PROSIDING
Seminar Nasional & Call Paper
Psikologi Klinis 2019
Panitia Pelaksana
Ketua Pelaksana : Ayu Dyah Hapsari, S.Psi., M.A.
Sekretariat : Dwi Nikmah Puspitasari, S.Psi., M.Psi.
Norberta Fauko Firdiani
Bendahara : Nur Rohmah Hidayatul Qoyyimah, S.Psi., M.A.
Sie. Publikasi : Yudi Tri Harsono, S.Psi., M.A.
Sie. Acara : Aryudho Widyatno, S.Psi., M.A.
Angga Yuni Mantara, S.Psi., M.Si.
Rakhmaditya Dewi Noorrizki, S.Psi., M.Si
Editor
Dr. Hetti Rachmawati, M.Si., Universitas Negeri Malang
Dr. Sumi Lestari, S.Psi., M.Si., Universitas Brawijaya Malang
Lusi Nuryanti, Ph.D., Psikolog., Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dr. Yulia Solichatun, S.Psi., M.Si., Psikolog., Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim Malang
Steering Committee
Prof. Dr. Fattah Hanurawan, M.Si., M.Ed.
Dr. Tutut Chusniyah, M.Si.
Dr. Nur Eva, M.Psi.
Dicky Chresthover Pelupessy, M.DS., Ph.D.
Reviewer
Dr. Hetti Rachmawati, M.Si.
Lusi Nuryanti, Ph.D., Psikolog.
Dr. Yulia Solichatun, S.Psi., M.Si., Psikolog.
Indah Yasminum Suhanti, S.Psi., M.Psi.
Penyelenggara
Fakultas Pendidikan Psikologi
Universitas Negeri Malang
Penerbit
Fakultas Pendidikan Psikologi
Universitas Negeri Malang
ii
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Redaksi
Jl. Semarang 5, Malang
Telp. (0341) 579700
e-mail: psikologi.fppsi@um.ac.id
ISBN 978-623-90767-5-7
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME atas izin-Nya, pada tanggal 11 – 12
Oktober 2019, Seminar Nasional, Presentasi Artikel Ilmiah dan Workshop Psikologi Klinis
FPPsi UM 2019, telah terlaksana dengan lancar. Seminar tersebut diadakan dengan tema peran
psikologi klinis dalam pendidikan kebencanaan dengan tujuan untuk memberikan (1) ruang
diskusi tentang peran psikologi klinis dan keterkaitan dengan ilmu lain dalam bidang
kebencanaan dan (2) kemampuan dasar psikologis dalam ruang lingkup bencana.
Kegiatan ini dihadiri 150 peserta yang terbagi menjadi 100 peserta seminar dan 50
peserta workshop. Jumlah artikel yang diterima dan dipresentasikan sebanyak 24 eksemplar.
Peserta yang mengikuti kegiatan ini berasal dari Universitas di Palangkaraya, Universitas
Negeri Semarang, universitas di Madiun, Universitas Muhammadiyah Jember, beberapa
universitas di Malang (Brawijaya, UNMER, UMM), Universitas Trunojoyo Madura, Praktisi
Psikologi di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, praktisi psikologi dan partisipan dari
Universitas Negeri Malang diluar FPPsi UM.
Prosiding ini berisi ringkasan materi utama, kumpulan artikel ilmiah yang telah
dipresentasikan dan kesimpulan dari diskusi yang terjadi selama proses seminar dan workhop.
Mengacu pada tujuan diatas, tema untuk presentasi artikel ilmiah dibagi menjadi tiga
kelompok. Tema pertama tentang intervensi psikologis pada bencana, tema kedua tentang
asesmen psikologis untuk bencana dan tema – tema lain yang relevan. Untuk tema terakhir,
artikel yang diterima berisi tentang hal – hal umum psikologis yang dapat digunakan untuk
mendukung peran psikologi klinis dalam pendidikan kebencanaan.
Kesimpulan yang muncul adalah psikologi klinis harus mampu memberikan kontribusi
utama dalam tiga fase konteks bencana. Tiga fase tersebut adalah perencanaan / mitigasi,
tanggap bencana dan rehabilitasi pasca bencana. Psikologi klinis mempunyai elemen – elemen
yang dapat digunakan untuk memperkuat pendidikan kebencanaan. Psikologi klinis perlu
memusatkan pada pemetaan, pertolongan psikologis pertama dan intervensi psikologis dalam
situasi bencana. Fase perencanaan / mitigasi bencana adalah fase yang perlu mendapatkan
perhatian lebih lanjut dalam penelitian dan kerja praktis psikologi klinis.
Akhir kata semoga prosiding ini dapat membantu dalam memberikan informasi
pemerkuat pendidikan kebencanaan.
Salam,
iv
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................................... iv
Daftar isi .................................................................................................................................... v
Abstrak Pemateri
Dicky Pelupessy
Signifikansi psikologi dan psychological first aid dalam situasi bencana ....................... 1
Indah Y. Suhanti
Pemetaan psikologis dalam pendidikan kebencanaan ...................................................... 2
v
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Ditsar Ramadhan
Psikoedukasi untuk Meningkatkan Pehamahaman Orang Tua Terhadap
Kekerasan Seksual ........................................................................................................ 126
May L. Elfina, Cahyaning Suryaningrum
Psikodrama Untuk Meningkatkan Konsep Diri Remaja Korban Konflik
Orang Tua ..................................................................................................................... 132
Yulia Asmarani, Dita Rachmayani
Unwell To Well-Being : Analisis Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Hipertensi .... 139
vi
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Dicky Pelupessy
Pusat Krisis, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
ABSTRAK
Setiap disiplin ilmu dan profesi yang berdasarkan disiplin ilmu memiliki kekhasan dalam
menanggapi masalah-masalah atau tantangan-tantangan yang dihadapi manusia dalam
kehidupannya. Tidak terkecuali psikologi. Psikologi pun memiliki kekhasan kontribusi dalam
mengatasi masalah manusia termasuk yang berkaitan dengan bencana. Dari sudut pandang
psikologi, bencana adalah situasi yang dialami secara kolektif dan berpotensi menjadi peristiwa
yang traumatik. Psychological first aid (PFA) merupakan satu bentuk penanganan awal untuk
memitigasi dampak negatif dari peristiwa dan pengalaman traumatik saat kejadian bencana.
Dalam presentasi ini akan dipaparkan tentang dampak psikologis/psikososial bencana dan
bagaimana PFA dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai penanganan terhadap dampak
psikologis/psikososial bencana. Dalam presentasi ini juga akan dipaparkan mengenai PFA
sebagai pendekatan tindakan yang tidak hanya secara individual, namun juga berbasis
komunitas (community-based psychological first aid).
Kata kunci: psychological first aid; pendidikan kebencanaan.
1
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Tujuan pemaparan ini untuk lebih memperkenalkan konsep dan kegiatan pemetaan psikologi
dalam pendidikan kebencanaan. Pemetaan psikologis menjadi kegiatan penting dalam
pendidikan kebencanaan. Pemetaan psikologis dapat digunakan sebagai sumber informasi
dalam merancang materi pendidikan kebencanaan, rencana pertolongan dalam proses mitigasi
dan pemerkuat materi psychological preparedness. Namun, dari publikasi, baik penelitian dan
laporan, pada rentang waktu 2010 – 2018, jumlah publikasi pemetaan psikologis untuk konteks
bencana masih sangat minim. Proses pemetaan psikologis memang memerlukan waktu lama,
namun hal tersebut penting untuk dilakukan sebagai usaha untuk memperkuat pendidikan
kebencanaan.
Kata kunci: psychological preparedness; pemetaan psikologis; pendidikan kebencanaan.
2
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
3
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Melihat kenyataan berbagai bencana yang terjadi di Indonesia saat ini. Seperti bencana banjir
besar yang baru-baru ini terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur. Pasti akan memberikan
dampak pada korban dari bencana yang terjadi baik fisik, psikis maupun psikososialnya. Anak
sebagai korban bencana yang rentan mengalami stress atau trauma, perlu mendapat
penanganan yang serius agar akibat yang ditimbulkan tidak berkepanjangan dan menghambat
perkembangannya. Salah satu bentuk intervensi yang dapat diterapkan untuk memulihkan
kondisi psikis anak-anak korban bencana adalah dengan konseling melalui terapi bermain (play
therapy) berbasis permainan tradisional “Balogo”. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah
dengan memberikan program psikososial melalui Play Therapy akan menurunkan gangguan-
gangguan stress pasca trauma/bencana yang pada umumnya dalam dunia kesehatan disebut
post traumatic stress disorder (PTSD) dan membantu anak belajar menerima diri sendiri dan
mengembalikan kontrol diri serta merasakan kebebasan dalam berekspresi.
Kata kunci: balogo; play therapy; post traumatic stress disorder; psikososial.
ABSTRACT
Looking at various disasters that occur in Indonesia today. Like the big floods that recently
occurred in Samarinda, East Kalimantan. It will definitely have an impact on victims of
disasters that occur both physically, psychologically and psychosocially. Children who are
victims of disasters that are vulnerable because of stress or trauma, need to get serious treatment
so that what is caused is not prolonged and inhibits their development. One form of intervention
that can be applied to restore the psychic children of disaster victims is by counseling through
play therapy based on the traditional game "Balogo". This article discusses a psychosocial
program through Play Therapy that will eliminate post-traumatic stress disorder called post
traumatic stress disorder (PTSD) and help children learn to receive self-help and be able to
control themselves well. freedom of expression.
Keywords: balogo; play therapy; post traumatic stress disorder; psychosocial
4
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
mulai menimbulkan dampak bagi manusia. yang lebih parah kehilangan pegangan
Dampak ini dinamakan bencana. Bencana hidup, kehilangan harga diri dan rasa
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa percaya diri sehingga terkesan pasrah,
yang mengancam dan mengganggu putus asa, tidak berdaya dalam menghadapi
kehidupan dan penghidupan masyarakat masa depan, serta cenderung menyalahkan
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan orang/pihak lain yang dianggap menambah
faktor nonalam maupun faktor manusia beban hidup para korban, bergantung pada
sehingga mengakibatkan timbulnya korban bantuan pemerintah dan pihak lain. Anak
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, sebagai korban bencana yang rentan
kerugian, harta, benda, dan dampak mengalami stress atau trauma, perlu
psikologis. mendapat penanganan yang serius agar
Melihat kenyataan berbagai bencana akibat yang ditimbulkan tidak
yang terjadi di Indonesia saat ini. Seperti berkepanjangan dan menghambat
bencana banjir besar yang baru-baru ini perkembangannya. Anak-anak korban
terjadi di Kota Samarinda, Kalimantan bencana memiliki karakteristik yang khas,
Timur. Pasti akan memberikan dampak sehingga memerlukan bentuk-bentuk
pada korban dari bencana yang terjadi baik intervensi yang sesuai dengan karakteristik
fisik, psikis maupun psikososialnya. dan tahap perkembangannya agar gangguan
Adapun dampak yang dialami oleh individu stress pasca trauma yang dialami dapat
yang selamat dari bencana yakni seperti menurun.
mengalami kehilangan sumber daya yang Salah satu bentuk intervensi yang dapat
bernilai seperti kehilangan orang yang diterapkan untuk memulihkan kondisi
dicintai, rasa kehilangan yang mendalam psikis anak-anak korban bencana adalah
harta benda dan sumber mata pencaharian dengan konseling melalui terapi bermain
seringkali menimbulkan kesedihan (play therapy) berbasis permainan
berkepanjangan dengan terpaksa harus tradisional. Melalui terapi bermain anak
tinggal di pengungsian dalam kondisi yang akan merasa aman dalam mengekpresikan
serba terbatas menambah rasa cemas para dan melakukan eksplorasi terhadap dirinya
korban, atau ekonomi mengalami baik perasaan, pikiran, pengalaman,
kemunduran, masyarakat tumbuh menjadi maupun tingkah laku, karena anak tidak
kelompok orang yang saling curiga dan berhadapan langsung dengan kondisi yang
penuh prasangka terhadap kelompok lain, mengingatkan pada trauma yang dialami.
beberapa orang menjadi individu yang Namun ditambah pula dengan permainan
berbeda, hubungan sosial dan komunitas berbasis budaya lokal yang dapat
bahkan dengan anggota keluarganya sendiri meningkatkan kemampuan sosial anak-
menjadi buruk tidak hanya level individual anak ditempat pengungsian, dan dengan
yang terancam oleh bencana. permainan tradisional diharapkan mampu
Bencana dapat menciptakan ketegangan mengembangkan motorik bagi anak yang
sosial, merusak tatanan suatu masyarakat, terganggu motoriknya pasca bencana. Jadi,
dan bencana pun mampu merobek terapi bermain yang diterapkan pada anak
kehidupan sosial yang lebih besar, yakni yang mengalami gangguan stress/trauma
kehidupan masyarakat sebagai komunitas, pasca bencana adalah permainan tradisional
bahkan negara secara keseluruhan atau masyarakat Samarinda yaitu Balogo atau
5
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Logo yang bertujuan untuk menurunkan cenderung lebih sensitif terhadap apa yang
gangguan tersebut dengan membantu anak ada di sekelilingnya. Ingatan, suara, bau,
belajar menerima diri sendiri dan sensasi, dan perasaan dalam hati akan selalu
mengembalikan kontrol diri serta membuat mereka terngiang akan bencana
merasakan kebebasan dalam berekspresi. alam yang meskipun sudah lama berlalu.
Trauma tersebut bahkan menghancurkan
PEMBAHASAN
mental, pandangan, dan reaksi emosional
Dampak Krisis atau Bencana korban.
Melihat kenyataan berbagai bencana Penjelasan lain, mereka yang telah
yang terjadi di Indonesia saat ini seperti mengalami atau selamat dari suatu kejadian
yang baru saja terjadi di Samarinda, traumatis seperti bencana dan sebagainya
Kalimantan Timur yaitu banjir besar yang akan mengalami berbagai tingkat stres yang
hampir menggenangi seluruh kota pasti nantinya dapat bermanifestasi dalam
akan memberikan dampak pada korban dari masalah penyesuaian perilaku, emosional,
bencana yang terjadi baik fisik, psikis dan sosial yang berbeda, kebanyakan anak-
maupun psikososialnya, adapun dampak anak dan remaja pengamat atau orang yang
yang dialami oleh individu yang selamat selamat mengalami reaksi stres normal
dari bencana yakni seperti mengalami selama beberapa hari setelah peristiwa
kehilangan sumber daya yang bernilai traumatis, seperti berikut ini kesulitan
seperti, rasa kehilangan yang mendalam hubungan emosional, kognitif, fisik, dan
harta benda dan sumber mata pencarian interpersonal:
seringkali menimbulkan kesedihan 1. Reaksi emosional termasuk perasaan
berkepanjangan dengan terpaksa harus sementara (yaitu, selama beberapa hari
tinggal di pengungsian dalam kondisi yang sampai beberapa minggu) dari
serba terbatas menambah rasa cemas para keterkejutan, ketakutan, kecemasan,
korban, atau ekonomi mengalami kesedihan, kemarahan, kebencian, rasa
kemunduran, masyarakat tumbuh menjadi bersalah, malu, tidak berdaya, putus
kelompok orang yang saling curiga dan asa, mati rasa emosional (kesulitan
penuh prasangka terhadap kelompok lain, dalam merasakan cinta dan keintiman),
beberapa orang menjadi individu yang tidak terkendali emosi, masalah yang
berbeda, hubungan sosial dan komunitas belum terselesaikan dari kerugian atau
bahkan dengan anggota keluarganya sendiri trauma di masa lalu, kurangnya minat
menjadi buruk tidak hanya level individual dan kepuasan dalam aktivitas sehari-
yang terancam oleh bencana. hari, atau perasaan terisolasi dan
Bencana yang terjadi menimbulkan kesepian.
dampak psikologis yang tidak ringan bagi 2. Reaksi kognitif termasuk kebingungan,
warga di daerah bencana. Laporan Badan disorientasi, keraguan, khawatir,
Penanggulangan Bencana Daerah rentang perhatian yang diperpendek,
menyebutkan bahwa korban bencana ketidakmampuan untuk fokus, kesulitan
seringkali secara psikologis terjangkit dalam berkonsentrasi, ketidakmampuan
gangguan stress pasca trauma/bencana untuk menyelesaikan masalah,
yang pada umumnya dalam dunia kehilangan ingatan, kenangan yang
kesehatan disebut Post Traumatic Stress tidak menyenangkan, gambar yang
Disorder (PTSD). Setelah bencana, korban
6
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
7
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
8
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
motorik halus bagi anak yang terganggu Samarinda berbasis budaya (play therapy
motoriknya setelah pasca bencana. dengan permainan tradisional “Balogo”)
Permainan berbasis kearifan lokal dapat bersifat tanggap darurat dan ada tiga
menjadi salah satu sarana bermain tahapan yaitu:
kelompok bagi anak-anak dalam hal ini 1. Tahap Awal
permainan tradisional suku Banjar, Tahap yang paling penting adalah
Samarinda, Kalimantan Timur yaitu Balogo bagaimana membangun hubungan antara
atau biasa disebut Logo. Nama Balogo anak dengan konselor. Konselor harus
diambil dari kata logo, karena permainan mampu membangun hubungan yang
itu menggunakan logo (batok kelapa). hangat, yang didalamnya ada kepercayaan
Permainan tradisional Suku Banjar ini anak terhadap konselor. Guna mencapai
biasanya dimainkan oleh anak-anak hingga tujuan tersebut, konselor harus berusaha
orang dewasa, baik secara beregu maupun masuk secara total pada dunia anak,
perorangan. Jumlah pemain terdiri atas dua sehingga anak betul-betul merasa aman dan
hingga lima orang. Pemain harus dapat menganggapnya sebagai sahabat. Langkah
meruntuhkan logo yang membentuk ini bisa dilakukan oleh konselor dengan
piramida mini dengan logo lain yang menyediakan berbagai permainan yang
terbuat dari tempurung kelapa atau dalam digemari anak dalam hal ini permainan
bahasa lokal disebut “logo tanding”. tradisional “Balogo” agar anak dapat
Nilai terapeutik yang terkandung dalam mengekspresikan berbagai perasaan baik
permainan ini sangat baik untuk kesehatan sesuatu yang pernah dialaminya di masa
mental, yaitu: dapat melatih kemampuan lampau atau keinginan yang ia harapkan
motorik halus anak, melatih kesabaran dan pada masa yang akan datang. Melalui
ketelitian anak, melatih jiwa sportivitas, fasilitas permainan ini konselor bisa
melatih kemampuan analisa anak, mengajar anak-anak bermain dengan tujuan
meningkatkan kreativitas, menambah agar anak merasa aman. Ketika anak sudah
wawasan budaya lokal anak serta dapat merasa aman, konselor bisa menyiapkan
membantu anak mengkomunikasikan berbagai perangkat konseling dalam
perasaannya secara efektif dengan cara menggali berbagai gejala dan informasi
alami, melatih pengendalian diri dan yang ia butuhkan, yang ditunjukkan anak
konsentrasi, serta menurunkan kecemasan. melalui berbagai aktifitas komunikasi dan
Prosedur permainannya memberi interaksi termasuk didalamnya aktifitas
kesempatan pada anak untuk belajar rileks bermain mereka.
sehingga kecemasan berkurang. Permainan 2. Tahap Inti
berbasis kearifan budaya lokal ini dapat Tahap inti atau tahap pertengahan
membangkitkan semangat hidup akibat dalam prosedur penerapan program
himpitan konflik, bencana alam, dan psikososial ini adalah tahap yang paling
menurunkan depresi serta meningkatkan penting dalam program ini dan dapat
interaksi sosial anak. dimulai ketika anak sudah asyik dengan
permainan dan dan perhatian mereka. Pada
Prosedur Play Therapy dengan
kondisi ini konselor bisa melibatkan diri
Permaianan Tradisional “Balogo”
pada aktifitas yang sedang dilakukan anak,
Adapun prosedur dan terapi program
misalnya anak yang sedang bermain
psikososial pasca bencana banjir di
9
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Balogo. Konselor bisa menemaninya mineral, hutan, hewan dan berbagai sumber
bermain sembari konselor melakukan yang tidak terhitung harganya. Namun
eksplorasi berbagai informasi yang sesunguhnya potensi yang kaya itu pada
dibutuhkan ketika sambil bermain yang akhir-akhir ini mulai menimbulkan dampak
dimana siswa dalam kondisi santai akan bagi manusia. Dampak ini dinamakan
mempermudah konseli untuk bencana. Bencana adalah peristiwa atau
mengungkapkan atau mengekspresikan apa rangkaian peristiwa yang mengancam dan
yang dia rasakan dan bagaimana suasana mengganggu kehidupan dan penghidupan
emosinya saat ini atau sembari bermain, masyarakat yang disebabkan, baik oleh
konselor dapat memberikan berbagai faktor alam dan faktor nonalam maupun
masukan dan mengajak konseli menelaah faktor manusia sehingga mengakibatkan
mengenai suasana hatinya saat ini, timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
bagaimana mengelolanya dan bagaimana lingkungan, kerugian, harta, benda, dan
cara mengatasinya hal ini dapat dilakukan dampak psikologis.
beberapa kali hingga anak tersebut Anak sebagai korban bencana yang
menunjukan perubahan dan perkembangan, rentan mengalami stress atau trauma, perlu
teknik ini cocok juga untuk anak yang mendapat penanganan yang serius agar
introvert atau anak yang mengalami akibat yang ditimbulkan tidak
perubahan paska bencana menjadi menutup berkepanjangan dan menghambat
diri atau menjadi pendiam. perkembangannya. Anak-anak korban
3. Tahap Pengakhiran bencana memiliki karakteristik yang khas,
Pada tahap ini konselor dapat sehingga memerlukan bentuk-bentuk
mengakhiri play therapy dapat dihentikan intervensi yang sesuai dengan karakteristik
bila anak telah mampu menunjukkan dan tahap perkembangannya agar gangguan
kemajuan dalam perkembangan perilaku stress pasca trauma yang dialami dapat
positifnya. Seperti anak telah mampu menurun.
menunjukkan kebutuhan minimalnya, Salah satu bentuk intervensi yang dapat
secara simbolik mampu mengekspresikan diterapkan untuk memulihkan kondisi
emosinya dan secara lisan mampu psikis anak-anak korban bencana adalah
mendiskusikan berbagai isu., mampu dengan konseling melalui terapi bermain
berkomunikasi dengan lingkungannya dan (play therapy) berbasis permainan
membangun hubungan dengan tradisional. Tujuannya adalah dengan
lingkungannya, melakukan permainan yang memberikan program psikososial melalui
melibatkan kerjasama dengan teman Play Therapy akan menurunkan gangguan-
sebayanya, atau menampilkan perubahan gangguan stress pasca trauma/bencana
perilaku yang positif lainnya. yang pada umumnya dalam dunia
kesehatan disebut post traumatic stress
SIMPULAN
disorder (PTSD) dan membantu anak
Indonesia merupakan sebuah negara
belajar menerima diri sendiri dan
strategis dengan segala potensi kekayaan
mengembalikan kontrol diri serta
alam yang dimilikinya. Keadaan geografis
merasakan kebebasan dalam berekspresi.
yang lengkap yang dimiliki Indonesia
Melalui terapi bermain anak akan
disebut sebagai ring of fire mulai dari
merasa aman dalam mengekpresikan dan
pegunungan, lautan, sungai, sumber daya
10
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
11
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Indonesia memiliki organisasi kemanusiaan yang menaungi relawan dan telah berdiri sejak 17
September 1945, organisasi ini adalah Palang Merah Indonesia (PMI). Tugas relawan dibagi
menjadi tiga, yaitu sebelum bencana, pada saat bencana dan setelah terjadi bencana. Pada saat
memberikan bantuan relawan akan memunculkan respon positif maupun negatif. Respon
negatif dapat mempengaruhi pikiran dan keyakinan relawan akan kemampuannya dalam
memberikan pertolongan. Pengaruh negatif tersebut dapat memberikan suatu trauma bagi
relawan dan secara psikologis disebut vicarious trauma, maka penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui gambaran vicarious trauma pada relawan.Jenis penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan Vicarious Trauma Questionnaire yang diadaptasi
dari Gould, M. L (2001) sebagai metode pengumpulan data sehingga dapat melihat gambaran
vicarious trauma dari beberapa aspek. Sempel yang digunakan sejumlah populasi yang ada,
yakni 30 subjek. Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan di PMI kab. Jember terdapat
60% relawan yang telah melakukan penugasan di lokasi bencana menglami vicarious trauma
dengan kategori tinggi pada aspek fisik. Ditinjau dari data demografi subjek perempuan lebih
tinggi mengalami vicarious trauma daripada subjek laki-laki. Sementara dari usia dan status
perkawinan, vicarious trauma lebih tinggi dialami oleh subjek yang berada pada rentang usia
18-40 tahun dan status perkawinan belum menikah. Subjek dengan suku pandalungan memiliki
prosentase lebih tinggi mengalami vicarious trauma, subjek yang lama bergabung 3-6 tahun
dan subjek yang memiliki pengalaman di tugaskan di lokasi bencana 1-3 kali memiliki
prosentase tinggi mengalami vicarious trauma.
Kata Kunci: vicarious trauma; relawan; Jember.
ABSTRACT
Indonesia has a humanitarian organization that houses volunteers and has been established
since September 17, 1945, this organization is the Indonesian Red Cross (PMI). The task of
volunteers is divided into three, namely before the disaster, during the disaster and after the
disaster. When giving volunteer assistance will bring positive and negative responses. Negative
12
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
responses can influence the thoughts and beliefs of volunteers of their ability to provide help.
The negative influence can provide a trauma for volunteers and psychologically called
vicarious trauma, then this study was conducted to determine the vicarious trauma picture in
volunteers. The type of research used is quantitative descriptive using Vicarious Trauma
Questionnaire adapted from Gould, M. L (2001) as a method of collecting data so that you can
see a vicarious trauma picture from several aspects. The stamp was used by a number of
existing populations, namely 30 subjects. The results showed overall in PMI district. Jember
there are 60% of volunteers who have done assignments at the disaster site experience vicarious
trauma with a high category in the physical aspect. In terms of demographic data, female
subjects experienced higher vicarious trauma than male subjects. Meanwhile, from age and
marital status, vicarious trauma is higher for subjects in the 18-40 years age range and
unmarried marital status. Subjects with pandalungan rates had a higher percentage of having
vicarious trauma, subjects who had 3-6 years in length and subjects who had experience
assigned to the disaster site 1-3 times had a high percentage of experiencing vicarious trauma.
Keywords: vicarious trauma; volunteer; Jember
13
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
bantuan restoring family links (mencari diinginkan oleh relawan yang terlibat
keluarga hilang), bantuan penampungan secara empatik dengan kisah korban yang
darurat (shelter), air dan sanitasi, dapur mengalami trauma (Pearlman dan
umum, perawatan keluarga, dll. Bantuan itu Saaktivitne, dalam Huggard, Law &
diberikan tanpa membeda-bedakan korban Newcombel, 2017).
itu dari golongan mana dengan tujuan untuk Vicarious trauma menjadi konsekuensi
mencegah serta mengatasi penderitaan yang ditimbulkan dari bekerja dengan
sesama manusia. korban, seringnya terpapar atau
Pada saat memberikan bantuan relawan menyaksikan penderitaan orang lain, selain
akan memunculkan respon positif yang itu juga akibat dari kelelahan emosi,
dirasakan dimana relawan merasa dapat kelelahan fisik dan beban kerja yang berat
mengkatkan rasa simpati terhadap sesama, saat dilokasi yang menyebabkan perubahan
rasa antusias, lebih banyak kasih sayang pada kesejahteraan psikologis, fisik dan
dan terimakasih, meningkatkan spiritual. Tidak hanya menyaksikan,
pemahaman agar dapat lebih menghargai relawan yang mendengarkan cerita-cerita
kehidupan dan lebih bersyukur, menyedihkan yang terus – menerus
meningkatkan kepekaan sosial, dapat sehingga merasa takut, memiliki ingatan
memunculkan kebanggan tersendiri karena yang mengganggu atau mimpi buruk
dapat membantu orang-orang yang terhadap peristiwa tersebut juga dapat
membutuhkan, dapat lebih merasakan apa mengalami vicarious trauma.
yang dirasakan korban, merasa lebih Menurut Sartor (2016) vicarious
berguna untuk orang lain dan semangat trauma sebagai suatu akibat yang
untuk terus menolong. dimunculkan dari pekerjaan yang
Namun disisi lain muncul pula respon- berhubungan dengan klient yang
respon diluar itu akibat dari menyaksikan mengalami trauma, dimana konselor harus
dan terlibat dengan penderitaan orang lain, membantu klient yang mengalami trauma
yaitu timbul perasaan cemas dan khawatir untuk memaknai, menceritakan kembali
saat melakukan pertolongan atau evakuasi dan mengatasi peristiwa traumatis itu,
pada semua jenis korban yang ditandai dengan begitu ada keterlibatan emosional
dengan rasa gugup gemetar, fikiran tidak antara konselor dan klient dan konselor
fokus, takut tidak dapat menemukan korban akan mendapatkan paparan yang terus
atau menyelamatkan korban, bahkan juga menurus dari trauma yang dirasakan
memunculkan rasa kurang percaya diri klient.Adanya keterlibatan emosional yang
dalam memberikan pertolongan pada berlebih dan terpaparnya penderitaan atau
korban. Respon negatif tersebut dapat trauma korban secara terus menerus dapat
pengaruh negatif terhadap pikiran dan memunculkan suatu gelaja vicarious
keyakinan diri relawan akan trauma. Berdasarkan hasil wawancara
kemampuannya dalam memberikan dengan relawan R, ia menyatakankan
pertolongan. Pengaruh negatif tersebut bahwa sebelum berangkat penugasan
dapat memberikan suatu trauma bagi beberapa hal telah dirasakan seperti sulit
relawan dan secara psikologis disebut berkonsentrasi, kurang percaya diri, cemas,
vicarious trauma. Vicarious trauma takut tidak menemukan atau
merupakan transfomasi kumulatif atau menyelamatkan nyawa korban, rasa
suatu perubahan yang bertambah dan tidak terbayang-bayang akan korban pada saat
14
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
15
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
kekerasan dan beberapa tenaga kerja vicarious trauma tinggi lebih banyak
lainnya yang melibatkan empati dalam mengalami perubahan pada kondisi fisik
pekerjaannya. Pada penelitian yang dengan gejala mudah lelah saat
dilakukan ini berkaitan dengan relawan menjalankan tugas hingga menurunnya
PMI kab. Jember yang telah dimobilisasi daya tahan tubuh sehingga rentan sakit.
atau ditugaskan di lokasi bencana minimal Hal ini memang dapat terjadi karena
satu bulan. menurut Saakvite (dalam Halimah dan
Tabel 1. Widuri, 2012) menyatakan bahwa
Tingkat Vicarious Trauma Secara karakteristik dan daya tahan tubuh
Keseluruhan dan per-aspek merupakan faktor internal dan faktor ini
Acuan Kateg Frequ Percent sangat berpengaruh pada mudah tidaknya
Pengk orisasi ency relawan mengalami vicarious trauma.
ategor
Adapun pada kondisi psikologis
ian
ditunjukkan seperti munculnya perasaan
VT X > 32 Tinggi 18 60% cemas saat mendengarkan teriakan orang,
kes
X < 32 Renda 12 40% suara gemuruh atau saat merasakan getaran,
elur
uha h selain itu terganggunya kompetensi dari
n Total 30 100%
subjek dengan gejala merasa tidak percaya
diri dengan kompetensi yang dimiliki saat
VT Aspek Frequ Perce Pengkat memberikan bantuan dan terdapat
Per- ency nt egorian
gangguan tidur.
Asp
ek Fisik 24 80% Tinggi Selain itu vicarious trauma dapat
6 20% Rendah mempengaruhi cara bertindak dan
berinteraksi subjek dengan orang lain
Psikol 19 63,3% Tinggi
dilingkungan (Pearlman dan McKay,
ogis
2008). Pada relawan PMI kabupaten
11 36,7% Rendah Jember gelaja yang berkaitan dengan
Relati 16 53.3% Tinggi relationship tidak begitu dimunculkan,
onship subjek terlihat tetap menjalani relasi yang
cukup baik dengan rekan kerjanya dan
14 46.7% Rendah
merasa tidak memiliki masalah berkaitan
dengan relasi. Menurut Nevid, Rathus, dan
Secara keseluruhan dari tabel diatas Greene (2014) subjek yang mengalami
menunjukkan 60% subjek mengalami vicarious trauma diakibatkan karena di
vicarious trauma tinggi yang ditunjukkan lokasi bencana subjek dihadapkan dengan
pada gejala dengan perubahan kondisi fisik, trauma korban, subjek akan mendengarkan,
psikis dan relationship. Ketiga kondisi melihat dan membantu korban mengatasi
tersebut menunjukkan prosentase cukup trauma sehingga subjek akan
tinggi, namun yang lebih dominan adalah mendengarkan keluhan korban, melihat
pada gejala fisik yang memiliki prosentase amarah korban karena bencana yang sudah
sebanyak 80%, kemudian berikutnya menerjang dan merasakan perasaan sakit
psikologis 63.3% dan relationship 53.3%. korban karena bencana yang membuat
Melihat hasil analisa tersebut menunjukkan subjek memunculkan suaru respon dalam
bahwasannya subjek yang mengalami
16
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
bentuk gejala dengan perubahan pada melakukan tugas yang terbaik dan hal
kondisi fisik, psikologis dan relationship. tersebut dapat memberi suatu tekanan
Table 2. tersendiri. Sedangkan hasil analisa subjek
Vicarious Trauma berdasarkan Jenis laki-laki mendapat prosentase yang
Kelamin seimbang yakni 50% pada kategori tinggi
Usia Frequency Percent Kategori
maupun rendah.
18-40 13 65% Tinggi Table 3.
tahun Vicarious Trauma berdasarkan Usia
7 35% Rendah
Jenis
40-65 5 50% Tinggi Frequency Percent Kategori
kelamin
tahun
5 50% Rendah
Laki-laki 11 50% Tinggi
11 50% Rendah
Adapun hasil dari dianalisa demografi
Perempuan 7 87.5% Tinggi
menunjukkan bahwasannya subjek
perempuan mendapat prosentase 87.5% 1 12.5% Rendah
artinya, subjek perempuan menglami
vicarious trauma yang tinggi. Berdasarkan
Berdasarkan usia dari subjek
Nevid, Rathus, dan Greene (2014) pria
memberikan gambaran tingkatan vicarious
sering mengalami peristiwa traumatis,
trauma yang berbeda. Menurut Flannery
namun wanita lebih memiliki kemungkinan
(dalam Chareles, 2012) menyatakan bahwa
yang lebih besar untuk mengembangkan
usia kronologis dan kematangan menjadi
PTSD sebagai bentuk pengembangan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
akibat trauma. Adapun menurut Ilham
seseorang dalam menghadapi suatu
(2016) kondisi psikologis perempuan
peristiwa traumatis. Maka dari itu tabel
memiliki tingkat yang lebih sensitif, untuk
diatas menunjukkan subjek dengan rentang
itu dapat dikatakan bahwasannya dengan
usia 18-40 tahun mengalami vicarious
kondisi psikologis yang memiliki tingkat
trauma yang lebih tinggi dengan prosentase
sensitifitas tinggi perempuan akan lebih
65% dibandingkan dengan subjek yang
mudah berempati pada orang lain (korban)
rentang usia 40-65 tahun dengan prosentase
sehingga perempuan akan cenderung lebih
50%.
membawa perasaan dalam berhubungan
dengan korban yang dapat membuat hal Table 4.
yang dirasakan oleh korban dapat Vicarious Trauma berdasarkan Status
tertransfer ke subjek dan membuat Perkawinan
vicarious trauma lebih mudah untuk Status
perkawi Frequency Percent Kategori
dialami.
nan
Berkaitan dengan kepribadia seperti
pada tipe kepribadian melankolis yang Menikah 7 50% Tinggi
sensitif, apabila dilokasi bencana subjek 7 50% Rendah
dengan tipe kepribadian ini dihadapkan
Belum 11 68.7% Tinggi
dengan kejadian seperti meninggalnya
menikah
korban yang ditolong maka akan merasa 5 31.3% Rendah
mudah bersalah dan merasa tidak dapat
17
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
18
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
membuat subjek merasa kesal dan marah Ketika subjek sudah mengalami
terutama pada subjek yang temperamental. kelelahan atau penurunan daya tahan tubuh
Berkaitan dengan kondisi kehidupan, ketika maka kinerja subjek akan mengalami
subjek yang tempramen sudah mulai emosi penurunan yang nantinya akan
dan tidak dapat mengendalikannya saat mempengaruhi hasil dari “menolong”
dilokasi bencana, subjek akan kurang sehingga tidak sesuai dengan harapan, hal
mampu melakukan yang terbaik sulit ini dapat membuat subjek rentan
mengurus dirinya sendiri sementara subjek mengalami vicarious trauma. Seperti
harus bekerja secara efektif dengan penuh pendapat Palm, dkk, Pearlman dan McKay
kasih kepada korban sehingga akan rentan (2004) menyatakan bahwa parktisi
mengalami vicarious trauma (Pearlman kesehatan yang bekerja dengan memiliki
dan McKay, 2008). pengalaman lebih sedikit dengan klient
yang memiliki masalah trauma dilaporkan
Table 6.
menglami peningkatan stress terkait
Vicarious Trauma berdasarkan
pekerjaan dan menglami gangguan pada
Lamanya Menjadi Relawan
kepercayaan, keintiman, harga diri, dan
Lamanya Frequency Percent Kategori kesusahan secara keseluruhan.
bertugas
Table 7.
1-3 tahun 3 60% Tinggi Vicarious Trauma berdasarkan
Pengalaman Bertugas
2 40% Rendah
Pengala Frequency Percen Kategori
3-6 tahun 11 78.6% Tinggi man t
3 21.4% Rendah bertugas
19
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
yang lama bergabung < 6 tahun dengan mengalami gejala pada kondisi fisik
prosentase 78.6% pada subjek yang dengan mudah lelah saat bertugas.
bergabung 3-6 tahun dan 60% pada subjek 3. Berdasarkan hasil demografi:
yang bergabung selama 1-3 tahun, ini a. Ditinjau dari jenis kelamin, terdapat
dikarena dengan semakin lama subjek vicarious trauma dengan kategori
bergabung menjadi relawan maka subjek tinggi dan rendah dengan hasil yang
akan lebih banyak mendapatkan seimbang pada laki-laki dengan
pengalaman yang diterima dari lingkungan prosentase 50%, sedangkan pada
kerja berkaitan dengan tugasnya menjadi subjek perempuan mengalami
relawan sehingga subjek dapat lebih vicarious trauma tinggi dengan
mempersiapkan saat menjalan tugasnya. prosentase 87.5%.
Apabila subjek lebih banyak melakukan b. Ditinjau dari usia, vicarious trauma
persiapan secara fisik, psikis dan dialami oleh subjek yang berada
pengetahuan subjek dapat meminimalisir pada rentang usia 18-40 tahun
munculnya vicarious trauma, karena dengan prosentase
berdasarkan penelitian Halimah dan Widuri 65%.Berdasarkan status
(2012) banyaknya tugas yang harus perkawinan terdapat prosentasi
diselesaikan di lokasi bencana dapat tinggi mengalami vicarious trauma
membuat relawan merasakan kelelahan, dengan nilai 68.7% pada status
tidak hanya secara fisik namun juga secara perkawinan belum menikah.
psikologis dan hal ini memicu munculnya c. Selanjutnya, ditunjau berdasarkan
vicarious trauma. suku bangsa, subjek dengan suku
pandalungan memiliki prosentase
KESIMPULAN DAN SARAN
lebih tinggi mengalami vicarious
A. Kesimpulan trauma dengan perolehan 83.3%.
1. Hasil penelitian ini menunjukkan d. Ditinjau berdasarkan lamanya
bahwasannya secara keseluruhan di subjek bergabung menjadi relawan
PMI kab. Jember terdapat 60% relawan maka diperoleh prosentase tinggi
yang telah melakukan penugasan di mengalami vicarious trauma pada
lokasi bencana mengalami vicarious subjek yang lama bergabung 3-6
trauma dengan kategori tinggi, artinya tahun dengan prosentase 78.6%.
banyak dari relawan yang mengalami e. Ditinjau berdasarkan pengalaman
trauma akibat paparan trauma korban subjek ditugaskan di lokasi bencana
selama bertugas di lokasi bencana. maka subjek yang memiliki
2. Pada setiap aspek dari instrument pengalaman di tugaskan di lokasi
vicarious trauma menunjukkan bencana 1-3 kali memiliki
bahwasannya ketiga aspek, yakni fisik, prosentase tinggi mengalami
psikologis dan relationship memiliki vicarious trauma dengan perolehan
nilai prosentase yang tinggi namun 70%. Atau dapat dikatakan semakin
yang lebh dominan adalah pada aspek sedikit pengalaman dilokasi
fisik dengan prosentase 80% yang bencana subjek lebih cenderung
berkaitan dengan daya tahan tubuh mengalami vicarious trauma
subjek, artinya subjek yang mengalami
vicarious trauma lebih banyak
20
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
21
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
22
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Schwartz, S., & Howard, J. (1982). Helping Soesilo, A. (2014). Trauma Experience,
and cooperation: a self based Identity and Narratives. Buletin
motivational model. Dalam J. D. V, Psikologi Fakultas Psikologi
& G. J, Cooperation and helping Universitas Gajah Mada. Volume 22,
behavior: theories and research No. 2.
(hal. 327-352). New York: Sugiono. (2014). Metode Penelitian
Academic Press. Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta, CV.
Suhardjo, D. (2011). Arti penting Zoebazary, M. I. (2018). Orang
pendidikan mitigasi bencana dalam Pandalungan: Penganyam
mengurangi resiko bencana. Kebudayaan di Tapal Kuda. Jember:
Cakrawala Pendidikan , 174-188. Paguyuban Pandhalungan Jember,
ISBN: 978-602-50386-0-0.
23
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Mulawarman
Universitas Negeri Semarang
Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
mulawarman@mail.unnes.ac.id
Eni Rindi Antika
Universitas Negeri Semarang
Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
rindi@mail.unnes.ac.id
Mayang T. Afriwilda
Universitas Negeri Semarang
Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
Mayang01@students.unnes.ac.id
Indrajati Kunwijaya
Universitas Negeri Semarang
Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
Indrajati.kunwijaya@students.unnes.ac.id
ABSTRAK
Bencana alam adalah kejadian bencana yang ekstrem dan berdampak pada masyarakat yang
menyebabkan kerusakan, gangguan, jatuhnya korban, dan membuat masyarakat yang terkena
dampak tidak dapat berfungsi secara normal tanpa bantuan dari pihak luar. Bencana yang
terjadi turut mempengaruhi level fungsi fisik dan psikologis. Konsekuensi psikologis dari
bencana alam yang diterima seperti trauma, gangguan tidur, gangguan kecemasan, depresi,
hypersensitif, kekerasan domestik hingga Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Resiliensi
merupakan sifat pribadi yang relatif stabil, dilihat dari bagaimana cara individu beradaptasi,
mengelola dan bangkit kembali dari keadaan sulit. Membangun resiliensi merupakan salah satu
dari tujuan pendekatan strenght based counselling. Artikel ini merupakan artikel konseptual
dengan studi pustaka. Di dalam artikel ini membahas mengenai konsep Resiliensi, Strenght
Based konseling dan tahapan konseling untuk meningkatkan resiliensi yang dibagi menjadi
tiga tahap. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk menyediakan strategi konseling
berbasing pendekatan strenght based counselling dalam meningkatkan resiliensi bagi korban
bencana alam.
Kata kunci: strenght based counselling; resiliensi; korban bencana alam.
ABSTRACT
Natural disasters are extreme disaster events and have an impact on the community that causes
damage, disruption, casualties, and makes the affected community unable to function normally
without outside assistance. Disasters that occur also affect the level of physical and
psychological function. Psychological consequences of natural disasters received such as
24
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
25
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
mendefinisikan dan mengukur kapasitas setiap individu dan keluarga yang meminta
individu untuk tetap bertahan dan bantuan. Konselor harus siap untuk
berkembang pada kondisi yang menekan memberikan dukungan selama situasi
(adverse conditions) dan untuk mengetahui peringatan, terutama yang dapat memicu
kemampuan individu untuk kembali pulih emosi yang kuat dan kenangan traumatis
(recovery) dari kondisi tekanan (Mccubbin, bagi individu (Webber & Mascari, 2018).
2001). Resiliensi terbukti dapat menahan Webber juga memberikan catatan untuk
dampak peristiwa traumatis pada tidak menggunakan pendekatan konseling
perkembangan gejala PTSD (Kukihara et, konvensional dalam mempromosikan
al., 2014; (Lee et al, 2014). Individu yang kesehatan mental dan perubahan pribadi
memiliki resiliensi yang tinggi mampu (Counseling.org, 2012). Maka dari itu,
menunjukan cara yang efektif dalam intervensi yang digunakan dalam artikel ini
mengatasi dampak buruk bencana dan adalah berdasarkan pendekatan Post-
beradaptasi dengan perubahan yang Modern. Salah satunya melalui pendekatan
diciptakan oleh peristiwa traumatis. Strength Based Counseling (konseling
Beberapa penelitian menunjukan bahwa berbasis kekuatan) yang juga membangun
resiliensi dapat dikembangkan melalui fondasinya pada pertumbuhan literatur dan
berbagai pendekatan (Steinhardt & Dolbier, penelitian mengenai resiliensi (Smith,
2008; Tugade & Fredrickson, 2007). 2006). Hasil penelitian mengenai resiliensi
Selama ini, sudah ada beberapa penelitian menyebutkan bahwa individu memiliki
yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas bawaan untuk bangkit kembali.
resiliensi bagi korban bencana alam di Resiliensi memberikan proses
Indonesia diantaranya yang dilakukan oleh pengembangan kekuatan individu.
Rumiani & Uyun (2012) melalui metode Namun harus ditekankan bahwa
sabar dan shalat bagi penyintas bencana peristiwa-peristiwa ini tidak unik untuk
namun terbukti tidak efektif; kemudian setiap individu, tetapi tanggapan dan sikap
penelitian Neneng (2018) yang koping yang menjadi keunikan setiap
menggunakan layanan konseling kelompok konseli. Ini yang mendasari pendekatan
yang terbukti efektif meningkatkan Strength Based Counseling yang mengenali
resiliensi bagi anak korban banjir. Serta keunikan kekuatan konseli dan berfokus
Maryam (2015) yang mengembangkan pada hal-hal ini untuk menavigasi melalui
resiliensi melalui metode pemberdayaan masa traumatis menuju penciptaan masa
perempuan bagi korban tsunami. Namun, depan positif yang dikehendaki.
dari beberapa penelitian terdahulu yang Pendekatan ini juga menganjurkan
bertujuan meningkatkan resiliensi bagi dukungan sosial sebagai alat dalam
korban bencana alam belum ada yang pencegahan transisi atau pemulihan dari
terfokus untuk menggunakan strategi PTSD (Becker, Zayfert, Anderson, &
intervensi melalui pendekatan teori Survey, 2004).
konseling bagi korban bencana alam yang Pendekatan ini juga memberi konseli
dapat dilakukan oleh Disaster Mental alasan untuk bergerak dan melihat aspek
Health Counselor. situasi yang lebih cerah, berkonsentrasi
Seorang Disaster Mental Health pada masa depan yang lebih cerah.
Counselor tentunya harus mampu Pendekatan ini mengintegrasikan konseli
mengembangkan rencana pemulihan untuk dan konselor ke dalam tim manajemen.
26
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
27
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
28
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
29
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
30
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
31
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
32
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Duncan, B., Hubble, M., & Miller, S. post-traumatic stress disorder and
(1996). Handbook of solution-focused related symptoms: A systematic review
brief therapy. Retrieved from and meta-analysis. BMC Psychiatry,
https://www.researchgate.net/profile/D Vol. 8. https://doi.org/10.1186/1471-
avid_Palenzuela/publication/28152567 244X-8-81
3_Research_on_the_Process_of_Soluti Kukihara, H., Yamawaki, N., Uchiyama,
on- K., Arai, S., & Horikawa, E. (2014).
Focused_Therapy/links/55ec991d08ae Trauma, depression, and resilience of
b6516268caf7.pdf earthquake/tsunami/nuclear disaster
Durrant, M., & Kowalski, K. (1993). survivors of Hirono, Fukushima, Japan.
Enhancing views of competence. The Psychiatry and Clinical Neurosciences,
new language of change: Constructive 68(7), 524–533.
collaboration in psychotherapy, 107- https://doi.org/10.1111/pcn.12159
137. Lee, J., Ahn, Y., Jeong, K., … J. C.-J. of
Gelso, C. J., & Woodhouse, S. (2003). affective, & 2014, undefined. (n.d.).
Toward a positive psychotherapy: Resilience buffers the impact of
Focus on human strength. Counseling traumatic events on the development of
psychology and optimal human PTSD symptoms in firefighters.
functioning, 171-197. Elsevier. Retrieved from
Gingerich, W. J., & Eisengart, S. (2000). https://www.sciencedirect.com/science
Solution-focused brief therapy: A /article/pii/S0165032714000792
review of the outcome research. Family Lee, R. M., Draper, M., & Lee, S. (2001).
Process, Vol. 39, pp. 477–498. Social Connectedness, Dysfunctional
https://doi.org/10.1111/j.1545- Interpersonal Behaviors, and
5300.2000.39408.x Psychological Distress: Testing a
Hammond, W. (2010). Principles of Mediator Model. In Journal of
Strength-Based Practice The only real Counseling Psychology (Vol. 48).
voyage of discovery exits, not in seeing Maryam, E. W. (2015). Pengembangan
new landscapes, but in having new resiliensi melalui pemberdayaan
eyes. perempuan pada masyarakat Aceh
Hirom, M., Mashiro, I., Pediatric, E. K.-J., akibat bencana Tsunami. Procedia Studi
& 2004, undefined. (n.d.). Early Kasus dan Intervensi Psikologi, 3(1).
intravenous gamma globulin treament Math, S. B., Tandon, S., Girimaji, S. C.,
for kawasaki disease: the na—tionwide Benegal, V., Kumar, U., Hamza, A., ...
surveys in Japen. & Nagaraja, D. (2008). Psychological
John, O. P., Robins, R. W., & Pervin, L. impact of the tsunami on children and
A.(Eds.).(2008). Handbook of adolescents from the andaman and
personality: theory and research. New nicobar islands. Primary care
York, NY: Guilford Press companion to the Journal of clinical
Kornør, H., Winje, D., Ekeberg, Ø., psychiatry, 10(1), 31.
Weisæth, L., Kirkehei, I., Johansen, K., McCashen, W. (2005). The Strengths
& Steiro, A. (2008, September 19). Approach. Bendigo: St. Lukes
Early trauma-focused cognitive- Innovative Resources.
behavioural therapy to prevent chronic
33
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Mccubbin, L. (n.d.). Challenges to the Shultz, J., Neria, Y., Allen, A., hazards, Z.
Definition of Resilience. E.-E. of natural, & 2013, undefined.
Norris, F. H., Friedman, M. J., Watson, P. (n.d.). Psychological impacts of natural
J., Byrne, C. M., Diaz, E., & Kaniasty, disasters. Springer. Retrieved from
K. (2002). 60,000 Disaster victims https://link.springer.com/content/pdf/1
speak: Part I. An empirical review of the 0.1007/978-1-4020-4399-4_279.pdf
empirical literature, 1981-2001. Simons, R. L., & Aigner, S. M. (1985).
Psychiatry, 65(3), 207–239. Practice principles: A problem-solving
https://doi.org/10.1521/psyc.65.3.207.2 approach to social work. MacMillan
0173 Publishing Company.
Norris, F. H., Galea, S., Friedman, M. J., & Smith, T. W. (2006). Personality as risk and
Watson, P. J. (2006). Methods for resilience in physical health. Current
Disaster Mental Health Research Edited Directions in Psychological Science,
by THE GUILFORD PRESS New York 15(5), 227–231.
London. Retrieved from https://doi.org/10.1111/j.1467-
www.guilford.com 8721.2006.00441.x
Petrucci, O. (n.d.). The Impact of Natural Steinhardt, M., & Dolbier, C. (2008).
Disasters: Simplified Procedures and Evaluation of a resilience intervention
Open Problems. Retrieved from to enhance coping strategies and
www.intechopen.com protective factors and decrease
Rachmat, N. R. M. (2018). Layanan symptomatology. Journal of American
Konseling Kelompok dalam College Health, 56(4), 445–453.
Meningkatkan Resiliensi Anak Korban https://doi.org/10.3200/JACH.56.44.44
Banjir. Irsyad: Jurnal Bimbingan, 5-454
Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Tugade, M. M., & Fredrickson, B. L.
Islam, 6(3), 302-320. (2007). Regulation of positive
Reivich, K., & Shatté, A. (2002). The emotions: Emotion regulation strategies
resilience factor: 7 essential skills for that promote resilience. Journal of
overcoming life's inevitable obstacles. Happiness Studies, 8(3), 311–333.
Broadway Books. https://doi.org/10.1007/s10902-006-
Scheel, M. J., Davis, C. K., & Henderson, 9015-4
J. D. (2013). Therapist Use of Client Uyun, Q., & Rumiani, R. (2012). Sabar Dan
Strengths: A Qualitative Study of Shalat Sebagai Model Untuk
Positive Processes Ψ. The Counseling Meningkatkan Resiliensi Di Daerah
Psychologist, 41(3), 392–427. Bencana, Yogyakarta. Jurnal Intervensi
https://doi.org/10.1177/001100001243 Psikologi, 4(2), 253-276.
9427 Walter, J., & Peller, J. (2013). Becoming
Selekman, M. (1997). Solution-focused solution-focused in brief therapy.
therapy with children: Harnessing Retrieved from
family strengths for systemic change. https://content.taylorfrancis.com/books
Retrieved from /download?dac=C2010-0-41147-
https://psycnet.apa.org/record/1997- 4&isbn=9781134855827&format=goo
08996-000 glePreviewPdf
34
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Weakland, J. H., Fisch, R., Watzlawick, P., Yutrzenka, B., Professional, J. N.-T. and E.
& Bodin, A.M. (1974). Brief therapy: in, & 2008, undefined. (n.d.).
focused problem resolution. Family Traumatic stress, disaster psychology,
process, 13(2), 141–168. and graduate education: Reflections on
Https://doi.org/10.1111/j.1545- the special section and
5300.1974.00141.x recommendations for professional
White, M., White, M. K., Wijaya, M., & psychology training. Psycnet.Apa.Org.
Epston, D. (1990). Narrative means to Retrieved from
therapeutic ends. WW Norton & https://psycnet.apa.org/journals/tep/2/2
Company. /96/
Woling, S. J., & Wolin, S. (1993). The
resilient self. New York: Villard Books.
35
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana psikodrama yang berbasis kearifan lokal
menjadi media yang efektif digunakan dalam pendidikan kebencanaan. Penulis menggunakan
metode kepustakaan untuk memaparkan dan mencapai maksud tersebut. Pendidikan
kebencanaan dirasa perlu menjadi salah satu pengetahuan dasar bagi masyarakat dengan indeks
paparan bencana alam yang tinggi, seperti di Indonesia. Pendidikan kebencanaan memiliki
tujuan untuk memberikan gambaran dan acuan dalam wawasan dan keterampilan siaga
bencana. Karena Indonesia merupakan negara multikultural serta memiliki pola bencana yang
berbeda-beda sesuai dengan karaktersitik daerahnya, maka diperlukan pendekatan berbasis
kearifan lokal. Metode psikodrama dirasa menjadi metode yang efektif dalam menunjang
proses belajar. Psikodrama mencangkup praktik-praktik hidup dan cara mengekspresikan
sesuatu melalui peran-peran tertentu. Tujuan awal dari psikodrama adalah agar terjadi katarsis
emosi sehingga subyek-subyek ang terlibat menjadi lebih sehat secara mental. Pada setting
pendidikan kebencanaan, psikodrama dipandang dapat memberikan pengalaman yang lebih
nyata, sehingga subyek-subyek yang terlibat tidak sekedar merasakan pengalaman secara
langsung namun juga kesan-kesan emosional dapat meningkatkan proses belajar pada materi-
materi kebencanaan. Harapannya, melalui psikodrama berbasis kearifan lokal, pendidikan
kebencanaan dapat diproses secara kognitif, meninggalkan kesan-kesan emosional yang lebih
siap, serta menciptakan keterampilan perilaku untuk siaga bencana.
Kata Kunci : psikodrama; kearifan lokal; pendidikan kebencanaan
36
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
37
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
38
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
39
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
40
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
setempat. Hal ini dapat memberikan dan meresap ketika disampaikan oleh tokoh
dampak signifikan pada lokal atau daerah masyarakat dengan bahasa dan cara-cara
atas praktik-praktik yang berdasar pada yang mengandung kearifan lokalnya.
informasi tersebut. Keempat, cara Melihat bagaimana panjangnya proses
penyebarluasan informasi berbasis kearifan terciptanya kearifan lokal, maka kearifan
lokal yang bersifat non formal lebih mudah lokal tidak dapat dipandang sebelah mata
untuk diterima, dipahami dan diikuti oleh dalam mendeteksi bencana. Sehingga
masyarakat setempat, sehingga lebih efektif peninggalan berupa warisan kearifan lokal
dalam usaha-usaha pengurangan resiko dari generasi sebelumnya sangat perlu
bencana (Desfandi, 2014). untuk dilanjutkan kepada generasi-benerasi
Masing-masing daerah di wilayah selanjutnya. Dengan demikian, setiap
Indonesia memiliki pengetahuan dan generasi akan semakin mengenal bencana
kearifan lokal yang bervariasi. Sering yang berpotensi terjadi di daerahnya
dijumpai istilah-istilah yang berbeda dari masing-masing. Karenanya kegiatan
satu daerah dengan daerah lainnya, tradisi- penanggulangan yang berdimensi mitigasi
tradisi praktik turun-temurun berbeda, dan dan kesiagaan bencana berbasisi kearifan
cara-cara serta model yang berbeda dalam lokal perlu terus dikembangakan.
merespon bencana atau gejala alam yang Praktik dan strategi kearifan lokal
mengarah pada bencana. Namun hal ini dalam mengurangi dampak bencana telah
merupakan potensi dalam membangun terbukti di beberapa daerah. Misalnya,
mitigasi bencana melalui basis kearifan praktik di tiga pulau wilayah Sumatera,
lokal, dimana tradisi dan praktik tersebut yaitu Pulau Simeuleu, Pulau Nias, dan
tidak muncul secara berbeda-beda namun Pulau Siberut. Dalam waktu lima belas
lahir dari pengalaman panjang dan tahun terakhir, ketiga pulau tersebut telah
observasi dari generasi ke genarasi. Melalui mengalami bencana alam gempa bumi dan
observasi dan pengalaman yang panjang tsunami. Pengalaman panjang tersebut telah
dari masyarakat lokal dengan cara dan mengangkat praktik-praktik berbasis
karakteristik mereka sendiri, akhirnya kearifan lokal, yang luput dari perhatian
melahirkan suatu cara antisipasi bencana ilmuan dan akademisi dalam menangkap
lebih awal. Sehingga kearifan lokal dapat gejala-gejala alam tersebut. Praktik-praktik
dijadikan satu langkah untuk antisipasi berbasis kearifan lokal antara lain
bencana. Meskipun biasanya tidak ada mencangkup sarana komunikasi
rumus yang pasti dan teori dari akademisi, tradisional, metode perencanaan dan
alam telah mengajarkan manusia pola-pola pembangunan hunian, serta upacara ritual
dan gejala-gejala yang dapat dipelajari. yang terkait (Desfandi, 2014).
Kearifan lokal tampaknya menjadi lebih
PENDIDIKAN KEBENCANAAN
efektif dalam membangun kesadaran Bencana adalah peristiwa atau
masyarakat lokal tentang kebencanaan dari rangkaian peristiwa yang mengancam dan
pada himbauan aparat atau himbauan mengganggu kehidupan dan penghidupan
nasioanl, terlebih ketika aparat masyarakat, yang disebabkan oleh baik
menggunakan bahasa himbauan yang tidak
faktor alam/ faktor non alam, maupun
mengandung kearifan lokal (Surono, 2013). faktor manusia, sehingga menimbulkan
Oleh karenanya, edukasi tentang korban jiwa manusia, kerusakan
kebencanaan akan lebih mudah dipahami
41
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
lingkungan, kerugian harta benda dan ini meliputi evakuasi korban hingga
dampak psikologis (Undang-Undang pemulihan sarana dan prasarana. Terakhir,
Republik Indonesia, No. 24, 2007). recovery adalah proses pemulihan darurat
Sedangkan penanggulangan bencana kondisi masyarakat yang terdampak
adalah serangkaian upaya yang meliputi bencana dengan memfungsikan kembali
penetapan kebijakan pembangunan yang saran dan prasaran pada keadaan semula
berisiko timbulnya bencana, kegiatan (Desfandi, 2014).
pencegahan bencana, tanggap darurat dan Sektor pendidikan merupakan penentu
rehabilitasi. dalam meminimalisir risiko bencana.
Tujuan dari penanggulangan bencana Indonesia telah memberikan upaya
dirumuskan dalam tujuh poin yang telah kongkret melalui Kementrian Pendidikan
termaktub dalam Undang-undang Republik Nasional pada tahun 2011 dengan
Indonesia tentang Penanggulanagn menerapkan kurikulum kebencanaan sejak
Bencana. Tujaan-tujuan tersebut adalah (1) jenjang pendidikan Sekolah Dasar hiingga
memberikan perlindungan kepada Sekolah Menengah Atas. Materi-materi
masyarakat dari ancaman bencana, (2) pendidikan kebencanaan ini disisipkan
menyelaraskan peraturan perundang- dalam mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa
undangan yang sudah ada, (3) menjamin Indonesia, Matematika, Agama atau mata
terselenggaranya penanggulangan bencana pelajatran lainnya melalui tema-tema yang
secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan relevan. Pendidikan kebencanaan ini
menyeluruh, (4) menghargai budaya lokal, memeiliki tujuan umum memberikan
(5) membangun partisipasi dan kemitraan gambaran dan acuan dalam proses siaga
publik serta swasta, (6) mendorong bencana. Melalui pendidikan kebencanaan,
semangat gotong-royong, kesetiakawanan, diharapkan peserta didik sejak dini mampu
kedermawanan, dan (7) menciptakan bertindak cepat dan tepat ketika terpapar
perdamaian, dalam kehidupan bencana. Informasi yang berkaitan dengan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. gejala alam akan datangnya bencana juga
Terdapat empat fase dalam penanganan diberikan, pada level yang sesuai secara
bencana, yaitu prevention/ mitigation, kognitif agar peserta didik mampu lebih
preparadness, response dan recovery. peka dalam membaca gejala alam dan
Prevention/ mitigation (mitigasi) meningkatkan kesadaran akan datangnya
merupakan serangkaian tindakan yang bencana. Sikap empati terhadap korban
bersifat pencegahan dampak bencana. bencana juga dibangun agar peserta didik
Upaya ini juga meliputi meniadakan dapat memberikan bantuan kepada
bencana jika mungkin. Preparadness lingkungan.
merupakan serangkaian upaya atau Edukasi kebencanaan dapat diberikan
aktivitas yang dilakukan untuk melalui tiga cara. Apabila kebutuhan
mengantisipasi bencana melalui pendidikan hanya sebatas pengetahuan,
pengorganisasian dan langkah yang tepat maka dapat dapat diintegrasikan dengan
guna dan berdaya guna. Response mata pelajaran yang terkait, seperti IPA
merupakan serangkaian kegiatan atau atau IPS. Materi juga dapat berupa tema-
aktivitas yang dilakukan segera setelah tema dalam bahasan mata pelajaran bahasa.
terjadi bencana agar terhindar dari dampak Jika kebutuhan pendidikan sampai pada
buruk yang ditimbulkan bencana. Kegiatan tingkatan pelatihan, maka dapat
42
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
43
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
juga dapat menjadi katarsis dan integrasi karakteristik potensi bencana yang
nilai-nilai, memaknai kearifan lokal dan berbeda-beda di setiap daerah.
menjaganya selama hal tersebut dapat Karakteristik alam dan manusai yang
bermanfaat untuk meminimalisir risiko berbeda ini juga memberikan implikasi cara
bencana di daerahnya. pandang yang berbeda pula terhadap
Proses di atas adalah tahapan bencana dari setiap daerah. Dalam upaya
psikodrama dalam pendidikan kebencanaan penanganan bencana untuk mengurangi
pada tahap mitigasi. Sementara itu, masih resiko dan kerugian akibat bencana,
terdapat tiga tindakan lainnya dalam diperlukan suatu pendidikan kebencanaan.
pendidikan kebencanaan. Melalui proses Tujuan dari pendidikan kebencanaan
psikodrama berbasis kearifan lokal, setiap adalah agar wawasan masyrakat terhadap
tahapan dalam pendidikan kebencanaan bencana semakin luas, sehingga mengerti
dapat dimaknai secara mendalam sesuai apa dan bagaimana cara menghadapi
karakteristik kedaerahan masing-masing. bencana pada situasi-situasi yang tidak
Terlebih jika melibatkan keterampilan- terduga. Pendidikan kebencanaan meliputi
keterampilan pada tahap-tahap selanjtnya. informasi/ wawasan dan keterampilan-
Hingga pada tahap recovery, psikodrama keterampilan. Oleh karenanya diperlukan
dapat memberikan fasilitas praktik yang metode yang bersifat sederhana, berkesan,
dapat dengan mudah dipahami oleh peserta namun dapat mengakomodir capaian dalam
didik maupun masyarakat dalam rentangan bentuk bertambahnya pengetahuan dan
usia yang luas. Di samping itu, perubahan keterampilan. Psikodrama merupakan
perilaku mulai dari tahapan mitigasi akan metode yang awalanya bertujuan untuk
muncul melalui pendekatan psikodrama intervensi dalam sebuah kelompok. Melalui
berbasis kearifan lokal. Hal ini didukung metode psikodrama, subyek-subyek yang
oleh penelitian mengenai efektivitas tehnik- terlibat diharapkan dapat menggunakan
tehnik perilaku, seperti psikodrama untuk kearifan lokal dalam mempertontonkan
mendukung individu maupun masyarakat praktik-praktik dan strategi dalam
dalam rangka mengubah perilaku non pendidikan kebencanaan dihadapan para
adaptif menjadi lebih adapatif telah banyak audiens. Harapannya, melalui praktik yang
dilakukan (Hoffman, Knight & Wallach, ditunjukkan dalam psikodrama dengan
2007). menggunakan kearifan lokal sebagai dasar
pijakan dalam setiap adegan dapat
SIMPULAN
memberikan wawasan pendidikan
Indonesia merupakan negara yang
kebencanaan yang mengesankan sehingga
rawan bencana alam, karena letaknya
capaian berupa bertambahnya pengetahuan
secara geologis yang berada di tengah-
dan keterampilan dapat diperoleh. Selain
tengah ketiga lempengan di dunia dan
itu, aktivitas psikodrama dapat digunakan
membentuk pertemuan pegunungan. Hal ini
dalam setting formal dan non formal,
tentu tidak menguntungkan Indonesia
dilaksanakan dalam konteks makro maupun
karena menjadikan negara ini memiliki
mikro, dan fleksibel digunakan untuk
indeks bencana yang tinggi. Luasnya
rentang usia yang luas.
wilayah Indonesia juga memberikan
karakter yang beragam tentang alam dan
masyarakatnya, sehingga memberikan
44
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
45
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Intan Rahmawati
Universitas Brawijaya
Ketawanggede, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, 65145
intanr@ub.ac.id
ABSTRAK
Lokasi wisata ekologi Kota Batu tidak lepas dari lingkar bencana alam yang berpeluang untuk
terjadi. Misalnya saja tanah longsor dan banjir yang merupakan jenis bencana alam yang wajib
diwaspadai pada wilayah ekologi Kota Batu. Sebagai kewaspadaan terhadap bencana,
pengunjung perlu menyadari konsekuensi bencana di lokasi wisata. Untuk itulah, penelitian ini
bertujuan memahami kesadaran konsekuensi bencana pada pengunjung wisatawan Kota Batu.
Tujuan penelitian tersebut diperoleh dengan melakukan metode kualitatif. Teknik wawancara
pada 10 informan di tiga lokasi wisata ekologi yang berbeda memeroleh hasil bahwa kesadaran
konsekuensi bencana pada pengunjung berasal dari norma kebersihan dan ketaatan. Temuan
kedua norma tersebut menyiratkan perlunya aktivasi norma yang menjadi nilai dalam perilaku
agar dapat muncul kesadaran terhadap konsekuensi bencana.
Kata kunci: aktivasi norma; kualitatif; sadar bencana.
ABSTRACT
The ecological tourism location of Batu City is inseparable from the ring of natural disasters
that have the opportunity to occur. For example, landslides and floods which are a type of
natural disaster that must be watched out in the ecological area of Batu City. As a precaution
against disaster, visitors must be aware of disasters at tourist sites. The purpose of this study
was obtained by using a qualitative method. Interview techniques with 10 informants at three
different ecological tourism sites obtained results from the reality of the opposite of visitors
regarding hygiene and obedience norms. The finding of the two norms implies the necessity of
communicating norms that are of value in relation to bringing awareness to the challenges of
disaster.
Keywords: disaster awareness; norm activation; qualitative.
46
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Potensi wisata yang besar membuat tetap disesuaikan dengan potensi yang
Kota batu semakin diminati oleh investor dimiliki setiap Desa.
untuk mengembangkan bisnis (https://radarmalang.id/pemkot-batu-
pariwisatanya. Namun demikian, siapkan-dana-pengembangan-wisata-rp-9-
perkembangan pariwisata ini juga menjadi miliar)
ancaman bagi kondisi lingkungan di daerah Di sisi lain, perilaku wisatawan sendiri,
tersebut. Kota Batu sendiri, melalui Perda baik secara sadar maupun tidak sadar,
No. 7 Tahun 2011 mengalokasikan berpotensi untuk memberikan kontribusi
1,252.00 Ha untuk Lahan Pertanian dan pada kerusakan lingkungan yang
Pangan Berkelanjutan (LP2B), yang berdampak pada bencana. Misalnya
semestinya sebesar 2,888.82 Ha. Hal memetik bunga di tempat wisata, gangguan
tersebut berarti terdapat Lahan Pertanian terhadap satwa liar, polusi selama periode
dan Pangan seluas 1,636.82 Ha yang akan wisata yang dijalaninya (Su, Hsu, &
dialihfungsikan menjadi lahan non Boostrom, 2018). Selain itu juga disebutkan
produktif seperti Perumahan, Hotel/Villa, bahwa wisatawan umumya fokus pada
pariwisata maupun industry lainnya. aktivitas yang mereka lakukan selama
Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat berwisata, dan kurang memberikan
bahwa akan ada rencana pengalihfungsian perhatian pada lingkungan setempat.
50% lebih lahan pertanian. Dampak yang Penelitian ini berusaha untuk mencoba
dirasakan salah satunya adalah kualitas air memahami kesadaran konsekuensi
dalam kategori Sangat Kurang yaitu 51,67 terhadap bencana pada wisatawan wisata
(Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah ekologi Kota Batu. Pemahaman tentang hal
(SLHD) Provinsi Jatim tahun 2015). ini akan membantu memberikan alternatif
Sebelumnya, Data SLHD 2014 dalam rangkaian upaya mengurangi risiko
menunjukkan, ada penurunan jumlah bencana di daerah wisata ekologi.
sumber mata air dari 109 pada 2009
METODE
menjadi tinggal 57 pada 2011, hingga Metode penelitian dalam kajian ini
penyusutan 70% lahan pertanian apel adalah kualitatif fenomenologi yang
(https://mcw-malang.org/krisis-ekologi- bertujuan memahami kesadaran bencana
kota-batu-dan-dampak-sosialnya) pada pengunjung wisata ekologi Batu.
Potensi kerusakan lingkungan dan juga Pendekatan kualitatif dipilih karena dapat
pengembangan ekonomi kerakyatan, menjelaskan kesadaran konsekuensi
kemudian membuat pemerintah Kota Batu bencana pada pengunjung lokasi wisata
mengalihkan arah pengembangan pada ekologi Batu tanpa tercampuri oleh
wisata alam atau desa wisata. Pemerintah prasangka-prasangka atau opini-opini yang
Kota Batu sendiri pada tahun 2019 telah ada sebelumnya, sehingga lebih fokus pada
menyiapkan anggaran sebesar Rp 9 miliar diri pengunjung lokasi wisata, meliputi apa
untuk peningkatan sektor pariwisata di kota yang dipikirkan, dirasakan dan diperbuat
tersebut. Plt Kepala Disparta Kota Batu, pengunjung. Metode kualitatif dilakukan
Imam Suryono menyatakan untuk tahun dalam natural setting (Creswell, 2014),
2019 ini pihaknya telah merancang
dimana individu tidak terpisahkan dari
berbagai inovasi untuk menambah konteks lingkungannya, sehingga tidak
pengembangan Desa Wisata di Kota Batu. memungkinkan untuk membatasi atau
Persiapan sebagai Desa Wisata tentunya
47
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
menentukan variabel-variabel apa yang menyelekssi data yang relevan untuk dibuat
dapat memengaruhi kesadaran konsekuensi menjadi ilustrasi dan melaporkan masing-
bencana pada pengunjung lokasi wisata masing tema.
karena berbagai variabel tersebut telah
HASIL
menyatu dalam diri pengunjung. Kesadaran Penggalian data kualitatif dalam
konsekuensi bencana ini merupakan hasil penelitian ini dilakukan dengan wawancara.
eksplorasi dari interaksi berbagai variabel Pendalaman pertanyaan dibuat berdasarkan
yang ada dalam diri pengunjung dengan angket terbuka yang disediakan. Data yang
lingkungannya. terjaring di empat tempat wisata, yaitu
Peneliti menggunakan 10 informan taman pinus, coban rais, taman kelinci, dan
pada tiga lokasi wisata ekologi Batu yang paralayang menunjukkan bahwa motivasi
berbeda-beda. Lokasi pertama di wisata mengunjungi tempat wisata tersebut adalah
Paralayang, kedua di Taman Kelinci, ketiga pemandangan alam dan cuaca. Meskipun
di lokasi wisata Coban Rais, dan keempat berasal dari kota Malang, rupanya
di Taman Pinus. Data yang telah terkumpul pengunjung memilih pemandangan alam
kemudian dianalisis dengan teknik tematik. dan mencari udara segar sebagai
Menurut Boyatzis (1998) pendekatan penghilang penat.
tematik merupakan sebuaah cara untuk Seperti yang disampaikan informan
mengidentifikasi, menganalisis, dan berikut ini:
melaporkan tema-tema yang terdapat dalam “…cari udara segar, kerja terus perlu
suatu fenomena. Oleh sebab itu, metode ini refreshing disini” (IR.M.10)
dapat mengatur dan menggambarkan data Pada angket bentuk pelestarian lokasi
secara mendetail agar dapat menafsirkan wisata, seluruh pengunjung yang menjadi
berbagai aspek tentang topik penelitian. informan penelitian ini sepakat berpendapat
Hayes (Creswell, 2014) menguraikan bahwa tidak merusak kondisi alam serta
tahapan yang dapat dilakukan dalam memaksimalkan potensi yang ada di lokasi
melakukan analisis tematik, yakni (1) wisata menjadi bentuk pelestarian tempat
menyiapkan data yang akan dianalisis wisata. Kedua hal tersebut adalah hal yang
dengan cara dikelompokkan; (2) penting sebab menjadi alasan kuat agar
mengidentifikasi aitem-aitem tertentu yang terhindar dari bencana namun keindahan
relevan dengan topik studi; (3) lingkungan dapat tetap terjaga.
mengurutkan data berdasarkan tema Sadar kebersihan seperti membuang
kesamaan tema; (4) menguji kesamaan sampah pada tempatnya dan tidak ada
tema dan memformulasikan dalam sebuah kegiatan penebangan hutan, merupakan
kategori tertentu; (5) memperhatikan cara utama menurut pengunjung agar
masing-masing tema secara terpisah dan kawasan wisata tetap lestari.
berhati-hati dalam menguji kembali “…sebenarnya Batu ini juga rawan
masing-masing transkrip jawaban yang bencana, tempat ini (Coban Rais) juga
memiliki tema yang sama; dan (6) rawan longsor, tapi pemandangannya
menggunakan seluruh material yang bagus dan lokasi bisa digunakan untuk
berhubungan dengan masing-masing tema acara keluarga ya, sayang sekali kalau
untuk membuat tema akhir yang berisi tidak dijaga” (KM.ES.18-23).
sebuah nama kategori dan pengertiannya
bersama dengan data pendukung, serta
48
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Udara segar
tempatnya, seimba diperbanyak,
ya, baiknya ada petugas kebersihan, tidak ng dan ada
selain tanggungjawab pengunjung juga menembak tempat
tapi harus ada yang jaga” (AM.ES.21- satwa ibadah yang
(burung) memadai
24) Buang Lokasi Tempat
Pendapat pengunjung tentang lokasi sampah pada rawan sampah
Refreshing
tempatnya bencan diperbanyak,
wisata menunjukkan dengan menjaga
a dan ada
keseimbangan ekosistem, lokasi wisata tempat
akan dapat terus terjaga sehingga dapat ibadah yang
memadai
dinikmati dalam jangka panjang.
Sumber: hasil olahan data peneliti
Melihat motivasi pengunjung, serta
bentuk pelestarian dan alasan penting
tersebut, pengunjung lokasi wisata PEMBAHASAN
memberikan sarannya untuk menambahkan Bencana alam kerapkali juga diartikan
fasilitas kebersihan seperti tempat sampah sama dengan bahaya alam. Caroline (2015)
di banyak titik, serta toilet bersih di titik menyampaikan bahaya alam sebagai situasi
lokasi yang mudah dijangkau oleh alam yang tidak normal, seperti banjir,
pengunjung yang masih belum mencukupi. erupsi gunung berapi, atapun gempa bumi
Selain itu, fasilitas ibadah seperti mushola yang dapat terjadi dimana saja namun
juga dirasa perlu ditambah agar pengunjung belum tentu menimbulkan bencana yang
merasa nyaman berwisata. terdapat korban.
“…perlu tambah tong sampah ya, ini Awotona (2014) dalam kajiannya
sampah juga masih banyak yang tentang membangung komunitas pasca
berserakan, kalau banjir bahaya juga” bencana menegaskan sebelumnya, bila
(DS.ES.20-22). bencana alam adalah situasi yang
“...mushola penting ini, jarak mau ditimbulkan oleh bencana alam yang bisa
sholat masih agak jauh ya. Kalau ada saja disebabkan karena ulah manusia,
beberapa mushola pasti tidak antri di kerusakan lingkungan, turunnya kualitas
kamar mandi” (AP.ES.16-18). sumber daya alam, serta ekosistem yang
Melihat hasil data yang telah mulai mengalami perubahan yang
terkumpul, dapat ditampilkan norma signifikan.
kelompok data pada tabel 1. Pada beberapa kejadian bencana,
Norma pengunjung tersebut terdapat menunjukkan ketidakjelasan penyebab
kewajiban moral (moral obligation) yang timbulnya bencana, apakah yang
berbeda-beda untuk menjaga kelestarian disebabkan oleh alam atau karena aktivitas
lingkungan. Wajib menjaga kebersihan, individu. Bencana alam yang terjadi
tetap menjaga ekosistem lingkungan, dan merupakan keterkaitan antara bahaya alam,
penyediaan fasilitas ibadah (mushola) kerentanan (vulnerability) suatu wilayah,
dianggap sebagai pilihan wajib agar lokasi serta ketahanan yang merupakan dimensi
wisata dapat tetap ada. yang dapat dimodifikasi untuk dapat
49
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
50
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
51
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Sumi Lestari
Universitas Brawijaya
Ketawanggede, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, 65145
Lestari.sumi@ub.ac.id
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk memotret koping stress pada penyintas gempa di Lombok.
Penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian kualitatif melibatkan pendekatan studi
kasus, jumlah responden 5 penyintas. Hasil penelitian ini mendiskripsikan beberapa situasi
yang didahapi oleh penyintas gempa yang terjadi di Lombok antara lain responden memilih
untuk menginap di tenda pengungsian, mereka belum berani melakukan aktivitas sehari-hari
bahkan pulang kerumah merekapun tidak berani, selain itu kondisi fisik pada penyintas gempa
Lombok adalah menurunnya kesehatan fisik pada penyintas karena kekurangan air bersih,
fasilitas pengobatan yang tidak maksimal meskipun disana telah disediakan tenda kesehatan
dari berbagai relawan kesehatan seluruh Indonesia namun ketersediaan obat sangat terbatas.
Secara psikologis yang terjadi pada penyintas bencana adalah merasa takut, khawatir dan
cemas akan terjadi bencana yang lebih besar bahkan tidak sedikit masyarakat yang mengalami
trauma dengan kejadian tersebut. Bentuk koping stress yang sering digunakan pada penyintas
gempa Lombok berupa Emotional Focus Coping dengan menggunakan pendekatan
spiritualitas. Responden percaya Allah memberikan bencana ini sebagai bentuk teguran kepada
masyarakat Lombok serta agar mereka lebih mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha Esa
dengan cara berdoa, beribadah, saling membantu dan berbuat baik kepada sesama.
Kata kunci: coping stress; gempa bumi; penyintas.
ABSTRACT
The purpose of this study was to photograph stress coping on earthquake survivors in Lombok.
This study used a qualitative research method involving a case study approach, the number of
respondents was 5 survivors. The results of this study describe a number of situations that were
affected by earthquake survivors in Lombok, including respondents choosing to stay overnight
in refugee camps, they did not dare to do their daily activities and even returned home they
were not brave, besides that the physical conditions in Lombok earthquake survivors were
declining physical health of survivors due to lack of clean water, medical facilities are not
optimal even though there have been provided health tents from various health volunteers
throughout Indonesia but the availability of drugs is very limited. Psychologically what
happens to disaster survivors is feeling afraid, worrying and worrying that there will be a
greater disaster even not a few people are traumatized by the incident. A form of stress coping
that is often used in survivors of the earthquake in Lombok in the form of Emotional Focus
Coping using a spirituality approach. Respondents believe God gave this disaster as a form of
reprimand to the people of Lombok and so that they get closer to the almighty God by praying,
worshiping, helping each other and doing good to others
Keywords: coping stress; earthquake; survivors.
52
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
53
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
mengatasi masalah yang dihadapi oleh adalah 5 penyintas gempa Lombok yang
individu (Sarafino, 1994). berdampak parah yaitu di wilayah Lombok
Lebih lanjut Lazarus (Sarafino, 1994) utara, berjenis kelamin laki-laki dan
menjaskan bahwa koping stress terdiri dari perempuan, usia 25-65 tahun
dua bentuk yaitu: Emotion-Focused Coping Teknik pengumpulan data dengan
dan Problem-Focused Coping. Emotion- menggunakan wawancara, diskusi
Focused Coping merupakan suatu usaha kelompok (FGD) dan observasi. .
untuk mengelola respon emosional pada Keabsahan data dalam penelitian ini
situasi yang menekan, strategi ini menggunakan triangulasi yaitu triangulasi
digunakan saat individu tidak mampu sumber data, waktu dan teori.. Analisis data
mengubah situasi yang menimbulkan yang digunakan dalam penelitian ini
tekanan. Problem Focused Coping dengan menggunakan analisis tematik
merupakan usaha yang dilakukan untuk Boyatzis, analisis tematik merupakan cara
mengatasi masalah individu dengan pandang yang mampu melihat sesuatu yang
mempelajari teknik ketrampilan atau stategi tidak dapat dilihat oleh orang lain dari data,
baru. Atau usaha yang dilakukan oleh fenomena tertentu berdasarkan pada tema-
individu dengan mendekat dan menghadapi tema yang muncul dari informasi umum,
msalah serta berusaha memecahkan tema merupakan sebuah pola yang
masalah yang dialami. ditemukan dalam informasi kualitatif yang
membuat penjelasan sehingga intrepetasi
METODE
dari suatu fenomena (Boyatzis, 1998)
Penelitian ini menggunakan metode
adapun tahapan dalam analisis Boyatzis
penelitian kualitatif dengan pendekatan
terdiri dari: a). coding tema dengan
studi kasus pada penyintas gempa Lombok.
merumuskan tema, label, definisi dan
Studi kasus lebih lebih tepat dikarenakan
indikator, b). Membuat simbol coding pada
fenomena yang diangkat unik dan khas
transkrip dengan memberikan catatan
hanya gerjadi di Lombok. Prinsip teoritis
refleksi (dapat berupa warna, angka dan
penelitian kualitatif menurut Poerwandari
lain sebagainya), c). Mengorganisasikan
(2011) meliputi; realitas merupakan sutu
tema atau mengelompokkan tema dan d).
hal yang bersifat obyektif, sederhana,
Membuat deskripsi tabel tema.
positif dan meliputi impresi-impresi
indrawi, fakta harus terpisah dnegan value HASIL
yang ditonjolkan adalah fakta netralitas Diskripsi subyek penelitian ini adalah
nilai, bentuknya logis teoritis deduktif dan lima penyintas gempa Lombok, dengan
eksplanasi dibatasi pada gejala positif dan jenis kelamin 2 laki-laki dan 3 perempuan.
diambil secara eksklusif dari pengalaman. a. Coding Tema
Lebih lanjut Moleong (2010) menjelaskan Tabel 1.
ciri khusus penelitian kualitatif terdiri dari Coding tema Problem Focus Coping
naturalistic inquiry, analisis induktif, Tema Coping stress
peneliti kontak secara langsung dengan Label Problem Focus Coping
responden, perspektif holistik, dan dinamis, Definisi Usaha yang dilakukan individu
mendekati masalah dan mencari
fleksibilitas desain, orientasi pada kasus solusi dari permasalahan tersebut
unik dan peneliti sebagai instrument kunci. Indikator Mencari ketrampilan-ketrampilan
Jumlah responden dalam penelitian ini untuk menyelesaikan masalah,
mencari pokok masalah, adanya
54
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
55
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
berusaha mencari informasi terkait tempat beradaptasi dalam situasi apapun termasuk
pengungsian, mencari informasi kesehatan situasi yang menekan maka ia akan tumbuh
dan makanan pokok, mencari informasi jika lebih baik dari kesulitan, kejadian yang
terjadi tsunami serta mencari informasi tidak menyenangkan atau menekan hingga
terkait hal-hal yang dilakukan saat terjadi dapat menemukan sisi positif dari
gempa susulan, lebih lanjut Responden keterpurukan yang dialaminya.
mencari pokok permasalahan dan merasa Englert, Bertrams, dan Dickhäuser
bahwa mereka tidak mampu berbuat apa- (2011) menjelaskan bahwa individu yang
apa karena faktor alam, sehingga yang mampu mengontrol diri atau
dapat dilakukan mereka agar siaga terhadap mengendalikan diri maka cenderung lebih
bencana susulan yang menimpa mereka. mampu bertahan dalam menghadapi
Emotional Focus Coping yang kesulitan dan situasi yang menekan, begitu
menonjol pada penyintas gempa bumi di sebaliknya individu yang kurang mampu
Lombok adalaha melakukan aktivitas mengendalikan diri cenderung lebih, akan
keagamaan dengan cara berdoa, beribadah, mengalami kesulitan untuk berdamai dan
saling membantu dan berbuat baik kepada kompromi terhadap kejadian yang tidak
sesame. Mereka yakin bahwa dengan menyenangkan karena ketidak mampuan
melakukan hal-hal baik Allah pun akan dalam mengatur emosinya. Penyintas yang
memberikan kebaikan kepada mereka. mampu mengontrol diri dan mengendalikan
selain itu responden berusaha bersikap diri mereka akan mampu mengurangi resko
positif terhadap situasi yang menimpa, mengalami gangguan psikologis akibat
penyintas beranggapan bahwa dengan pengalaman yang tidak menyenangkan.
adanya gempa yang terjadi di Lombok Mengacu pada Kato (2012)
sebagai bentuk teguran kepada mereka agar menjelaskan bahwa dengan menggunakan
melakukan introspeksi diri. pendekatan fleksibilitas koping, proses
pemilihan strategi koping pada individu
PEMBAHASAN
bergantung pada perubahan penilaian
Menurut Folkman & Moskowitz,
terhadap situasi menekan yang dialami oleh
(2004) dampak positif individu
individu. Lebih lanjut Daniel dan Moos
menggunakan coping stress antara lain: 1).
(Rice, 1999) menyatakan bahwa kejadian
Meningkatkan interaksi sosial,
yang tidak menyenangkan pada individu
mengeratkan hubungan sosial antara
berupa (bencana, kematian dan lain
keluarga, sahabat, dan sesama, 2).
sebagainya) merupakan situasi yang
Meningkatkan kepercayaan dalam
menekan atau situasi penuh stress bagi
hubungan sosial karena merasa senasib
individu sehingga membutuhkan
seperjuangan dalam tertimpa bencana, 3)
pengelolaan stress tersebut, diperlukan
meningkatkan empati kepada sesame dan
untuk mengelola tingkat stress yang
4). Meningkatkan kemampuana mengelola
dialami.
konflik atau masalah yang dihadapi,
cenderung lebih matang serta PENUTUP
meningkatkan kemampuan pengaturan diri. SIMPULAN
Hal ini senada dengan pernyataan Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
Seligman (dalam Rodriguez, 2011) penyintas gempa Lombok cenderung
menjelaskan bahwa individu yang mudah menggunakan Emotional Focus Coping
56
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
57
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
58
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Endang Prastuti
Universitas Negeri Malang
endangprastuti12@gmail.com
ABSTRAK
Kebencanaan apapun bentuknya menimbulkan dampak fisik dan psikologis pada individu dan
komunitas. Ilmu psikologi berbasis pendekatan psikologi positif, menjelaskan pentingnya
human strength pada kesejahteraan hidup manusia. Berbasis teori adaptasi menjelaskan
pentingnya proses adaptasi ketika menghadapi kebencanaan, melaui mekanisme koping.
Kebersyukuran merupakan bentuk koping positif yang bisa diterapkan pada individu atau
komunitas terdampak kebencanaan. Namun demikian efektivitas aktivasi rasa syukur perlu
memperhatikan waktu dan keunikan individu. Hasil penelitian terkait kebencanaan
menunjukkan di awal-awal kebencanaan terjadi (6 bulan pasca bencana), dukungan sosial yang
sangat penting, sebagai buffering effect, akan tetapi pasca 6 bulan bencana dukungan social
diperkuat dengan kebersyukuran baru berperan secara signifikan memproteksi kesehatan
mental pada survivor. Selain itu, proses adaptasi menghadapi kebencanaan, dipengaruhi oleh
keunikan individu, salah satunya faktor kepribadian, artinya di awal kebencanaan, kepribadian
neurotism berasosiasi dengan stres dan simptom posttraumatic stress. Kebersyukuran
merupakan bentuk koping positif yang mungkin diterapkan pada individu atau komunitas
terdampak kebencanaan. Aktivasi rasa syukur dapat dilakukan ketika individu melihat
kebencanaan sebagai sesuatu yang bermakna dan bernilai, serta menyadari ada hikmah dibalik
yang terjadi (benefit finding). Ditinjau dari broden-bulit theory, rasa syukur merupakan bentuk
perasaan positif yang berperan penting untuk membangun sumber daya psikologis (resiliensi
& kebahagiaan). Aktivasi rasa syukur ketika menghadapi kebencanaan dapat diterapkan
dengan menggunakan metode counting of blessing. Akhirnya, melalui proses belajar sepanjang
hidup maka rasa syukur dapat dikembangkan sebagai respon koping, kebiasaan, kepribadian,
hingga membentuk kekuatan karakter (character strength) yang melekat dalam “diri”. Rasa
syukur bagaikan “diamond” yang siap diaktivasi ketika menghadapi apapun kejadian hidup
yang terus berubah.
Kata kunci: aktivasi rasa syukur; kebencanaan
59
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
proses mental manusia sebagai akibat dari ditandai dengan kebahagiaan, kesehatan
peristiwa kebencanaan. Diantara berbagai fisik dan mental, kebermaknaan dan
paradigma di dalam ilmu psikologi, kebaikan (Baumgardner & Crothers, 2010).
paradigma (perspektif) psikologi positif Psikologi positif berbasis pada tiga pilar
lebih memfokuskan pada kesejahteraan yaitu: pengalaman subjektif yang positif
subjektif pada manusia. Dalam konteks seperti: kebahagiaan, ketenangan dan
kebencanaan memandang bahwa human harapan, karakteristik positif individu yaitu
strength merupakan aspek penting dalam kekuatan personal dan kebaikan serta
proses adaptasi individu ketika terjadi institusi sosial dan komunitas positif, yang
kebencanaan, sebagai peristiwa hidup memberi kontribusi pada kesehatan dan
dialami oleh individu. Uraian berikut akan kebahagiaan individu (Seligman, dalam
membahas: (1) peran penting syukur, Baumgardner & Crothers, 2010; Seligman,
sebagai character strength berperan dkk., 2005). Dengan demikian, maka
sebagai coping response yang dapat psikologi positif terdiri dari tiga pilar yaitu:
digunakan strategi koping positif sebagai (a) pleasant life yakni fokus pada
proses adaptasi, ketika menghadapi lingkungan sosial dan kualitas pribadi
kebencanaan/pasca kebencanaan, (2) sebagai determinan kebahagiaan, (b)
bagaimana cara bersyukur dalam keadaan engagement life yakni fokus pada
apapun, baik ketika tidak terjadi bencana keterlibatan aktif dalam aktivitas, (c)
ataupun merespon pasca bencana, sehingga kehidupan yang penuh makna meaningful
diharapkan survivor dapat beradaptasi life yakni kebahagiaan yang melampaui
dengan cepat. Adaptasi yang efektif kepentingan pribadi, lebih dalam dan
merupakan kunci untuk mengaktivasi bertahan lama dan terkait dengan sesuatu
kebahagiaan, yakni dengan bersyukur yang lebih luas daripada diri sendiri
sebagai koping respon terhadap peristiwa (Seligman, dkk, 2006, dkutip Baumgardner
hidup. Kunci kesehatan mental adalah & Crothers, 2010). Ketiga komponen
kemampuan untuk beradaptasi terhadap kebahagiaan yakni: pleasant life,
perubahan dan pemicu stres (stressor) baik engagement life, meaningful life disebut
berupa: stres, konflik, frustrasi dan tekanan, dengan istilah authentic happines
yang terus akan dan mungkin terjadi (Seligman, 2010).
sepanjang kehidupan manusia. Pandangan mengenai kesejahteraan
(well-being) dalam perspektif psikologi
Kebencanaan: Perspektif Psikologi
ditunjukkan dengan berbagai penelitian
Positif
terkait kesejahteraan subjektif atau
Kebencanaan dan upaya manusia untuk
subjective well-being (Diener, dkk, 1999).
merespon secara adaptif kejadian hidup,
Kesejahteraan subjektif (subjective well-
termasuk peristiwa kebencanaan apapun
being) dalam kehidupan sehari hari sering
bentuknya, akan dijelaskan menggunakan
disebut dengan istilah kebahagiaan,
perspektif psikologi positif sebagai frame of
selanjutnya kedua term tersebut digunakan
view. Paradadigma psikologi positif
secara bergantian (Baumgardner &
merupakan kajian ilmiah menekankan
Crothers, 2010).
kualitas personal, pilihan hidup, lingkungan
Lazimnya ketika individu dihadapkan
dan kondisi sosio-kultural yang dapat
dengan peristiwa hidup (event life) berupa
meningkatkan kehidupan yang baik
kebencanaan baik berupa bencana alam
60
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
61
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
62
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
be tangible benefit from a specific others or menghargai altruistic gift (Emmons &
moment of peaceful”. Senada dengan McCullough, 2003).
difinisi ini, Emmons & Stern (2013) Aktivasi rasa syukur berdampak
mendefinisikan rasa syukur: “gratitude is terhadap kesehatan mental dan
feeling that occurs in interpersonal kesejahteraan subjektif individu. Rasa
exchange when the person acknowledges syukur akan mengarah pada perasaan
receiving a valuaable benefit from another” terdukung serta rendahnya stres dan depresi
Berdasarkan difinisi di atas, disimpulkan (Wood, dkk., 2008), berkorelasi negatif
bahwa: rasa syukur merupakan perasaan dengan menyalahkan diri sendiri,
senang dan berterimakasih yang muncul penolakan (Wood, dkk., 2007). Sebaliknya,
ketika individu menerima manfaat yang rasa syukur dapat meningkatkan subjective
bernilai dari orang lain, maupun momen well-being pada subjek beragam (Emmons
yang memberi rasa damai. & McCulhough, 2003; Martinez, dkk.,
Konsep rasa syukur pada level disposisi 2010; review Wood, dkk., 2010, Tofangchi,
dipandang sebagai konsep yang luas 2013; Froh, dkk., 2009; Froh, dkk., 2011),
menekankan pada “orientasi hidup” dengan bahkan dengan mengontrol kepribadian,
memperhatikan dan menghargai hal-hal rasa syukur berpengaruh pada subjective
yang positif dalam hidup (Emmons & well-being (Datu, 2014, Safaria, 2014).
Stern, 2013), artinya rasa syukur tidak Kajian literatur memberikan informasi
hanya bermakna menghargai bantuan bahwa kebahagiaan merupakan tujuan
secara interpersonal, namun menekankan akhir dari setiap individu, sementara itu
pada persepsi terhadap “segala sesuatu” rasa syukur merupakan prediktor yang
yang berharga dalam hidup (Wood, dkk., berpengaruh langsung terhadap
2010). Rasa syukur dipandang sebagai kesejahteraan subjektif (Prastuti, Tairas &
transcendental virtue (Peterson & hartini, 2018). Namun demikian, apakah
Seligman, 2004), Rasa syukur juga dimungkinkan ketika seseorang
bermakna: sikap, kebiasaan, trait dihadapkan dengan kebencanaan masih
kepribadian dan berperan pula sebagai dapat mencapai kesejahteraan subjektif?
coping response (Emmons & McCullough, Sejauhmana rasa syukur dapat diaktivasi
2003), dalam bentuk positive coping ketika individu dihadapkan dengan
(Wood, dkk., 2007). peristiwa hidup (kebencanaan) yang tidak
Berbasis teori pemprosesan informasi, diharapkan? Bila ditinjau dari perspektif
rasa syukur merupakan cognitive-affective psikologi positif dan berbasis teori adaptasi,
state, artinya individu melakukan afirmasi maka seseorang masih berpeluang untuk
“good things” mengenai kehidupannya, berbahagia, dengan hidup penuh makna
serta mengenali bahwa kebaikan tersebut (meaningfull life), dengan mengaktivasi
berasal dari luar dirinya (Emmons & Stern, kekuatan karakter yang tersembunyi,
2013). Rasa syukur merupakan hasil dari khususnya kekuatan karakter transenden
dua tahap proses kognitif: (1) mengenali yaitu religiusitas dan rasa syukur. Hal ini
bahwa dirinya telah memperoleh hasil yang sesuai dengan revisi hedonic treadmill
positif, (2) mengenali hasil positif tersebut model yang menjadi penjelas kesejahteraan
bersumber di luar dirinya, dengan demikian subjektif (Diener, dkk., 2006). Lazimnya
kunci rasa syukur adalah mengenali dan ketika seseorang menilai kebencanaan
sebagai kejadian yang buruk maka akan
63
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
64
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ini berarti syukur tidak bisa serta merta Indonesia. Sebagai contoh, khususnya pada
diaktivasi ketika kebencanaan tersebut masyarakat jawa, terdapat nilai-nilai
terjadi, namun setelah berjangka waktu 6 ekspresi syukur terhadap Tuhan,
bulan berikut pasca terjadi kebencanaan ditunjukkan dengan ritual “sedekah bumi”
syukur baru memiliki pengaruh yang (Nur Afifah, 2015).
signifikan terhadap kebencanaan. Di awal- Hal ini berarti syukur yang juga
awal kebencanaan hingga 6 bulan, justru merupakan barometer moral, ketika
yang berperan adalah dukungan social yang bersesuaian dengan nilai-nilai kulutural di
mampu berperan sebagi buffering effect suatu masyarakat. Oleh karena itu, upaya
terhadap PTG (Post Traumatic Growth). intervensi atau promosi syukur, termasuk
Intervensi syukur terhadap terhadap kurban kebencanaan berpeluang
kebencanaan mungkin dilakukan dikaitkan untuk bisa diterapkan. Ketika mendapat
dengan konteks kultural. Review literature pengalaman buruk (seperti kecelakaan),
terkait kemungkinan intervensi syukur dengan memar-memar di seluruh tubuh,
terhadap kebencanaan, mencoba masyarakat Jawa masih bisa
mengkaitkan sinergi konsep nilai kultural mengungkapkan muatan syukur dengan
yang disebut “en dan gan’en” merupakan pilihan kata “untung” hanya memar-
nilai kultur Cina yang mengedepankan memar, Alhamdulillah masih diberi
pentingnya menghargai kehidupan. kehidupan oleh Allah”. Ungkapan seperti
Diperkuat dengan latihan menghitung ini menunjukkan bahwa ekspresi syukur
karunia/keberkahan (count your blessing) mampu dilakukan, ketika menghadapi
dan “naikin meditation” merupakan latihan peristiwa hidup yang tidak diharapkan,
refleksi diri. Disimpulkan bahwa kajian dengan melihat “sisi positif, dari suatu
literatur menguatkan peran syukur sebagai bencana”. Masyarakat Indonesia yang
pilihan treatmen secara jangka panjang mayoritas beragama Islam dan religious,
terhadap survivor pasca bencana. Diyakini dengan nilai-nilai luhur yakni “nilai
intervensi syukur menggnakan count-your kesyukuran” yang masih dipertahankan,
blessing dan daily reflection exercise dan maka diduga intervensi syukur sangat
nilai budaya masyarakat China diduga mungkin dilakukan.
merupakan treatmen yang cocok, meskipun Hasil penelitian terhadap survivor
efektivitas prosedur treatmen syukur masih bencana gunung meletus Merapi di Jawa
membutuhkan penelitian ke depan (Chan, Tengah menunjukkan spiritualitas memberi
2008). kontribusi terhadap PTG (Post-Traumatic
Mengadopsi kajian literatur oleh Chan Growth) kurban merapi. Data kualitatif
(2008), maka treatmen dengan menunjukkan bahwa spiritualitas
mengaktivasi syukur dimungkinkan untuk terekspresikan dalam bentuk berdoa, yakin
diterapkan pada masyarakat Indonesia. pada Tuhan, kebijaksanaan, kasih sayang
Indonesia memiliki potensi tinggi (compassion) dan shabar (patience), diduga
mengalami aneka kebencanaan, namun akan mampu mengubah pengalaman stres
demikian aktivasi rasa syukur (distress experience) menjadi lebih positif
dimungkinkan dapat diterapkan untuk ke arah pertumbuhan pribadi (Subandi,
kurban kebencanaan, mengingat bahwa dkk., 2014). Khusus untuk masyarakat
syukur merupakan nilai luhur yang banyak Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat
dipraktekkan di berbagai kultur di yang menghargai pemberian Tuhan seperti
65
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
pada ritual “sedekah bumi” (Nur Afifah, 2003), maka rasa syukur baru bisa
2015). Hal ini berarti konsep syukur tidak diaktivasi.
hanya berdimensi intrapersonal, Muncul pertanyaan bagaimana
interpersonal tetapi juga transpersonal mungkin ketika mengalami kebencanaan,
(Hlava, dkk, 2014). Aspek syukur sebagai melakukan respon koping dengan
diukur menggunakan Transpersonal mengaktivasi rasa syukur? Ketika
Gratitude Scale (TGS), memiliki aspek menghadapi kebencanaan, kemudian
seperti: ekspresi syukur (expression of individu dapat mengenali bahwa seluruh
gratitude), nilai syukur (value of gratitude), kejadian hidup, termasuk kebencanaan
syukur transenden (transcendent gratitude) sejatinya adalah “pemberian dan hadiah”,
dan spiritual connection (Hlava, dkk., maka syukur baru bisa diaktivasi, sehingga
2014). memungkinkan muncul perasaan senang,
terberkahi dan rasa terimakasih (Hlava &
Counting of Blessing: Strategi Aktivasi
Elfers 2014). Dengan mengenali dan
Rasa Syukur terhadap Kebencanaan
menyadari bahwa seluruh kejadian hidup,
Kejadian hidup (kebencanaan) yang
apakah bermuatan “positif atau negatif”
tidak diinginkan, tidak secara langsung
adalah “gift” (pemberian, karunia,
menyebabkan gangguan mental (stress,
anugerah), maka dapat berdampak pada sisi
depresi, kesedihan dan traumatik), tetapi
positif individu. Hasil penelitian
peran respon koping positif melalui syukur
membuktikan syukur dapat membantu
diduga menjadi mediator. Respon koping
individu ketika berada dalam krisis.
dapat dilakukan dengan memaknai secara
Fredrickson, dkk. (2003) menemukan
positif kejadian negatif. Strategi yang dapat
bahwa emosi positif termasuk syukur dapat
dilakukan antara lain dengan positive
diaktivasi akan membantu individu
reappraisal dan positive meaning (Tugade
resilience ketika dihadapkan dengan
& Fredrickson, 2007). Strategi untuk
bencana. Hal ini disebabkan mungkin
mempertahankan afek positif yaitu dengan
menemukan manfaat dari pengalaman yang
strategi counting of blessing (Emmons &
disebut benefit finding (Affleck &Tennen,
McCulhough, 2003), merupakan strategi
1996, dikutip Chan, 2008).
yang dapat digunakan untuk mengaktivasi
Riset telah menemukan benefit finding
perasaan positif terhadap apapun kejadian
yang dapat membantu mengatasi bencana,
hidup yang dialami, termasuk kebencanaan.
penyakit yang mematikan, kesedihan
Ketika merespon kebencanaan, individu
karena kematian (Linley & Joseph, 2004;
dapat mengaktivasi rasa syukur, dengan
Nolen-Hoeksema & Davis, 2002; Tennen
memaknai bahwa “semua hal” dalam hidup
& Affleck, 2002, dikutip oleh Chan, 2008).
yang berarti dan bernilai (Wood, dkk.,
Jadi, dalam kondisi apapun, rasa syukur
2007), serta mampu melakukan dua tahap
merupakan kekuatan karakter transenden
proses kognitif yakni: mengenali bahwa
yang perlu diaktivasi, hal ini diperkuat
dirinya telah memperoleh hasil yang positif
dengan hasil penelitian yang membuktikan
dan mengenali hasil positif tersebut
bahwa rasa syukur merupakan prediktor
bersumber diluar dirinya (Emmons &
kuat dan berpengaruh langsung terhadap
Stern, 2013), serta mengenali sebagai
subjective well-being (Prastuti, Tairas &
altruistic gift (Emmons & McCullough,
Hartini, 2018). Makna lainnya adalah rasa
syukur merupakan kunci kebahagiaan
66
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
seseorang, terlepas dari keadaan apapun, positif. Hal ini disebabkan rasa syukur
seseorang masih dimungkinkan sudah “melekat” di dalam sel-sel DNA
mengaktivasi perasaan bahagia, ketika individu.
individu benar-benar menyadari bahwa Sebagai proses belajar, strategi
tujuan hidup sesungguhnya adalah mengaktivasi rasa syukur menggunakan
merasakan kebahagiaan. Oleh karena itu, metode menghitung anugerah (counting of
kuncinya adalah mengaktivasi rasa syukur blessing). Metode ini pertama kali
terhadap kehidupan yang telah diberikan diperkenalkan oleh Emmons &
Tuhan dari waktu ke waktu, dari detik ke McCullough (2003) yang meneliti dengan
detik. rancangan eksperimen pengaruh rasa
Apakah rasa syukur dapat dipelajari? syukur terhadap subjective well-being.
Konsep rasa syukur bermakna respon Subjek penelitian dibagi 2 kelompok yaitu
koping, sifat, kebajikan dan kekuatan kelompok Eksperimen disebut “Kelompok
karakter. Ketika individu dihadapkan Syukur” dan Kelompok Kontrol disebut
dengan kondisi eksternal, yang memberi “Kelompok Keluh-Kesah”. Mengadopsi
signal emosi misalnya kehilangan harta treatmen yang dilakukan oleh Emmons &
benda karena kebencanaan lazimnya akan McCullough (2003), langkah-langkah yang
memunculkan emosi kesedihan. Dalam dilakukan untuk mengaktivasi rasa syukur
kondisi seperti ini, seseorang diharapkan terhadap kebencanaan yang dialami
mampu mengaktivasi rasa syukur sebagai individu adalah sebagai berikut:
respon koping. Apabila seorang dapat 1. Lakukan refleksi diri dengan menyadari
melakukan respon koping, maka lama kejadian kebencanaan yang dialami
kelamaan respon yang terpola akan sebagai hal yang positif.
membentuk kebiasaan. Bila kebiasaan yang 2. Sadari kebencanaan yang terjadi
sudah dipelajari berulang muncul dalam sebagai pemberian dari Tuhan, yang
berbagai situasi, lama kelamaan perlu diterima.
membentuk sifat, sebagai inti kepribadian 3. Identifikasi hal-hal positif (hikmah)
seseorang. Sifat yang positif terus konsisten terhadap kejadian-kejadian
dilakukan dalam berbagai momen hidup, kebencanaan.
muara akhirnya adalah akan membentuk 4. Identifikasi dan sadari bahwa terdapat
kekuatan karakter. anugerah dan karunia lain, di balik
Jadi, rasa syukur merupakan koping bencana yang terjadi.
respon, kebiasaan, sifat dan kekuatan 5. Identifikasi emosi yang dirasakan
karakter, yang merupakan “mutiara” perlu ketika mengingat ada sisi positif dibalik
diasah dan diaktivasi dari momen ke kejadian tersebut.
momen. Proses pembelajaran syukur 6. Tulislah daftar kejadian-kejadian dalam
dimulai dari melakukan respon hingga kehidupan diluar kebencanaan, yang
membentuk kekuatan karakter. Ketika merupakan anugerah.
proses belajar terus menerus berlangsung 7. Hitunglah berapa banyak karunia yang
maka akan menjadi otomatis, sehingga masih diterima setelah pasca bencana
ketika menghadapi kejadian hidup apapun, hingga saat ini.
bahkan yang tidak bisa diprediksi termasuk 8. Hitunglah karunia yang masih diterima,
kebencanaan, maka kemampuan ini akan dari momen ke momen, “saat ini &
tetap dapat berperan untuk strategi koping disini” (here & now).
67
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
68
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
hidup “saat ini & disini” (here & now), Journal of Personality and Social
dalam keadaan apapun. Psychology, 4(2), 377-389.
Daftar Pustaka Emmons, R.A. & McCulhough, M.E.
Baumgardner, S.R. & Crothers, M.K. (2004). The Psychology of gratitude.
(2010). Positive Psychology. River New York: Oxford University Press.
New Jersey: Pearson Prentice Hall. Emmons, R.A. & Stern, R. (2013).
Chan, D.W. (2008). Gratitude Gratitude as Psychotherapeutic
Intervention: Beyond Stress Intervention. Journal of Clinical
Debriefing and Survivor Therapy in Psychology: In Session, 69(8), 846-
the Afthermath of the Scchuan 855.
Earthquake. Educational Research Fredrickson, B.L. & Joiner, T. (2002).
Journal, Vol 23(2), 163-178. Positive Emotions Trigger Upward
Datu, J.A. (2014). Forgiveness, Gratitude Spirals Toward Emotional Well-
and Subjective Well-Being Among Being. Psychological Science, 13(2),
Filipino Adolescents, Int. J. Adv. 172-175.
Counselling, 36, 262-273. DOI: Fredrickson, B.L. (2003). The Value of
10.1007/ s10447-013-9205-9. Positive Emotions. American
Diener, E. (2009). Subjective Well-Being. Scientist, 91, 330-335.
The Science of Well-being: The
Fredrickson, B.L. (2004). The Broaden
Collected Works of Eid Diener, and Build Theory of Positive
Indicators Research Series, 37. DOI: Emotions. The Royal Society, 1367-
10.100.7/978-90-481-2350-6.2. 1377.
Diener, E., Lucas, R.E., Scollon, C.N. Froh, J.J., Emmons, R.A., Huebner, E.S.,
(2006). Beyond the Hedonic Fan, J., Bono, G., & Watkins, P.
Treadmill. American Psychologist, (2011). Measuring Gratitude in
305-314.
Youth; Assessing the Psychometric
Diener, E., Suh, E.M., Lucas, R.E. & Properties of adult Gratitude Scales
Smith, H.L., (1999). Subjective in Children and Adolescents.
Well-Being; Three Decades of Psychological Assessment, 23(2),
Progress. Psychological Bulletin, 311-324.
125(2), 276-302. Froh, J.J., Yurkewicz, C. & Kashdan, T.B.
Emmons, R.A. & Diener, E.D. (1985). (2009). Gratitude and Subjective
Factors Predicting Satisfaction Well-Being ini Early Adolescence:
Judgments: A. Comparative Examining Gender Differences.
Examination. Social Indicators Journal of Adolescence, 32, 633-
Research, 16, 157-167. 650.
Emmons, R.A. & McCulhough, M.E. Hlava, P. & Elfers, J. (2014). The Lived
(2003). Counting Blessing Versus Experience of Gratitude. Journal of
Burdens: An Experimental Humanistic Psychology, 54(4), 434-
Investigation of Gratitude and 455.
Subjective Well-Being in Daily Life.
69
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Hlava, P., Elfers, J., & Offringa, R. (2014). Washington DC: American
A Transcendent View of Gratitude: Psychological Association, New
The Transpersonal Gratitude Scale. York: Oxford University Press.
International Journal of Prastuti, E., (2019). Rasa Syukur: Kunci
Transpersonal Studies, 33(1), 1-14. Kebahagiaan dalam Keluarga,
Lazarus, R.S. (1991). Emotion & Jogjakarta: Penerbit Dee-Publish.
Adaptation. New York: Oxford Prastuti, E., Tairas, M.M.W., & Hartini, N.
University Press. (2019). Model Kesejahteraan
Lies, J., Mellor, D. & Hong, R.Y. (2014). Subjektif Ibu dewasa Muda: Ditinjau
Gratitude and personal functioning dari Regulasi emosi, Mindfulness,
among earthquake survivor in dan Rasa Syukur, Disertasi,
Indonesia. The journal of Positive Surabaya: Fakultas Psikologi
Psychology 9 (4), 295-305. Universitas Airlangga.
Martinez, M.L.M., Avia, M.D, Lloreda, Safaria, T. (2014). Forgiveness, Gratitude
M.I.H. (2010). The effect of and Happiness Among College
Counting Blessing on Subjective Students. International Journal of
Well-Being: A Gratitude Public Health Science, 3(4), 241-
Intervention in A Spanish Sample. 245.
The Spanish Journal of Psychology, Seligman, M.E.P. (2010). Flourish:
13(2), 886-896. Positive Psychology and Positive
McCullough, R.A., Emmons, R.A., Interventions, The Tanner Lectures
Kilpatrick. S.D., Larson, D.B. on Human Values. The University of
(2001). Is Gratitude a Moral Affect? Michingan.
Psychological Bulletin, 127(2), 249- Seligman, M.E.P., & Steen, T.A., Park, N.,
266. Peterson, C. (2005). Positive
Nevid, J.S., Rathus, S.A. & Greene, B. Psychology Progress Empirical
(2005). Psikologi Abnormal. Validation of Interventions.
(Penerjemah Tim Fakultas Tidsskrift for Norsk
Psikologi-UI), Jakarta: Penerbit Psykologforening, 42, 874-884.
Erlangga. Subandi, Achmad, T., Kurniati, H. Febri,
Nur Afifah, E. (2015). Korelasi konsep R. (2014). Spirituality, gratitude,
Syukur dalam Budaya Jawa dan hope and post-traumatic growth
Ajaran Islam (Studi Kasus sedekah among the survivor of the 2010
Bumi di Desa Tegalharjo, eruption of Mount Merapi in Java,
Kecamatan Trangkil Kabupaten Indonesia. Australian Journal of
Pati). Skripsi, Tidak diterbitkan. Disaster and Trauma Studies, Vol
Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo 18(1), 9.
Semarang. Tofangchi, M. (2013). Effectiveness of
Peterson, C. & Seligman, M.E.P. (2004). Gratitude Training on Happiness in
Character strength and virtue: Mother of Child with Mental
Handbook of classification.
70
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
71
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang berpotensi besar mengalami bencana. Berbagai bencana
melanda wilayah Indonesia, baik bencana yang disebabkan oleh alam maupun kelalaian
manusia. Berbagai bencana ini menyebabkan kematian, cidera, trauma psikologis, gagal panen,
bahkan kerusakan alam. Desa Karangtalun, Dusun Tumpak Bendiljet, Kabupaten Tulungagung
merupakan salah satu daerah yang sering dilanda kekeringan ketika musim kemarau.
Kekeringan merupakan salah satu bencana yang luput dari penelitian. Kekeringan juga
membawa dampak yang cukup tinggi terhadap kehidupan masyarakat, hal ini dikarenakan air
merupakan salah satu kebutuhan pokok setiap individu. Sehingga masyarakat memiliki
perilaku coping dalam menghadapi bencana kekeringan untuk dapat bertahan hidup.
Berdasarkan Lazarus & Folkman, strategi coping dibagi menjadi dua yaitu Problem Focused
Coping (PFC) dan Emotional Focused Coping (EFC). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui jenis perilaku coping masyarakat yang mengalami kekeringan. Hanya penduduk
yang memiliki identifikasi spesifik yang dijadikan informan dalam penelitian ini, yaitu
penduduk asli Desa Karangtalun, Dusun Tumpak Bendiljet RT 01 dan RT 02/ RW 07,
Kabupaten Tulungagung yang menjadi korban kekeringan. Sedangkan metode dalam
penelitian ini kualitatif dengan melakukan wawancara dan observasi kepada informan yang
kemudian dikoding dan dapat disimpulkan bagaimana perilaku coping komunitas penduduk
Desa Karangtalun, Dusun Tumpak Bendiljet, Kabupaten Tulungagung yang menjadi korban
bencana kekeringan. Hasil dari penelitian ini yaitu strategi coping Problem Focused Coping
yang paling menonjol yaitu accepting responsibility dan confrontative, sedangkan strategi
coping Emotion Focused Coping paling menonjol yaitu distancing.
Kata Kunci: bencana alam; kekeringan; strategi coping.
ABSTRACT
Indonesia is a country with great potential to experience disasters. Various disasters hit the
territory of Indonesia, both disasters caused by nature and human negligence. These disasters
cause death, injury, psychological trauma, crop failure, and even damage to nature.
Karangtalun Village, Tumpak Bendiljet Hamlet, Tulungagung Regency is an area that is often
hit by drought during the dry season. Drought is a disaster that escaped research. Drought also
72
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
has quite a high impact on people's lives, this is because water is one of the basic needs of every
individual. So that people have coping behaviour in the face of drought to survive. Based on
Lazarus & Folkman, the coping strategy is divided into two namely Problem Focused Coping
(PFC) and Emotional Focused Coping (EFC).
The purpose of this study is to determine the type of coping behaviour of people
experiencing drought. Only residents who had specific identification were used as informants
in this study, namely the original inhabitants of Karangtalun Village, Tumpak Bendiljet Hamlet
RT 01 and RT 02 / RW 07, Tulungagung Regency who were victims of drought. While the
method in this study is qualitative by conducting interviews and observations to informants
who are then coded and it can be concluded how the coping behaviour of the residents of
Karangtalun Village, Tumpak Bendiljet Hamlet, Tulungagung Regency who are victims of
drought. The results of this study are the most prominent coping strategies Problem Focused
Coping, namely accepting responsibility and confrontative, while the most prominent
Emotional-Focused Coping coping strategy is distancing.
Keywords: Coping strategies; Drought; Natural Disaster.
73
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
masyarakatnya yaitu sebagai peternak sapi, penolakan pada keadaan yang terjadi
dan itik. Beberapa juga berprofesi sebagai dengan memilih untuk menghindar atau
pekebun. Dengan adanya kekeringan menyangkal, namun berdasarkan
masyarakat sulit untuk mencari rumput dan Radmacher & Sheridan (1993) dalam Putri
air untuk pakan ternak dan susahnya & Rachmatan (2005) dinyatakan bahwa
mendapakan air bersih untuk kebutuhan penggunaan emotion focused coping dapat
rumah tangga. Hal tersebut diperparah jika dikatakan sehat mental jika seperti bekerja,
debit air PDAM yang dialirkan berkurang. olahraga, rekreasi, atau humor. Sedangkan
Sehingga masyarakat memiliki cara menurut Maryam (2017) strategi coping
atau strategi untuk mengatasi bencana dipengaruhi oleh latar belakang budaya
kekeringan dan disebut sebagai strategi pengalaman dalam menghadapi masalah
coping. Perilaku coping merupakan upaya faktor lingkungan konsep diri dan faktor
seseorang baik secara kognitif, afektif, dan sosial. Individu yang merasa sudah
konatif untuk mengelola tuntutan eksternal memiliki kemampuan dalam dirinya
dan internal secara spesifik (Croker, 1999). cenderung menggunakan problem focused
Hal tersebut diperkuat oleh Taylor (1998) coping dalam menyelesaikan masalahnya.
yang menjelaskan bahwa strategi coping Penelitian terdahulu tentang bagaimana
merupakan upaya khusus baik secara strategi coping oleh masyarakat telah
perilaku dan psikologis untuk mengontrol, banyak diteliti, namun belum ada penelitian
mengurangi, mentolerir dan meminimalkan bagaiamana strategi coping yang dilakukan
peristiwa yang menimbulkan stres. oleh masyarakat yang terdampak bencana
Sehingga dapat disimpulkan bahwa alam khususnya kekeringan. Salah satunya
perilaku coping merupakan tindakan yang adalah penelitian yang dilakukan oleh
dilakukan oleh individu untuk mengatasi Khasan & Widjanarko (2011) tentang
efek fisiologis maupun psikologis yang strategi coping masyarakat dalam
ditimbulkan oleh suatu permasalahan yang menghadapi banjir. Penelitian tersebut
dihadapi. menunjukkan bahwa masyarakat yang
Terdapat jenis-jenis strategi coping. diteliti cenderung menggunakan strategi
Menurut Lazarus & Folkman (1984), coping problem focused coping berupa
Strategi coping terdiri dari emotion focused konfrontatif dan perencanaan penyelesaian
coping dan problem focused coping. masalah, dan strategi coping emotion
Emotion focused coping adalah usaha yang focused coping berupa kontrol diri (self-
bertujuan untuk memodifikasi fungsi emosi control ) dan lari atau menghindar (escape
tanpa melakukan usaha mengubah stresor and avoidance). Penelitian selanjutnya oleh
secara langsung dapat, sedangkan problem Priyono & Budiati (2018) tentang coping
focused coping merupakan suatu tindakan strategies dan tingkat kapasitas masyarakat
yang diarahkan untuk memecahkan Desa Modangan Kecamatan Nglegok
masalah yang menjadi sumber stres seperti Kabupaten Blitar dalam menghadapi
mencari info atau saran dan berbicara bencana erupsi Gunung Api Kelud. Dari
dengan kerabat mengenai permasalahan penelitian tersebut diperoleh hasil yaitu
yang dihadapi. Berdasarkan Putri & strategi coping yang digunakan masyarakat
Rachmatan (2005) disebutkan bahwa bagi dalam meghadapi bencana erupsi dalam
sebagian orang Emotion focused coping aspek ekonomi, teknologi, sosial, dan
terlihat tidak sehat mental karena adanya budaya.
74
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
75
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
76
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
77
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
78
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
79
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
80
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
81
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
82
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
83
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
84
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
85
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Sumi Lestari
Universitas Brawijaya
Ketawanggede, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, 65145
lestari.sumi@ub.ac.id
Intan Rachmawati
Universitas Brawijaya
Ketawanggede, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, 65145
intanr@ub.ac.id
Purnama Miftaqhul Risqi
Universitas Brawijaya
Ketawanggede, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, 65145
purnamarisqi1@gmail.com
Afif Alhad
Universitas Brawijaya
Ketawanggede, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, 65145
afifalhad@ub.ac.id
ABSTRAK
Kampung Warna Warni Jodipan merupakan kampung wisata pertama di Kota Malang.
Deretan rumah warga di kampung tersebut terletak pada lereng yang curam di tepi sungai.
Situasi ini menjadikan Kampung Warna Warni Jodipan sebagai kampung wisata yang
berada di daerah rawan bencana. Legitimasi kampung wisata menyebabkan pembentukan
identitas kelompok pada masyarakat kampung warna warni untuk menjaga stabilitas
kampung wisata. Identitas kelompok terjadi karena adanya ketertarikan, tujuan dan visi
yang sama antar individu sehingga akan membentuk identitas sosial. Identitas sosial
merupakan cara untuk menilai suatu kelompok melalui proses perbandingan sosial (social
comparison process), kategorisasi keanggotaan kelompok dalam (ingroup), dan
keanggotaan luar (outgroup). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Empat informan dipilih melalui teknik accidental sampling.
Penggalian data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara dan diskusi kelompok
terarah (FGD). Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa setelah menjadi kampung
wisata, warga memiliki perception of the intergroup context berupa kesamaan persepsi yang
dimiliki warga tentang status kampung wisata. Warga juga menunjukkan adanya attraction
to the in-group dengan menjaga lingkungan untuk memperteguh nilai-nilai dengan prestasi
yang dimiliki. Selain itu, warga juga memiliki interdependency beliefs yang menunjukan
adanya guyub dan rukun dalam membangun serta siaga bencana di kampung wisata.
Kata kunci: identitas sosial; siaga bencana; kampung wisata.
86
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRACT
Kampung Warna Warni Jodipan is the first tourist village in Malang. Rows of houses
located on steep slopes on the banks of the river make the village located in a disaster-prone
area. The change of identity into a tourist village forms the group's identity for the citizens.
Group identity occurs because of the same interests, goals and visions between citizens.
Social identity is a way to assess a group through a process of social comparison (social
comparison process), categorization of group membership in (ingroup), and membership
outside (outgroup). This study uses a phenomenological approach with data collection
techniques using interviews and focus group discussions (FGD) on informants with the
characteristics of citizens who become administrators of the neighborhood pillars and
managers of tourist villages. The results in this study indicate that after becoming a tourist
village, residents have a perception of the intergroup context in the form of common
perceptions owned by citizens about the status of a tourist village. Residents also show an
attraction to the in-group by protecting the environment to reinforce values with their
achievements. In addition, residents also have interdependency beliefs that show the
existence of harmony and harmony in building disaster-alert tourist villages.
Keywords: social identity, disaster alert, tourist village
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang Siaga bencana merupakan
rawan akan terjadi bencana. Keadaan serangkaian upaya yang dilakukan untuk
tersebut dikarenakan Indonesia berada mengantisipasi peluang resiko bencana
pada titik pertemuan antara tiga lempeng melalui pengorganisasian dengan langkah
tektonik dunia. Selain itu, Indonesia juga tepat dan berdaya guna (BNPB, 2014;
memiliki sekitar 150 sungai yang tersebar Febriana dkk, 2015).
diseluruh daerah padat penduduk Tidak hanya upaya respon aktif atau
(Febriana, Sugiyanto, & Abubakar, 2015). siaga bencana, pencegahan resiko pada
Salah satu lokasi daerah padat penduduk tahap prabencana juga harus dilakukan.
yang berada di aliran sungai adalah Hal tersebut untuk memaksimalkan
kampung Warna Warni Jodipan. penanggulangan bencana dan
Kampung Warna Warni Jodipan yang memperkuat ketahanan masyarakat dalam
terdiri dari deretan rumah dengan warna- menghadapi kemungkinan terjadinya
warna yang berbeda menjadi kampung bencana (Amran, 2016). Manajemen
wisata pertama yang berada di tepi sungai siaga bencana perlu dilakukan karena
Berantas sehingga lokasi tersebut rawan masyarakat tidak hanya dinilai sebagai
terhadap bencana banjir dan longsor. aspek ruang yang berada pada tempat
Rumah warga yang dijadikan sebagai yang sama, melainkan juga memiliki satu
objek wisata berada di lokasi RT.06, kepentingan sama karena mereka
RT.07 dan RT.09. Melihat situasi tersebut merupakan sebuah komunitas sosial
Penanggulangan Bencana Daerah (Suhardjo, 2011)
(BPBD) melakukan kegiatan simulasi Keberlangsungan kehidupan
bencana untuk sigap terhadap bencana. komunitas tidak hanya ditentukan dari
87
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
88
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Hasil diskusi kelompok terarah yang tersebut dilakukan agar wisatawan tetap
dilakukan, didapatkan penjelasan sebagai bisa berkunjung dan menikmati wisata
berikut: Adanya perbedaan pemahaman Kampung Warna Warni. Kegiatan seperti
warga terkait potensi terjadinya bencana itu menggambarkan warga siap dengan
di kampung wisata tersebut. Perbedaan status sebagai kampung wisata yang
yang dimaksud adalah intensitas guyub dan siaga terhadap bencana.
terjadinya bencana banjir, warga RT. 09 Identitas sosial Kampung Warna
mengatakan banjir terjadi sudah bertahun- Warni sebagai kampung wisata membuat
tahun yang lalu dan selanjutnya tidak lagi warga kampung tersebut menyadari
Kampung Warna Warni terkena bencana bahwa terdapat nilai-nilai yang harus
banjir. Namun, kesaksian dari warga RT. dijaga. Nilai-nilai tersebut tergambarkan
06 dan 07 banjir terjadi disetiap tahun dalam upaya menjaga lingkungan dan
pada musim hujan. Perbedaan informasi membentuk solidaritas yang dimunculkan
yang diberikan juga terkait upaya dan dalam bentuk guyub, pro sosial
penyebaran informasi dari pihak ketiga. menghadapi bencana yang akan terjadi.
BPBD disini menjadi pihak ketiga Contohnya pada saat banjir melanda,
untuk membantu warga dalam warga yang tinggal di tepi sungai
menghadapi ancaman bencana yang bisa mengungsikan barang ke rumah warga
terjadi kapan saja. Pernyataan warga yang posisinya lebih tinggi. Selain itu
bahwa BPBD sering melakukan kegiatan pada pasca banjir, warga bersama-sama
simulasi bencana di kampung tersebut. membersihkan sampah yang dibawa oleh
Kegiatan tersebut bertujuan menciptakan banjir. Hal ini diperkuat oleh Tajfel
kampung wisata yang sigap bencana. (1982) menyatakan bahwa identitas social
Warga kampung tersebut juga melakukan terbentuk untuk melekatkan dan
upaya-upaya untuk meminimalisir resiko mempertahankan nilai-nilai yang telah
bencana dengan menambah tinggi ada dalam suatu kelompok tersebut
pondasi rumah yang berada di tepi sungai sebagai bentuk eksistensi kelompok.
dan menghimbau untuk meninggikan Sarben dan Allen (1968) menjelaskan
jendela rumah. BPBD Kota Batu juga bahwa identitas kelompok
membantu menginformasikan pada warga merepresentasikan sebagai bentuk
jika terjadi curah hujan yang tinggi di keberadaan, posisi dan tingkatan suatu
daerah Batu. Namun demikian, upaya kelompok tertentu sehingga
tersebut bukan bertujuan untuk memunculkan kohesivitas, kebersamaan,
menghindari bencana banjir, melainkan toleransi, gotong royong dan perilaku
mengurangi resiko bencana. Karena guyub.
setiap musim hujan kampung tersebut Proses sosial berperan dalam
terkena banjir, maka warga memiliki perubahan sikap dengan syarat informasi
kebiasaan unik yaitu, pasca banjir yang yang diterima ditanggapi secara positif.
sering terjadi di siang atau sore hari Akhirnya terjadi perubahan sikap terkait
dengan membawa sampah dari sungai, persepsi, afeksi dan tindakan yang
warga saling membantu membersihkan diharapkan (Suhardjo, 2011).
dampak banjir di hari itu juga. Hal
89
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
90
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
91
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
92
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Gempa Megathrust adalah gempa merusak yang disebabkan oleh gerakan lempeng antar
benua yang saling bertabrakan sehingga menimbulkan sebuah gempa dahsyat berkekuatan
sampai 9.0 SR. Menurut penelitian Pusat Studi Gempa Nasional (PUSGEN) di tahun 2017,
ada sekitar 16 titik gempa yang tersebar di seluruh Indonesia. dengan adanya isu gempa
besar Megathruth tersebut maka akan mempengaruhi kondisi kesehatan mental individu
yang tinggal didaerah yang rawan akan bencana tersebut. Artikel ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi kesehatan mental remaja yang tinggal di daerah rawan bencana gempa
Megathrust. Dengan adanya isu mengenai gempa besar Megathsruth maka akan
mempengaruhi kesehatan mental remaja yang tinggal didaerah rawan bencana. Perasaan
tidak nyaman atau khawatir terhadapa isu gempa besar Megathrust.
Kata Kunci: gempa megathrust; kesehatan mental remaja; daerah rawan bencana.
ABSTRACT
Megathrust earthquake is a destructive earthquake caused by the movement of plates
between continents that collide with each other to cause a devastating earthquake of up to
9.0 SR. According to a study by the National Center for Earthquake Studies (PUSGEN) in
2017, there were around 16 earthquake points spread throughout Indonesia. the megathrust
earthquake issue will affect the mental health condition of individuals who live in areas
prone to such disasters. This article aims to determine the mental health conditions of
adolescents living in Megathrust earthquake-prone areas. With the issue of the Megathsruth
earthquake, it will affect the mental health of adolescents living in disaster-prone areas.
Feelings of discomfort or worry over the issue of the megathrust earthquake.
Keywords: megathrust earthquake; adolescent mental health; disaster-prone areas.
93
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
94
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
berusia antara 12-21 tahun yang sudah perubahan kehidupan yang mendadak,
mengalami peralihan dari masa anak-anak perasaan terkejut tersebut dapat terjadi pada
ke masa dewasa, dengan pembagian 12-15 siapa saja termasuk pada remaja.
tahun adalah masa remaja awal, 15-18 Banyak dari penelitian yang membahas
tahun adalah masa remaja penengahan, dan tentang kebencanaan dan hubungannya
18–21 tahun adalah masa remaja akhir. dengan kesehatan mental di Indonesia,
Masa remaja adalah merupakan periode namun pembahasan antara remaja dengan
yang penting, periode peralihan, periode kebencanaan masih sangat minim. Padahal
perubahan, usia yang bermasalah, mencari remaja merupakan masa storm and stress
identitas, usia yang menimbulkan (Hurlock, 1981) dan sangat rentan terhadap
ketakutan, masa yang tidak realistik, paparan stress.
ambang masa kedewasaan dan rawan akan Artikel ini bertujuan untuk mengetahui
masalah-masalah mengenai kesehatan kondisi kesehatan mental remaja yang
mental. tinggal di daerah rawan bencana gempa
Menurut Maslow dan Mitelmann Megathrust.
(Dalam Kartini dan Kartono, 2009)
HASIL DAN PEMBAHASAN
individu dengan mental yang sehat Hasil deteksi dini gejala kecemasan
memiliki kriteria diantaranya: memiliki pada anak korban gempa di wilayah
perasaan aman, memiliki penilaian diri dan Lombok menunjukkan bahwa sebanyak
wawasan rasional. memiliki spontanitas 85,11% anak-anak mengalami kecemasan
dan emosionalitas yang tepat, mempunyai dalam batas normal, sedangkan 14,89%
kontak dengan realitas secara efisien, anak termasuk dalam kategori kecemasan
memiliki dorongan-dorongan dan nafsu- klinis. Meskipun banyak korban bencana
nafsu jasmaniah yang sehat, serta memiliki pada usia kelompok anak-anak
kemampuan untuk memenuhi dan memperlihatkan beberapa jenis reaksi
memuaskanya, mempunyai pengetahuan psikologis paska bencana, penelitian klinis
diri yang cukup, mempunyai tujuan hidup menunjukkan bahwa gejala-gejala tersebut
yang adekuat, memiliki kemampuan untuk tergantung juga pada usia.
belajar dari pengalaman hidupnya, ada Penelitian sebelumnya menunjukan
kesanggupan untuk memuaskan tuntutan- bahwa usia adalah faktor kunci pemahaman
tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan dari terhadap bencana. Usia sebagai indeks
kelompoknya, ada sikap emansipasi yang keterampilan perkembangan dalam
sehat terhadap kelompoknya dan terhadap merefleksikan kemampuan memahami apa
kebudayaan, ada integrasi dalam sebenarnya bencana atau kejadian yang
kepribadiaannya. dapat menyebabkan trauma. Penelitian
Kesehatan mental seseorang dapat terkait bencana pada kelompok usia anak
terganggu diakibatkan oleh banyak macam sekolah secara empiris menyatakan bahwa
stressor. Salah satu stressor yang anak usia sekolah menunjukkan distres
berdampak pada kesehatan mental psikologis yang lebih menyeluruh
seseorang ialah bencana, karena bencana (Purnamasari, 2016). Hasil tersebut
dapat merenggut harta benda maupun jiwa
dibuktikan dari dampak psikologis pada
dari seseorang maupun keluarga anak akibat bencana gempa bumi di
terdekatnya. bencana dapat memberikan wilayah Lombok, yang menunjukkan
perasaan terkejut atau shock karena
95
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
96
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Dewanto, I. (2006). Web Desain Metode Mahardika, D., & Larasati, E. (2018).
APlikasi dan Implementasi . Manajemen Bencana oleh Badan
Yogyakarta: Graha Ilmu. Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Dalam Menanggulangi
Dwidiyanti, M., Hadi, I., Wiguna, R. I., & Bencana di Kota Semarang.
Wahyu Ningsih, H. E. (2018).
Gambaran Risiko Gangguan Jiwa Malau, J. (2018). Pentingnya Pemulihan
pada Korban Bencana Alam Gempa Trauma pada Anak Pasca Bencana.
di Lombok Nusa Tenggara Barat. Kompasiana.com
97
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
98
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Masita Utami
Universitas Negeri Malang
Sumbersari, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, 65145
masitautamii@gmail.com
Farah Aliyah Syahidah
Universitas Negeri Malang
Sumbersari, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, 65145
farahaliyahsyahidahhii@yahoo.com
Anita Hariyanti
Universitas Negeri Malang
Sumbersari, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, 65145
hariyanti_anita@yahoo.co.id
Mochammad Sa’id
Universitas Negeri Malang
Sumbersari, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, 65145
Mochammad.said.fppsi@um.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan penduduk yang
tinggal di daerah rawan banjir di Kota Malang berdasarkan gender. Hipotesis penelitian ini
adalah ada perbedaan yang signifikan dalam kecemasan antara penduduk laki-laki dan
perempuan yang tinggal di daerah rawan banjir di Kota Malang. Populasi dalam penelitian ini
adalah penduduk yang tinggal di Jalan Sigura-gura dan Jalan Candi, Kecamatan Lowokwaru,
Kota Malang. Sedangkan sampel penelitian berjumlah 30 orang dengan menggunakan teknik
accidental sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen HARS-A (Hamilton Rating Scale
for Anxiety) yang berjumlah 14 aitem. Data penelitian kemudian dianalisis menggunakan
teknik analisis one-way anova. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan dalam hal kecemasan antara penduduk laki-laki dan perempuan yang tinggal di
daerah rawan banjir di Kota Malang.
Kata kunci: kecemasan; bencana; gender; daerah rawan banjir
ABSTRACT
This study aimed to determine differences in the level of anxiety of residents living in flood-
prone areas in Malang by gender. This study hypothesized that there isa significant
difference in anxiety levelbetween male and female residents living in flood-prones areas
in Malang. The population in this study were residents who lived on Sigura-gura street
and Candi road, Lowokwaru District, Malang City. While the research sample were 30
respondents using accidental sampling techniques. This study used the HARS-A (Hamilton
Rating Scale for Anxiety) instrument, consisting of 14 items. The research data was then
99
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
analysed using quantitative One-Way ANOVA. The results showed that there is not
significant difference in anxiety level between male and female residents living in flood-
prones areas in Malang.
Keywords:anxiety; disaster; gender; flood-prone area
100
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
individu lain berdasarkan umur, gender, dapat belajar dengan baik, motivasi
dan tempat mereka tinggal. Norris dkk. meningkat, dan tingkah laku sesuai situasi.
(2002) menyatakan bahwa pengalaman Kedua adalah kecemasan sedang
individu yang menjadi korban banjir dapat (moderate anxiety). Pada level ini
memengaruhi well-being individu tersebut; seseorang hanya fokus pada urusan yang
mereka cenderung akan memiliki well- akan dilakukan dengan segera, termasuk
being yang negatif. Sinha & Verma (1992) mempersempit pandangan, sehingga apa
menyatakan bahwa well-being memiliki yang dilihat, didengar, dan dirasakan
banyak aspek seperti rasa percaya diri, menjadi lebih sedikit atau sempit.
kecemasan, kontrol diri, dan kesepian. Manifestasi pada level ini adalah kelelahan
Kecemasan menjadi salah satu dampak meningkat, denyut jantung dan pernafasan
dari adanya banjir. Stuart dan Laraia (2005) meningkat, ketegangan otot meningkat,
menyatakan bahwa kecemasan adalah berbicara cepat dan bervolume tinggi,
perasaan yang tidak menyenangkan, tidak kemampuan konsentrasi menurun, mudah
enak, khawatir dan gelisah. Perasaan tersinggung, tidak sabar, mudah lupa,
tersebut dapat berasal dari berbagai sumber, marah, dan menangis. Ketiga adalah
baik internal maupun eksternal. Sumber kecemasan berat (severe anxiety). Pada
eksternal antara lain terpapar infeksi virus level ini seseorang akan fokus pada sumber
dan bakteri, polusi, gangguan keamanan, kecemasan yang diarasakan dan tidak
masalah tempat tinggal, dan sebagainya. berpikir lagi tentang hal lain. Semua
Sedangkan, sumber internal dapat berupa perilaku yang muncul bertujuan untuk
gangguan fisiologis seperti jantung, system mengurangi kecemasan. Manifestasi pada
imunitas, temperatur dan perubahan level ini adalah mengeluh pusing, sakit
fisiologis lainnya. Kecemasan merupakan kepala, mual, insomnia, sering kencing,
respon terhadap suatu hal yang telah terjadi diare, palpitasi, berfokus pada dirinya
di waktu lampau ataupun yang akan terjadi sendiri, munculnya keinginan tinggi untuk
di masa yang akan datang. Semakin besar menghilangkan kecemasan, perasaan tidak
ancaman yang dirasakan, maka kecemasan berdaya, bingung, dan disorientasi. Yang
yang dirasakan pun semakin besar. terakhir adalah panik. Hal ini ditandai
dengan perasaan ketakutan dan teror luar
Klasifikasi Tingkat Kecemasan
biasa karena mengalami kehilangan kendali
Menurut Stuart dan Laraia (2005),
terhadap dirinya, sehingga tidak mampu
terdapat empat level tingkat kecemasan,
melakukan sesuatu walaupun diberikan
yaitu kecemasan ringan, kecemasan
pengarahan. Manifestasi pada level ini
sedang, berat, dan panik. Kecemasan ringan
adalah susah bernafas, dilatasi pupil,
(mild anxiety) adalah kecemasan yang
palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan
terjadi karena kejadian atau masalah sehari-
inkoheren, tidak dapat merespon perintah
hari selama hidup seseorang. Level ini
yang sederhana, berteriak, menjerit, serta
mengakibatkan seseorang merasa waspada
mengalami halusinasi dan delusi.
dan pandangan perseptual orang tersebut
Respon terhadap kecemasan berbeda-
meningkat, sehingga membuat seseorang
beda pada setiap individu. Respon tersebut
lebih peka dalam melihat, mendengar, dan
dapat bersifat adaptif, yaitu kecemasan
merasakan. Manifestasi (tanda dan gejala)
menjadi motivasi kuat untuk
pada level ini adalah kelelahan, iritabel,
menyelesaikan suatu masalah secara
101
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
produktif dan berprestasi. Selain itu, respon serta merawat dan menjaga anak-anak
kecemasan juga ada yang bersifat dalam keadaan bencana, bahkan ketika
maladaptif. Hal itu terjadi ketika mereka menangis meminta makanan ketika
kecemasan tidak membantu menyelesaikan tak ada makanan, merupakan situasi yang
permasalahan yang ada, namun malah sangat memicu stres dan emosional
memperburuk keadaan dan membuat perempuan. Penelitian Pooja &
seseorang terpuruk (Stuart & Laraia 2005). Nagalakshami (2018) juga mengungkapkan
bahwa perempuan memiliki rata-rata yang
Perbedaan Kecemasan Ditinjau dari
lebih tinggi dalam kecemasan, stress, dan
Gender
depresi daripada laki-laki.
Salah satu faktor-faktor yang
Berangkat dari latar belakang di atas,
memengaruhi perbedaan kecemasan antara
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
satu individu dengan individu yang lain
perbedaan tingkat kecemasan pada
adalah gender (Stuart &Laraia, 2005).
penduduk yang tinggal di daerah rawan
Kecemasan dapat dipengaruhi oleh faktor
banjir di Kota Malang berdasarkan gender.
biologis yaitu asam lemak bebas dalam
Hipotesis penelitian ini adalah ada
tubuh. Pria mempunyai produksi asam
perbedaan tingkat kecemasan antara
lemak bebas lebih banyak dibandingkan
penduduk laki-laki dan perempuan yang
wanita sehingga pria berisiko mengalami
tinggal di daerah rawan banjir di Kota
kecemasan yang lebih tinggi daripada
Malang.
wanita.
Hasil-hasil riset sebelumnya METODE
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan Penelitian ini menggunakan desain
antara laki-laki dan perempuan dalam penelitian kuantitatif. Penelitian ini
merespon stresor, sehingga mempengaruhi dilaksanakan di Jalan Sigura-gura dan Jalan
cara mereka menyikapi berbagai situasi, Candi Kecamatan Lowokwaru, Malang.
termasuk dalam bencana. Riset Lamba, Hal tersebut karena Kecamatan
Munayang, dan Kandou (2017) Lowokwaru menjadi salah satu titik rawan
menyimpulkan bahwa laki-laki lebih aktif- banjir di Kota Malang (Jatim Now, 2018).
eksploratif, sedangkan perempuan lebih Populasi dalam penelitian ini adalah
sensitif. Ugwu (dalam Lamba, Munayang, penduduk yang tinggal di Jalan Sigura-gura
& Kandou, 2017) juga menyatakan bahwa dan Jalan Candi, Kecamatan Lowokwaru,
perempuan lebih rentan terhadap Malang. Sedangkan sampel dari penelitian
kecemasan dibandingkan laki-laki di ini berjumlah 30 orang (17 perempuan dan
daerah rawan banjir karena sering 13 laki-laki). Pemilihan sampel
dieksklusikan dalam pencegahan dan menggunakan teknik purposive sampling.
persiapan bencana, termasuk dalam Purposive sampling adalah teknik untuk
program intervensi darurat. Selain itu, menentukan sampel penelitian dengan
perempuan karir juga tetap diharapkan beberapa pertimbangan tertentu (Sugiyono,
untuk menjalankan tugas sebagai istri, ibu 2009). Peneliti menggunakan teknik ini
rumah tangga, dan merawatanak yang agar mendapatkan data yang lebih sesuai
secara kumulatif memberikan stress dengan tujuan penelitian.
psikologis yang semakin berat.
Menjalankan tanggung jawab reproduktif
102
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
103
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Tabel 3. PEMBAHASAN
Rata-Rata Skor Kecemasan Menurut Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Gender berdasarkan klasifikasi gender, responden
Std.
Std. perempuan memiliki rata-rata kecemasan
Gender N Mean Error yang lebih rendah (15,00) dibandingkan
Deviation
Mean
responden laki-laki (16,77). Hasil
Perempuan 17 15.00 9.035 2.191
Skor penelitian ini berbeda dengan hasil-hasil
laki-laki 13 16.77 10.305 2.858
riset sebelumnya menunjukkan bahwa
Sebelum melakukan uji hipotesis, perempuan lebih rentan terhadap bencana
peneliti melakukan uji asumsi homogenitas dibandingkan laki-laki (Lamba, Munayang,
(Levene Test). Hasilnya menunjukkan & Kandou, 2017; Pooja & Nagalakshami,
bahwa koefisien Levene statistic sebesar 2018).
0,402 denganp (0,531) > α 0,05 Namun demikian, berdasarkan hasil
(signifikan). Hal ini menunjukkan bahwa perhitungan one-way anova, dapat
data kecemasan di antara kedua kelompok disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
gender dalam penelitian ini memenuhi yang signifikan dalam kecemasan antara
asumsi homogenitas. penduduk laki-laki dan perempuan di
Tabel 4. daerah rawan banjir. Hal tersebut sejalan
Hasil Uji Asumsi Homogenitas dengan penelitian yang dilakukan oleh
F df1 df2 Sig. Casey (2011) yang menyatakan bahwa
0,402 1 28 0,531 tidak ada perbedaan yang signifikan antara
laki-laki dan perempuan dalam tingkat
Setelah memenuhi asumsi kecemasan, depresi, dan well-being.
homogenitas, uji hipotesis pun dilakukan. Tidak adanya perbedaan yang
Hasilnya menunjukkan bahwa variabel signifikan antara responden laki-laki dan
gender sebesar memiliki koefisien Fisher perempuan dalam hal kecemasan dalam
sebesar 0,250 dan p 0,621> α 0,05 (tidak penelitian ini sangat mungkin dipengaruhi
signifikan), yang berarti H0 diterima dan H1 oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti
ditolak. Kesimpulannya, tidak ada dalam penelitian ini. Menurut Stuart &
perbedaan yang signifikan dalam hal Laraia (2005), terdapat beberapa faktor
kecemasan antara penduduk laki-laki dan yang memengaruhi kecemasan selain
perempuan di daerah rawan banjir. gender. Pertama, usia dan tingkat
Tabel 5. perkembangan. Semakin tua seseorang
Hasil Uji Hipotesis maka semakin tinggi pula tingkat
Sum of Mean perkembangannya, sehingga semakin
Squares df Square F Sig. banyak pula pengalaman hidup yang telah
Between 23.059 1 23.059 .250 .621 ia lalui. Pengalaman hidup itulah yang
Groups
dapat mengurangi kecemasan seseorang.
Within 2580.308 28 92.154
Groups Kedua, pendidikan. Seseorang yang
Total 2603.367 29 berpendidikan tinggi akan menggunakan
koping yang lebih baik sehingga memiliki
tingkat kecemasan yang lebih rendah
daripada orang yang berpendidikan rendah.
Ketiga, sistem pendukung. Sistem ini
104
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
105
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
106
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Rasa nyeri dirasakan oleh seseorang dapat disebabkan oleh berbagai macam diantaranya luka
karena menjadi korban bencana atau kecelakaan yang tidak segera mendapatkan penanganan,
sakit yang dideritanya atau permasalahan psikologis seperti stress akut yang dialaminya. Nyeri
yang dialami oleh seseorang dapat menjadi sangat mengganggu bahkan menjadikan seseorang
untuk melakukan hal yang membahayakan dirinya seperti bunuh diri. Agar hal tersebut tidak
terjadi maka diperlukan cara untuk mengatasi atau memanage rasa nyeri yang dialaminya.
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana mindfulness dapat menjadi alternative
managemen nyeri. Berdasarkan kajian terhadap referensi yang ada, maka didapat bahwa
mindfulness dapat menjadi salah satu alternative dalam managemen rasa nyeri. Mindfulness
dapat menjadi alterative managemen nyeri karena dengan mempraktekkannya seseorang akan
dapat mencapai gelombang otak alpha yang mempengaruhi kerja thalamus dan hypothalamus
yang secara bersama sama dapat mempengaruhi menurunnya atau menghilangkan sensasi nyeri
seseorang. Gelombang otak alpha juga meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah,
memicu pelepasan glukosa dari tempat penyimpanan energi, meningkatkan aliran darah ke otot
rangka yang berguna bagi seseorang yang depresi karena menyerah terhadap rasa nyeri yang
selalu muncul dan tidak dapat diatasi.
Kata kunci: managemen nyeri; mindfulness; gelombang otak alpha.
ABSTRACT
Pain is felt by someone caused by various kinds including injuries due to being a victim of a
disaster, an accident that does not immediately get treatment, the disease he suffered or
psychological problems such as acute stress he experienced. Pain experienced by someone can
be very annoying and even make someone to do things that endanger him like suicide. So that
this does not happen to someone, then we need a way to manage the pain experienced. This
paper aims to explain how mindfulness can be an alternative pain management. Based on the
study of existing references, it is found that mindfulness can be an alternative in pain
management. Mindfulness that is done by being aware of and accepting what is happening
without an assessment or analytical thinking can be an alternative pain management because
by practicing a person will be able to reach alpha brain waves that affect the work of the
thalamus and hypothalamus which together can affect the decline or eliminate sensation
someone's pain. Alpha brain waves also increase heart rate and blood pressure, trigger the
release of glucose from energy storage, increase blood flow to skeletal muscle which is useful
for someone who is depressed because of giving in to pain that always appears and cannot be
overcome.
Keywords: pain management; mindfulness; alpha brain waves.
107
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
108
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
kanker nasofaring menunjukkan bahwa sehari saat ini ia dapat tidur dalam sehari 6
dengan latihan mindfulness salah seorang jam.
penderita kanker nasofaring di Rumah Sakit Berdasarkan pemaparan di atas, latihan
Daerah Kariadi Semarang mampu untuk mindfulness dapat dijadikan sebagai cara
memakan dan menghabiskan nasi 1 untuk merangsang system tubuh untuk
bungkus hanya dengan 1 gelas air yang melakukan mekanisme sendiri dalam
sebelumnya untuk menghabiskan nasi 1 mengatasi nyeri dengan tidak perlu
bungkus ia harus menghabiskan 5 gelas air memanfaat obat anti nyeri yang dapat
putih. memberikan efek negative.
Berdasarkan intervensi mindfulness
Nyeri
peneliti pada salah satu pasien yang Nyeri adalah pengalaman sensorik dan
menderta kanker payudara. Sebelum pasien emosional yang tidak menyenangkan akibat
tersebut mendapatkan latihan mindfulness kerusakan jaringan, baik aktual maupun
seringkali merasa tidak tahan terhadap potensial atau yang digambarkan dalam
nyeri yang dirasakan sehingga ada bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah
keinginan untuk bunuh diri. Setelah suatu pengalaman sensorik yang
mendapatkan latihan, penderita kanker multidimensional. Fenomena ini dapat
payudara tersebut merasa nyaman karena berbeda dalam intensitas (ringan,sedang,
rasa sakit yang disadari saat melakukan berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar,
mindfulness seperti berjalan ke perut, ke tajam), durasi (transien,
pada, ke kaki dan berakhir dengan menguap intermiten,persisten), dan penyebaran
di ujung ujung jari kaki. Dengan latihan (superfisial atau dalam, terlokalisir atau
tersebut penderita merasa mampu untuk difus). Meskipun nyeri adalah suatu
kendalikan rasa sakit itu. sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif
Seorang mahasiswi salah satu dan emosional, yang digambarkan dalam
universitasi negeri di Madura telah suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga
didiagnosa oleh psikiater mengalami berkaitan dengan reflex menghindar dan
neurotic. Setiap hari ia meminim obat perubahan output otonom (Meliala,dalam
penenang untuk mengurangi gangguan Bahrudin, 2017).
kecemasannya akan tetapi obat tersebut Nyeri merupakan pengalaman yang
tidak memberikan pengaruh terhadap subjektif, sama halnya saat seseorang
hilangnya gelaja kecemasannya yang mencium bau harum atau busuk, mengecap
berupa kehilangan konstrasi, tidak dapat manis atau asin, yang kesemuanya
tidur atau mengalami insomnia, perasaan merupakan persepsi panca indera dan
takut yang berlebihan, penurunan nafsu dirasakan manusia sejak lahir. Walau
makan yang menyebabkannya menderita demikian, nyeri berbeda dengan stimulus
sakit maag akut sehingga rasa mual dan panca indera, karena stimulus nyeri
nyeri akibat sakit maag selalu ia alami. merupakan suatu hal yang berasal dari
Setelah latihan mindfulness ia berangsur- kerusakan jaringan atau yang berpotensi
angsur rasa mual dan nyeri akibat sakit menyebabkan kerusakan jaringan (Meliala
maag mulai menghilang yang disertai
dalam Bahrudin, 2017).
dengan gejala-gejala kecemasan lainpun Stimulus nyeri adalah semua stimulus
mulai menghilang dan menjadi lebih yang cukup kuat untuk menimbulkan
tenang. Jam tidur yang biasanya 15 menit
109
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
110
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Thalamus Korteks
somatosesnsoris
Lokasi dan
intensitas nyeri Hipotalamus kesadaran dan merespons secara optimal
Batang terhadap proses mental yang berkontribusi
Amigdala Koteks singulat Aspek afektif
Otak
dan insular dari nyeri terhadap tekanan emosi dan perilaku
Saraf maladaptif (Bischop dalam Janssen dkk,
Tulang
Meningkatka
Belakang
Nyeri n sekresi 2018)
berkurang atau serotonin,
hilang dan beta Kabat-Zinn (dalam Janssen dkk, 2018 )
Nosiseptor endorphin
menggambarkan mindfulness sebagai
Gambar 1. "kesadaran yang muncul melalui aktivitas
Jalur transmisi informasi nyeri memperhatikan dengan sengaja terhadap
menuju otak peristiwa pada saat ini, dan tidak
menghakimi terhadap yang pengalaman
Teori lain yang juga digunakan adalah yang sedang berlangsung dari waktu ke
analgesic endogen yang muncul karena waktu”.
ditemukan opiate endogen di daerah abu- Bishop et al. (dalam Janssen dkk, 2018)
abu periakueduktal otak, reseptor opioid di menjelaskan definisi pelaksanaan
susunan saraf pusat dan kemudian serotonin mindfulness dengan dua komponen.
dan reseptor neuropeptide (Rachmawati, Pertama mindfulness berkaitan dengan
2018). pengaturan diri terhadap perhatian, yang
Mindfulness difokuskan pada pengalaman langsung saat
Kabat-Zinn (Afandi, 2007) telah ini. Yang kedua, mindfulness mencakup
menggunakan latihan meditasi mindfulness sikap terbuka, ingin tahu, dan sikap
dalam program pengobatan perilaku dan menerima pengalaman.
menejemen sakit untuk mengajari pasien Beberapa penelitian mindfulness
mampu merasakan sensasi tubuhnya dan membuktikan bahwa mindfulness dapat
menjadi tidak reaktif terhadanya. Lebih mengurangi kepekaan terhadap stres
lanjut Laely dan Prasetyo (2017) telah [Astin; Goleman & Schwarz; Shapiro
membuktikan bahwa mindfulness dapat dkk,;Williams dkk., dalam Janssen dkk,
menurunkan intensitas nyeri pada pederita 2018 ) meningkatkan ketahanan fisik (
kanker nasofaring. Davidson dkk,; Massion dkk,; Robinson
Kata mindfulness pada awalnya berasal dkk., dalam Janssen dkk, 2018]. Studi yang
dari kata Pali sati, yang berarti memiliki lebih baru telah melaporkan efek positif
kesadaran, perhatian, dan mengingat dari intervensi mindfulness pada nyeri
(Bodhi, dalam Davis dan Hayes, 2011) kronis (Davis, dkk., dalam Janssen dkk,
Mindfulness dapat dengan mudah 2018)
didefinisikan sebagai "kesadaran dari Praktek meditasi mindfulness dilakukan
waktu ke waktu " (Germer et al, Davis dan diawali dengan pendeteksian tubuh
Hayes, 2011) (scanning body). Dalam hal ini, Kabet-Zinn
Mindfulness adalah sikap dan metode menjelaskan bahwa meditasi mindfulness
untuk mengurangi penderitaan pribadi dan pertama dilakukan dengan cara merasakan
mengembangkan wawasan, kasih sayang, sensasi-sensasi tubuh (seperti rasa sakit dan
dan kebijaksanaan (Silananda dalam tidak enak) dan tidak melakukan penilaian
Janssen dkk, 2018). Dalam psikologi atau evaluasi terhadap sensasi-sensasi
kontemporer, mindfulness dipandang tersebut. Setelah melalui tahap fokus
sebagai cara untuk meningkatkan perhatian pada somatik, mindfulness
111
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
112
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
yang menuju bagian otak frontal bawah, selama terjaga, dan mencapai tingkat yang
temporal superior dan kortek oksipital jauh lebih tinggi selama situasi stres atau
(Goldman dkk dalam dalam Afandi, 2007) bahaya. Di otak, noradrenalin
yang merupakan baga-baga yang meningkatkan gairah dan kewaspadaan,
berhubungan dengan thalamus (Markam & meningkatkan pembentukan dan
Markam, 2003). Dari hasil pengukuran pengembalian kembali memori, serta
tersebut, Schreckenberger (dalam dalam memfokuskan perhatian; hal ini juga
Afandi, 2007) menyimpulkan bahwa meningkatkan kegelisahan dan kecemasan.
gelombang otak alpha mampunyai korelasi Di seluruh tubuh, noradrenalin
positif dengan aktivitas pada beberapa meningkatkan denyut jantung dan tekanan
lokasi thalamus tidak secara keseluruhan. darah, memicu pelepasan glukosa dari
Selain itu, keadaan alpha juga tempat penyimpanan energi, meningkatkan
mempengaruhi peningkatan sekresi aliran darah ke otot rangka, mengurangi
hormon norepinephrin, serotonin and beta- aliran darah ke sistem pencernaan, dan
endorphin levels yang disertai dengan menghambat pengosongan kandung kemih
pengurangan tingkat produksi darah. dan motilitas gastrointestinal
Tingkat produksi darah berkaitan secara (wikipedia.org, 2018).
langsung dengan stres, dengan demikian Serotonin adalah adalah hormone yang
maka terdapat pengurangan respons stres diilepaskan oleh batang otak dan kornu
dengan peningkatan respons sistem imun dorsalis untuk menghambat transmisi nyeri
(Cozzolino dalam Afandi, 2007). (Bahrudin, 2017). Sedangkan beta
Adapun hipotalamus merupakan endorphin adalah merupakan substansi
penghasil hormon-hormon yang sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh.
mengendalikan produksi hormon Diaktivasi oleh daya stress dan nyeri.
di kelenjar pituitari. Artinya seluruh sekresi Terdapat pada otak, spinal, dan traktus
kelenjar pituitari dikontrol oleh gastrointestinal. Berfungsi memberi efek
hipotalamus. Hipotalamus dikontrol oleh analgesic (Bahrudin, 2017). Hormon
rangsang saraf dari otak. Kelenjar pituitari diproduksi diproduksi oleh kelenjar
rupanya memiliki manfaat yang penting pituari dan sistem saraf pusat manusia
bagi tubuh Anda, karena dapat (Noya dalam alodokter, 2018).
mengendalikan beberapa kelenjar, seperti
PEMBAHASAN
kelenjar tiroid, ovarium, testis, dan kelenjar Berdasarkan teori Gate Control Theory
adrenal (Adrian dalam alodokter.com, bahwa manusia memiliki kemampuan
2017). bawaan untuk mengurangi dan
Hormone norepinephrin adalah adalah meningkatkan nyeri melalui modulasi
hormon dihasilkan nukleus. Nukleus yang impuls yang masuk pada kornu dorsalis
paling penting adalah locus coeruleus, memalui gate (gerbang). Menurut teori ini,
terletak di pons. Selain itu, noradrenalin ini sensasi nyeri tidak hanya membutuhkan
juga dilepaskan langsung ke aliran darah teraktivasinya reseptor nyeri dikulit, tetapi
oleh kelenjar adrenal. Secara umum fungsi juga mengharuskan melewati gerbang
dari norepinefrin adalah untuk
neural di medulla spinalis agar sinyal saraf
memobilisasi otak dan tubuh untuk dapat masuk ke otak. Bila serabut kritis di
bertindak. Pelepasan noradrenalin terendah medulla spinalis teraktivasi, maka gerbang
terjadi pada saat tidur, yang kemudian naik
113
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
neural akan terbuka. “Gate” menutup atau bebas dari stres. Keadaan tenang yang
membuka yang mempengaruhi demikian juga tercipta karena saat
meningkatnya atau berkurangnya sensasi seseorang melakukan mindfulness
nyeri berikaita dengan variable psikologis dianjurkan hanya untuk menyadari dan
seperti persepsi, motivasi, pikiran, emosi menerima terhadap apa yang terjadi
dan reaksi stress. termasuk nyeri yang dirasakan dengan
Variable psikologis tersebut dapat tanpa melakukan atas nyeri tersebut.
dimodifikasi oleh praktek mindfulness, Kondisi tenang yang demikian menjadikan
karena dalam prakteknya mindfulness thalamus dapat berfungsi dengan baik dan
mampu mengkondisikan gelombang seimbang sebagai stasiun relay pusat untuk
seseorang pada gelombang otak alpha. sinyal rasa sakit yang masuk dan korteks
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Dunn somatosensoris dan begitu juga menjadikan
(dalam Afandi, 2007) bahwa dengan hypothalamus hingga dapat memproduksi
latihan meditasi mindfulness seseorang hormon-hormon penurun penghambat,
dapat mencapai gelombang otak alpha yaitu pereda dan penghilang rasa sakit seperti
frekuensi gelombang otak yang rendah. beta endorphin dan serotonin.
MacGregor (2005) menjelaskan bahwa Hormone norepinephrin adalah adalah
seseorang yang mencapai gelombang otak hormon dihasilkan nukleus. Nukleus yang
alpha atau keadaan alpha adalah dalam paling penting adalah locus coeruleus,
kondisi yang rileks atau tanpa stress. terletak di pons. Selain itu, noradrenalin ini
Menurut Schreckenberger (dalam Afandi, juga dilepaskan langsung ke aliran darah
2007) menyimpulkan bahwa gelombang oleh kelenjar adrenal. Secara umum fungsi
otak alpha mampunyai korelasi positif dari norepinefrin adalah untuk
dengan aktivitas pada beberapa lokasi memobilisasi otak dan tubuh untuk
thalamus. Thalamus berfungsi bertindak. Pelepasan noradrenalin terendah
menyampaikan sinyal sensoris dari bagian- terjadi pada saat tidur, yang kemudian naik
bagain lain nervous system (sistem saraf) selama terjaga, dan mencapai tingkat yang
ke kortek cerebral (Greenberg, 1999). jauh lebih tinggi selama situasi stres atau
Thalamus berhubungan dengan bagian otak bahaya. Di otak, noradrenalin
frontalis, oksipitalis dan temporalis. meningkatkan gairah dan kewaspadaan,
Keadaan gelombang otak alpha selain meningkatkan pembentukan dan
itu berkaitan dengan kerja thalamus, pengembalian kembali memori, serta
keadaan alpha juga mempengaruhi memfokuskan perhatian; hal ini juga
peningkatan sekresi hormon norepinephrin, meningkatkan kegelisahan dan kecemasan.
serotonin and beta-endorphin levels yang Di seluruh tubuh, noradrenalin
disertai dengan pengurangan tingkat meningkatkan denyut jantung dan tekanan
produksi darah (Cozzolino dalam Afandi, darah, memicu pelepasan glukosa dari
2007). tempat penyimpanan energi, meningkatkan
Saat seseorang sedang melakukan aliran darah ke otot rangka, mengurangi
mindfulness dengan diawali dengan aliran darah ke sistem pencernaan, dan
penafasan perut akan menjadikan individu menghambat pengosongan kandung kemih
menjadi lebih tenang karena tercapainya dan motilitas gastrointestinal
gelombang otak alpha sebagai gelombang (wikipedia.org, 2018). Sedangkan
yang terjadi saat orang dalam keadaan serotonin adalah adalah hormone yang
114
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
diilepaskan oleh batang otak dan kornu pernafasan perut dan sikap jiwa
dorsalis untuk menghambat transmisi nyeri. menyadari dan menerima terhadap
Beta endorphin adalah merupakan nyeri dengan tanpa melakukan
substansi sejenis morfin yang disuplai oleh penilaian terhadapnya. Hal demikian
tubuh. Diaktivasi oleh daya stress dan menciptakan gelombang otak alpha
nyeri. Terdapat pada otak, spinal, dan yang dapat mempengaruhi kerja
traktus gastrointestinal. Berfungsi memberi thalamus sebagai penyampai sinyal
efek analgesic (Bahrudin, 2017). Hormon sensoris dan hypothalamus untuk
Beta endorphin ini diproduksi oleh kelenjar memproduksi hormon serotonin dan
pituari (Wikipedia, 2019). beta endorphin sebagai hormon
Dengan demikian maka, kondisi penekan, pereda dan penghilang nyeri.
gelombang otak alpha dapat melakukan 3. Gelombang otak alpha juga
fungsi Gate Control stimulus nyeri dengan meningkatkan denyut jantung
cara mempengaruhi kerja hipotalamus dan tekanan darah, memicu
dalam peningkatan sekresi hormon pelepasan glukosa dari tempat
norepinephrin, serotonin and beta- penyimpanan energi, meningkatkan
endorphin levels yang merupakan horman aliran darah ke otot rangka yang
yang dapat menekan nyeri yang berguna bagi seseorang yang depresi
tersampaikan ke korteks karena menyerah terhadap nyeri yang
Mindfulness
Latihan Pernafasan, Fokuskan selalu muncul dan tidak dapat diatasi.
perhatian sensasi, perasaan,
pikiran dan pengindraan pada
peristiwa kekinian DAFTAR RUJUKAN
Afandi, Nur Aziz. (2007). Pelatihan
Thalamus Korteks Lokasi dan
Hipotalamus
somatosesnsoris intensitas nyeri meditasi mindfullnes penurunan
Batang
Otak
Amigdala Koteks singulat
dan insular
Aspek afektif
dari nyeri
tingkat kecemasan. Tesis. Sekolah
Saraf Pascasarjana. Universitas Gadjah
Tulang
Meningkatka
Belakang
Nyeri n sekresi Mada. Yogyakarta.
berkurang atau serotonin,
hilang dan beta
Nosiseptor endorphin Aliansyah, Muhamad Agil. (2018) Cerita
anggota Satpol-PP selamat saat
Gambar 2.
tsunami terjang Palu.
mekanisme mindfulness memanage
https://www.merdeka.com/peristiwa/
nyeri
cerita-anggota-satpol-pp-selamat-
saat-tsunami-terjang-palu.html
SIMPULAN
Alodokter.com (2017) Kelenjar Pituitari:
1. Mindfulness yang dilakukan dengan
Master Kelenjar yang Kendalikan
menggunakan pernafasan perut dan
Banyak Fungsi Tubuh.
sikap menyadari dan menerima
https://www.alodokter.com/kelenjar-
terhadap nyeri tanpa penilaian dapat
pituitari-master-kelenjar-yang-
menjadi salah satu alternative dalam
kendalikan-banyak-fungsi-tubuh
managemen nyeri
Terakhir diperbarui: 9 Juli 2017
2. Mindfulness sebagai managemen nyeri
bekerja dengan cara menjadikan Alodokter.com (2018) Hormon Endorfin:
seseorang dapat mencapai ketenangan. Penghilang Stres dan Pereda Rasa
Mindfulness dilakukan menggunakan Sakit Alami.
115
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
116
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
117
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Kader Prolanis (Program Pengeloalaan Penyakit Kronis) merupakan warga di sekitar
wilayah Puskesmas X yang mengalami penyakit hipertensi dan diabetes melitus.
Berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan, Kader Prolanis ini rentan mengalami stress baik
yang disebabkan karena respon terhadap penyakit itu sendiri maupun dari faktor psikososial.
Pentingnya diberikan pelatihan manajemen stress pada Kader Prolanis adalah membantu
menurunkan resiko kekambuhan penyakit dengan menguatkan sisi psikologis. Penelitian ini
dilakukan dengan memberikan intervensi untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan subjek terkait manajemen stress. Subjek dalam penelitian ini adalah 25 orang
Kader Prolanis dari berbagai wilayah di lingkup Puskesmas X. Intervensi yang diberikan
berupa pelatihan yang dilakukan dalam 6 sesi dengan menggunakan teknik ceramah,
pemutaran musik relaksasi, roleplay, diskusi dan tanya jawab. Hasil dari intervensi adalah
subjek menunjukkan peningkatan pengetahuan manajemen stress berdasarkan nilai pretest
dan posttest (nilai signifikansi 0,00 < 0,05). Selain itu, subjek juga mampu melakukan
latihan relaksasi dan SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). Pada proses follow
up juga diketahui bahwa ada perbedaan antara tingkat stres subjek dari sebelum dan sesudah
pemberian intervensi.
Kata Kunci: Pelatihan Manajemen Stress; Kader Prolanis; Penyakit Kronis.
118
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
119
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
120
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
121
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
sesudah pemberian intervensi dilakukan. karena beberapa faktor baik dari pihak
Perubahan skor tersebut adalah 0,96 poin. puskesmas maupun dari peserta intervensi
Sementara itu, peningkatan itu sendiri. Pihak puskesmas mendukung
kemampuan subjek dalam melakukan dan memang mendorong untuk
manajemen stress dilihat selama proses memberikan kegiatan yang berhubungan
intervensi berlangsung. Subjek mampu dengan penguatan psikologis pada kader
mengikuti beberapa teknik mengontrol prolanis. Selain itu, dari subjek atau
stress yang diajarkan oleh terapis yaitu peserta intervensi sendiri tampak antusias
dengan latihan relaksasi imagery dan dalam mengikuti seluruh rangkaian sesi
pernafasan. Subjek juga merasakan yang diberikan.
manfaat dari apa yang telah diajarkan oleh Pelaksanaan intervensi mengajak
terapis dengan teknik SEFT (Spiritual beberapa bidang yang terkait dengan
Emotional Freedom Technique). Subjek materi yang diberikan. Intervensi ini
mampu mengikuti dan merasakan menggunakan berbagai disiplin ilmu yaitu
manfaat positif dari diajarkannya teknik dalam bidang medis oleh dokter dan juga
manajemen stress ini. oleh psikolog yang bertujuan agar materi
Follow up dilakukan 2 minggu pasca lebih luas dan subjek mendapatkan
terminasi dengan melakukan wawancara pengetahuan yang lebih kaya lagi.
terhadap beberapa Kader Prolanis. Keterlibatan berbagai disiplin ilmu
Hasilnya menunjukkan bahwa setelah menjadi sebuah pendekatan inovasi yang
diadakannya pelatihan manajemen stress baru dari sekedar tindakan preventif dan
telah menerapkan beberapa cara yaitu promotif, menjadi sebuah kolaborasi
dengan melakukan teknik relaksasi untuk membuat komunitas yang sehat
pernafasan seperti yang telah diajarkan dengan melihat berbagai macam latar
serta mencari kegiatan positif lain belakang budaya yang lebih luas serta
sehingga tidak terpaku pada stresor yang sistem yang berbeda pula (Jimenez et al.,
sedang dialaminya. 2016). Dalam hal ini, adanya keterlibatan
dokter mampu memberikan pengetahuan
PEMBAHASAN bagi subjek terkait hubungan antara
Pelatihan manajemen stress yang kesehatan fisik dan kesehatan secara
dilakukan untuk meningkatkan mental atau psikologis. Selain itu, dari
pengetahuan dan kemampuan (skill) pada bidang psikologi lebih mengenalkan apa
kader prolanis menunjukkan hasil yang itu manajemen stress dan bagaimana cara
sesuai dengan target yang ditentukan. melakukan manajemen stress yang efektif
Adanya perbedaan pengetahuan subjek dan sederhana sehingga dapat diterapkan
sebelum dan sesudah pemberian oleh subjek.
intervensi berdasarkan uji statistik Kemampuan (skill) yang ingin
menunjukkan bahwa subjek mampu diajarkan kepada peserta dalam intervensi
memahami apa dan bagaimana ini adalah agar subjek mampu melakukan
manajemen stress yang efektif seperti teknik manajemen stress yang sederhana.
yang telah diajarkan. Intervensi ini dapat Dalam intervensi ini, subjek diajarkan
tercapai sesuai target yang ditetapkan latihan relaksasi dan teknik SEFT
122
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
123
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
124
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
125
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Ditsar Ramadhan
RSUD dr. Saiful Anwar Malang
Klojen, Kota Malang, Jawa Timur, 65112
kotaksurat.ditsar@gmail.com
ABSTRAK
Anak-anak usia dini disekitar lokasi intervensi terlihat bermain dengan menggunakan baju
dalam yang terbuka dan celana yang pendek hingga paha mereka terlihat. Asessmen yang
dilakukan menggunakan wawancara, observasi dan skala sikap orang tua terhadap
pendidikan seks. Hasilnya warga lokasi intervensi masih menganggap tabu membicarakan
masalah area seksual pada anak usia dini sehingga anak tidak mendapat informasi mengenai
pentingnya menjaga area seksual. Berdasarkan hasil asessmen, intervensi yang diberikan
adalah upaya preventif untuk mencegah anak usia dini menjadi korban kekerasan seksual.
Upaya preventif yang diberikan adalah psikoedukasi. Intervensi psikoedukasi dilakukan
dalam 6 sesi. Hasil intervensi yang diberikan adalah komunitas mampu meningkatkan sikap
orang tua pada pendidikan seks untuk pencegahan kekerasan seksual pada anak usia dini.
Kata kunci: psikoedukasi; orang tua; kekerasan seksual.
ABSTRACT
Early childhood in the intervention site were seen playing with underwear and short pants
until their thighs were exposed. Assessment was conducted using interviews, observations
and parent’s attitudes towards sex education scale. Result is community of the intervention
site still consider it taboo to discuss sexual area problems in early childhood. So early
childhood are not informed importance of protecting sexual areas. Based on assessment
result, interventions provided are preventive measures to prevent early childhood victims of
sexual violence. Preventive efforts are psychoeducation. Psychoeducation intervention was
carried out in 6 sessions. Results of the intervention, community is able to improve attitudes
of parents in sex education to prevent sexual violence on early childhood.
Keyword: Psychoeducation; parents; sexual violence.
126
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
adalah keterlibatan anak dalam aktivitas Dampak yang ditimbulkan antara lain
seksual dengan orang dewasa atau anak sulit tidur, takut terhadap orang dewasa
kecil lainnya (anak kecil yang memiliki tertentu, sakit diarea intim, terlihat tidak
kekuasaan dibanding korban) yang anak nyaman (Ayurinanda, 2016). Sedangkan
tidak memahami sepenuhnya, tidak pada masa dewasa anak akan mengalami
mampu memberikan persetujuan untuk gangguan paranoid, trauma
melakukan dan kegiatan ini melanggar berkepanjangan, bermasalah dengan
hukum atau tabu sosial masyarakat. lawan jenis menjadi pribadi apatis,
Kekerasan seksual pada anak dapat kecemasan, kelainan seksual, depresi
berupa perlakuan tidak senonoh dari tinggi, percobaan bunuh diri yang
orang lain, kegiatan yang menjurus berulang-ulang, melukai diri sendiri dan
pornografi, perkataan porno dan tindakan dapat menjadi pelaku kekerasan seksual
pelecehan organ seksual anak, perbuatan pada orang lain pada masa dewasa
cabul (Justicia, 2016). (Cashmore & Shackel, 2013; Corona,
Menurut sebuah penelitian Jannini, & Maggi, 2014; Sawyerr &
metaanalisis yang dilakukan skala Bagley, 2017).
internasional, hasilnya prevalensi Tujuan penulisan artikel ini adalah
kekerasan seksual pada anak perempuan untuk mencegah anak-anak usia dini
18-20% dan 8% anak laki-laki pernah menjadi krban kekerasan seksual yang
mengalami kekerasan seksual pada saat saat ini marak terjadi. Pencegahan
anak-anak (Barth, Bermetz, Heim, Trelle, kekerasan seksual terus dilakukan dalam
& Tonia, 2013). Sedangkan di Indonesia, hal ini adalah upaya preventif. Upaya
menurut data KPAI pada tahun 2011, preventif tentang kekerasan seksual ini
terjadi 2275 kasus kekerasan terhadap seharusnya tidak saja menjadi tanggung
anak, 887 kasus diantaranya merupakan jawab sekolah, namun diperlukan
kekerasan seksual. Pada tahun 2012 kesadaran orang tua untuk memberikan
kekerasan terhadap anak telah terjadi pendidikan seks pada usia dini juga
3.871 kasus, 1028 kasus diantaranya sangatlah penting (Finkelhor, 2009). Di
adalah kekerasan seksual terhadap anak. Amerika Serikat, pendidikan seks sangat
Pada tahun 2013, dari 2637 kekerasan menjadi topik hangat karena tingginya
anak, 48 % atau sekitar 1.266 merupakan angka kekerasan seksual di negara
kekerasan seksual pada anak (Noviana, tersebut (Raphael, 2015)
2015). Intervensi komunitas untuk mencegah
Pelaku kekerasan seksual ini 68% kekerasan seksual pada anak usia dini ini
dilakukan oleh orang yang dikenal anak tidak terbatas untuk orang tua saja namun
(paman, pekerja, sepupu, tetangga dll) bisa untuk guru bahkan masyarakat luas
sedangkan 10% dilakukan oleh orang dapat diberikan intervensi komunitas.
asing yang baru dikenal anak sedangkan Sangat penting untuk melindungi
sisanya, pelaku merupakan orang tua anak generasi penerus bangsa agar tidak
sendiri (Justicia, 2015). menjadi korban kekerasan seksual dan
Kekerasan seksual memiliki dampak tidak menambah jumlah korban dan
yang sangat besar pada anak usia dini. pelaku (Rheingold et al., 2015). Oleh
127
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
128
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
129
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
130
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
131
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Konsep diri merupakan hal yang penting pada masa remaja. Konflik antar orang tua
menempatkan anak dalam risiko mengalami kesulitan perkembangan emosi dan perilaku
sehingga berpengaruh pada pembentukan konsep diri remaja. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan konsep diri remaja akibat konflik orang tua melalui psikodrama. Partisipan
dalam penelitian ini yaitu empat siswa Sekolah Menengah Pertama yang memiliki konsep
diri rendah akibat konflik orang tua. Desain penelitian ini yaitu systematic case study
bertujuan untuk menguji efektivitas suatu intervensi, yaitu psikodrama. Pelaksanaan terapi
dilakukan sebanyak 5 sesi. Analisis data yang digunakan bersifat kualitatif dengan
membandingkan kondisi sebelum dan sesudah intervensi, serta selama proses intervensi
berlangsung. Alat ukur yang digunakan untuk melihat adanya perubahan konsep diri yaitu
Adolescent Self Concept Short Scale (ASCSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
psikodrama dapat meningkatkan konsep diri para partisipan.
Kata Kunci: konsep diri; psikodrama; remaja.
ABSTRACT
Self-concept is important in adolescence. Conflicts between parent’s place children at risk
of experiencing emotional and behavioral development difficulties so that it affects the
development of adolescent’s self-concept. This research aims to improve adolescent self-
concept due to parent conflict through psychodrama. Participants in this study were four
junior high school students who had low self-concepts due to parent conflict. The design of
this research is a systematic case study that aims to test psychodrama as intervention. The
therapy is carried out in 5 sessions. Analysis of the data used is qualitative by comparing
conditions before and after the intervention, as well as during the intervention process, in
addition, the scale is used to see changes in self-concept before and after the intervention.
The measuring tool used to see changes in self-concept is the Adolescent Self-Concept Short
Scale (ASCSS). The results showed that psychodrama could improve the self-concept of
the participants.
Keywords: adolescent; psychodrama; self-concept
132
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
133
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
& Calhoun, 1990). Sedangkan domain anekdotal oleh terapis tentang faktor yang
yang mempengaruhi konsep diri berkontribusi mempengaruhi jalannya
diantaranya yakni, sosial, kompetensi, intervensi(Kazdin, 2011).
afeksi, akademik, keluarga, dan fisik Partisipan penelitian dipilih melalui
(Bracken, Bunch, Keith, & Keith, 2000). purposive sampling dimana disesuaikan
Salah satu intervensi yang dapat dengan kriteria penelitian sehingga nilai
digunakan untuk meningkatkan konsep validasi yang didapatkan terpercaya
diri adalah psikodrama. Psikodrama (Palys, 2008). Partsipian yang dipilih
adalah salah satu bentuk variasi terapi yakni berjumlah empat remaja yang
kelompok yang dikembangkan oleh J.L memiliki konsep diri rendah akibat
Moreno pada tahun 1946, dimana konflik orang tua. Selain itu dilakukan
seseorang didorong untuk memainkan pula tes piskologi, yakni DAP (Draw a
suatu peran emosional didepan para person) dan SSCT (Sack Sentence
audience tanpa latihan sebelumnya. Sesi Completion Test) sebagai data tambahan
psikodrama terdiri dari warming up, efektivitas pemilihan partisipan.
enactment, dan sharing. Instrumen yang digunakan dalam
Psikodrama berfokus pada penelitian ini adalah Adolescent Self-
mengurangi kecemasan melalui Concept Short Scale (ASCSS). Skala ini
kemampuan spontanitas seseorang yang memiliki reliabilitas sebesar 0.87 (Veiga
dilakukan dalam kegiatan acting sehingga & Leite, 2016), dengan jumlah aitem
memunculkan pemikiran-pemikiran baru sebanyak 30 aitem dan enam pilihan
pada seseorang dalam menghadapi respon (sangat tidak setuju sampai dengan
masalah di kehidupannya (Wilkins, sangat setuju). ASCSS terbagi menjadi 6
1999). Dalam penelitian ini konsep diri, domain, physical appearance, behavior,
psikodrama berfungsi sebagai media popularity, happiness dan intellectual
Oleh karena itu, penelitian ini hendak status.
melihat sejauh mana perubahan konsep Analisis data yang digunakan yakni
diri pada partisipan setelah dilakukannya bersifat kualitatif dengan
psikodrama. membandingkan kondisi sebelum dan
sesudah intervensi, serta selama proses
METODE
intervensi berlangsung. Selain itu
Desain penelitian yang digunakan
digunkana skala ASCSS untuk
yakni systematic case study. Systematic
mengetahui perubahan konsep diri pada
case study termasuk dalam Small N
partisipan sebelum dan setelah diberikan
design, dimana dapat digunakan untuk
intervensi.
melihat efektivitas suatu intervensi
dengan melakukan pengukuran HASIL
perubahan efek terapi pada setiap sesi Hasil intervensi menunjukkan adanya
tanpa adanya kontrol eksperimen (Barker, peningkatan konsep diri pada masing-
Pistrang, & Elliott, 2002). Lebih lanjut masing partisipan. Meningkatnya konsep
Kazdin mengatakan bahwa case study diri terjadi ditandai dengan adanya
melakukan investigasi secara intensif dari perubahan pada partisipan dalam setiap
individu dengan melakukan deskripsi sesinya, hingga pada akhir sesi
134
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
135
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Prinsip dari psikodrama yang pikiran yang lebih luas dalam menanggapi
diungkapkan oleh Moreno adalah situasi tersebut, serta mengalami perasaan
individu dilatih untuk menurunkan yang lebih baik setelah mendapatkan
kecemasan dalam menghadapi masalah beberapa efek dari munculnya ego
untuk memunculkan spontanitas reaksi auxiliaries, misalnya.
yang lebih baik dengan danya panggung Teknik yang digunakan pertama yakni
drama (Wilkins, 1999). Oleh karena itu role reversal. Partisipan melakukan role
psikodrama memiliki tujuan untuk reversal dengan tujuan agar memahami
menekankan kecemasan yang dialami dan posisi dan persepsi melalui sudut pandang
menggantinya dengan spontanitas reaksi yang berbeda dan semua dilakukan secara
yang baru sehingga lebih memunculkan spontan. Role reversal adalah mesin dari
perilaku adaptif, selain itu dengan adanya psikodrama karena membawa kejadian
masukan dari audience, auxiliaries, dan kehidupan nyata sebagai hal yang terbalik
director, maka proses psikoterapi dengan keseharian sehingga hal tersebut
semakin hidup. sangat mungkin muncul kembali dalam
Moreno meyakini bahwa melakukan kehidupan sehari-hari. Selain itu dengan
“acting out” pada lingkungan yang aman role reversal seseorang akan bermain,
dan terkontrol, dalam hal ini adalah mengembangkan kemungkinan peran
setting psikodrama dapat menolong orang dengan peran lainnya, dapat dilakukan
dan menurunkan konflik yang supervisi maupun tidak mengenai
dialaminya. Sehingga dapat dikatakan spontanitas yang muncul, dimana hal
tujuan psikodrama adalah untuk tersebut akan memunculkan pandangan
menurukan konflik demi mendapatkan baru tentang suatu pengalaman pada
insight melalui aksi dibandingkan dengan individu (Farnsworth, 2010).
berbicara sendiri, aksi yang dimaksud Teknik doubling digunakan sebagai
adalah roleplay, berfikir, merasakan, psikodrama juga dapat memberikan efek
secara serentak sehingga mengeluarkan terapeutik dengan adanya ego auxiliaries.
hal-hal yang selama ini ditekan Pengalaman adanya doubling dengan
(repressed). Kekuatan psikodrama yakni kuatnya kualitas dari identifikasi empatik
terletak pada emosional katarsis yang secara sensitif akan dirasakan oleh
dilakukan oleh individu (Miller, 2012). seseorang sebagai konteks terapeutik
Struktur konsep diri selama periode dalam psikodrama (Farnsworth, 2010).
perkembangan didominasi oleh keadaan Psikodrama dapat meningkatkan konsep
psikologis, yakni pikiran, perasaan, sikap, diri secara signifikan dengan pengukuran
keinginan, keyakinan, ketakutan, dan perubahan konsep diri pada saat follow up
harapan (Rosenberg, 1986). Melalui (Carroll & Howieson, 1984).
psikodrama dengan teknik-tekniknya Faktor yang dapat mendukung
(role reversal dan doubling), partisipan lancarnya proses psikodrama yakni
ditempatkan dalam situasi (scene) tertentu kesatuan dari kelompok yang saling
yang sama dengan situasi pemicu mendukung. Partisipan mampu menyatu
ketakutan, harapan, kecemasan, bahkan dan saling mendukung, saling
keinginan, sehingga partisipan memiliki memberikan feedback dan tanpa malu
136
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
137
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
138
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Hipertensi merupakan kondisi medis dimana tekanan darah meningkat hingga
>140/90mmHg dan terjadi berulang sehingga harus mengonsumsi obat secara rutin.
Tingkat kepatuhan dipengaruhi oleh kondisi psikologis orang tersebut, yaitu
psychological well-being yang merupakan dorongan untuk menyempurnakan dan
merealisasikan potensi diri. Penderita hipertensi yang memiliki psychological well-being
baik maka akan memiliki keinginan sembuh dari penyakitnya dengan rajin minum obat,
begitu sebaliknya. Tujuan penelitian adalah untuk menguji dan menjelaskan hubungan
psychological well-being dengan kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel adalah
accidental sampling. Subyek penelitian ini adalah penderita hipertensi sebanyak 220
orang. Teknik analisis data menggunakan analisis Spearman. Skala penelitian yang
digunakan adalah psychological well-being dan MMAS-8. Hasil pengujian diperoleh
koefisien sebesar 0,463 (p-value 0,000<0,05) karena koefisien bertanda positif
mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan searah antara
psychological well-being terhadap kepatuhan minum obat. Artinya semakin tinggi
psychological well-being akan mengakibatkan semakin tinggi pula kepatuhan minum
obat, begitu juga sebaliknya.
Kata Kunci: hipertensi; kepatuhan minum obat; psychological well-being.
ABSTRACT
Hypertension is a medical condition where blood pressure rises to >140/90mmHg and
occurs repeatedly so that it must take medication regularly. The level of compliance is
influenced by the psychological condition of the person, namely psychological well-being
which is an encouragement to perfect and realize self potential. Hypertension sufferers
who have a good psychological well-being will have the desire to recover from their
illness by diligently taking medication, and vice versa. The purpose of the study was to
139
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
140
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
141
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
142
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
143
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
144
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
145
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
146
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
147
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
148
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
149
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
atau II memiliki psychological well- Adikusuma, W., Qiyaam, N., & Yuliana,
being dan tingkat kepatuhan minum obat F. (2015). Kepatuhan
yang tinggi atau rendah. Selain itu, Penggunaan Obat Antihipertensi
peneliti juga hanya melakukan penelitian di Puskesmas Pagesangan
di beberapa puskesmas dan rumah sakit Mataram. Jurnal
di Malang dikarenakan keterbatasan Pharmascience, 2(2), 56-62.
waktu dan tenaga, serta kendala terkait
Bremner, A. D. (2002).
perizinan untuk melakukan penelitian
Antihypertensive Medication
maka peneliti memutuskan untuk
and Quality of Life—Silent
melakukan penelitian di beberapa
Treatment of a Silent Killer?
puskesmas yang telah memberikan izin
353-364.
lebih dahulu.
Coyne, K. S., Davis, D., Frech, F., &
Hill, M. N. (2002). Health-
SIMPULAN
Related Quality of Life in
Penelitian ini memberikan gambaran Patients Treated for
bahwa terdapat korelasi antara Hypertension: A Review of the
psychological well-being dengan Literature from 1990 to 2000.
kepatuhan minum obat dengan nilai Clinical Therapeutics.
koefisien sebesar 0.463 yang
mengindikasikan bahwa terdapat Hannan, M. (2013). Analisis Faktor yang
hubungan yang searah antara Mempengaruhi Kepatuhan
psychological well-being terhadap Minum Obat pada Pasien
kepatuhan minum obat. Artinya semakin Diabetes Mellitus di Puskesmas
tinggi psychological well-being akan Bluto Sumenep. Jurnal
mengakibatkan semakin tinggi pula Kesehatan Wiraraja Medika.
kepatuhan minum obat, sebaliknya Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu
semakin rendah psychological well- Sosial "Pendekatan Kualitatif
being akan mengakibatkan semakin dan Kuantitatif" (2 ed.).
rendah pula kepatuhan minum obat. Yogyakarta: Erlangga.
Hasil penelitian ini dapat berimplikasi
Kompas. (2013, April 5). Penderita
pentingnya meningkatkan kondisi
Hipertensi Terus Meningkat.
psychological well-being pada pasien Kompas.com.
dengan hipertensi, dengan melakukan
psikoedukasi kepada pasien dan juga Krousel-Wood, M., Thomas, S.,
kepada keluarga pasien sehingga Muntner, P., & Morisky, D.
diharapkan pasien dapat patuh untuk (2004). Medication Adherence: a
minum obat. Key Factor in Achieving Blood
Pressure Control and Good
DAFTAR RUJUKAN
150
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
151
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
152
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Rohmatus Naini
Universitas Negeri Semarang
Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
rohmatusnaini@gmail.com
Siwi Vilia Intan
Universitas Negeri Semarang
Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
siwivilia@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemahaman konsep krisis psikologis guru
BK di sekolah. Responden penelitian berjumlah 78 orang yang ditentukan dengan
purposive random sampling. Penelitian survey ini dilakukan secara online yang kemudian
dianalisis deskriptif. Karakteristik guru BK yang menjadi responden sebanyak 52 orang
memiliki pengalaman dalam mengajar lebih dari satu tahun dan 26 orang memiliki
pengalaman mengajar dibawah satu tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih
rendahnya tingkat pemahaman guru BK terkait konsep trauma, stress, dan krisis. Dampak
dari kurangnya pemahaman terkait krisis menjadi hambatan guru BK sehingga layanan
kurang efektif (assessmen, treatmeant maupun referral). Tugas utama guru BK yakni
memfasilitasi perencanaan, mengkoordinasikan respon, mengadvokasi kebutuhan
emosional yang mengalami dampak/sedang krisis dengan menyediakan layanan
konseling langsung selama dan setelah kejadian. Selain itu, guru BK perlu melakukan
suatu kolaborasi dengan ahli lain misalnya psikolog, psikiater, dokter, pekerja sosial dan
administrator dalam upaya memberikan bantuan kepada siswa. Terdapat 83,8 %
responden menyatakan tidak melakukan referral meskipun mendapati siswa yang
mengalami permasalahan yang cukup berat. Peran guru BK di sekolah sebagai helper
perlu untuk melakukan persiapan, pemberian intervensi krisis sebagai layanan
pencegahan maupun pengentasan. Saran untuk penelitian selanjutnya yakni adanya
penelitian pengembangan mengenai panduan penanganan krisis di sekolah, dan atau
penelitian dalam bentuk pelatihan misalnya psychological first aid, psychological
debriefing, dan isu-isu etis dalam pemberian intervensi krisis.
Kata kunci: krisis psikologi; psychological first aid
ABSTRACT
This study aims to identify the understanding of the concept of psychological crisis in
school counselors. Research respondents numbered 78 people who were determined by
153
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
purposive random sampling. This survey research was conducted online which was the
descriptive analysis. Characteristics of counselors as many as 52 people have experience
in teaching more than one year and 26 peoples have teaching experience less than one
year. There were 28.5% who did not understand the concept of crisis, 21.8% had a similar
understanding the concept of crisis, and 38.5% understood and 11.5% understood the
concept of crisis. As many as 70.5% of guidance and counseling teachers have a good
understanding the concept of trauma, and 61.5% understand the concept of stress. The
role of school counselor as a helper needs to prepare, provide crisis intervention as a
prevention and curative services. The results showed that the counselor level of
understanding was still low regarding the concepts of trauma, stress, and crisis. The
impact of the lack understanding related to the crisis becomes a barrier for counselor to
be less effective services (assessments, treatments and referral). The main tasks of the
counselors are to facilitate planning, coordinate responses, and advocate for emotional
needs that are experiencing the impact of crisis by providing direct counseling services
during and after the event. Suggestions for further research are to development of research
on guidelines for handling crisis in schools, or crisis management training such as
psychological first aid, psychological debriefing, and ethical issues in providing crisis
intervention.
Keywords: psychological crisis; guidance and counseling; counselor comprehension
154
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Hal ini adalah proses bantuan jangka Sayangnya masih banyak guru
pendek yang diarahkan pada tujuan yang bimbingan dan konseling yang masih
difokuskan penyelesaian masalah segera memiliki pemahaman yang kurang
dan stabilisasi konflik emosional yang mengenai konsep krisis psikologis ini.
dihasilkan. Intervensi yang cepat harus Sehingga masih banyak siswa yang
diarahkan untuk membangun kembali mengalami krisis cenderung kesulitan
emosi dan perilaku stabilitas, dan terabaikan. Tidak semua krisis
memberikan dukungan, dan psikologis ini dapat dilihat secara kasat
memfasilitasi kebutuhan mereka yang mata, namun juga membutuhkan
terkena dampak paling dekat krisis observasi maupun pengukurang
(Klicker, 2000). Sehingga konselor perlu menggunakan instrumen-instrumen
untuk menyiapkan keterampilan, lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan
pengetahuan dan pemahaman dalam kepekaan guru bimbingan dan konseling
memberikan intervensi untuk respon serta kecakapannya dalam menggunakan
krisis yang dialami siswa. Salah satu instrumen untuk mendapatkan data yang
kompetensi dari konselor atau guru terkait dengan gejala yang ada.
bimbingan dan konseling yakni Tujuan dari penelitian ini sendiri
mengaplikasikan kaidah-kaidah adalah untuk mengetahui tingkat
kesehatan mental klien dalam seting pemahaman guru Bimbingan dan
pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa Konseling mengenai konsep krisis
siswa perlu untuk diberikan layanan beserta cara penanganannya. Dari hasil
sekalipun dalam kondisi normal maupun tersebut kemudian dapat dijadikan bahan
krisis psikologis. evaluasi pihak yang berwenang untuk
Guru Bimbingan dan Konseling di melakukan perbaikan sehingga guru
sekolah diharapkan dapat mengentaskan Bimbingan dan Konseling lebih siap
siswa dari masalah krisis bahkan dapat ketika dihadapkan dengan permasalahan
melakukan tindakan preventif. Tidak yang berkaitan dengan krisis psikologis.
hanya untuk mencegah atau mengurangi Manfaat jangka panjangnya adalah
angka putus sekolah, namun juga untuk adanya peningkatan kualitas kesehatan
membantu siswa untuk lebih mandiri mental siswa yang jauh lebih baik dan
dalam mengatasi krisis yang dialaminya. siap berkontribusi dalam pembangunan
Pada tiap proses perkembangan individu negara Indonesia.
memiliki potensi kegagalan dalam
METODE
pencapaian tahap perkembangan yang Penelitian ini menggunakan metode
akan berdampak pada individu survey online yang diberikan pada guru
mengalami krisis psikologis yang bimbingan dan konseling jenjang
memiliki pengaruh pada tahapan sekolah menengah (SMP/SMA).
perkembangan selajutnya (Erikson, Sebanyak 78 guru BK sebagai responden
1986). penelitian dengan menggunakan
purposive random sampling. Hasil
155
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
156
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
siswa adalah kunci dari pemberian berkaitan dengan krisis, stress, dan
asesmen kepada siswa yang kemudian trauma. Sisanya hanya berfokus pada
dapat dilakukan pemberian treatment layanan dasar seperti akademik dan
maupun referral jika memang karir. Penelitian Ali Lukmanul Hakim
dibutuhkan. (2014) dengan judul Kepuasan Siswa
Dari total responden, mayoritas Terhadap Layanan Bimbingan
mengaku sudah pernah menangani siswa Konseling di SMK Al-Hidayah Lestari
dengan permasalahan yang berkaitan Lebak Bulus yang menyebutkan bahwa
dengan stress, trauma, dan krisis. Untuk pemberian layanan oleh guru BK
di Indonesia sendiri memiliki angka dibidang akademik sebesar 23,80%,
kerentanan akan krisis maupun trauma layanan bidang pribadi sosial sebesar
cukup tinggi, sehingga selalu ada 13,75% dan layanan karir sebesar
kemungkinan dari ratusan bahkan ribuan 34,21%. Jelas dapat dilihat jika
siswa di sekolah ada yang mengalami kurangnya perhatian guru BK terhadap
salah satu dari tiga hal tersebut. Namun, layanan psikologis siswa. Guru
lagi-lagi untuk menganalisisnya bimbingan dan konseling justru hanya
membutuhkan kejelian dari guru terpaku pada pemberian layanan karir,
bimbingan dan konseling karena tidak meskipun pada akhirnya masih banyak
semua dampak dari stress, trauma, siswa yang kurang paham dan bisa
maupun krisis dapat dilihat secara kasat menentukan pilihan karirnya.
mata atau pengamatan sekilas. Berikut Terkait dengan penanganan
prosentasi responden yang memberikan permasalahan stress, trauma, dan krisis
layanan kepada siswa dengan ada beberapa hal yang harus
permasalahan stress, trauma, maupun diperhatikan oleh konselor. Salah
krisis. satunya adalah apabila tingkat stress,
Pemberian layanan di sekolah trauma, maupun krisis yang dialami oleh
hanyalah terbatas pada pemberian siswa sudah melampaui batas jangkauan
bimbingan klasikal dan konseling guru bimbingan dan konseling, maka
individual dengan permasalahan umum harus dilakukan referral. Referral ini
atau banyak dijumpai pada usia anak dapat dilakukan dengan psikolog
sekolah. Namun, guru bimbingan dan maupun pihak-pihak lain yang relevan
konseling banyak yang mengabaikan dengan persetujuan dari siswa. Hal
akan permasalahan yang berkaitan tersebut sesuai dengan kode etik ABKIN
dengan stress, trauma, dan krisis yang yang menyebutkan bahwa “alih tangan
tidak menutup kemungkinan dialami kasus kepada konselor lain atau ahli lain
juga oleh siswa yang disebabkan harus seizin konseli, dan konseli
berbagai faktor. Dalam penelitian ini diberitahu informasi apa saja tentang
sendiri, hanya 55,5% responden yang dirinya yang disampaikan kepada
memberikan layanan dalam bentuk konselor atau ahli lain”. Sementara itu,
klasikal maupun konseling yang guru bimbingan dan konseling justru
157
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
158
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
159
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
160
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
161
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
162
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
163
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
164
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi sosial pada anak
dengan gangguan spektrum autis serta faktor yang mempengaruhi kemampuan
komunikasi sosial mereka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga anak dengan gangguan
spektrum autis yang bersekolah di salah satu sekolah dasar di kota Semarang.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara terkait dengan tema
kemampuan komunikasi sosial anak dengan gangguan spektrum autis yang meliputi
interaksi sosial, kognisi sosial, dan pragmatik. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap,
yakni reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan menarik
kesimpulan (verification). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak penyandang
gangguan spektrum autis melakukan komunikasi sosial dengan bentuk-bentuk perilaku
tertentu. Mereka cenderung menggunakan bentuk komunikasi non-verbal untuk
berkomunikasi. Komunikasi non-verbal yang lazim mereka lakukan pada umumnya
terdiri atas sentuhan, kontak mata, isyarat, komunikasi objek, postur tubuh, gaya berjalan,
suara serta ekspresi wajah. Dilihat dari tiap aspek interaksi sosial, anak penyandang
gangguan spektrum autis masih belum mampu secara efektif menggunakan komunikasi
verbalnya. Umumnya anak penyandang gangguan spektrum autis memiliki kesulitan
dalam pemrosesan informasi verbal yang panjang. Hal itu yang membuat mereka lebih
suka menyendiri karena merasa tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
membuat mereka menjadi pasif serta seolah tidak menanggapi apa yang disampaikan
kepadanya.
Kata Kunci: Komunikasi Sosial; Gangguan Spektrum Autis
ABSTRACT
The objective of this research was to examine the forms of social communication in
children with autism spectrum disorders and factors that influence their social
communication skills. This research used a qualitative method with a case study
approach. The subjects of the research is three childrens who studying in a elementary
school in Semarang who diagnosed with Autism Spectrum Disorder (ASD). Observation
and interview about social communication skills (include social interaction, social
cognition, and pragmatics) of children with autism spectrum disorder was used for data
collecting in this research. The data analysis was taken as follows: data reduction, data
165
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
display, and verification. The results of this research indicate that children with autism
spectrum disorders perform social communication with certain forms of behavior. They
tend to use non-verbal forms of communication to communicate. Non-verbal
communication that they usually do generally consists of touch, eye contact, cues, object
communication, body posture, gait, voice and facial expressions. Viewed from every
aspect of social interaction, children with autism spectrum disorders are still unable to
effectively use verbal communication. Generally children with autism spectrum disorders
have difficulty in processing long verbal information. This is what makes them prefer to
be alone because they feel unable to adapt to the environment and make them become
passive and as if not responding to what was conveyed to him.
Keywords: Social Communication; Autism Spectrum Disorder
166
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
167
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
168
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
169
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
170
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
171
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
172
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Berdasarkan hasil analisa data dan gangguan spektrum autis ketika mereka
kroscek ulang kepada guru selaku berada di sekolah. Pada subjek 1 (GA),
significant person dari ketiga subjek dalam hal interaksi dengan guru maupun
ketika berada di sekolah, maka diperoleh teman sebaya masih lebih banyak tidak
hubungan antar tema yang menunjukkan memperhatikan. GA lebih bersikap pasif
keterkaitan bentuk-bentuk komunikasi di dalam lingkungannya. GA memiliki
sosial untuk ketiga subjek adalah sebagai suara yang keras dengan pelafalan yang
berikut: kurang jelas. Akan tetapi guru dan
temannya masih bisa memahami apa
yang dimaksud oleh GA. Kemampuan
penalaran GA juga masih kurang. Hal itu
membuat GA belum mampu
menghadapi dua hal sekaligus. GA
masih belum bisa memahami situasi
yang ada di lingkungannya. Untuk
menjalankan intruksi dari guru, GA
Gambar 4. Bagan Subjek 1 (GA) masih merasa cukup sulit tapi GA sudah
lumayan mampu. Seperti ketika GA
mendapat intruksi untuk menyanyi atau
bergoyang. GA lebih menggunakan
bentuk komunikasi non-verbal atau
bahasa tubuh seperti sentuhan atau
isyarat. Terkadang GA menggeret
gurunya sebagai isyarat untuk
menunjukkan keinginannya atau
bertepuk tangan untuk menunjukkan
Gambar 5. Bagan Subjek 2 (NA) emosi senangnya ketika dia berhasil
melakukan sesuatu.
Ketika mengerjakan tugas, GA
hanya mampu meng-copy pekerjaan
temannya. Hal itu karena GA masih
kesulitan memproses informasi yang
diperoleh. Konteks pembicaraan yang
dilakukannya pun juga tergantung pada
lawan bicaranya. GA juga masih belum
Gambar 6. Bagan Subjek 3 (EG)
bisa melakukan kontak mata dengan
Dari hasil observasi dan wawancara orang di sekelilingnya dan masih sulit
yang telah dilakukan. Peneliti untuk mengontrol diri ketika berhadapan
memperoleh hasil tentang bentuk-bentuk dengan situasi yang membuatnya tidak
komunikasi sosial anak penyandang nyaman. Pada waktu GA berbicara,
173
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
terkadang dia melakukan gerakan- temannya pun dia tampak acuh tak acuh.
gerakan tertentu yang tergolong aneh Begitu juga sikap kepada gurunya. NA
jika dilakukan oleh anak seusianya. belum memiliki niat komunikasi dengan
Apalagi ketika subjek berbicara dan orang lain. Dia mengucapkan salam
melakukan gerakan tersebut dengan kepada guru dan salim hanya jika dia
mimik muka yang datar tanpa ekspresi. disuruh oleh ibunya. Itu yang membuat
Selain itu, GA juga belum mampu untuk NA tidak pernah minta tolong kepada
mengawali pembicaraan dengan orang orang lain ketika dia sedang
lain, misalnya mengucapkan salam membutuhkan sesuatu. Contohnya
kepada guru. ketika NA disekolah sedang ingin
Jadi dapat disimpulkan bahwa GA mewarnai. Dia mencari sendiri kertas
masih belum mampu melakukan gambarnya yang terletak di lemari guru
komunikasi sosial secara efektif dengan tanpa permisi atau bertanya kepada guru.
orang lain. Kemampuan penalaran GA Gaya bicara NA juga cenderung
yang masih kurang membuat dia masih pelan, tapi pelafalan katanya sudah
pasif terhadap lingkungan sekitarnya. cukup jelas. Kemampuan pemrosesan
Hal itu membuat GA memerlukan informasi NA juga hampir sama dengan
dukungan yang substansial atau GA, NA sulit memproses informasi yang
requiring substantial support (level 2) dia peroleh. NA kurang bisa memahami
agar mampu beradaptasi dengan bahasa verbal ketika bahasa yang
lingkungannya. GA juga tergolong anak disampaikan kepadanya terlalu panjang
penyandang gangguan spektrum autis dan rumit. Hal itu yang terkadang
dengan tipe low fungtioning autism. membuat NA mengulangi kata terakhir
Untuk subjek 2 (NA), dalam hal yang diucapkan oleh orang lain. Gerakan
interaksi dengan guru hampir sama tubuh NA ketika berbicara cenderung
dengan subjek 1 (GA), akan tetapi NA kaku dan NA tidak merasa nyaman pada
sudah cukup mampu untuk memberikan sentuhan yang diberikan kepadanya. NA
perhatian pada penjelasan yang juga tidak memiliki kontak mata dengan
dijelaskan oleh guru. NA juga lawan bicaranya ketika dia sedang
menunjukkan reaksi ketika ada terlibat suatu percakapan pendek. Jadi
kebiasaannya yang dirubah, meskipun kesimpulan dari subjek 2 (NA) adalah
kadang reaksi NA cenderung negatif. NA masih belum mampu melakukan
Namun NA masih belum memiliki indra komunikasi sosial secara aktif. NA
perabaan (taktil) dan indra pendengaran masih bergantung kepada ibunya untuk
dengan peka. Sehingga itu membuat NA melakukan komunikasi sosial. Dia masih
kadang tidak menghiraukan apa yang belum memiliki inisiatif untuk
disampaikan oleh gurunya. Ketika NA membangun komunikasi dengan
berinteraksi dengan teman sekelasnya, temamnya ketika di sekolah. Hal itu
NA lebih banyak diam dan asyik disebabkan karena kurang pekanya indra
bermain sendiri. Ketika didekati oleh perabaan dan indra pendegaran NA.
174
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
175
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
176
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
masih tidak peduli dengan teman- menggunakan bahasa non verbal saja.
temannya dan kondisi di sekitarnya. EG menunjukkan emosi senangnya
Dikarenakan ketidakpedulian terhadap dengan mengucapkan kata ungkapan
lingkungannya itu membuat niat senangnya dengan berkali-kali, misalnya
komunikatif NA cukup rendah. Dia mau horee.
mengucapkan salam dan salim kepada Dibandingkan dengan kedua
gurunya hanya jika ada ibunya yang temannya, EG memiliki niat komunikatif
menyuruh. Bahasa tubuh NA ketika
yang cukup. EG mampu mengucapkan
berbicara juga masih cenderung kaku. salam kepada gurunya tanpa disuruh.
NA tidak menyukai sentuhan fisik yang Ketika EG penasaran pada suatu hal, EG
diberikan kepadanya. Mimik mukanya tidak ragu untuk bertanya. Gerak
datar dan dalam berkomunikasi NA tubuhnya ketika berbicara juga tergolong
masih belum mampu untuk normal. Tapi kadang ketika EG sedang
menggunakan isyarat. Kontak matanya tidak nyaman, EG sering menggaruk-
pun juga masih belum fokus, hampir garuk kepalanya. EG juga sudah cukup
sama dengan GA. mampu melakukan kontak mata ketika
Hal yang serupa tidak terjadi pada sedang berbicara dengan orang lain.
subjek 3 (EG). Meskipun EG tergolong Meskipun kadang pandangan matanya
anak dengan gangguan spektrum autis, terfokus pada benda yang berputar.
namun EG memiliki kemampuan Berdasarkan pembahasan tema
interaksi sosial yang cukup tinggi jika utama dan intensitas tema yang muncul
dibandingkan kedua temannya. Gaya antar kasus di atas, maka keterkaitan
bicaranya cukup keras dan pelafalannya bentuk-bentuk komunikasi sosial pada
juga jelas. Kemampuan berbahasa EG semua subjek sebagai berikut:
juga hampir sama dengan anak normal
seusianya. EG memahami konteks
pembicaraan yang disampaikan
kepadanya dan mampu memberikan
respon dengan baik. EG juga sudah
cukup memiliki aturan kesopanan
berbahasa ketika sedang berhadapan
dengan orang lain. Hal itu dikarenakan
kemampuan kognisi sosial EG yang
cukup tinggi untuk mampu melakukan
pemrosesan informasi. Namun Gambar 7. Bagan Semua Subjek
terkadang EG belum mampu
Berdasarkan hasil penelitian yang
mengendalikan emosinya ketika
telah dilakukan, maka diperoleh hasil
berhadapan dengan situasi tertentu yang
bahwa ketiga subjek memiliki
membuatnya tidak nyaman. Dalam
karakteristik bentuk-bentuk komunikasi
menunjukkan emosinya, EG tidak hanya
177
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
sosial yang khas pada anak penyandang berkomunikasi masih bergantung pada
gangguan spektrum autis. Bentuk- orang lain dalam arti subjek masih pasif.
bentuk khas tersebut ditandai dengan Berbeda dengan EG yang sudah cukup
adanya ciri-ciri sebagai berikut: mampu secara mandiri melakukan
1. Kesulitan terus-menerus dengan komunikasi dengan orang lain. GA dan
komunikasi verbal dan non-verbal NA juga belum memiliki aturan dalam
yang tidak dapat dijelaskan oleh kesopanan berbahasa, hal ini mungkin
kemampuan kognitif rendah. disebabkan karena subjek memang
2. Gejala termasuk kesulitan dalam belum memiliki konsep tentang
akuisisi dan penggunaan lisan dan kesopanan itu sendiri. EG juga kadang
bahasa serta masalah dengan belum memiliki aturan kesopanan
tanggapan yang tidak pantas dalam bahasa, namun hal itu lebih dikarenakan
percakapan tertulis. kontrol emosi EG yang masih kurang
3. Keterbatasan dalam komunikasi ketika EG berhadapan dengan situasi
yang efektif, hubungan sosial, tertentu yang membuatnya merasa tidak
prestasi akademik, atau kinerja kerja. nyaman. Ketika berada dalam kondisi
Dilihat dari aspek interaksi sosial, yang tidak nyaman, ciri khas yang
gaya bicara yang meliputi suara, gaya dimiliki oleh anak autis pada umumnya
bahasa dan pelafalan kata yang muncul pada EG, yakni mengucapkan
diucapkan. Pada subjek 1 (GA) suaranya bahasa aneh dan diulang-ulang. Bahasa
ketika bicara masih pelan, tapi kadang aneh yang sering diucapkan subjek
juga keras dengan pelafalan yang kurang adalah “poolijoon”.
jelas. Pada subjek 2 (NA) suaranya dan Untuk aspek pragmatik, GA dan NA
pelafalannya sudah cukup jelas, begitu masih belum mampu untuk mengawali
juga dengan subjek 3 (EG). GA dan EG pembicaraan dan mengucapkan salam
memiliki pemahaman terhadap bahasa kepada orang lain, mereka masih
yang digunakannya dan mampu untuk cenderung pasif dalam lingkungan di
memberikan tanggapan terhadap apa sekolahnya. Sedangkan EG sudah cukup
yang disampaikan kepadanya. Namun mampu untuk membangun komunikasi
kemampuan yang dimiliki EG jauh lebih dengan orang lain serta memiliki niat
tinggi dibandingkan GA. GA masih komunikatif yang cukup. Dari aspek
menggunakan gesture tubuhnya untuk gesture, GA dan EG terkadang
menanggapi pembicaraan, dan EG sudah menggerak-gerakkan tubuhnya apabila
cukup efektif menggunakan bahasanya. sedang berbicara, tetapi NA cenderung
Hal itu karena kemampuan penalaran kaku ketika berbicara. GA juga
GA yang masih rendah dibandingkan EG merespon sentuhan-sentuhan yang
Sedangkan NA kadang masih belum diberikan pada tangannya dengan respon
mampu menanggapi apa yang yang positif. Namun untuk NA dan EG
disampaikan kepadanya dengan baik. justru memberikan respon sebaliknya.
Kedua subjek GA dan NA ketika Mereka tidak begitu menyukai sentuhan
178
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
179
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
180
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
181
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
182
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
183
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Bullying merupakan perilaku intimidasi yang dilakukan secara berulang-ulang oleh pihak
yang lebih kuat terhadap pihak yang lemah, dilakukan secara sengaja dan bertujuan untuk
melukai korbannya secara fisik maupun psikis (emosional). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran tingkat harga diri (self esteem), gambaran tingkat perilaku bullying
dan pengaruh harga diri (self esteem) terhadap perilaku bullying pada
narapidana.Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan bentuk hubungan
kausal. Peneliti menggunakan purpovise sampling untuk mendapatkan sampel sebanyak
186 narapidana. Penelitian ini menggunakan skala harga diri (self esteem) yang di
adaptasi dari Felker (dalam Hardini, 2010) dan skala bullying yang diadaptasi dari Oong
dan Sullivan (dalam M. Roes, 2011).Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
harga diri (self esteem) terhadap perilaku bullying pada narapidana lembaga
pemasyarakatan kelas II A Jember dengan nilai koefisien signifikan 0,000 > 0,05. Hasil
uji deskriptif harga diri (self esteem) menunjukkan kategori tinggi (54,83%) dengan aspek
tertinggi bullying fisik dan hasil uji deskriptif perilaku bullying menunjukkan kategori
tinggi (56,98%) dengan aspek tertinggi aspek perasaan diterima. Hasil uji deskriptif harga
diri ditinjau dari usia tertinggi pada usia 17-21 tahun (66,66%). Harga diri berdasarkan
tingkat pendidikan tertinggi yaitu tingkat D3/S1 (100%). Harga tinggi narapidana
berdasarkan suku tertinggi pada suku pandhalungan (75%). Hasil uji deskriptif perilaku
bullying ditinjau dari usia tertinggi pada usia 17-21 tahun (61,11%). Perilaku bullying
narapidana berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yaitu tingkat pendidikan SD
(59,57%). Perilaku bullying narapidana berdasarkan suku tertinggi yaitu suku Madura
(58,49%).
Kata kunci: harga diri, bullying, narapidana
184
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRACT
Bullying is an act of intimidation carried out repeatedly by a stronger party against
a weak party, done intentionally and aims to hurt the victim physically and
psychologically (emotionally). This study aims to determine the level of self-esteem, the
level of bullying behavior and the effect of self-esteem on bullying behavior in prisoners.
This research uses quantitative methods in the form of causal relationships. Researchers
used purpovise sampling to get a sample of 186 inmates. This study uses a self-esteem
scale adapted from Felker (in Hardini, 2010) and a bullying scale adapted from Oong and
Sullivan (in M. Roes, 2011). The results showed that there was an effect of self esteem
on bullying behavior in prison class II A Jember prisoners with a significant coefficient
value of 0,000> 0.05. Descriptive test results of self-esteem (self-esteem) showed a high
category (54.83%) with the highest aspects of physical bullying and the results of a
descriptive test of bullying behavior showed a high category (56.98%) with the highest
aspect of feeling accepted. Descriptive test result of self-esteem are reviewed from the
highest age at the age of 17-21 years (66,66%). Prisoners self-esteem is based on the
highest level of education namely the D3/S` level (100%). Prisoners self esteem is based
on the highest tribe, the pandhalungan tribe (75%). Bullying behavior descriptive test
result were reviewed from the highest age at the age of 17-21 years (61,11%). Bullying
behavior of prisoner based on the highest level education is elementary school level SD
(59,57%). Bullying behavior of prisoner based on the highest ethnic group the madura
(58,49%).
Keyword: self-esteem; bullying; prisoner.
185
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
186
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
187
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
188
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Pada tabel 3, hasil uji deskripsi pada tinggi sebesar 84,55% yang dapat
aspek aspek bullying menunjukkan diartikan bahwa kebanyakan narapidana
bahwa bullying yang dilakukan oleh merasa diterima oleh lingkungan sekitar.
narapidana bullying fisik pada kategori Dari ketiga aspek harga diri (self esteem)
tinggi sebesar 58,06 % dan pada pada kategori tinggi.
bullying non fisik pada kategori tinggi Tabel 5.
sebesar 54,86 %. Dapat diartikan bahwa Self-Esteem Berdasarkan Usia
narapidana melakukan bullying dalam Usia Interv Katego F Prosent
bentuk fisik (menendang, memukul dan al ri ase
menusuk) dan non-fisik (mengejek, 17-21 X> Tinggi 1 66,66 %
mengancam). tahun 72,86 2
(remaja X< Rendah 6 33,34%
Hasil uji deskripsi pada tabel 4,
lanjut) 72,86
menunjukan aspek harga diri (self
22-39 X> Tinggi 6 55,96%
esteem) pada aspek perasaan berharga tahun 72,86 1
dengan kategori tinggi sebesar 65,05% (dewasa X< Rendah 4 44,04 %
yang dapat di artikan bahwa banyak awal) 72,86 8
narapidana merasa bahwa dirinya 40-65 X> Tinggi 3 55,93 %
tahun 72,86 3
berharga dan di hargai oleh narapidana
(dewasa X< Rendah 2 44,07 %
lain. Pada aspek perasaan mampu menenga 72,86 6
dengan kategori tinggi sebesar 60,75 % h)
yang dapat di artikan bahwa kebanyakan
narapidana merasa mampu dalam Harga diri (self esteem) di tinjau dari
mencapai suatu hal. Pada aspek perasaan segi usia menunjukkan pada usia 17-21
diterima pada kategori tahun (remaja lanjut) pada kategori
Tabel 4. tinggi sebesar 66,66 %, pada usia 22-39
Uji deskripsi aspek harga diri (self tahun (dewasa awal) pada kategori
esteem) tinggi
Aspek Rum Katego F Prosenta sebesar 55,96% dan pada usia 40-65
us ri se
tahun (dewasa menengah) pada kategori
Perasa X< Tinggi 12 65,05 %
an 23,32 1
tinggi sebesar 55,93% yang dapat di
berhar X> Rendah 67 34,94 % artikan bahwa narapidana mulai usia
ga 23,32 remaja lanjut- dewasa menengah
189
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
memiliki penilaian diri secara positif tinggi sebesar 52,08 % yang dapat di
atau penilaian diri secara baik pada artikan bahwa narapidana dengan
dirinya sendiri. Pada tahap pendidikan terakhir SD terkadang
perkembangan Hurlock menunjukkan memiliki penilaian penilain positif.
pada usia remaja lanjut sudah mulai Narapidana dengan tingkat pendidikan
memiliki pemikiran yang baik terhadap terakhir SMP pada kategori tinggi
dirinya dan pada orang lain. pada tahap sebesar 55,10 %, yang dapat di artikan
usia ini narapidana sudah muali merubah bahwa narapidana dengan tingkat
dari sifat kekanak-kanakan ke dewasa. pendidikan terakhir SMP memiliki
Sehingga narapidana dengan tahap usia penilaian diri positif pada dirinya sendiri.
remaja lanjut sudah bisa menilai dirinya Narapidana dengan pendidikan terakhir
sendiri. Pada tahap dewasa awal sampai SMA/SMK pada kategori tinggi sebesar
dewasa menengah menunjukkan bahwa 56,25%, yang dapat di artikan bahwa
narapidana pada usia dewasa awal dan narapidana yang pendidikan yterakhir
dewasa menengah memiliki penilaian SMA/SMK memiliki penilaian diri
diri secara positif terhadap dirinya positif terhadap dirinya. Narapidana
sendiri. dengan pendididkan terakhir D3/S1 pada
kategori tinggi sebesar 100 % yang dapat
Tabel 6.
diartikan bahwa narapidana yang
Self-Esteem Berdasarkan Pendidikan
Pendidik Interv Kateg F Prosent pendidikan terakhir D3/S1 semuanya
an al ori ase memiliki penilain diri yang baik
SD X> Tinngi 2 52,08 % terhadap dirinya. Dapat disimpulkan
72,86 5 bahwa semakin tinggi tingkat
X< Renda 2 47,92% pendidikan yang di tempuh maka
72,86 h 3
semakin tinggi harga diri (self esteem)
SMP X> Tinggi 2 55,10%
72,86 7 seseorang.
X< Renda 2 44,90 % Tabel 7
72,86 h 2 Self-Esteem Berdasarkan Suku
SMA/S X> Tinggi 4 56,25% Suku Interv Kateg F Prosent
MK 72,86 5 al ori ase
X< Renda 3 43,75% Madura X> Tinngi 2 54,71%
72,86 h 5 72,86 9
D3/S1 X> Tinggi 9 100% X< Renda 2 45,28%
72,86 72,86 h 4
X< Renda 0 0% Jawa X> Tinggi 6 55,55%
72,86 h 72,86 5
X< Renda 5 44,45%
72,86 h 2
Harga diri (self esteem) di tinjau dari Pandalun X> Tinggi 1 75%
gan 72,86 2
pendididakan narapidana dengan
X< Renda 4 25 %
pendidikan terakhir SD pada kategori 72,86 h
190
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
Harga diri (self esteem) di tinjau dari Perilaku bullying di tinjau dari usia
suku narapidana dengan suku madura pada usia remaja 17-21 tahun (remaja
pada kategori tinggi sebesar 54,71 % lanjut) pada kategori tinggi sebesar 61,11
yang dapat diartikan bahwa orang %, usia 22-39 tahun (dewasa awal) pada
madura memiliki harga diri yang tinggi katewgori tinggi sebesar 50,45% dan
atau penilaian diri yang positif. Orang usia 40-65 tahun sebesar 61,01 %. Bisa
yang bersuku madura biasanya di tempat disimpulkan bahwasanya semakin tua
manapun mereka ingin menjadi orang usia narapidana di lembsgs
yang menonjol di depan banyak orang. pemasyarakatan jember semakin mereka
Pada suku jawa pada kategori tinggi melakukan perilaku bullying. Pada tahap
sebesar 55,55 % yang dapat diartikan perkembangan Hurlock semakin orang
bahwa narapidana dengan suku jawa tersebut dewasa semakin mereka tau
memiliki penilaian positif terhadap bahwa menyakiti orang lain adalah hal
dirinya sendiri. di lapas jember yang salah.
mayoritas narapidana bersuku jawa Table 9.
sehingga semakin mayoritas atau Perilaku Bullying Berdasarkan
memiliki suku yang sama semakin Pendidikan
memiliki penilain diri yang baik. Pada Pendidik Interv Kateg F Prosent
suku pandalungan pada kategori tinggi an al ori ase
SD X> Tinngi 2 59,57 %
sebesar 75 % yang dapat di artikan
62,38 8
bahwa narapidana yang bersuku X< Renda 1 40,42 %
pandalungan memiliki penilaian diri 62,38 h 9
yang positif. Suku pandalungan SMP X> Tinggi 2 59,18 %
memiliki karakteristik. 62,38 9
Table 8 X< Renda 2 40,82 %
62,38 h 0
Perilaku Bullying Berdasarkan Usia
SMA/S X> Tinggi 4 51,25%
Usia Interv Katego F Prosent MK 62,38 1
al ri ase
X< Renda 3 48,75 %
17-21 X> Tinngi 1 61,11 %
62,38 h 9
tahun 62,38 1
D3/S1 X> Tinggi 3 33,33 %
(remaja X< Rendah 7 38,89 %
62,38
lanjut) 62,38
X< Renda 6 66,67 %
22-39 X> Tinggi 5 50,45 %
62,38 h
tahun 62,38 5
(dewasa X< Rendah 5 49,54 %
awal) 62,38 4 Perilaku bullying berdasarkan
40-65 X> Tinggi 3 61,01 % tingkat pendidikan, narapidana dengan
tahun 62,38 6 tingkat pendididikan SD pada kategori
(dewasa X< Rendah 2 38,98 % tinggi sebesar 59,57%, SMP pada
menenga 62,38 3
kategori tinggi sebesar 59,18 % dan
h)
SMA/SMK pada kategori tinggi sebesar
51,25 % yang dapat diartikan bahwa
191
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
192
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
193
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
194
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
195
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kualitas kehidupan
kerja ditinjau dari strategi coping karyawan Depo Lokomotif Sidotopo PT. KAI Daop
8.Strategi coping dibagi menjadi dua jenis yaitu Problem Focused Coping (coping yang
berfokus pada masalah) dan Emosional Focused Coping (coping yang berfokus pada
emosi). Subyek dalam penelitian ini adalah karyawan Depo Lokomotif Sidotopo yang
berjumlah 42 responden dengan rincian 21 responden kelompok PFC (Problem Focused
Coping) dan 21 responden kelompok PFC (Emosional Focused Coping). Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner dari dua jenis skala yaitu skala kualitas kehidupan
kerja dan skala strategi coping. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan uji
beda yaitu Independent Sample T-Test dengan menggunakan bantuan SPSS Statistics 23.0
For Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada uji beda (Independent Sample
T-Test) diperoleh taraf signifikansi sebesar 0.023 (p < 0.05) yang berarti terdapat perbedaan
tingkat kualitas kehidupan kerja ditinjau dari strategi coping pada karyawan Depo
Lokomotif Sidotopo PT. KAI Daop VIII.
Kata kunci: kualitas kehidupan kerja; strategi coping; karyawan.
ABSTRACT
This study aims ti determine the differences in level of work life quality in terms of
coping srtategies of Employees of Sidotopo Locomotive Depot PT. KAI Daop 8. Coping
Strategy is divided into two types, namely Problem Focused Coping (problem focused
coping) and Emotional Focused Coping (coping that focuses on emotions). The subject in
this study werw employees of the Sidotopo Locomotive Depot which numbwrwd 42
respondents with details of 21 respondents in the PFC group (Problem Focused Coping) and
21 respondents in the EFC (Emotional Focused Coping) group.This research was conducted
using Purposive Samplinh techniques. Data collection in this study used a quesionnaire from
two types of scale. Namely the scale of work life and the scale of coping strategies. The
method of data analysis is done by using a different test namely the independent sample t
196
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
test using SPSS Statistics 23.0 For Windows. The result of this study indicate that in
different test (Independent Sample T-test) obtaint significance level of 0.023 (p <
0,05)which means that there are defferences in the level of work life quality in term of
coping strategies in Sidotopo Locomotive Depot employees PT. KAI Daop VIII.
197
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
198
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
199
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
200
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
201
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
202
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
203
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
204
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
205
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
206
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
207
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
208
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
209
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Mahasiswa merupakan sebuah status dimana individu dalam tahap remaja akhir dihadapkan
pada beberapa perubahan di berbagai aspek kehidupan. Perubahan yang terjadi tidak hanya
dalam segi biologis, tetapi juga aspek psikologis dan sosial, seperti cara berpikir (kognitif),
emosi, perilaku hingga peran sosial yang lebih luas. Tugas dan tanggung jawab tambahan,
disertai dengan perubahan status sebagai mahasiswa baru, menjadikan mahasiswa baru
rentan mengalami masalah psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
gambaran masalah yang dihadapi oleh mahasiswa baru di lingkungan Fakultas Pendidikan
Psikologi (FPPsi). Subjek dari penelitian sejumlah 120 orang yang kesemuanya merupakan
mahasiswa baru angkatan 2018 dengan total respon sebanyak 204, sehingga memungkinkan
satu responden menjawab lebih dari satu permasalahan. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode kuantitatif deskriptif dengan memberikan kuesioner terbuka kepada setiap
mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 31.3% (64) mengalami problem
terkait diri sendiri, 30% (61) masalah terkait pendidikan, 15.2% (31) masalah dalam
lingkungan sosial, 14.7% (30) masalah perilaku, 7.8% (16) terkait permasalahan keluarga
210
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
dan sisanya sebanyak 1% (2) permasalahan lain yang tidak termasuk di atas. Bantuan yang
diharapkan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi diantaranya;
membutuhkan dukungan orang terdekat untuk berbagi hingga pelatihan terkait skill dalam
meningkatkan kemampuan secara sosial.
Kata kunci: masalah remaja; mahasiswa tingkat pertama; remaja akhir.
ABSTRACT
College student is a status when the individual in late adolescence stage faced with some
changes in various aspects of life. Changes that occur not only in biological terms, but also
the psychological and social aspects, such as the way of thinking (cognitive), emotions,
behaviors to a wider social role. Additional duties and responsibilities, accompanied by
changes in the status of a new student, make new students vulnerable to psychological
problems. This study aims to reveal the picture of the problems faced by new students in
the Faculty of Education Psychology (FPPsi). The subject of this study are 120 people all
of whom are freshmen class of 2018 with a total of 204 responses, thereby allowing the
respondents who answered more than one question. The method used is descriptive
quantitative method by providing an open questionnaire to each student. The results showed
that as many as 31.3% (64) reported experiencing problems related to themselves, 30% (61)
issues related to education, 15.2% (31) problems in the social sphere, 14.7% (30) behavior
problems, 7.8% (16) Related family problems and the remaining 1% (2) other matters that
are not included above. Expected Student assistance in solving the problems faced by them;
requires the support of those closest to share and skill-related training to improve the ability
to engage with social environment.
Keywords: adolescent’s issues; freshman; late-adolescent.
PENDAHULUAN
Mahasiswa dapat dipahami sebagai rentang usia mahasiswa dimulai sekitar
status dimana individu sedang dalam umur 17 atau 18 tahun.
proses mencari ilmu dan terdaftar sedang Pada usia 17 atau 18 tahun, individu
menjalani pendidikan di perguruan tinggi dapat dikategorikan masuk di dalam
baik yang berupa akademi, politeknik, periode remaja, menurut Mestre, Anna
sekolah tinggi, institut dan universitas Liorta, dkk (2017) menyatakan bahwa
(Hartaji, 2012). Takwin (2008) periode remaja dibagi menjadi tiga yaitu
menyebutkan bahwa mereka yang remaja awal (12-14 tahun), remaja tengah
terdaftar sebagai peserta didik di (14-17 tahun) dan remaja akhir (17-19
perguruan tinggi dapat disebut sebagai tahun). Sedangkan menurut Hurlock
mahasiswa. Periode menjadi mahasiswa (1990), remaja sendiri dibagi menjadi dua
sendiri dialami oleh individu yang selepas periode yaitu remaja awal (13-16 tahun)
masa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan remaja akhir (17-18 tahun). Masa
memilih untuk melanjutkan ke jenjang remaja diketahui sebagai period of
berikutnya, sehingga secara umum transition, hal ini dikarenakan pada masa
211
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
212
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
213
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
mengenai usaha yang telah dilakukan dan respon sebanyak 64. Penelitian ini
dalam mengatasi masalah yang dihadapi, menunjukkan bahwa permasalahan diri
dan yang terakhir ialah harapan akan yang dialami responden yaitu; merasa
bantuan yang dibutuhkan oleh para kurang percaya diri hal ini yang
mahasiswa. Peneliti mengembangkan kemudian membuat mereka menjadi takut
konsep dan menghimpun fakta. Pada mencoba hal-hal baru, kurang percaya diri
penelitian ini tidak dilakukan uji hipotesis. dalam berpenampilan, selalu mengikuti
Populasi pada penelitian ini adalah keinginan orang lain, ragu dalam
Mahasiswa S1 Psikologi Universitas mengambil keputusan, mengalami
Negeri Malang angkatan 2018 sebanyak kecemasan (anxiety) ketika berbicara di
197 responden. Teknik sampling yang depan umum, dan kurang nyaman menjadi
digunakan dalam penelitian ini adalah pusat perhatian banyak orang.
quota-sampling. Jumlah sampel penelitian Kepercayaan diri sendiri dapat dipahami
adalah 120 mahasiswa tingkat pertama. sebagai aspek kepribadian yang dipandang
Penelitian berlangsung pada bulan Maret penting dalam masa perkembagan remaja,
2019. Teknik analisis data yang digunakan hal ini dikarenakan kepercayaan diri
dalam penelitian ini dilakukan dengan merupakan suatu wujud kepuasan dari
pengelompokan yang mengacu pada kualitas kemampuan dari diri (self). Fitri
kriteria kategorisasi. Konversi masalah (2018) menyebutkan bahwa, remaja yang
terdiri dari 5 kategori yaitu: diri, merasa puas terhadap kualitas dirinya akan
pendidikan, sosial, perilaku, keluarga, dan cenderung merasa aman, tidak muncul
permasalahan lainnya. kecewa dan juga remaja akan mengetahui
HASIL DAN PEMBAHASAN apa yang diinginkan dan dibutuhkan,
Hasil dalam penelitian kali ini adalah sehingga hal ini yang akan menyebabkan
sebagai berikut: ia tidak akan tergantung kepada orang lain,
serta dapat memutuskan segala sesuatu
Tabel 1. Hasil Penelitian Permasalahan
secara objektif. Di sisi lain, jika dalam diri
Mahasiswa Tingkat Pertama
remaja masih terdapat rasa tidak percaya
Permasalahan Jumlah Prosentase
diri, biasanya disebabkan oleh faktor
Diri (Self) 64 31.3%
beberapa faktor, yakni 1) pola asuh, 2)
Akademis 61 30%
kematangan usia, 3) jenis kelamin, dan 4)
Relasi Sosial 31 15.2%
penampilan fisik (Hurlock, 2003).
Perilaku 30 14.7%
Sementara Ghufron dan Risnawita (2011)
Keluarga 16 7.8%
berpendapat bahwa faktor remaja menjadi
Lainnya 2 1%
kurang percaya diri disebabkan oleh 1)
Total 204 100% harga diri, 2) pengalaman, 3) pendidikan
dan 4) konsep diri. Masa remaja sendiri
Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam pembahasan di atas telah
permasalahan diri (self) merupakan disebutkan bahwa mereka mengalami
permasalahan yang banyak dialami oleh masa transisi hampir di segala aspek,
mahasiswa baru angkatan 2018 dengan sehingga masalah kepercayaan diri akan
persentase tertinggi yaitu mencapai 31,3% mudah ditemui apalagi jika berhadapan
214
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
dengan faktor pola asuh yang berbeda, saat-saat tertentu, terutama apabila
penampilan fisik dimana mereka terdapat kebutuhan untuk mencapai suatu
mengalami perubahan sehingga tujuan yang dirasa mendesak (Sadirman,
membutuhkan waktu untuk menerima 2007). Masalah terkait dengan kurang
perubahan dalam tubuhnya, pengalaman motivasi disebabkan beberapa faktor,
yang mereka butuh untuk mengolah secara Pelangi (2016) menyebutkan faktor
lebih kritis untuk dapat lebih memahami, tersebut diantaranya adalah; 1) faktor
sehingga kesemuanya ini akan eksternal seperti guru/pengajar yang
berpengaruh pada kemampuan mereka kurang memberikan motivasi ketika
dalam menghadapi diri, perubahan dan kegiatan pembelajaran terjadi, kurangnya
menghadapi lingkungan yang lebih luas. perhatian orangtua di rumah sehingga
Permasalahan akademis menjadi tidak terpantau kegiatan belajar, pelajar
permasalahan tertinggi kedua setelah yang bermasalah dengan kenakalan dan
permasalahan diri. Hasil penelitian lingkungan sosial, serta 2) faktor
menunjukkan bahwa persentase internal, seperti tidak menyukai cara
permasalahan akademis yg dialami oleh pengajaran yang disampaikan pengajar,
mahasiswa baru FPPsi Universitas Negeri tidak menyukai mata kuliah tertentu,
Malang angkatan 2018 mencapai 30% belum adanya cita-cita, serta kurang
dengan respon sebanyak 61. memiliki kepercayaan diri bahwa ia
Permasalahan akademis sendiri dijabarkan mampu. Pada masa remaja, faktor internal
terkait dengan kurangnya motivasi dan eksternal mengalami banyak
belajar pada mahasiswa baru, sehingga perubahan, sehingga motivasi dapat
mengakibatkan merasa malas dalam menjadi salah satu masalah yang kerap
belajar, prestasi akademik menurun, dihadapi.
merasa pesimis dalam belajar, dan merasa Permasalahan relasi sosial pada
kurang memiliki kemampuan dalam mahasiswa baru angkatan 2018 Fakultas
mengingat materi yang telah disampaikan. Pendidikan Psikologi Universitas Negeri
Dalam konsep psikologi, permasalahan Malang mendapatkan respon yang cukup
akademis dapat dikaitkan dengan proses banyak. Berdasarkan hasil penyebaran
belajar. Belajar merupakan aktivitas yang kuisioner, diketahui terdapat 31 respon
sangat penting bagi individu. Menurut dengan persentase 15.2% pada
Crow and Crow dalam (Lilik, 2011), permasalahan relasi sosial mahasiswa
belajar merupakan perbuatan untuk baru. Permasalahan kesulitan dalam
memperoleh kebiasaan, ilmu menjalin hubungan interpersonal,
pengetahuan, dan berbagai sikap, diantaranya; kurangnya komunikasi
termasuk penemuan baru dalam dengan teman sebaya, kurangnya minat
mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan berkomunikasi dengan orang lain,
rintangan, dan meyesuaikan dengan memiliki konflik dengan teman sebaya,
situasi baru. Belajar dalam bidang merasa dimanfaatkan oleh teman apabila
akademis berarti belajar untuk mempunyai relasi yang cukup dekat, dan
memperoleh ilmu pengetahuan. memiliki trauma dengan masa lalunya
Sementara motif akan menjadi aktif pada sehingga mengakibatkan takut menjalani
215
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
hubungan atau relasi dengan orang lain. respon dengan persentase 14.7% pada
Setiap masalah berasal dari permasalahan perilaku mahasiswa baru.
ketidakseimbangan yang ditimbulkan Permasalahan perilaku mahasiswa baru
antar individu dalam perilaku dan interaksi sendiri dapat dijabarkan terkait dengan
sosial (Ina, 2017). Munculnya masalah kecanduan merokok, kecanduan dalam
dan ketidakefektifan penyelesaian berasal memainkan gawai, kecanduan bermain
dari psikologi seseorang terhadap game, mudah menyakiti orang lain baik
kehidupan sosialnya yang bisa berdampak secara fisik maupun perasaan, dan
positif atau negatif. Komunikasi kecanduan meminum minuman
interpersonal merupakan wujud yang berakohol. Seperti yang telah dijelaskan di
efektif terkait dengan keterbukaan, empati awal, bahwa pada masa remaja terjadi
terhadap sesama, sikap mendukung, sikap pergolakan secara internal maupun
yang positif dan juga kesetaraan yang eksternal (Hashmi, 2013). Masalah
membuat remaja merasa dihargai, hal ini internal seperti perubahan hormon,
yang juga dapat mempengaruhi sikap menjadikan remaja kerap tidak stabil dan
seorang individu dalam bertindak kurang dapat menguasai emosinya,
(Hurlock, 2003). Lebih lanjut, Devito sehingga ia akan cenderung berbuat dan
(2011) mengungkapkan bahwa dalam memutuskan hal-hal yang bersifat
komunikasi interpersonal terjadi proses impulsif. Sementara secara eksternal,
sosial dimana orang-orang yang terlibat bertemu orang baru dan mengeksplorasi
akan saling mempengaruhi. Pada akhirnya banyak hal memungkinkan mereka akan
komunikasi interpersonal akan bertemu dengan pengalaman apapun, yang
mempengaruhi perkembangan relasional mana hal ini memungkinkan remaja dapat
antara-pihak-pihak yang terlibat. Pada mencoba hal-hal baru. Hal negatif juga
komunikasi interpersonal terdapat satu set dapat dialami, apabila peran kontrol dan
keterampilan berupa; 1) pengetahuan aturan pada lingkungan terdekat kabur
tentang komunikasi dan 2) evaluasi diri. atau tidak ada.
Sementara, faktor yang menyebabkan Masalah keluarga pada mahasiswa
masalah dalam hubungan interpersonal baru juga sangat diperhatikan dan dapat
ialah; 1) persepsi interpersonal mempengaruhi perilaku-perilaku pada
terhadap teman dan pengajar. Persepsi mahasiswa baru. Berdasarkan hasil
sendiri didapatkan dari serangkaian penyebaran kuisioner subjek penelitian,
pengetahuan dan pengalaman, 2) konsep diketahui terdapat 16 respon dengan
diri, berupa penggambaran diri yang persentase 7.8% pada permasalahan
diamati melalu rasa percaya diri yang keluarga mahasiswa baru. Permasalahan
dimiliki oleh setiap individu, 3) keluarga mahasiswa baru sendiri dapat
lingkungan fisik dan juga 4) lingkungan dijabarkan terkait dengan hubungan yang
sosial. tidak harmonis dengan orangtua akibat
Mahasiswa baru dalam berperilaku dari orangtua yang terlalu sibuk dengan
juga memiliki permasalahan tersendiri. aktivitas atau pekerjaannya, kurang
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner terbuka atau jarang bercerita dengan
subjek penelitian, diketahui terdapat 30 orangtua, kurang mendapatkan kasih
216
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
sayang dari orangtua, dan orangtua yang Malang angkatan 2018 mengalami
membanding-bandingkan dengan orang permasalahan pada masalah Diri (Self),
lain. Pada umumnya, keluarga merupakan sementara beberapa kasus yang awalnya
barier atau garda terdepan yang berupa masalah motivasi dan juga
memberikan pendidikan, perlindungan, kesulitan dalam menjalin hubungan
kenyamanan, dukungan, dan hal hal interpersonal, seteah ditelaah lebih lanjut
positif lainnya terhadap perkembangan berakar pada masalah diri seperti self-
seorang individu (Ina, 2017). Keluarga concept dan self-esteem.
merupakan awal dari lahirnya sosok
PENUTUP
individu yang baik maupun yang tidak
baik. Sementara, Maulana & Gumelar Simpulan
(2013) memaparkan bahwa komunikasi Berdasarkan hasil penelitian yang
antara orangtua dengan remaja memiliki telah dipaparkan, dapat disimpulkan
fungsi kontrol, dimana orangtua dapat bahwa problematika mahasiswa baru
menginternalisasi nilai-nilai kepada angkatan 2018 Fakultas Pendidikan
remaja. Lebih lanjut Lestari (2012) Psikologi Universitas Negeri Malang,
menyebutkan bahwa komunikasi dalam dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
keluarga sangat penting bagi satunya ialah peralihan dari SMA ke
perkembangan individu, dikarenakan hal Perguruan Tinggi. Dari hasil penyebaran
ini akan menjadi kunci pemahaman anak kuesioner kepada subjek penelitian
dalam memahami kehidupan sosial yang didapatkan hasil bahwa, mahasiswa baru
lebih luas. Seperti yang telah disebutkan angkatan 2018 Fakultas Pendidikan
sebelumya, bahwa ketika masa remaja, Psikologi Universitas Negeri Malang,
akan terjadi gap yang cukup lebar antara memiliki masalah yang terbanyak terkait
anak dan orangtua, sehingga jembatan dengan Diri (Self). Permasalahan diri ini
yang paling efektif untuk menghubungkan berakibat pada kurangnya kepercayaan
adalah melalui komunikasi. diri yang bisa berwujud berbagai macam
Permasalahan terakhir yang memiliki perilaku, mulai munculnya takut mencoba
persentase paling kecil adalah hal-hal baru, keragu-raguan dalam
permasalahan lainnya. Berdasarkan hasil menentukan pilihan atau membuat
penyebaran kuisioner, diketahui terdapat 2 keputusan, cemas ketika berada di depan
respon dengan persentase 1% pada umum, hingga masuk ke dunia akademis
permasalahan lainnya mahasiswa baru. seperti mempengaruhi motivasi dalam
Permasalahan lainnya sendiri dijabarkan belajar dan juga pada hubungan sosial
tekait dengan masalah finansial dan pola mempengaruhi dalam menjalin hubungan
tidur yang tidak teratur. Hal ini merupakan interpersonal.
faktor-faktor lain yang dapat Masalah lain yang tidak bisa
menimbulkan atau memperparah masalah dikesampingkan selain masalah dengan
yang dihadapi oleh para remaja. diri (self) ialah terkait masalah motivasi
Dari hasil diatas, dapat ditarik belajar akibat faktor eksternal, masalah
kesimpulan bahwa mahasiswa Fakultas hubungan interpersonal karena lack of
Pendidikan Psikologi Universitas Negeri skill, hal ini dikarenakan pada masa remaja
217
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
218
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
219
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara kualitas persahabatan
dengan forgiveness pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
korelasional. Subjek penelitian sejumlah 72 orang mahasiswa FPPsi UM usia 18-24 tahun
yang memiliki minimal seorang sahabat dan pernah mengalami konflik dengan sahabat
tersebut. Hasil penelitian menunjukkan: (1) 69.4% subjek memiliki tingkat forgiveness
sedang; (2) 68.0% subjek memiliki tingkat kualitas persahabatan sedang; (3) ada hubungan
positif antara kualitas persahabatan dengan forgiveness pada mahasiswa FPPsi UM.
Kata kunci: kualitas persahabatan; forgiveness; mahasiswa.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the correlation between quality of friendship and
forgiveness among students. This research is a quantitative study with a descriptive
correlational research design. The subjects of this study were 72 Faculty of Psychology
students on Malang State University, aged 18-24 years who had a minimum of friends and
had experienced conflicts with these friends. The results of this study are: (1) 69.4% of
students have moderate levels of forgiveness; (2) 68.0% of students have moderate levels
of relationship quality; (3) there is a positive relationship between the quality of friendship
and forgiveness among students.
Keywords: quality of friendship; forgiveness; college student.
220
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
sahabat yang kemungkinan setiap hari dan menjadikan orang yang memaafkan
mereka bertemu atau berkumpul. tersebut sebagai pemenang. McCullough,
Berdasarkan survei awal yang Rachal, & Worthington (1997)
dilakukan peneliti tanggal 28 Februari mengartikan forgiveness sebagai
2019, 94.4% mahasiswa dari 142 seperangkat motivasi untuk mengubah
mahasiswa Fakultas Pendidikan seseorang agar tidak membalas dendam
Psikologi, Universitas Negeri Malang dan meredakan dorongan untuk
(FPPsi UM) angkatan 2015-2018 mereka memelihara kebencian terhadap pihak
pernah mengalami konflik dengan yang menyakiti serta meningkatkan
sahabat. Konflik yang paling banyak dorongan untuk berbuat baik dengan
terjadi diantaranya yaitu salah paham, pihak yang menyakiti.
perbedaan pendapat, saling Forgiveness menurut McCullough
mementingkan ego (tidak mau mengalah), (2000) merupakan serangkaian perubahan
cemburu atau iri jika salah satu memiliki motivasi atau perilaku dengan cara
teman dekat lain, miskomunikasi, menurunkan motivasi untuk membalas
masalah lawan jenis, kurang terbuka, dan dendam, menjauhkan diri atau
kebohongan. Konflik tersebut jika tidak menghindar dari perilaku kekerasan dan
diselesaikan dengan baik maka yang meningkatkan keinginan untuk berdamai
terjadi adalah renggangnya hubungan dengan pelaku. Suatu kesediaan untuk
persahabatan yang telah terjalin atau meninggalkan hal-hal tidak
dapat juga mengakibatkan seseorang menyenangkan yang bersumber dari
mengalami sakit baik secara fisik atau hubungan interpersonal dengan orang lain
hati. dan menumbuhkan serta mengembangkan
Menurut Furqon (2011), individu perasaan, pikiran dan hubungan yang
akan memiliki masalah serius di dalam lebih positif dengan orang yang telah
kehidupannya jika ia menyimpan melakukan perbuatan tidak
kemarahan dan kebencian terhadap orang menyenangkan atau tidak adil. Menurut
yang menyakitinya. Ia nampaknya terlalu Bordens & Horowitz (2008), forgiveness
yakin bahwasannya pembalasan dendam adalah pengurangan motivasi individu
merupakan solusi yang paling tepat untuk untuk menyakiti dalam pembalas dendam
melepaskan kebencian dan kemarahan. dan mengurangi kecenderungan menjaga
Oleh karena itu, jika individu pernah jarak dari pasangan dalam suatu
menjadi korban dari suatu tindak hubungan dan meningkatkan keinginan
kejahatan, kemampuan memaafkan atau untuk berdamai dan meningkatkan niat
forgiveness menjadi bagian yang sangat baik bersilaturahmi dengan pasangan
penting dalam kehidupannya. Karena hal dalam hubungan.
tersebut berkaitan dengan proses Menurut McCullough (2000), aspek-
pemulihan dan penyembuhan trauma di aspek dari forgiveness antara lain:
masa lalu. Forgiveness akan memperluas avoidance motivation, yaitu semakin
dan merubah cara pandang seseorang menurun motivasi untuk menghindari
mengenai sesuatu. Forgiveness dapat pelaku, membuang keinginan untuk
memberikan kedamaian, kebahagiaan, menjaga kerenggangan (jarak) dengan
221
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
222
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
itu, terkadang seorang individu akan hubungan positif yang sangat signifikan
memaafkan sahabatnya jika terjadi antara kepercayaan interpersonal dengan
kesalahan. Namun, individu yang pemaafan dalam hubungan persahabatan
mempertahankan hubungan pada laki-laki dan perempuan. Jadi,
persahabatannya terkadang hanya semakin tinggi kepercayaan interpersonal
memaafkan sepihak dan menekan yang ada dalam hubungan persahabatan
perasaannya sendiri yang menyebabkan maka akan semakin tinggi juga pemberian
interaksi tidak seperti biasa (Anggraini & maaf dalam hubungan persahabatan
Cucuani, 2014). Kualitas persahabatan tersebut. Terdapat juga penelitian
bisa jadi berpengaruh besar terhadap Puspitasari (2018) mengenai hubungan
forgiveness, individu yang memiliki positif yang signifikan antara kualitas
persahabatan dengan kualitas yang baik persahabatan dan kemampuan
kemungkinan akan mudah memaafkan memaafkan pada remaja akhir. Hal ini
sahabatnya. Tetapi, masih banyak menunjukkan bahwasannya semakin
individu yang belum memahami bahwa tinggi kualitas persahabatan, maka
kualitas persahabatan akan berpengaruh semakin mudah remaja akhir dalam
pada forgiveness, maka yang terjadi memaafkan.
adalah timbul dendam atau kebencian Kedua penelitian tersebut mendukung
diantara persahabatan tersebut. adanya hubungan antara kualitas
Menurut hasil wawancara dengan persahabatan dan forgiveness pada remaja
keempat narasumber tersebut dapat akhir. Namun, terdapat penelitian lain
disimpulkan bahwasannya forgiveness yang menunjukkan tidak adanya
pada mahasiswa FPPsi UM tidak hanya hubungan antara kualitas persahabatan
disebabkan oleh faktor kualitas dan forgiveness, kecuali jika faktor
persahabatan yang dimilikinya, namun kualitas persahabatan tersebut
terdapat juga faktor lain. Selain itu, digabungan dengan faktor lain.
persahabatan yang hanya terjalin oleh 2 Sebagaimana dalam penelitian Anggraini
orang, maka persahabatannya akan lebih & Cucuani (2014) yang menelaah tentang
dekat dan akrab, dengan begitu jika kualitas persahabatan dengan empati
memiliki konflik, mereka lebih mudah terhadap pemaafan pada subjek remaja.
dalam memaafkan dan kembali bersama. Hasil lain dari penelitian tersebut adalah
Persahabatan dengan kualitas yang tinggi tidak terdapat hubungan positif kualitas
atau persahabatan yang memiliki ciri persahabatan pada pemaafan remaja
kedekatan, komitmen dan kepuasan akhir. Artinya, jika kualitas persahabatan
merupakan hubungan yang sangat berdiri sendiri, maka maka tidak cukup
dipertahankan dan pastinya akan sangat pengaruhnya terhadap forgiveness.
menyedihkan jika berpisah begitu saja. Melihat dari beberapa penelitian tentang
Oleh karena itu, individu dengan sukarela adanya hubungan kualitas persahabatan
akan memaafkan sahabatnya jika ada dengan forgiveness yang terkait pada
pelanggaran yang terjadi. Berdasarkan remaja akhir saja, belum terdapat
hasil penelitian yang dilakukan Utami penelitian mengenai dewasa awal dalam
(2015) disimpulkan bahwasannya ada hal ini mahasiswa. Maka, peneliti
223
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
224
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
225
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
226
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
(2000), salah satu hal yang mempengaruhi persahabatan tersebut dengan baik, maka
forgiveness adalah kualitas hubungan individu tersebut akan lebih mudah dalam
interpersonal yang dicirikan dengan memaafkan sahabatnya. Dengan kata lain,
kedekatan, komitmen, dan kepuasan. individu dapat mengurangi keinginannya
Sebagaimana menurut Puspitasari (2018), untuk menjauhi sahabatnya, menghindar,
kualitas hubungan yang dimiliki individu membalas dendam, bahkan individu
dengan orang lain yang dicirikan dengan tersebut akan tetap berbuat baik dan
kedekatan, komitmen, serta kepuasan membangun hubungan yang lebih baik
akan membuat individu lebih mampu dengan sahabat yang telah menyakitinya.
untuk memaafkan. Bentuk persahabatan yang memiliki
Forgiveness akan memberi dampak kualitas yang baik dimana status
pada kualitas hidup manusia. Individu pertemanan telah beralih menjadi
yang mudah memaafkan hidupnya akan hubungan kekerabatan. Sebuah hubungan
lebih tenang, lebih mampu kekerabatan dari semula pertemanan
mengendalikan diri, dan terhindar dari adalah bentuk dukungan sosial dalam
penyakit fisik maupun psikis. Individu relasi yang didasarkan rasa percaya, rasa
yang tidak memiliki dendam dengan aman, rasa saling mencintai dan
orang lain, maka ia akan menjadi individu menghormati, sehingga apabila ada
yang tidak mudah marah, tidak mudah konflik dan persoalan diantara sahabat
tersinggung, dan dapat membina tersebut maka upaya dan peluang
hubungan yang lebih baik dengan orang memaafkan lebih besar, dibandingkan
lain. Forgiveness berarti melepaskan ketika kualitas persahabatan kurang
segala dendam, kebencian, rasa sakit, terbina sebelumnya (Pahl, 2000).
kemarahan, dan perasaan negatif lainnya Sehingga kerentanan dalam kualitas
terhadap orang yang telah menyakiti. persahabatan adalah potensi risiko yang
Forgiveness merupakan bukti individu dapat dihubungkan dengan lemahnya
telah mengalahkan rasa benci terhadap pemaafan dalam hubungan antar sahabat
orang yang telah menyakiti dengan apabila ada persoalan dan konflik yang
menghadirkan rasa maaf dan cinta kasih. sulit dilakukan resolusinya. Walaupun
Kualitas hubungan interpersonal yang sebenarnya menjadi seorang pemaaf tidak
baik akan berdampak pada forgiveness pernah membuat seseorang merugi.
individu. Seperti halnya kualitas Melepaskan segala beban, emosi dan
persahabatan yang memiliki dampak pada dendam dalam diri akan membuat
forgiveness pada hubungan persahabatan seseorang menjadi manusia bahagia. Luka
individu. Individu yang memiliki kualitas yang dibuat oleh orang-orang yang telah
persahabatan yang baik, seperti saling menyakiti seakan terhapus dengan
mendukung dan peduli satu sama lain, pemaafan. Pemaafan menjadi salah satu
saling membantu, membimbing, cara penyembuhan dari rasa sakit hati
menghabiskan waktu bersama, saling maupun fisik. Memperbaiki kualitas
terbuka satu sama lain, hingga hubungan dengan orang-orang terdekat
menyelesaikan konflik atau permasalahan akan membuat seseorang lebih mudah
yang terjadi dalam hubungan
227
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
228
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
229
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyesuaian diri pada perempuan yang
memutuskan pensiun dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif
dengan metode wawancara terstruktur untuk mengumpulkan data. Subjek penelitian adalah
seorang perempuan berusia 52 tahun yang pernah bekerja di bidang jasa. Hasil dari
penelitian ini adalah keputusan yang didasarkan pada keinginan pribadi akan lebih
memudahkan proses penyesuaian diri, karena telah mempersiapkannya untuk pensiun dini
dengan matang, terlebih untuk seorang perempuan, merasa lebih banyak waktu untuk
mengurus rumah tangga dan mengawasi anak setelah memasuki masa pensiun.
Kata kunci: pensiun dini; perempuan; penyesuaian.
ABSTRACT
This study aims to determine the reasons that encourage women to choose early retirement,
relationships with the people around them, as well as plans that are prepared to be able to
adjust after entering retirement. This study uses a descriptive qualitative approach with
structured interview methods to collect data. The respondent in this study was a 52-year-old
woman who had worked in the service sector. The results of this study are the decision to
retire early based on personal desires will make the process of adjustment easier, because it
has been prepared carefully, especially for a woman, feels more time to take care of the
household and supervise children after entering retirement.
Keywords: Early retirement; women; adjustment.
230
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
231
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
232
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
seperti itu, padahal setiap hari uang sakunya juga tete terus
bertemu tapi saya merasa asing di mereka juga masih bisa sekolah
tempat itu” (90 – 97) dan apa ya semua fasilitas yang
“temen seangkatan ya kalo saya biasa mereka terima juga tetep
ada kesulitan itu ya mesti dibantu, nggak ada perubahan gitu, jadi ya
ayo dibantu biar cepet, cepet gak, gak perlulah complain
selesai biar pulangnya bisa sama – memang gak ada perubahan gitu
sama gitu”(108 – 110) loh masih tetep sama seperti waktu
Selain dengan rekan kerja, subjek juga saya masih aktif”(174 – 179)
merasakan perbedaan hubungannya “gak complain, malah sekarang
dengan atasan saat awal dan saat masa anak – anak ini apa seneng
akhir bekerja sebelum memutuskan makannya itu lebih ini biasanya
pensiun dini. kalo saya waktu kerja kan sering
“sekarang itu pimpinan itu marah – marah ya, sering marah –
kerjanya ya bukan kerjanya ya marah mungkin kebawa stres ya
pimpinan itu hanya nekan – nekan sekarang jarang marah – marah,
ke bawahan karena dia sendiri menikmati hidup aja gitu ya”(268
juga ditekan dari atas – atasnya – 272)
lagi atasnya lagi gitu loh, karena Setelah memasuki masa pensiun dini,
dia mendapat tekanan dari kantor hubungan dengan rekan kerja dan
pusat untuk harus mencapai target atasannya masih berjalan dengan baik,
yang akhirnya dia juga nekan ke subjek masih sering berkomunikasi
bawah”(132 – 136) dengan rekan kerja dan atasannya.
“jaman dulu itu masih bisalah kita “kalo kita sih masih tetep, tetep
ngobrol – ngobrol ya curhat dari keep in touch ya jadi masih tetep
hati ke hati, pak ini ini ini masih berhubungan kan sekarang ada
iya, karena dia sendiri juga gak WA jadi kita masih WA masih
terlalu banyak tekanan dari atas suka ketemu. Suka ya suka main –
jadi ya masih bisalah ini apa ya main ...”(180 – 185)
jalan dengan bawahan, nah kalo “... selepas itu beliau berkata dulu
sekarang karena dia juga ibu itu anak buah saya kan
mendapat tekanan”(142 – 145) sekarang ibu sudah pensiun ibu
Untuk hubungan dengan keluarga, adalah temen saya, gitu, jadi kalo
tidak merasa ada yang berubah, sama temen dimanapun ibu berada
saja seperti saat subjek masih aktif ketemu saya jangan lupa sama
bekerja, bahkan merasa lebih baik saat saya gitu, jadi seperti
sudah pensiun dini, karena dapat teman...”(222-228)
memiliki waktu untuk mengurus Dengan waktu luang yang lebih
anak-anaknya. banyak setelah pensiun dini,
“gak ada gak ada perubahan hubungan dengan lingkungan sekitar,
walaupun saya sudah pensiun seperti tetangga – tetangganya
tidak ada perubahan misalnya menjadi lebih baik..
233
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
“untuk tetangga, kalo dulu ada “ketemu ibu bisa ngajak beliaunya
pertemuan sering gak ikut, disini bisa, pokoknya intinya
sekarang ada undangan – waktu untuk keluarga itu bisa
undangan mesti dateng karena lebih banyak, itu selama ini
waktunya lebih banyak, lebih selama bekerja itu kan waktu saya
inilah lebih enjoy gitu loh, habis untuk bekerja...”(308-310)
menikmati hidup”(334 – 336) c. Mastery
b. Conformity Subjek melakukan rutinitas yang tidak
Sebelum memutuskan untuk pensiun dapat dilakukan sebelumnya, seperti
dini, sempat tidak mendapat mengurus rumah, mengawasi anak –
persetujuan dari beberapa anggota anak, dan menjalankan ibadah –
keluarga, kakak subjek awalnya ibadah sunnah. Subjek juga mulai
merasa keberatan dengan keputusan menyusun rencana setelah memasuki
yang diambil, namun setelah subjek masa pensiun.
memberi penjelasan kepada “... bisa dibuat usaha sebagian bisa
kakaknya, akhirnya dapat menerima buat investasi sebagian buat
keputusan subjek. disimpan untuk sekolahnya anak –
“kalo dari keluarga terus terang anak jadi walaupun saya pensiun,
banyak yang keberatan seperti sekolahnya anak – anak tetep jalan
kakak – kakak saya itu keberatan gitu”(169 – 172)
karena dikhawatirkan nanti anak – Subjek mengaku belum menemui
anak bagaimana, sekolahnya masalah atau hambatan setelah
bagaimana, karena dipikir apa memasuki masa pensiun. Subjek
namanya kalo pensiun dini kan masih sangat menikmati masa
saya gak terima uang pensiun pensiun.
padahal saya terima”( 161 – 164) “sementara ini masih belum
“berubah kok, nah karena setelah karena saya bilang tadi, saya
tau, nah mereka oke jadi tidak ada masih menikmati selama ini kan
masalah lagi dengan keluarga dikejar kejar waktu nah sekarang
gitu”( 235 – 236) saya menikmati santai”(254 –
Subjek mengaku dengan lebih banyak 256)
waktu yang dimiliki setelah pensiun d. Individual Variation
dini, menjadi lebih sering Aspek ini menjelaskan bagaimana
menghabiskan waktu untuk beretmu cara subjek dalam menghadapi
dengan orang tua dan kakaknya yang permasalahan. Aspek ini tidak ada
berada di luar kota, menghabiskan dalam penjelasan selama wawancara,
waktu untuk menemani suami, dan karena selama masa pensiunnya
juga untuk anak – anaknya, walaupun sampai saat ini, masih belum
menyadari anak – anaknya sudah menemui masalah atau hambatan.
dewasa dan memiliki kesibukan
sendiri. Subjek juga memiliki waktu
lebih banyak untuk beribadah.
234
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
235
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
236
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
ABSTRAK
Perempuan dengan dua peran, khususnya yang menjadi single-mother tentunya memiliki
beban dan permasalahan yang lebih jika dibandingkan dengan perempuan yang hanya
memiliki satu peran. Rasa syukur sebagai emosi positif mempengaruhi seseorang dalam
merespon situasi yang berguna sebagai bentuk coping. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara
secara terstruktur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebersyukuran pada
perempuan single-mother. Hasil dari penelitian yaitu frekuensi kebersyukuran yang tinggi
diwujudkan melalui ibadah shalat atas rezeki yang Tuhan berikan, intensitas kebersyukuran
seperti mampu memutuskan relasi pernikahan yang menyakitkan, dan perkumpulan
keluarga besar merupakan pengalaman yang memunculkan kebersyukuran. Rentang
kebersyukuran meliputi keluarga yang mendukung, teman yang bisa memberikan saran, dan
tetangga yang tidak mencemooh.
Kata Kunci: kebersyukuran; perempuan; single-mother.
ABSTRACT
Women with two roles, especially those who become single mother certainly have more
burdens and problems when compared to women who only have one role. Gratitude as a
positive emotion influences someone in responding to a situation that is useful as a coping.
This research uses a descriptive qualitative approach. Data collection is done by structured
interview method. The purpose of this study was to determine the gratitude of single-mother.
The results of the study are the high frequency of gratitude manifested through prayer
services on the provision of God, the intensity of gratitude such as being able to break the
painful relationship of marriage, and large family gatherings are experiences that give rise
to gratitude. Range of gratitude includes supportive families, friends who can give advice,
and neighbours who don't mock.
Keywords: women; single-mother; gratitude.
237
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
238
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
berkurang bahkan berhenti ketika mereka banyak perasaan bersyukur setiap harinya.
bercerai. Dampak ekonomi dari perceraian Kedua, intensitas (intensity) yaitu
yaitu menurunkan standar hunian, sulitnya pengalaman atau peristiwa yang mampu
membayar biaya sekolah anak, tidak mempengaruhi perasaan syukur individu.
adanya jaminan makanan, masalah Ketiga, rentang (span) yaitu pengalaman
kesehatan, dan ketidakpastian lainnya individu yang dapat membangkitkan rasa
untuk memenuhi kebutuhan hidup. syukur atas apa yang mereka miliki.
Perceraian memiliki banyak dampak Keempat, kepadatan (density) yaitu
negatif,, namun di sisi lain banyak dari pengakuan yang tulus individu kepada
perempuan memiliki pandangan yang individu lain yang berkontribusi terhadap
positif ataupun harapan. Penelitian pribadi mereka.
Khumas, dkk (2015) menyebutkan bahwa Kebersyukuran merupakan manifestasi
perempuan memiliki keyakinan dan perilaku dari emosi positif yang bertolak
harapan untuk hidup lebih baik, bertemu belakang dengan emosi marah, cemburu,
dengan pasangan yang berbeda, dan dan bentuk emosi negatif lainnya.
menghindari perceraian pada pernikahan Kebersyukuran berperan penting dalam
selanjutnya. Sisi positif lainnya adalah pengambilan sikap oleh single-mother
berusaha untuk mandiri secara ekonomi, untuk menyeimbangkan antara status yang
lebih memiliki pengetahuan dan kesadaran dimilikinya dengan berbagai permasalahan
atas hak-haknya dalam rumah tangga yang timbul akibat perceraian.
sebagai istri, persepsi terhadap pernikahan Kebersyukuran memiliki korelasi dengan
bahwa disamping sebagai ibadah juga fenomena-fenomena klinis seperti
bentuk hubungan transaksional yang psikopatologi, karakteristik yang adaptif,
menguntungkan untuk menjadi pribadi kesehatan, relasi positif, subjektif well-
yang lebih baik, senang, dan bahagia. Hal being, dan orientasi humanistik. Penelitian
ini diperkuat dengan hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
Andaryuni (2017) bahwa pemahaman kebersyukuran single-mother terhadap
peran gender perempuan merupakan suatu perceraiannya yang mungkin tidak
perkembangan positif dengan memiliki memandang perceraian sebagai satu hal
kesadaran hukum pernikahan yaitu hak dan secara positif maupun negatif saja.
kewajiban suami/istri.
METODE
Kebersyukuran adalah perasaan Penelitian ini menggunakan metode
menyenangkan yang khas yang terwujud kualitatif-deskriptif. Herdiansyah (2015)
berupa rasa syukur atau terima kasih yang menyatakan metode kualitatif merupakan
muncul ketika menerima kebaikan, manfaat metodologi penelitian untuk memahami arti
atau bantuan dari pihak lain terutama hal- dari pengalaman individu berdasarkan
hal yang tidak layak diterima , yaitu hal-hal perilaku yang dimunculkannya serta
yang bukan disebabkan oleh upayanya aktivitas mental yang mendasarinya dengan
sendiri (Emmons & McCullough, 2004). batasan central phenomenon berupa
Kebersyukuran memiliki empat aspek dan konstruk psikologis yang dipahami
saling berkaitan yaitu frekuensi, intensitas,
berdasarkan sudut pandang subjek
rentang, dan kepadatan (Emmons & penelitian. Subjek dalam penelitian ini
McCullough, 2004). Pertama, frekuensi adalah dua perempuan dengan status single-
(frequency) yaitu individu yang merasakan
239
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
mother, memiliki peran sebagai kepala anaknya yang membuatnya subjek selalu
rumah tangga. Pengumpulan data bersyukur.
menggunakan wawancara terstruktur Kedua, intensitas kebersyukuran
dimana daftar pertanyaan telah ditetapkan terwujud dalam pengalaman
sebelumnya. Analisis data dalam penelitian menyenangkan setelah menjadi seorang
ini menggunakan data rekaman hasil single-mother yaitu ketika merasakan
wawancara yang dibuat transkip dan di ketenangan dan kesenangan. Subjek
kategorisasikan berdasarkan tema tertentu. mengalami pengalaman yang kurang
Kemudian dianalisis dengan data observasi menyenangkan ketika ia mendapatkan
dan diberi kesimpulan, hal tersebut perlakuan KDRT, sehingga muncul
digunakan untuk memperjelas hal-hal yang perasaan tenang dan senang karena telah
telah ditemukan oleh peneliti selama proses keluar dari keadaan tersebut. Namun
penelitian. pengalaman yang kurang menyenangkan
tersebut tidak membuat subjek merasa
HASIL DAN PEMBAHASAN
terpuruk, hal ini terwujud dalam sikap
Berikut ini adalah informasi mengenai
optimisme subjek dan teman-teman yang
identitas informan:
mendukung serta meberikan saran-saran
Tabel 2. kepada subjek.
Identitas informan Ketiga, rentang kebersyukuran yaitu
IDENTITAS Subjek 1 Subjek 2
pengalaman atau peristiwa yang mampu
Nama ST MR
mempengaruhi perasaan syukur.
Agama Islam Islam
Usia 45 tahun 51 tahun Pengalaman yang mempengaruhi
Pendidikan SMP SMA kebersyukuran subjek ketika melihat
Lama menjadi 1 tahun 5 tahun keluarga lain yang bahagia dan suaminya
single-mother baik dan menurut pendapat subjek
Jumlah anak 2 orang 2 orang seharusnya orang lain yang memiliki
keluarga yang utuh dan baik-baik saja harus
Subjek ST menjadi seorang single- disyukuri.
mother selama kurang lebih satu tahun Keempat, kepadatan kebersyukuran
terakhir dengan tanggungan dua anak yang bersumber dari peran orang di sekitar yaitu
masih menempuh pendidikan. Ia anak-anak yang bagi subjek merupakan
mengalami perceraian karena mendapatkan sumber kebersyukuran utamanya. Anak-
perlakuan KDRT oleh suaminya. Pertama, anak subjek berperan memberikan
frekuensi kebersyukuran ST merasakan dukungan kepada subjek untuk
banyak perasaan bersyukur setiap harinya memutuskan pernikahannya dan
yang diwujudkan dalam ibadah shalat. memahami bagaimana kondisinya baik
Selain itu subjek ST mengungkapkan secara ekonomi maupun psikologis. Selain
kebersyukurannya dengan ucapan syukur itu peran teman dan tetangga memiliki
“Alhamdulillah” atas apa yang dimilikinya kontribusi terhadap rasa syukur subjek.
sampai saat ini. Kebersyukuran dan berdoa Teman-teman subjek yang memberikan
memiliki korelasi yang positif, namun tidak support kepada subjek supaya sabar dan
bisa langsung dikaitkan dengan religiusitas tidak putus asa untuk kehidupan
seseorang (Lambert, dkk, 2009). Rezeki selanjutnya. Peran tetangga subjek yang
untuk memenuhi kebutuhan makan tidak mencemooh subjek dan memberikan
240
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
241
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Psikologi Klinis UM 2019
242