Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TUGAS AKHIR SEMESTER

MANAGEMENT OF OBESITY
KONSELING MANEJEMEN OBESITAS

Disusun oleh:
Jeannete Claudia Wulandari 472018041

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Status gizi merupakan faktor yang terdapat dalam level individu (paling mikro).
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat
gizi. Status gizi dibedakan menjadi tiga, yaitu gizi buruk, gizi kurang dan gizi baik. Status
gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan
secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan secara umum (Merryna dkk, 2011).
Obesitas merupakan salah satu kondisi dari gizi buruk, yang memiliki definisi sebagai
suatu kondisi yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.
Penentuan seseorang mengalami obesitas atau tidak memiliki kriteria berdasarkan
pengukuran antropometri dan atau pengukuran laboratorik. Beberapa metode yang dapat
digunakan adalah pengukuran berat badan (BB) yang dibandingkan dengan tinggi badan
(TB), pengukuran lemak menggunakan alat ukur skinfold thickness (tebal lipatan kulit) serta
pengukuran secara laboratorik (densitometri dan hidrometri). Selain itu, ada juga pengukuran
menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang memiliki standar sebagai acuannya (Dewi,
2015).
24 hour Food Recall (recall 24 jam) merupakan metode yang paling sederhana dan
mudah dilakukan, yaitu de ngan meminta responden untuk mengingat seluruh makanan yang
dikonsumsinya dalam 24 jam sebelumnya. Hal penting yang perlu diketahui bahwa dengan
recall 24 jam, data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individua tau responden
ditanyakan dengan teliti menggunakan alat ukutan rumah tangga (URT), seperti sendok,
gelas, piring dan lain-lain yang biasa digunakan (Supariasa, 2012).
BAB II
METODE

a. Waktu dan Tempat


Penulis melakukan wawancara 2 kali kepada responden. Wawancara pertama dilakukan
pada hari Sabtu, 15 Agustus 2020, pada pukul 09.00-10.30 WIB secara online, melalui video
call aplikasi Whatsapp. Selanjutnya wawancara kedua dilakukan pada hari Minggu, 16
Agustus 2020, pada pukul 17.00-18.00 WIB secara online dan melalui video call aplikasi
Whatsapp.

b. Alat dan Bahan


Wawancara dilakukan menggunakan beberapa alat, yaitu handphone, form recall 24H,
alat tulis, piring, sendok makan, gelas dan foto buku makanan. Sedangkan bahan yang
digunakan pada laporan ini adalah responden (manusia) yang diduga mengalami obesitas.
BAB III
HASIL

Tabel 1. Hasil Recall 24H


Nama responden : Ignatius Joddy Pratama W.
Umur : 22 tahun 5 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Status dalam keluarga : Anak
Alamat rumah : Jl. Yos Sudarso no 8, Salatiga
Nama Jenis Zat Gizi Makro
Berat
Waktu Masaka Bahan URT E L KH
(gram) P (gr)
n Makanan (kkal) (gr) (gr)
13.00 Nasi Beras 1 porsi 300 gr 534 6,3 0,3 121,8
putih besar
Perkedel Kentang 1 potong 40 gr 57,07 1,216 2,98 6,608
kentang Tepung besar
Kulit Kulit 4 potong 60 gr 272,4 12,22 24,41 -
krispi ayam kecil
Tepung
Minyak
Sayur Daun 3 sendok 60 gr 18,6 2,22 0,36 2,88
singkong singkong makan
Sayur Nangka 2 150 gr 85,5 3 0,6 16,95
nangka centong
sayur
Rendang Daging 1 potong 60 gr 115,8 13,56 4,47 4,68
sapi besar
Kelapa
Es teh Teh 1 gelas 320 gr 960 90,56 15,36 171,52
manis besar
wrung
Gula 3 sdm 30 gr 118,2 - - 28,2
21.32 Nasi Beras 1 porsi 200 gr 360 6 0,6 79,6
putih putih sedang
Ayam Ayam 1 potong 60 gr 100,2 15 3,98 -
bakar dada dada
kecap Kecap kecil
Minyak
Perkedel Tahu 1 potong 30 gr 98,4 3,78 5,97 7,38
tahu Telur kecil
Air Air 1 botol - - - - -
mineral tanggung

Tabel 2. Persen Tingkat Kecukupan


E P L KH
Asupan (a) 2.720,17 kkal 153,856 gr 59,03 gr 439,618 gr
Kecukupan (b) 2.867,92 kkal 107,547 gr 31,86 gr 537,735 gr
Total Ʃ 94,8% 143,06% 185,28% 81,75%

Data Responden
Tinggi Badan : 170 cm (1,7 m2)
Berat Badan : 111 kg
Berat Badan Ideal
- BBI (kg) = (TB -100)-10%
= (170 – 100) – 10% (70)
= 70 – 7
= 63 kg
Indeks Massa Tubuh (IMT / BMI)
BB ( kg )
IMT =
TB2 ( m )
111kg
=
1,7 2 m
111kg
=
2,89 m2
= 38,4 kg/m2 (Gemuk; Kelebihan BB tingkat berat)

Basal Energy Expenditure menurut Harris Bennedict


BEE = 66 + (13,7 x BBI) + (5 x TB) – (6,8 x Umur)
= 66 + (13,7 x 63) + (5 x 170) – (6,8 x 22)
= 66 + 863,1 + 850 – 149,6
= 1.629,5
Total Energy Expenditure (TEE)
Faktor aktivitas : 1,76 (sedang)
TEE = BEE x Faktor Aktivitas
= 1.629,5 x 1,76
= 2.867,92 kkal
Kecukupan
Karbohidrat = 75% x 2.867,92 kkal
= 2.150,94 kkal
= 2.150,94 kkal / 4 gram
= 537,735 gram
Protein = 15% x 2.867,92 kkal
= 430,188 kkal
= 430,188 kkal / 4 gram
= 107,547 gram
Lemak = 10% x 2.867,92 kkal
= 286,792 kkal
= 286,792 kkal / 9 gram
= 31,86 gram
BAB IV
PEMBAHASAN

Penulis melakukan wawancara dengan responden melalui video call aplikasi


Whatsapp. Wawancara dimulai pada pukul 09.00 WIB dan meminta ketersediaan responden
untuk wawancara, menyampaikan maksud dan tujuan melakukan wawancara yang akan
mencakup konsumsi makanan dan minuman kemarin selama 24 jam. Setelah responden
bersedia, penulis memulai wawancara tersebut dengan bertanya pukul berapa responden
bangun pagi hari kemarin, responden menjawab bangun pagi pukul 10.00 pagi karena baru
tidur pukul 03.00 pagi (ada pekerjaan). Selanjutnya penulis bertanya mengenai apa yang
dilakukan setelah bangun, apakah responden langsung makan atau tidak. Responden
menjelaskan bahwa dirinya tidak langsung makan, tetapi masih bermain handphone di
ranjang sekitar 30 menit, setelah itu responden tidak sengaja tidur kembali hingga pukul
12.00 siang. Setelah benar-benar bangun, responden ke kamar mandi untuk buang air besar.
Seberesnya dari kamar mandi, responden menyelesaikan tugas di komputer. Pada pukul
13.00, responden makan dengan menu nasi padang lengkap, seperti yang ada di form recall.
Setelah makan, responden melanjutkan aktivitasnya untuk mengurus keperluannya
menggunakan laptop hingga pukul 17.00. Seberesnya melakukannya, responden mandi dan
bersiap untuk pergi rapat di daerah Bawen dengan mengendarai mobil untuk mencapai
tujuan. Sesampainya disana, responden rapat dengan teman-temannya. Sembari rapat,
responden merokok beberapa batang. Selesai rapat, responden bersama teman-temannya
makan di salah satu warung makan dan memesan makanan yang ada pada form recall sesuai
jam yang tercantum. Lalu, responden menghabiskan makanannya, setelah habis, responden
pulang ke rumah dan sampai rumah pukul 23.30. Sesampainya di rumah, responden bersih,
bersih sekitar 15 menit, lalu beristirahat.

Setelah dilakukan recall, dapat dilihat bahwa kalori asupan yang terjadi lebih kecil
daripada kecukupannya. Namun, jika dilihat dari postur tubuh, responden mengalami
kegemukan pada bagian perut yang terlihat sangat jelas. Sehingga penulis akhirnya
menanyakan berat badan dan tinggi badan yang dimiliki oleh responden. Berat badan yang
dimiliki oleh responden adalah 111 kg dan tinggi badan 170 cm. Dari data tersebut, penulis
dapat mengetahui IMT yang dimiliki responden, hasilnya adalah 38,41 kg/m 2. Berdasarkan
ambang batas IMT untuk Indonesia yang dikeluarkan oleh Kemenkes, responden termasuk ke
dalam gemuk berat (>27 kg/m2). Dengan demikian, responden mengalami kelebihan berat
badan tingkat berat atau bisa disebut juga dengan obesitas. Tipe obesitas yang dialami oleh
responden adalah obesitas tipe sentral, yang ditunjukkan dengan badan berbentuk gendut
seperti gentong dan perut buncit kedepan (Husnah, 2012).

Hal yang dilakukan oleh penulis setelah mengetahui respondennya mengalami


obesitas, yaitu menanyakan lebih lanjut mengenai pola hidup yang dilakukannya selama ini
hingga bertanya mengenai keluarganya, untuk memastikakn faktor penyebabnya. Setelah
mendengarkan pernyataan yang diberikan oleh responden, penulis dapat memastikan bahwa
responden mengalami obesitas disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat dan
kemungkinan adanya faktor genetik. Pola hidup yang dijalani oleh responden dapat dikatakan
berantakan atau tidak terstruktur dan responden juga tidak melakukan aktivitas fisik
(olahraga) secara teratur. Selain itu, responden menyatakan bahwa dirinya lebih sering
mengendarai kendaraan untuk mencapai tujuan, tidak mengenal dekat ataupun jauh.
Responden juga lumayan sering (seminggu sekali) berkumpul bersama teman-temannya dan
minum minuman beralkohol. Lalu, dilihat dari jam makan yang dilakukan oleh responden,
jam makan sangat berantakan dan untuk jam makan malam terlalu dekan dengan jam
beristirahat. Dilihat dari menu makanan yang dipilih oleh responden, zat gizi lemak yang
berada dalam makanan tersebut sangat tinggi, sehingga dapat menimbulkan timbunan lemak
baru pada tubuh. Responden juga mengaku lumayan sering mengonsumsi makanan cepat saji
dan cemilan-cemilan yang mengandung banyak lemak dan karbohidrat. Selain dari pola
hidup yang dijalankan oleh responden, kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik juga
terbukti. Hal ini dikarenakan orang tua dan adik dari responden dapat dikategorikan gemuk,
dilihat dari fisiknya. Responden juga mengaku bahwa, beberapa sanak saudara yang
dimilikinya memiliki postur tubuh yang gemuk.

Melihat hasil recall 24H yang dilakukan kepada responden, penulis mendapatkan
hasil berupa kalori dan jumlah zat gizi makro yang menjadi asupan responden. Energi yang
menjadi asupan responden sebesar 2.720,17 kkal, jumlah protein yang masuk 153,856 gr,
jumlah lemak yang masuk 59,03 gr dan jumlah karbohidrat yang masuk sebesar 439,618 gr
selama sehari. Tetapi, kecukupan yang seharusnya dimiliki oleh responden adalah energi
sebesar 3.867,92 kkal, jumlah protein sebesar 107,547 gr, jumlah lemak sebesar 31,86 gr dan
jumlah karbohidrat sebesar 537,735 gr. Jika dibandingkan antara kecukupan dan asupan
responden, yang menjadi asupan responden hanya 94,8% dari kecukupan yang diperlukan
responden. Sedangkan untuk zat gizi makro yang menjadi asupan responden ada yang
melebihi dari kecukupannya, seperti jumlah protein (143,06%) dan lemak (185,28%). Pada
zat gizi makro karbohidrat hanya terpenuhi sebesar 81,75% dari kecukupan yang diperlukan.
Kecukupan yang diperlukan oleh responden didapat dari perhitungan Total Energy
Expenditur (TEE).

Selanjutnya, penulis menganalisa kesadaran diet yang dilakukan oleh responden.


Tetapi penulis tidak melihat adanya kesadaran tersebut dalam diri responden. Hal ini
diperkuat dengan fakta bahwa responden tidak terlalu peduli dengan jam makan yang
dilakukannya, pemilihan menu yang tidak seimbang antar zat gizinya serta pola hidup yang
dijalaninya, seperti minum minuman beralkohol. Responden juga masih memilih menu yang
tinggi lemak, sehingga meningkatkan timbunan lemak yang ada. Dilihat dari hasil wawancara
kedua yang dilakukan penulis, responden juga mengaku bahwa dirinya sering mengomsumsi
makanan cepat saji dan cemilan yang tinggi lemak dan karbohidrat. Pernyataan tersebut
semakin menguatkan penulis, bahwa responden belum memiliki kesadaran akan dietnya.

Dengan demikian, untuk tatalaksana responden dari penulis, harus diadakan


pendekatan secara pemahaman obesitas terlebih dahulu, agar responden dapat mengetahui
dampak yang akan terjadi jika obesitasnya tidak ditangani mulai sekarang. Setelah melakukan
pendekatan tersebut, dapat dilakukan penanganan untuk obesitas yang di alami responden.
Prinsip dari penatalaksanaan obesitas adalah mengurangi asupan energi dan meningkatkan
pengeluaran energi. Cara yang dapat dilakukan yaitu, pengaturan diet, peningkatan aktivitas
fisik, memodifikasi perilaku dan adanya dukungan keluarga dalam proses tersebut (terapi).
Untuk mengatur diet, perlu diperhatikan dalam pemberian diet yang seimbang dan sesuai,
dengan mengatur kalori yang masuk dan keluarnya. Pengaturan kalori tersebut harus
memperhatikan kebutuhan normal responden, diet seimbang dengan komposisi karbohidrat
50-65%, lemak 10-30% dan protein 10-15% serta diet tinggi serat yang berfungsi membantu
pengaturan berat badan melalui jalur intrinsic, hormonal dan kolonik. Selanjutnya pengaturan
aktivitas fisik, dengan latihan dan meningkatkan aktivitas harian. Aktivitas fisik tersebut
dapat berupa olahraga dengan teratur, minimal 3 kali seminggu dan paling sedikit 20 menit.
Olahraga yang dipilih harus sesuai dengan olahraga yang disenangi oleh responden dan
responden juga harus merasa nyaman menjalaninya. Selain itu, mengubah perilaku responden
dengan melakukan pengawasan diri terhadap berat badan, pemasukan makanan, aktivitas
fisik dan mencatat semua perkembangannya, mengontrol terhadap rangsangan stimulus,
mengubah perilaku makan dan mengendalikan diri. Semua hal tersebut dapat berjalan dengan
lancer jika ada peran dari orang tua, keluarga dan orang-orang terdekat responden yang
mendukungnya supaya menjadi lebih sehat (Husnah, 2012).
BAB V
KESIMPULAN

Setelah melaksanakan wawancara dan analisa terhadap responden, penulis dapat


menyimpulkan bahwa responden mengalami obesitas. Dapat dilihat dari hasil perhitungan
Indeks Massa Tubuh (IMT) responden, nilai yang dihasilkan termasuk ke dalam kategori
gemuk tingkat berat (kelebihan berat badan tingkat tinggi). Obesitas yang terjadi pada
responden dikarenakan oleh pola hidup yang buruk dan faktor genetik. Dari hasil Recall 24H
yang dilakukan, asupan responden kurang dari kecukupan yang telah dihitung oleh penulis.
Tetapi, zat gizi makro, yaitu protein dan lemak yang menjadi asupan responden memiliki
kelebihan yang lumayan banyak dari seharusnya. Sehingga dari hal tersebut juga dapat
diketahui bahwa kesadaran diet yang dimiliki oleh responden belum ada. Dengan demikian,
penulis merancang tatalaksana penanganan obesitas untuk responden sesuai dengan sumber
yang didapatnya, seperti perlunya pengaturan diet, peningkatan aktivitas fisik, memodifikasi
perilaku dan adanya dukungan keluarga dalam proses tersebut (terapi).
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Mirna C. 2015. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Obesitas Pada Anak. Jurnal
Majority Vol 4, No 8, November 2015.
Husnah. 2012. Tatalaksana Obesitas. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, Volume 12, Nomor 2,
Agustus 2012.
Merryna, N. Silvia, Marudut. Idrus, Jus’at. 2011. Konsumsi Zat-Zat Gizi Menurut Metode
Recall Record Berdasarkan Waktu Makan Remaja Putri. Jurnal Nutrire Diaita Vol 3,
No2.
Supariasa, I. D. N. Bakri, B. Fajar, I. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta. EGC.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai