Anda di halaman 1dari 6

Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research (2017), 1(1), pp.

19–23
Program Studi Bimbingan dan Konseling | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan | INNOVATIVE
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS) COUNSELING
ISSN (Print): 2548-3226
a

Perspektif Filsafat Cartesian dalam Bimbingan dan Konseling

Idat Muqodas*)
*)
Universitas Pendidikan Indonesia
 (e-mail) : idatmuqodas@upi.edu

Abstract. The basic substance of Cartesian philosophy is God, Mind and Material. Descartes
philosophical views have contributed to the development of the science of Psychology and Counseling,
especially theories that put forward the concept of "self". That view childbirth counseling approaches
that focus on client centered and one of the most powerful influences that approach focuses on
cognitive counseling. Impacts of Descartes the view that many western streams counseling theory that
the exclusion of God's role in the practice of guidance and counseling. So theories of counseling west
flow looks like secular theory.

Keyword : Cartesian, Descrates, Guidance and Counseling

Rekomendasi Citasi: Muqodas, Idat. (2017). Filsafat Cartesian dalam Bimbingan dan Konseling. Journal of
Innovative Counseling : Theory, Practice & Research, 1 (1): pp. 19-23

Article History: Received on 12/15/2016; Revised on 12/22/2016; Accepted on 01/11/2017; Published Online:
01/16/2017. This is an open access article distributed under the Creative Commons Attribution License, which
permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly
cited. © 2017 Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research

Pendahuluan ada pada manusia. Dengan demikian dapat kita


simpulkan, bahwa yang disebut dengan filsafat
Sebuah ilmu pengetahuan terbangun atas ialah usaha pemikiran dan renungan manusia
pondasi dari filsafat. Landasan tersebut dengan akal dan kalbunya secara sungguh-
sebagai dasar untuk menyingkirkan keraguan
sungguh yakni secara sistematis, fundamental,
dalam membangun pengetahuan. Jadi dalam
universal, integral dan radikal untuk mencari
konteks ilmu apapun, filsafat menjadi landasan dan menemukan kebenaran yang hakiki
yang menjadi pijakan dalam mengembangkan (pengetahuan, kebenaran, dan kearifan).
pengetahuan.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu,
Bila diibaratkan manusia (Muhajdir, 1998),
kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu, dan
pengetahuan adalah tingkahlaku, maka filsafat filsafat dimulai dengan keduanya. Berfilsafat
merupakan kepribadian manusia itu sendiri. didorong untuk mengetahui apa yang telah kita
Setiap manusia mendapatkan kepribadiannya
ketahui dan apa yang belum kita ketahui.
dan dapat mengalami kesungguhan
Berfilsafat berarti berendah hati, bahwa tidak
didalamnya karena menempuh jalan semuanya akan pernah kita ketahui dalam
pemusatan pikiran dalam segala hubungan kesemestaan yang seakan-akan tak terbatas ini.
cabang pikiran, pada hakikatnya sudah
Begitu juga dengan berfilsafiah, artinya mawas
membentuk filosifi; menolak atau menerima
diri dan introspeksi diri. Semacam keberanian
pemusatan pikiran orang lain juga sudah ikut untuk terus terang, seberapa jauh sebenarnya
pula membentuk fiosofi. Kedua-duanya adalah kebenaran yang dicari telah kita jangkau.
cara atau jalan atau pemakaian hikmah yang (Suriasumantri, 1985: 95)

19
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Muqodas, Idat

Pengetahuan untuk memenuhi rasa ingin tentang self (diri) dan dunia, lalu mereka
tahu yang bersifat “aku” inilah merupakan menyusun kerangka yang kemudian
pandangan dari filsafat Cartesian yang dimanfaatkan orang untuk berfikir, merasakan,
dikembangkan oleh Rene Descrates. Materi merencanakan, berhadap dan berspekulasi.
pokok filsafat Descrates (Howard, 2000) Filosof juga mengklarifikasi dan
berada pada tiga jenis subtansi dasar, yaitu mengkontruksi landasan konsep yang
Tuhan, Pikiran, dan Materi. Menurut digunakan orang untuk membentuk kehidupan
Descrates, materi yang menyusun tubuh mereka. Tetapi, akibat kita terlalu sibuk
makhluk hidup serupa dengan materi dengan ide-ide kita sendiri kecuali kita
penyusun benda tak bernyawa. Sehingga tubuh memberanikan diri untuk memikirkan fondasi
yang hidup/ bernyawa tidak disebabkan oleh pemikiran kita untuk merenungkan gagasan-
materi, melainkan unsur “pikiran” yang berada gagasan pemikiran kita (Mudyahardjo, 2001).
di dalamnya.
Berbagai era pergerakan bimbingan dan
konseling yang berkaitan dengan upaya
menemukan “Self” masih sangat dipengaruhi
Kajian Teori cara Cartesian dalam memandang identitas
Substansi dasar filsafat Cartesian (Howard, pribadi. Descrates behasil memproduksi lokasi
2000) yaitu Tuhan, Pikiran dan Materi. Kedua self (diri) dan dasar pengetahuan kita tentang
hal yang terakhir yaitu pikiran dan materi dunia. Dengan demikian, Descartes hendak
merupakan ciptaan Tuhan. Filsafat Cartesian menyingkirkan semua hal yang tidak pasti dan
dari Rene Descrates dipengaruhi oleh tidak jelas, yang dapat mengganggu
pandangan filsafat aristoteles. Pengaruh pengetahuan kita dan dunia.
pandangan aristoteles ini membuat Descrates Berikut akan diapaprkan empat prosedur
meyakini bahwa manusia merupakan bagian filsafat Cartesian (Howard, 2000).
dari pikiran yang ditandai sebuah proses
berpikir tentang siapakah “Aku” sebenarnya. 1. Aku tidak pernah menerima sesuatu yang
Proses penemuan “Aku” merupakan sebuah dirasakan belum jelas benar sebagai
proses penemuan mandiri. Proses penemuan kebenaran; dengan kata lain, berusaha
tersebut merupakan salah satu bukti bahwa menghindari sikap tergesa-gesa dan
pandangan Aristoteles mempengaruhi filsafat prasangka, dan tidak melibatkan penilaian
Cartesian. apapun selain apa yang dipresentasikan ke
dalam pikiranku dengan jelas dan nyata
Descrates mengemukanan bahwa “Aku” agar semua landasan yang meragukan
inilah yang mengendalikan, tetapi terpisah dari
tersisihkan.
tubuhku. Kemudian semesta itu tidak
2. Aku membagi kesulitan sebanyak
bernyawa yang menyerupai mekanisme kerja mungkin menjadi bagian kecil yang mesti
jam, sedangkan pikiran dapat memahami dihadapi saat melakukan pengujian
mekanisme tersebut melalui proses penalaran
dimana bagian kecil tersebut disesuaikan
asalkan pikiran tersebut bersifat tidak terbatas.
dengan keperluan untuk mendapatkan
Berbeda dengan mater, pikiran lebih sulit solusi yang memuaskan.
dipahami karena kita hanya mampu 3. Aku membagi pemikiranku dalam tata
mengamati kata-kata dan tindakan yang
urautan tertentu, berawal dari objek yang
dilakukan oleh tubuh saja. Karena itu,
paling sederhana dan mudah diketahui,
persoalan interkoneksi pikiran dan tubuh sehingga nantinya aku dapat maju sedikit
menjadi bagian yang perlu dikaji lebih jauh demi sedikit dan mungkin selangkah demi
lagi.
selangkah menuju pengetahuan yang
Dewasa ini, banyak orang berpendapat lebih kompleks. Aku pun berpikir dengan
bahwa filsafat dan filosof tidak ada kaitan urutan tertentu pada objek-objek yang
sama sekali dengan kehidupan, pikiran, tidak memiliki anteseden dan runutan.
harapan atau ketakutan manusia. Dalam hal 4. Untuk membuat susunan yang sangat
ini, mungkin mereka tidak sepenuhnya benar. lengkap dan tinjauan menyeluruh, aku
Filosof adalah orang yang mengelaborasi harus terlebih dahulu yakin bahwa tidak
asumsi-asumsi dasar, ide-ide dan isu-isu pokok ada satu pun yang tertinggal.

20
Filsafat Cartesian dalam Bimbingan dan Konseling Muqodas, Idat

Disamping itu, descrates juga menentukan eksistensi yang pasti, tetapi ia secara spesifik
prinsip-prinsip moral yang akan memberitahukan pada kita bahwa ia tetap
mempengaruhi cara kerjanya. Prinsip-prinsip sebagai warga yang takut akan Tuhan dan
ini yang melandasi Descartes dalam patuh terhadap hukum. Pada kenyataannya,
menghadapi sebuah permasalahan. Berikut Descartes tidak menyarankan kita untuk
prinsip-prinsip Cartesian (Howard, 2000): bergantung pada kesendirian “diri”.
1. Pertama adalah mematuhi hukum dan Descartes membedakan dunia fisik (yang
adat istiadat yang berlaku di negaraku, di dianggapnya sebagai mesin) dan dunia mental,
mana keduanya berkesinambungan yaitu “selves”. Setiap diri ini memiliki esensi
dengan keyakinan yang telah ku pelajari keunikan yang terletak pada kepribadian.
sejak kecil dan telah membentuk tingkah Tentu saja, seorang filosof dibutuhkan untuk
lakuku dalam menghadapi berbagai tetap waspada saat menyimpulkan bahwa
kejadian yang bersifat moderat dan tidak manusia sesunggunya tidak berada dalam
ekstrim. Hukum dan adat istiadat ini dunia fisik. Lagi pula, filosof memamng
sengaja diadopsi untu kehidupan praktis cenderung tidak berhubungan dengan
melalui persetujuan bersama dari eksistensi keseharian secara fisik dibandingkan
masyarakat tempat tinggal. orang kebanyakan.
2. Kedua adalah bertindak tegas dan seteguh
Pada permasalahan lain, ketika seseorang
mungkin serta ketika mengadopsi suatu
mengamati “selves” orang lain, sesungguhnya
opini, ikutilah opini yang tidak terlalu
yang sedang tidak benar-benar mengamati
meragukan, kecuali bila semua terbukti
mereka. Kita hanyalah melakukan pengamatan
jelas kebenarannya; ibaratnya seorang
terhadap tubuh yang menurut kita memiliki
pengelana yang tersesat di hutan,
esensi identitas yaitu jiwa/pikiran/diri yang
sebaiknya tidak berjalan ke berbagai
bersifat non-materi. Ini artinya bahwa
sudut. Tetapi tetaplah di satu sudut, lalu
pengamatan terhadap seseorang yang dilihat
mulai melangkah maju selaras mungkin
bukan fisik orang tersebut, melainkan identitas
tanpa mengubah arah sedikitpun
jiwa melalui cara pikir orang tersebut yang
meskipun mungkin kau akan seorang diri
ditunjukan melalui diri atau tingkahlaku
ketika menentukan pilihan; dengan
mereka.
begini, jika mereka tidak tepat mencapai
daerah yang dituju, sebaiknya mereka
akan tiba di ujung suatu tempat yang
Pembahasan
barang kali lebih memuaskan ketimbang
tetap di tengah-tengah hutan. Descartes lebih memfokuskan pada
3. Ketiga adalah selalu berusaha persoalan tentang identitas daripada filosof-
mengandalkan diriku sendiri daripada filosof sebelumnya. Ia menawarkan model
keberuntungan, dan lebih baik mengubah pikiran dan materi yang hingga kini diadopsi
harapan ketimbang mengikuti tatanan secara pasif oleh banyak orang. Sepertinya
dunia, dan terutama sekali aku harus Descartes mengesampingkan bahkan
membiasakan diriku pada keyakinan menggantikan fungsi Tuhan, karena
bahwa taka da yang absolut dalam mengedepankan peran pikiran untuk
kekuasaan kita, kecuali pemikiran kita menjawab permasalahan yang bersifat materi/
sendiri; jadi ketika kita telah melakukan duniawi serta dualism pikiran-materi yang
yang terbaik bagi hal-hal di luar kita, lebih banyak menimbulkan kebingungan
maka mustahil bila kita tidak mencapai daripada pemahaman atas dualism tersebut.
sukses; dan prinsip ini tampaknya cukup Tetapi hal ini menunjukan manfaat karena
untuk mencegah dari keinginan terhadap analisis Cartesian menyediakan kerangka
sesuatu. berpikir yang bisa digunakan untuk
mengkonstruksikan gagasan tentang “diri” dan
Pendapat Descrates sebenarnya bukan hal
“dunia”.
baru. Filosof lain, misalnya Plato, telah
mengeksplorasi pandangan mengenai “jiwa” Pandangan filsafat Descrates telah
non-materi sebagai substansi yang lebih nyata memberikan kontribusi terhadap
daripada tubuh materi. Descartes dengan sikap perkembangan ilmu Psikologi serta Bimbingan
skeptisnya menyanggah status dunia sebagai dan Konseling tentang bagai mana teori teori

21
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Muqodas, Idat

dalam psikologi atau bimbingan dan konseling karakteristik yang unik, salahsatu contohnya
memandang manusia. Descartes memberikan penelitian tentang self-efikasi, self-control, dll.
kontribusi terhadap pandangan yang
Peluang penelitian berikutnya yaitu
mengedepankan “self” yang lebih utama.
penelitian yang memfokuskan pada strategi
Pandangan tersebut melahirkan pendekatan
kognitif dalam layanan bimbingan dan
konseling yang berfokus pada client centered.
konseling. Hal itu dipengaruhi oleh pandangan
Argumen Descartes yang mengatakan Descartes tentang pikiran individu. Maka
bahwa manusia bukan robot yang sama. lahirlah teori konseling kognitif, yang
Mereka memiliki “self” masing masing yang berikutnya berkembang menjadi teori Rational
berbeda pula. Maka dalam melakukan Emotive Behavior Therapy (REBT) dan
pemahaman terhadap manusia perlu Cognitive-Behavior Therapy (CBT). Kajian
penanganan khususu yang satu sama lain harus teori ini memberikan sumbangsih terhadap
berbeda. Argument ini memperkuat bahwa kajian penelitian teori kognitif, REBT, CBT
manusia itu unik. mengenai permasalahan-permasalahan “self”
yang digambarkan Descartes sebagai materi
Unikitas manusia yang menurut Descartes
yang hidup.
dibedakan atas pikiran dan materi membuat
para pengikut Descartes kebingungan Selain itu, kajian penelitian yang layak
menyelaraskan antara pikiran dan materi. diteliti sesuai dengan prinsip-prinsip moral
Karena menurut mereka pikiran dan materi Descartes yaitu kajian penelitian kultural atau
adalah hal yang berbeda. Kondisi ini membuat perspektif kultural dalam bimbingan dan
para ahli konseling untuk terus mencari konseling, pengaruh independensi konselor
jawaban dalam menyelaraskan antara pikiran sebagai “self” dalam memandang konseli
dan materi. Dalam hal ini bisa saja materi sebagai “self” ketika konselor meberikan
disebut sebagai tindakan. layanan bimbingan dan konseling. Hal itu
berkaitan mengenai independensi kultural
Selain berdampak pada pendekatan yang
konselor atau independensi pribadi konselor
menekankan “self” sebagai kunci utama,
dalam memberikan layanan bimbingan dan
filsafat Cartesian juga memiliki pengaruh
konseling. Karena menurut Descartes, ketika
terhadap cara pandang teori konseling terhadap
konselor melihat konseli, maka yang
manusi. Cara pandang terhadap manusia ini
sebenarnya sedang dilihat adalah dirinya
lah yang melahirkan banyak teori konseling.
sendiri. Maka perlu penelitian dan pemahaman
Salah satu pengaruh yang paling kuat yaitu
independensi konselor dalam memberikan
pendekatan konseling yang berfokus pada
layanan bimbingan dan konseling.
kognitif. Dampak lain dari pandangan
Descartes yang mengesampingkan posisi Kajian penelitian berikutnya berkaitan
Tuhan yaitu banyak teori konseling aliran dengan penyatan Descartes (Howard,
barat yang mengesampingkan peran Tuhan 2000:180) “meskipun ada mesin yang
dalam prakteknya. Sehingga teori-teori menyerupai tubuh kita, dan mampu menirukan
konseling aliran barat terlihat seperti teori tindakan kita sejauh tidak melanggar moral”
yang bersifat sekuler. memberikan sumbangsih terhadap kajian
penelitian akan layanan e-counseling. Layanan
Banyak kajian peluang penelitian yang
tersebut sebagai pengganti tatap muka namun
dapat digali lebih lanjut dalam lingkup
dalam konteks layanan bimbingan dan
Bimbingan dan Konseling. Filosof Descartes
konseling yang sesuai dengan kaidah layanan
yang menekankan pada “Self” memberikan
yang sebenarnya.
sumbangsih untuk terus menggali peran dan
fungsi “self” dalam perspektif bimbingan dan
konseling. Individu sebagai “self” memiliki
karakteristik yang unik, kondisi ini menuntut Simpulan
layanan bimbingan dan konseling yang Pandangan filsafat Descrates telah
menekankan pada layanan individual. memberikan kontribusi yang cukup signifikan
Sehingga manfaat pandangan filosof Descartes terhadap perkembangan ilmu Psikologi serta
mengantarkan para ahli bimbingan dan Bimbingan dan Konseling, filsafat Descartes
konseling untuk terus meneliti “self” sebagai memberikan warna bagaimana teori teori

22
Filsafat Cartesian dalam Bimbingan dan Konseling Muqodas, Idat

dalam psikologi atau bimbingan dan konseling


memandang manusia. Melalui perspektif “self”
sebagai pandangan utamanya, melahirkan
pendekatan konseling yang berfokus pada
client centered.
Fokus dalam melakukan layanan
bimbingan dan konseling ini memberikan
peluang penelitian baik yang menekankan
pada “self”, teori atau teknik konseling yang
menekankan permasalahan-permasalahan
“self” sebagai materi hidup, bahkan kajian
kultural sebagai bagian dari “self”.

Referensi:
Azhim, Ali Abdul. (1989). Epistemologi dan
Aksiologi Ilmu Perspektif al Quran.
Bandung: Rosda.
Howard, Alex. (2000). Philosophy For
Counselling and Psychotherapy. New
York: Palgrave.
Muhajdir, Noeng. (1998). Filsafat Ilmu:
Telaah Sistematis, fungsional
Komparatif. Yogyakarta: Rake
Sarasin.
Mudyahardjo, Redja. (2001). Filsafat Ilmu
Pendidikan: Suatu Pengantar.
Bandung: Rosda.
Suriasumantri, Jujun S. (1985). Filsafat Ilmu:
Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Sinar Harapan

23
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling
Muqodas, Idat

24

Anda mungkin juga menyukai