cairan/lemak panas, uap panas), radiasi, listrik,
kimia. Luka bakar merupakan jenis trauma yang merusak dan merubah berbagai
sistem tubuh . Luka bakar merupakan suatu jenis cedera traumatik yang paling
berat dibandingkan dengan jenis trauma lainnya dengan tingkat morbiditas dan
mortalitas yang tinggi (Dunne & Rawlins, 2014). Menurut data dari World Health
Organization (2016), luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang sangat serius di seluruh dunia yang diiperkirakan setiap tahunnya mencapai
265.000 kematian.
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan dengan benda-benda yang menghasilkan panas baik kontak secara
langsung maupun tidak langsung. Kulit adalah organ tubuh terluas yang
menutupi otot dan mempunyai peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat
tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5-1,9 m2.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur
dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan
kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit
berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang
berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat.
Menurut Marx, Hockberger & Walls, (2009) luka bakar berat adalah luka
dengan luas permukaan luka >10% dari total luas permukaan tubuh pada anak-
anak dan usia lanjut, sedangkan pada orang dewasa luka bakar berat adalah
luka dengan luas permukaan luka >20% dari total luas permukaan tubuh dan
luas luka >5% pada luka bakar full thicknes (derajat 3) di segala usia.
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektro-
magnetik. Luka bakar dapat dikelompok-kan menjadi luka bakar termal, radiasi
atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau
ionisasi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi
jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami
kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agent
penyebab (burning agent). Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut. kontraktur (Kairupan , Gabriela, dkk.
2015).
Luka bakar merupakan luka yang unik karena luka tersebut meliputi
sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk
jangka waktu yang lama.Luka bakar paling sering terjadi di rumah dan paling
banyak ditemukan adalah luka bakar derajat II. Kelompok terbesar dengan kasus
luka bakar adalah anak-anak kelompok usia di bawah 6 tahun. Puncak insiden
kedua adalah luka bakar akibat kerja, yaitu pada usia 25-35 tahun. Kelompok ini
sering kali memerlukan perawatan pada fasilitas khusus luka bakar.
Umumnya, tingkat kegawatan dipengaruhi oleh luas dan kedalaman
permukaan tubuh yang mengalami luka bakar (Goodis, 2008). Semakin luas dan
dalam permukaan tubuh yang terlibat, semakin sulit dan lama proses
penyembuhannya. Selain itu, luka yang dalam dan luas juga akan meningkatkan
resiko terjadinya infeksi baik itu lokal maupun sistemik (Church dkk, 2006).
Luka bakar terbagi dalam 3 fase, yaitu fase akut, subakut, dan fase lanjut.
Pembagian ketiga fase ini tidaklah tegas, namun pembagian ini akan membantu
dalam Penanganan Luka Bakar Yang Lebih Terintegrasi. Fase pertama fase
akut/syok/awal ,Fase ini dimulai saat kejadian hingga penderita mendapatkan
perawatan di IRD/ Unit luka bakar. Seperti penderita trauma lainnya, penderita
luka bakar mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing
(mekanisme bernafas), dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway
dapat terjadi segera atau beberapa saat seteah trauma, namun obstruksi jalan
nafas akibat juga dapat terjadi dalam 48-72 jam paska trauma. Cedera inhalasi
pada luka bakar adalah penyebab kematian utama di fase akut. Ganguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termal berdampak
sitemik hingga syok hipovolemik yang berlanjut hingga keadaan hiperdinamik
akibat instabilisasi sirkulasi.
Fase kedua fase subakut/flow/hipermetabolik, fase ini berlangsung
setelah syok teratasi. Permasalahan pada fase ini adalah proses inflamasi atau
infeksi pada luka bakar, problem penutupan lukan, dan keadaan
hipermetabolisme. Selanjutnya adalah fase lanjut, pada fase ini penderita
dinyatakan sembuh, namun memerlukan kontrol rawat jalan. Permasalahan pada
fase ini adalah timbulnya penyulit seperti jaringan parut yang hipertrofik, keloid,
gangguan pigmentasi, deformitas, dan adanya kontraktur (Kairupan , Gabriela,
dkk. 2015).
Luka bakar jika tidak dirawat dengan benar maka akan sangat rentan oleh
infeksi bakteri maupun jamur. Hilangnya kontinuitas kulit dan jaringan membuat
banyak kuman dan mikroorganisme untuk masuk dan membentuk koloni di
tempat yang tidak seharusnya. Diperkirakan 75 persen kematian yang
diakibatkan oleh luka bakar disebabkan karena infeksi, baik sistemik maupun
lokal. ( Bowler, 2001). Maka dari itu kontrol bakteri pada perawatan luka bakar
merupakan hal yang vital untuk dilakukan. (Anggowarsito , Jose L. 2014).
Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk
memperbaiki kerusakan yang terjadi pada kulit. Fisiologi penyembuhan luka
secara alami akan melewati beberapa fase, yaitu fase haemostasis, fase
inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi. Pada fase proliferasi, terjadi proses
kontraksi luka, epitelisasi, dan pembentukan jaringan granulasi. Jaringan
granulasi adalah pertumbuhan jaringan baru yang terjadi ketika luka mengalami
proses penyembuhan, terdiri atas pembuluh-pembuluh kapiler yang baru dan sel-
sel fibroblas yang mengisi rongga tersebut.Pembentukan jaringan granulasi
adalah tahap yang penting dalam fase proliferasi dan penyembuhan luka
(Anggowarsito , Jose L. 2014).
5. Daftar pustaka

Anggowarsito , Jose L. 2014. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi . Jurnal


Widya Medika Surabaya Vol.2 No.2 Oktober 2014
Kairupan , Gabriela, dkk. 2015. Angka Kejadian Penderita Luka Bakar Di
Bagian/Smf Bedah Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juni
2011 Sampai Juni 2014. Jurnal e-Clinic, (Volume 3, Nomor 3, September
Desember 2015.
Negara, Reza Fitra Kusuma, dkk. 2014. Pengaruh Perawatan Luka Bakar
Derajat II Menggunakan Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle Linn.)
Terhadap Peningkatan Ketebalan Jaringan Granulasi pada Tikus Putih
(Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar. Volume 1, Nomer 2, Juni 2014
Laksmi , Ida Ayu Agung, dkk. Analisis Korelasi Waktu Pemberian Resusitasi
Cairan Terhadap Mortalitas Pasien Luka Bakar Berat Fase Emergency.
Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2.

Baughman, Diane C., dkk. 2000. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai