BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini kita berada pada abad 21 yang ditandai dengan
perkembangan teknologi yang pesat, sehingga sains dan teknologi merupakan
salah satu landasan penting dalam pembangunan bangsa. Pembelajaran sains
diharapkan dapat menghantarkan peserta didik memenuhi kemampuan abad
21, kemampuan yang diperlukan pada abad 21, yaitu: 1) keterampilan belajar
dan berinovasi yang meliputi berpikir kritis dan mampu menyelesaikan
masalah, kreatif dan inovatif, serta mampu berkomunikasi dan berkolaborasi;
2) terampil untuk menggunakan media, teknologi, informasi dan komunikasi
(TIK); 3) kemampuan untuk menjalani kehidupan dan karir, meliputi
kemampuan sosial dan budaya, produktif dan dipercaya memiliki jiwa
kepemimpinan dan tanggunga jawab (Agustin, 2017). Oleh karena itu,
layanan profesionalisme guru harus ditingkatkan demi pelayanan pendidikan
yang efektif dan tepat sesuai dengan perkembangan zaman.
Implementasi kurikulum 2013 mengisyaratkan guru
mengembangkan atau menyusun perangkat pembelajaran dengan
menyesuaikan beberapa komponen dengan pedoman yang dimuat dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor
103 tahun 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013
pasal 19 ayat 3 yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa
pendidik pada setiap satuan pendidikan diharapkan melakukan perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya
proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Salah satu perangkat
pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
Menurut Muchayat (2011) menjelaskan bahwa dalam rangka
memperbaiki pengajaran dan pembelajaran dikelas diperlukan usaha untuk
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, dapat dirumuskan masalah
pada penelitian ini sebagai berikut.
4
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut.
5
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya salah pemaknaan dari setiap istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, secara operasional istilah-istilah tersebut
didefinisikan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran CinQASE (Collaborative in Questioning,
Analyzing, Syntesizing and Evaluating) adalah model pembelajaran
perbaikan dari model pembelajaran Cooperative Learning (CL) dan
Team Based Learning (TBL) yang dapat melibatkan peserta didik
melakukan kegiatan belajar kolaborasi dan individu pada penyajian
masalah dunia nyata peserta didik dimana mereka akan bekerja di dalam
tim sekaligus secara individu untuk memecahkan permasalahan guna
memperoleh pengetahuan.
2. Keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini meliputi proses
memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar,
menyimpulkan, dan menilai yang diukur dengan menggunakan lima
butir soal esai.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Pengembangan
B. Perangkat Pembelajaran
Hal yang sangat mendasar dari RPP Kurikulum 2013 ini adalah
bahwa pendekatan pembelajaran harus menggambarkan sebuah proses
pembelajaran yang lebih menunjukkan peran aktif peserta didik dalam
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya. Sementara guru
lebih banyak menampilkan perannya sebagai pembimbing dan
fasilitator belajar peserta didik.
Komponen RPP terdisi atas beberapa elemen dasar
sebagaimana diuraikan dalam Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014
yakni identitas, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD),
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), deskripsi materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, serta media/alat, bahan, dan
sumber belajar.
Dalam Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 dijelaskan,
menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip seperti
perbedaan individu peserta didik, partisipasi aktif, kegiatan belajar yang
berpusat pada peserta didik, pengembangan budaya membaca dan
menulis, pemberian umpan balik, dan penerapan teknologi informasi
dan komunikasi.
b. Langkah-langkah pembuatan RPP
Langkah-langkah pembuatan RPP pada kurikulum 2013
dijelaskan oleh Daryanto dan Dwicahyono (2014) seperti dibawah ini.
i. Identitas RPP
Menuliskan identitas RPP yang terdiri dari: Nama sekolah,
Mata Pelajaran, Kelas/Semester, materi pokok, dan alokasi waktu.
Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi
dasar, dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan
(contoh: 2 x 45 menit).
ii. Tujuan RPP
Pada bagian tujuan RPP harus tercantum secara jelas
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator Pencapaian
Kompetensi. KI, KD dan Indikator merupakan suatu alur pikir yang
12
a) Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu
alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga
mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi
pada tahapan kompetensi yang mendorong peserta didik
untuk melakuan aktivitas tersebut.
b) Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam
domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan
dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk
memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan
tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (Discovery/Inquiry learning). Untuk
mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan
kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan
yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah
(project based learning).
c) Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh
isi materi (topik dan sub topik) mata pelajaran yang
diturunkan dari keterampilan harus mendorong peserta didik
untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan.
Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan
pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (Discovery/Inquiry learning) dan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).
15
3) Kegiatan penutup
Kegiatan penutup merupakan langkah akhir proses
pembelajaran. Kegiatan penutup dilakukan bertujuan untuk
membuat rangkuman/kesimpulan, menetapkan konsep,
memberikan tes atau tugas. Dapat juga dengan memberikan
arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar
kelas, di rumah, atau tugas sebagai remidi/pengayaan.
4) Sumber belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada silabus yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan. Pada sumber harus
dituliskan secara lengkap, seperti buku yang digunakan selama
proses pembelajaran, narasumber, dan sumber belajar lain yang
relevan. Buku yang digunakan harus ditulis secara lengkap
identitas judul, pengarang, penerbit, kota terbit, dan tahun
terbitnya. Jika akan menggunakan narasumber sebagai sumber
belajar, perlu dituliskan profil narasumber yang akan dilibatkan
dalam pembelajaran.
5) Penilaian
Pada bagian penilaian harus dituliskan secara jelas
jenis/ragam/prosedur/bentuk penilaian yang akan digunakan
untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Selain
menuliskan jenis atau bentuk penilaian yang akan digunakan,
pada bagian ini harus dituliskan instrumen serta pedoman
penilaian. Yang mana pada instrumen dan pedoman penilaian
dapat dilampirkan. Penilaian harus meliputi tiga ranah tujuan
yakni sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
c. Prosedur pengembangan RPP
Tahapan pada pengembangan RPP menurut Permendikbud
Nomor 59 Tahun 2014 adalah sebagai berikut.
i. Mengkaji silabus
16
Ukuran: A4
Pengorganisasian:
1. Petunjuk Kerja
2. Uraian Materi
3. Kerja Peserta Didik
D. Penguasaan Konsep
1. Pengertian penguasaan konsep
pendapat secara lisan dalam kelas. Tujuan khusus dari fase ini adalah:
1) meningkatkan cara berpikir mahasiswa dan membantu mereka
membangun sendiri pemahaman materi. Dengan mendiskusikan suatu
topik akan membantu mahasiswa memantapkan dan memperluas
pengetahuan mereka tentang topik yang dibahas dan meningkatkan
kemampuan berpikir mahasiswa tentang topik; 2) menumbuhkan
keterlibatan dan keikutsertaan mahasiswa dalam bertanggung jawab
untuk belajar sendiri dan tidak hanya bergantung pada dosen.
Demikian pula diskusi kelas memberikan kesempatan terbuka kepada
mahasiswa untuk berbicara dan mengutarakan gagasan sendiri dan
mendorong motivasi untuk terlibat percakapan dalam kelas. Hasil
penelitian Adi,et al., (2012), pada mahasiswa teknik kimia, dengan
menerapkan Cooperative Problem Based Learning (CPBL)
menemukan bahwa diskusi terbuka dalam kelas sangat membantu
menciptakan pemahaman yang lebih baik dan kesalahan dapat
diperbaiki.
Fase 5. Evaluasi dan Umpan Balik
Fase ini bertujuan untuk pengumpulan data atau informasi
dilaksanakan pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran untuk
materi sajian berkenaan dengan satu kompetensi dasar dengan maksud
dosen dan mahasiswa memperoleh gambaran menyeluruh dan
kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan
untuk pencapaian penguasaan kompetensi dasar (Hunaidah, 2019).
3. Tujuan model pembelajaran CinQASE
Model pembelajaran CinQASE dikembangkan dengan tujuan
utama untuk meningkatkan keterampilanIndividual Critical Thinking
dan Collaborative Critical Thinking. Tujuan Model pembelajaran
CinQASE secara garis besar dapat ditunjukkan pada Gambar 2.2
31
(Hunaidah, 2019)
isi dan validitas konstruk yang dinilai oleh pakar pendidikan. Hasil juga
menunjukkan bahwa model CinQASE valid karena memenuhi beberapa
karakteristik, yaitu adanya kesesuaian dengan kebutuhan (need), kebaruan
(state-of- the art), memiliki landasan teori yang kuat, dan terdapat
konsistensi antar komponen model yang dikembangkan.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Jenis Penelitian
C. Subjek Penelitian
D. Desain Penelitian
Analisis Awal-Akhir
Pendefenisian
Analisis Peserta Didik
(Define)
Analisis Konsep Analisis Tugas
Perancangan
(Design)
Menyusun Perangkat Pembelajaran dan
Instrumen Penelitian
Draf 2
hjdjjjraf 2 Pengembangan
(Develop)
Uji Coba 1
Analisis
Ujian Komprehensif
O1 X O2
Dengan:
O1 = Uji awal (pretest) untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis
dan penguasaan konsep peserta didik
O2 = Uji akhir (posttest) untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis
dan penguasaan konsep peserta didik
X = Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan model
39
pembelajaran CinQASE
D. Validasi
V=
∑S ,
n ( c − 1) dimana S = r− l
(3.1)
Keterangan:
V = Indeks kesepakatan validator
S = Skor yang diberikan validator dikurangi skor terendah dalam kategori
yang digunakan
n = Banyaknya validator
c = Banyak kategori yang dapat dipilih oleh validator
r = Angka yang diberikan oleh validator
l = Nilai terendah dari skala yang digunakan
Tabel 3.2 Kriteria Validitas Ahli
Interval Skor Kategori Validitas
0,80<V≤1,00 Sangat Tinggi
0,60<V≤0,80 Tinggi
0,40<V≤0,60 Sedang
0,20<V≤0,40 Rendah
0,00<V≤0,20 Sangat Rendah
(Diadopsi dari Retmawati, 2016)
2. Analisis kepraktisan perangkat pembelajaran
Analisis kepraktisan perangkat pembelajaran diperoleh dari lembar
penilaian keterlaksanaan pembelajaran dan lembar aktivitas peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian dan pengamatan
dilakukan setiap kali tatap muka oleh dua pengamat yang sudah dilatih
sehingga dapat mengoperasikan lembar pengamatan secara benar. Skor
penilaian yang diberikan pengamat pada saat mengamati keterlaksanaan
pembelajaran dan aktivitas peserta didik adalah dengan rentang 1 hingga 5.
Kriteria hasil keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas peserta didik
berdasarkan skor rata-rata penilaian yang diberikan dua pengamat dengan
kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kriteria Kepraktisan
Interval Skor Kategori
0,80<V≤1,00 Sangat Tinggi
0,60<V≤0,80 Tinggi
46
0,40<V≤0,60 Sedang
0,20<V≤0,40 Rendah
0,00<V≤0,20 Sangat Rendah
(Diadaptasi Retmawati, 2016)
P=
∑ Pn
n (3.5)
Keterangan :
P = Rata-rata perolehan skor
48
Adophus, T., Alamina, J., & Aderonmu. 2013. The Effects of Collaborative
Learning on Problem Solving Abilities among Senior Secondary School
Physics Students in Simple Harmonic Motion. Journal Educations and
Practice, 25(4),95-100.
Aji, Rizqon Halal Syah. 2020. Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia:
Sekolah, Keterampilan, dan Proses Pembelajaran. Jurnal sosial &
Budaya Syar-i. Vol.7, No.5.
Astuti, Lin Suciani. 2017. Penguasaan Konsep IPA Ditinjau Dari Konsep Diri
dan Minat Belajar Siswa. Vol. 7. No. 1. Hal. 40-48. ISSN: 2088-351X.
Ennis, R.H. 1985. Developing Mind: Goal for Critical Thingking Curriculum.
Arethur L. Costa Editor.
Hagi, Nanda Afrita dkk. 2019. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis melalui
Model Problem Based Learning pada Muatan Matematika Kelas V SDN
Salatiga 01. Jurnal Basicedu. No. 1,Vol. 3, Hal. 53 – 59.
50
Hanna, Daryl dkk. 2016. Model Pembelajaran Tema Konsep Disertai Media
Gambar Pada Pembelajaran Fisika Di SMA. Jurnal Pembelajaran Fisika.
Vol. 5. No. 1.
Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Grahadi. Jakarta.
Parnafes, O. 2010. When Simple Harmonic Motion is not That Simple Managing
Epistemological Complexity by Using Computer-based Representation.
Journal of Science Education and Technology, 19:565-579.
Pizzini E, L., Spepadson D. P., Abel A. S. K., (1989). A rationale for and
development of problem solving models of instruction in science
education.
Sugara, Yeyehn Dwi dkk. 2016. Kesulitan Siswa SMA dalam Memahami Gerak
Harmonis Sederhana. Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM. Vol. 1.
ISBN:978-602-9286-21-2.
Sunardi dkk. 2017. Fisika untuk Siswa SMA/MA Kelas X. Yrama Widya.
Bandung.
Syarqiy, Dibyaratna dan Setyo Admoko. 2017. Model Pembelajaran Inkuiri untuk
Melatihkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta Didik pada
Materi Getaran Harmonik di SMA Negeri 1 Bangil. Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika (JIPF). No. 03, Vol. 06.
Zubaidah, Siti. 2010. Berpikir Kritis: Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi yang
dapat dikembangkan melalui Pembelajaran Sains. Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Negeri Malang.