STROKE
KELAS B
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
JAKARTA
2020
KASUSU
Ny. A usia 70 tahun berprofesi sebagai make up artist, bb 45 kg, tb 161.5 cm. Saat pulang kerja tiba tiba
ditemukan oleh rekannya bahwa Ny. A pingsan kemudain dibawa ke rumah sakit. Setrlah dibawa ke
rumah sakit dan mendapatkan pengobatan oleh dokter, dokter menyatakan pasien harus dibawa ke
ruang intermediat karena Ny. A mengalami penurunan kesadaran dan mendapatkan diagnosa stroke.
Melihat tanda vital Ny. A pemeriksaan fisik keadaan umum lemah, tekanan darah 170/100 mmHg, gcs E3
F0 M2. Sebelum menderita sakit, Ny. Atinggal sendirian tanpa anak dan cucu (tinggal di luar kota), suami
sudah meninggal dunia. Setiap hari Ny. A bekerja sebagai make up artist jika ada panggilan. Makanan
yang sering dikonsumsi di rumah dan kerja. Sarapan: kopi hitam dan kue jajanan pasar/roti
panggang/gorengan yang lewat/bubur ayam. Makan siang: jika tidak ada job Ny. A masak nasi, ikan
asin/cumi asin/jambal asin/suka makanan asin, sayur bayam/sayur asam terkadang beli semur jengkol.
Saat ada job diberikan nasi kotak oleh agensi. Makan malam kadang terlewat (kadang tidak makan dan
hanya minum kopi/menghangatkan makanan yang ada) seringkali makanan yang dimasak tidak selalu
habis > akan dihangatkan bisa sampai 3 hari. Makanan yang selalu ada di rumah saat malas memasak
adalah: kering tempe dengan kacang, teri, dan abon menurutnya makanan yang praktis dan enak. Cucu
dan anak hanya mengunjungi 1 bulan sekali sehingga tidak mengetahui kondisinya. Kadang dibawakan
makanan sehat: saur dan buah. Ny. A sebelumnya pernah menderita penyakit gangguan lambung: mual
dan muntah saat magh.
Di rumah sakit, dokter memberikan saran ke ahli gizi untuk memberikan pelayanan gizi yang
sesuai. Sebagai ahli gizi susun pelayanan gizi untuk Ny. A!
A. Data Riwayat Pasien
1. Riwayat Penyakit:
a. keluhan utama: penurunan kesadaran, kondisi fisik umum lemah
b. Riwayat Penyakit Sekarang: Stroke
c. Riwayat Penyakit Dahulu: gangguan lambung
d. Riwayat Penyakit Keluarga:-
2. Sosial Ekonomi: menengah
3. Kebiasaan Sehari-hari: dirumah dan bekerja sebagai MUA jika ada panggilan
B. Assesment
1. Antopometri
Penilaian
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 161 cm
Pembahasan
Pasien memiliki status gizi underweight berdasarkan klasifikasi WHO untuk Asia-Pasifik, yaitu
IMT 17,3 kg/m2. Kondisi pasien dapat disebabkan oleh kurangnya asupan masukan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan, hal ini dapat dilihat dalam riwayat asupan makan pasien.
2. Data Biokimia
Tidak ada hasil pemeriksaan biokimia.
3. Data Klinis
Penilaian
Tabel 1
Hasil Penilaian Klinis
Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan
Tekanan darah 170/100 mHg <120/80 mmHg
Pembahasan
Berdasarkan guideline oleh American College of Cardiology (ACC) dan American Heart
Association (AHA) tahun 2017, anjuran tekanan darah normal yang dimiliki oleh lanjut usia ≥65
tahun adalah <120/80 mmHg. Sedangkan tekanan darah pasien sudah mencapai170/100 mmHg,
sehingga pasien sudah masuk ke dalam katehori hipertensi stage 2 (JNC the 2017 Hypertention
Clinical Practice Guidelines). Seperti diketahui hipertensi adalah kondisi meingkatnya tekanan
darah yang dapat disebabkan beberapa faktor seperti obesitas, asupan tinggi natirum>2300
mg/hari, dislipidemia, dan lainnya. Pada pasien, hipertensi dapat terjadi akibat asupan makanan
yang tinggi akan garam (natrium) dan makanan instan yang mengandung banyak natrium. Dalam
dietary history pasien, pasien memiliki kebiasaan memakan makanan asin dan makanan sumber
natrium tinggi seperti ikan asin dan cumi asin.
Tabel 2
Hasil Penilaian Fisik
Keadaan umum Lemah
GCS (Glasglow Coma Scale) E3V0M2
Pembahasan
GCS merupakan penilaian terhadap tiga respon domain perilaku, yaitu membuka mata (E),
respon motoric (M), dan aktivitas verbal (V). pada individu dengan kesadaran penuh, peka dan
terorientasi akan memiliki skal GCS E4M6V5 (15). Penurunan skala menunjukkan dugaan
terjadinya indikasi kemunduran terhadap kesadaran (consciousness). Keparahan luka pada kepala
dapat diketahui melalui skala GCS. Skor GCS 13-15 menunjukkan adanya luka ringan pada
kepala, skor 9-12 luka sedang, dan skor 3-8 luka berat pada kepala. Pada pasien, didapatkan skor
GCS 5 hal ini menandakan adanya luka berat pada bagian kepala pasien dengan nilai E2:
pemeriksaan dilakukan pada anggota tubuh dan respon meringis menyebabkan penutupan mata,
V0: tidak dapat berbicara atau bersuara, dan M2: terjadi pronasi dan aduksi pada area sekitar
siku/lengan.
5. Dietary History
Makanan yang sering dikonsumsi di rumah dan kerja. Sarapan: kopi hitam dan kue
jajanan pasar/roti panggang/gorengan yang lewat/bubur ayam. Makan siang: jika tidak
ada job Ny. A masak nasi, ikan asin/cumi asin/jambal asin/suka makanan asin, sayur
bayam/sayur asam terkadang beli semur jengkol. Saat ada job diberikan nasi kotak oleh
agensi. Makan malam kadang terlewat (kadang tidak makan dan hanya minum
kopi/menghangatkan makanan yang ada) seringkali makanan yang dimasak tidak selalu
habis > akan dihangatkan bisa sampai 3 hari. Makanan yang selalu ada di rumah saat
malas memasak adalah: kering tempe dengan kacang, teri, dan abon menurutnya
makanan yang praktis dan enak. Cucu dan anak hanya mengunjungi 1 bulan sekali
sehingga tidak mengetahui kondisinya. Kadang dibawakan makanan sehat: saur dan buah
Na = 1000 mg/hr
Penilaian : asupan makan pasien tergolong tidak adekuak dengan persentase asupan energi 62%,
protein 48%, karbohidrat 49%. Sedangkan untuk lemak cukup adekuat yakni sebesar 83% dari
total kebutuhan dan asupan natrium berlebih yakni 228% dari total kebutuhan
Pembahasan : asupan makan pasien tidak adekuat sehingga menggambarkan status gizi pasien
yang kurang. Asupan natrium berlebih dapat menjadi penyebab dari tekanan darah yang tinggi
pada pasien. Kebiasaan memakan makanan asin memiliki kadar natrium yang tinggi, garam
dapat menyebabkan hipertensi. Asupan natrium yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi
cairan, yang meningkatkan volume darah. Jantung harus memompa keras untuk mendorong
volume darah yang meningkat melalui ruang yang semakin sempit yang akibatnya adalah
hipertensi (Mulyati, Syam, dan Sirajuddin, 2011). Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Abdurrachim, Hariyawati dan Suryani (2016) bahwa ada hubungan yang
bermakna antara asupan natrium terhadap tekanan darah lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
dan Bina Laras Budi Luhur Kota Banjarbaru.
6. Terapi Medis
Tabel 3
Terapi Medis
Obat Dosis Kegunaan Efek Samping
Berkaitan dengan
Gizi
- - - -
2. Biokimia -
3. Klinis
Pernapasan -
Suhu -
Kesadaran umum lemah
4. Fisik GCS E3V0M2 yang menandai adanya luka
berat pada kepala pasien
Asupan energi pasien 62% dari
kebutuhan
Asupan protein pasien 48% dari
kebutuhan
Asupan lemak pasien 83% dari
5. riwayat makanan dan gizi
kebutuhan
Asupan karbohidrat pasien 49% dari
kebutuhan
C. DIAGNOSIS GIZI
1. Diagnosis Intake
NI 2.1 Asupan makan inadekuat berkaitan dengan masalah gastrointestinal yang
menyebabkan rasa mual dan muntah saat mengunyah ditandai dengan IMT pasien 17.25
kg/m²
NI 5.4 Penurunan kebutuhan natrium berkaitan dengan sering mengonsumsi makanan
asin dan bernatrium tinggi ditandai dengan tekanan darah 170/100 mmHg
2. Diagnosis Klinis
NC 3.1 Berat badan dibawah normal berkaitan dengan kurangnya asupan makanan pasien
dan ditandai dengan IMT 17.25 kg/m²
3. Diagnosis Behaviour
NB 1.1 Kurangnya pengetahuan berkaitan dengan konsumsi makanan asin dan natrium
tinggi ditandai dengan tekanan darah 170/100 mmHg dan stroke (Salah)
Pola makan yang salah
D. Perencanaan Asuhan Gizi
1. Preskripsi Diet
a. Tujuan Diet
- Memenuhi kebutuhan zat gizi
- meningkatkan status gizi sampai batas normal
- Membantu menurunkan tekanan darah sampai batas normal
- Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
-
b. Syarat Diet
- Makanan diberikan dalam bentuk cair lengkap
- Energi diberikan sesuai kebutuhan
- Protein cukup 15% dari kebutuhan energi
- Lemak cukup 20% dari kebutuhan energi
- Karbohidrat cukup yakni 65% dari KET
- Makanan diberikan secara bertahap
- Makanan diberikan dalam jumlah sedikit dengan frekuensi sering
- Natrium dibatasi 600-800 mg per hari
- Cukup cairan
= 1044.25 kkal
2. Metode Pemberian
a. Jenis Diet : Diet Stroke 1, Diet RG 2
b. Bentuk Makanan : Cair Lengkap
c. Rute Makanan : Enteral (NGT)
d. Frekuensi : 8 kali pemberian, diberikan dalam secara bertahap dengan porsi
kecil
Air 1500 ml
KANDUNGAN ZAT GIZI :
Energi : 1521 kkal Protein : 55,5 gr Lemak : 43,5gr KH: 228 gr
Pemberian nutrisi enteral yakni diberikan enteral dini yakni dalam kurun waktu 48-72 jam sejak
diagnosis stroke ditegakkan dapat menurunkan risiko terkait komplikasi. Menurut salah satu
penelitian oleh Dong Z, Shi N, dan Gao X (2018), mengenai pemberian nutrisi enteral dini pada
pasien stroke otak akut (ABS) dapat cepat memperbaiki beban klinis ABS pada pasien usia
lanjut, meningkatkan status nutrisi, dan mengurangi risiko terkait komplikasi. Selain itu, menurut
Yusnita Debora dkk, pemberian nutrisi secara dini pada pasien stroke melalui jalur enteral dapat
mencegah laju katabolisme, mengurangi terjadinya komplikasi dan mengurangi lama perawatan
di rumah sakit. Pemberian nutrisi enteral dilakuan dengan metode continue secara bertahap
dimulai dari 50-150 ml/jam. Beri 150 ml setiap 2 jam sekali. Kasih tau brp ml ml nya ye
Tabel 8
Rencana Monitoring dan Evaluasi
Biokimia
- -
Klinis - Tekanan Darah 170/100 - Tekanan Darah Normal yaitu 90-
mmHg 120/60-80 mmHg
- Lemak 83 %
- Karbohidrat 49 %
- Natrium 228%
Materi Konseling
1. Prinsip diet rendah garam II
2. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai gambaran umum diet
rendah garam
3. Menjelaskan tujuan dan syarat diet rendah garam
4. Memotivasi pasien serta keluarga untuk melakukan diet rendah garam dengan
memerhatikan asupan natrium yang dikonsumsi serta kolesterol dan lemak jenuh
5. Tingkatkan konsumsi cairan untuk meningkatkan rasa kenyang 2.5-3L perhari
6. Menyampaikan makanan yang dianjurkan sumber karbohidrta kompleks seperti
beras merah,, roti gandum, sayur dan buah. Anjuran konsumsi buah dan sayur
sebanyak 4-5 porsi sehari
7. Makanan yang tidak dianjurkan hindari makanan dengan kadar garam tinggi
seperti kecap, saos sambal, saos tomat, penyedap maanan, makanan kaleng dan
makanan yang diawetkan seperti ikan asin, dendeng, dan abon.
8. Pasien diminta untuk makan secara teratur