PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING
“Konseling Krisis”
ISBN : 978-602-60115-0-3
Ketua Editor :
Dr. Kusno Effendi, M.Si., M.Pd (Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Ahli :
Prof. Dr. Siti Partini Suardiman, SU. (Universitas Ahmad Dahlan)
Dr. Najlatun Naqiyah, M.Pd (Universitas Negeri Surabaya)
Dr. Mumpuniarti, M.Pd (Universitas Negeri Yogyakarta)
Dr. Soetarno, M.Pd (Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Pelaksana :
Wahyu Nanda Eka Saputra, M.Pd., Kons (Universitas Ahmad Dahlan)
Caraka Putra Bhakti, M.Pd (Universitas Ahmad Dahlan)
Agus Ria Kumara, M.Pd (Universitas Ahmad Dahlan)
ii
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis”
Sabtu, 27 Agustus 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SAW, karena atas karunia-Nya, prosiding
Seminar Nasional Konseling Krisis telah dilaksanakan pada Sabtu, 27 Agustus 2016 di
ruang Auditorium Universitas Ahmad Dahlan, yang diselenggarakan oleh program studi
Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad
Dahlan.
Seminar nasional ini diselenggarakan sebagai media sosialisasi dan komunikasi hasil
penelitian maupun hasil pemikiran tentang teori dan praktik penyelenggaraan konseling
krisis sebagai wujud penguatan profesi konselor di Indonesia. Seminar Nasional ini
merupakan ajang tukar menukar informasi dan pengalaman, ajang diskusi ilmiah, dan
peningkatan secara berkesinambungan penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling
yang profesional dalam berbagai seting.
Prosiding ini memuat berbagai karya tulis dari hasil-hasil penelitian serta gagasan
ilmiah tertulis tentang teori dan praktik konseling krisis. Makalah-makalah yang termuat
dalam prosiding ini berasal dari mahasiswa, dosen, dan praktisi. Semoga penerbitan ini
dapat digunakan sevagai acuan dan praktis penyelenggaraan layanan konseling krisis di
Indonesia. Selain itu, besar harapan bahwa prosiding ini dapat memunculkan pemikiran-
pemikiran baru terhadap pelaksanaan penelitian selanjutnya yang terkait konseling krisis.
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu, kami ucapkan terima kasih.
iii
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis”
Sabtu, 27 Agustus 2016
iv
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis”
Sabtu, 27 Agustus 2016
DAFTAR ISI
Layanan Konseling Krisis bagi Anak Usia Dini Korban Bencana ............................... 10
(Prima Suci Rohmadheny, Indah Setianingrum & Wahyu Nanda Eka Saputra)
v
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis”
Sabtu, 27 Agustus 2016
vi
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis”
Sabtu, 27 Agustus 2016
Abstrak
Pada era teknologi digital ini aspek pendidikan merupakan faktor penentu dalam
kehidupan setiap manusia. Pendidikan yang berbasis filosofis mampu
menghidupkan, menambah dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan setiap
manusia secara utuh. Penelitian ini bertujuan memahami dan mendalami peranan
filsafat konstruktivisme dalam pendidikan dan bimbingan konseling. Metode meta-
analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis peranan filsafat konstruktivisme
dalam pendidikan bimbingan dan konseling. Filsafat konstruktivisme memampukan
individu dalam menumbuh-kembangkan pendidikan bimbingan dan konseling. Jadi
filsafat konstruktivisme berperan penting dalam pendidikan bimbingan dan
konseling.
40
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis”
Sabtu, 27 Agustus 2016
menyusun kembali suatu peristiwa seperti seseorang yang mencari bantuan dan
semula. Rekonstruktif berkaitan dengan seseorang yang berkehendak untuk
rekonstruksi yang bersifat membina, membantu yang dilatih untuk membantu
memperbaiki dan membangun kembali dalam situasi yang menginjinkan bantuan
(Sugono, 2008: 1189). Dalam bahasa diberikan dan diterima (cormier &
Inggris rekonstruct yang berarti menyusun Hackney, 1987 dalam Parrot, 2003: 8).
kembali (Jalaludin & Ida, 2011: 116). Kenseling meliputi tindakan etis konselor
Filsafat konstruktivisme memampukan yang terlibat dalam upaya membantu
individu dalam mengkonstruksi ilmu konseli mengalami tipe-tipe perlaku yang
pengetahuan dan kete-rampilan dalam mengantar pada solusi persoalan konseli
pendidikan bimbingan dan konseling. (Krumboltz, 1965 dalam Parrot, 2003: 8).
c. Bimbingan dan konseling Konseling adalah suatu situasi di
Bimbingan adalah proses membantu mana dua orang berinteraksi dan mencoba
orang dalam membuat pilihan penting. untuk mencapai saling pengertian satu
Pilihan yang akan mempengaruhi hidup sama lain, dengan pencapaian tujuan
mereka, misalnya memilih untuk spesifik, sesautu yang berguna bagi
menjalani cara hidup tertentu. Walaupun pribadi yang mmebutuhkan bantuan
membuat keputusan adalah aspek (Bruch, 1981 dalam Parrot, 2003: 8).
bimbingan telah memegang peranan Konsleing adalah suatu penerapan ilmu
penting dalma proses konseling. Konsep sosial dengan interdisiplinary berbasis
itu sendiri adalah menjadi satu kata dalam pada psikologi, sosiologi, antropologi,
konseling. Konsep bimbingan dan pendidikan, ekonomi dan filosofi (Glanz,
konsleing itu sendiri telah bergulir dalam 1974 dalam Hansen, Stevic & Warner,
pemahaman medis (Tyler, 1986:153 1982: 8). Konseling mempunyai tempat
dalam Glading, 2009: 5) unik di antara helping profession.
Konseling adalah aplikasi secara Walaupun profesi ini adalah bukan unik
ilmiah penuh seni dari penerapan dalam pemahaman konseling per se,
pengetahuan psikologis dan penerapan konseling diciptakan antara kebutuhan
teknik-teknik dengan tujuan perubahan manusia dan kebutuhan masyarakat dan
perilaku manusia (Burke, 1989 dalam tanggapan kita terhadapnya sebagai
Parrot, 2003: 8). Konseling adalah suatu dinamika keterlibatan secara individual
helping relationship yang melibatkan dan organisasi (Locke, Myers & Herr,
41
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis”
Sabtu, 27 Agustus 2016
42
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis”
Sabtu, 27 Agustus 2016
43
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis”
Sabtu, 27 Agustus 2016
44
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis”
Sabtu, 27 Agustus 2016
muda menjadi manusia yang utuh, yang kebanyakan dibentuk lewat pengalaman
pandai dalam bidang pengetahuan, indrawi, lewat melihat, menjamah,
bermoral, berbudi luhur, peka terhadap membau, mendengar, dan akhirnya
orang lain dan beriman. Pendidikan juga merumuskannya dalam pikiran. Dalam
mempunyai peran untuk membantu kaum pengertian konstruktivisme, pengetahuan
muda masuk ke dalam kehidupan itu merupakan proses menjadi, yang
masyarakat dan berpartisipasi dalam pelan-pelan menjadi lebih lengkap dan
kehidupan masyarakat secara benar.
bertanggungjawab. Proses pencapaian a. Hakikat pendidikan menurut
filsafat konstruktivisme
tujuan tersebut membantu orang muda
menjadi warga negara yang baik dan Metode konstruktivisme merupakan
dalam meningkatkan hidup berbangsa dan konsep baru, pengertian baru, dan
muda diharapkan terlibat sebagai warga karena itu proses pembelajaran harus
secara aktif, yang ikut menegakkan dirancang dan dikelola dengan baik
demokratisasi negara ini (Suparni dkk, sehingga mampu memotivasi peserta didik
2002: 14). Oleh karena itu proses untuk mengorganisasir pengalaman hidup
pendidikan juga perlu membentuk peserta menjadi pengetahuan yang bermakna bagi
didik mengenal lingkungan, peka terhadap dirinya dan masyarakat. Teori ini
yang demokratis, mereka harus ikut apapun asal tujuan belajar dapat tercapai
45
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis”
Sabtu, 27 Agustus 2016
46
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis”
Sabtu, 27 Agustus 2016
baru dengan kerangka berpikir yang telah kuat maupun lemah. (3) Belajar bukan
ada dalam pikiran peserta didik. Peserta kegiatan mengumpulan fakta, melainkan
didik bertanggung jawab atas hasil suatu pengembangan pemikiran dengan
belajarnya. Peserta didik membawa membuat pengertian yang baru. Belajar
pengertian lama dalam situasi belajar yang bukan hasil perkembangan, melainkan
baru. Peserta didik sendiri membuat merupakan perkembangan itu sendiri
penalaran atas apa yang dipelajarinya (Fosnot, 1996), suatu perkembangan yang
dengan cara mencari makna, menuntut penemuan dan pengaturan
membandingkan dengan apa yang telah kembali pemikiran seseorang. (4) Proses
diketahui dengan apa yang diperlukan belajar yang sebenarnya terjadi pada
dalam pengalaman yang baru (Suparno, waktu skema seseorang dalam keraguan
1997: 62). yang merangsang pemikiran lebih lanjut
e. Hakikat pembelajaran menurut situasi ketidakseimbangan adalah situasi
filsafat konstruktivisme
yang baik untuk memacu belajar. (5) Hasil
Kaum konstruktivis memandang belajar dipengaruhi oleh pengalaman
belajar merupakan proses aktif. Pelajar pelajar dengan dunia fisik dan lingkungan.
mengkonstruksikan arti suatu teks, dialog, (6) Hasil belajar seseorang tergantung
pengalaman fisik dan iteraksi dengan pada apa yang telah diketahui pelajar
lingkungan. Belajar juga merupakan konsep, tujuan, dan motivasi yang
proses mengasimilasikan dan mempengaruhi interaksi dengan bahan
menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari.
yang dipelajari dengan pengertian yang
sudah dipunyai seseorang sehingga 3. Pendidikan Bimbingan Konseling
pengertiannya dikembngkan. Proses dalam Perspektif Filsafat
Konstruktivisme
tersebut antara lain bercirikan sebagai
Berdasarkan kajian filsafat
berikut (Suparno, 2001: 61): (1) Belajar
konstruktivisme yang menekankan pribadi
berarti membentuk makna. Makna
atau peserta didik adalah individu yang
diciptakan oleh peserta didik dari apa
mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan
yang mereka lihat, dengar, rasakan dan
upaya aktif individu dalam
alami. (2) Konstruksi berarti proses yang
mengkonstruksi arti dari suatu teks,
terus menerus. Setiap kali berhadapan
pengalaman, dialog, dan pergaulan dengan
dengan fenomena atau persoalan yang
orang lain melalui asimilasi pengalaman
baru, diadakan rekonstruksi, baik secara
47
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis”
Sabtu, 27 Agustus 2016
48
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis”
Sabtu, 27 Agustus 2016
49