Anda di halaman 1dari 6

Review Desain Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Cipunagara Di Kab.

Subang (PAKET 4 )

BAB 3
GELOGI UMUM DAERAH PENYELIDIKAN

3.1 GEOMORFOLOGI

Kondisi geomorfologi daerah penyelidikan dominan dipengaruhi proses kegeologian dan


pengaruh lainnya. Bentukan geomorfologi tersebut berdasarkan : kemiringan lereng,
sebaran jenis batuan, lingkungan pengendapan sungai Cipunagara, dan bentuk bentang
alam. Dari pengumpulan data pemetaan, mulai dari pertemuan sungai Cigadung dan
sungai Cipunagara sampai dengan muara sungai Cipunagara, terbagi dalam 2 (dua) satuan
morfologi.

Daerah pedataran endapan pantai memiliki kemiringan lereng 0 – 3 % dengan ketinggian


wilayah 0 – 5 m di atas permukaan air laut. Pada umumnya merupakan dataran rawa
terdapat di daerah Pondok Bali, pematang pantai di dearah Patimban, dan delta di daerah
Pancer.

Daerah Pedataran endapan banjir dengan kemiringan lereng 3 – 5 % yang menempati


ketinggian wilayah 5 – 15 m di atas permukaan air laut, daerahnya mulai dari Pamanukan
Sabrang ke arah selatan. Lahan pedataran tersebut umumnya areal pesawahan dan
perkebunan, selebihnya adalah lokasi kota kecamatan dan perkampungan terpencar tapi
mengelompok (lihat gambar 3. 1).

Aspek kemiringan lereng menjadi sangat penting untuk diketahui, karena berkaitan dengan
hidrolika sungai Cipunagara dalam desain prasarana pengendali banjir.

3.2 BATUAN DASAR DAN PROSES PENGENDAPAN

Evolusi arus sungai bisa dilihat dari kenampakan pola alirannya yang mencirikan umur
sungai : sungai muda, sungai dewasa dan sungai tua (lihat gambar 3. 2). Arus sungai
terutama saat banjir membawa material dinding sungai yang tererosi, material tersebut
terbawa aliran sampai ke muara dan di tempat–tempat tertentu diendapkan. Sebaliknya
ketika sungai kering arus balik laut membawa material dari arah laut (lihat gambar 3. 3).

PT. Intimulya Multikencana 1


Review Desain Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Cipunagara Di Kab. Subang (PAKET 4 )

1 2 ’3 0 ”

1 3 ’0 0 ”

DESA 1 3 ’3 0 ”
P A TIM B A N

1 4 ’0 0 ”

1 4 ’3 0 ”

DESA
BO BO S
1 5 ’0 0 ”

1 5 ’3 0 ”
DESA
KARAN G M U LYA

1 6 ’0 0 ”

DESA PAM AN UKAN


SABRAN G
1 6 ’3 0 ”

DESA
PUSAKA RATU 1 7 ’0 0 ”
DESA
M ULYASARI
1 7 ’3 0 ”

DESA RANCA
H ILIR
1 8 ’0 0 ”

1 8 ’3 0 ”

D E SA B O JO N G
DESA TEN GAH 1 9 ’0 0 ”
BO NGAS

1 9 ’3 0 ”

2 0 ’0 0 ”
1 0 7 5 2 ’0 0 ” T

DESA 2 0 ’3 0 ”
B O JO N EG A R A
O

O
0 6 2 1 ’0 0 ” S
DESA
CO M PREN G
4 8 ’3 0 ” 4 9 ’0 0 ” 4 9 ’3 0 ” 5 0 ’0 0 ” 5 0 ’3 0 ” 5 1 ’0 0 ” 5 1 ’3 0 ”

Gambar 1.1. Foto Udara Tata Guna Lahan

PT. Intimulya Multikencana 2


Review Desain Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Cipunagara Di Kab. Subang (PAKET 4 )

Gambar 1.2. Evalusi Arus Sungai dari Sungai mudsa ke tua

Gambar 1.3. Proses pengendapan sungai

PT. Intimulya Multikencana 3


Review Desain Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Cipunagara Di Kab. Subang (PAKET 4 )

Dari proses pengendapan sungai Cipunagara tersebut terbentuk endapan permukaan yang
berlangsung sejak zaman kuarter, periode holosen. Sesuai dengan lingkungan
pengendapannya antara lain : endapan sungai (Qa); endapan delta (Qad); endapan
pematang pantai (Qbr); dan endapan dataran banjir (Qaf). Batuan dasarnya batuan
sedimen (Qav)

Berdasarkan peta Geologi Lembar Pamanukan skala 1 : 100.000 (H.z. Abidin & Sutrisno –
1992), daerah pemetaan umumnya menempati dataran rendah. Sehingga, sedikit sekali
singkapan batuan dasar yang diamati. Tataan stratigrafi-nya : batuan sedimen (Formasi
Cilamaya) secara tak selaras tertindih oleh endapan permukaan, susunan stratigrafi lihat
abel 3. 1 dan Peta Geologi.

Tabel 3.1. Tataan Stratigrafi


STRAT FORMASI BATUAN /
SYMBOL DESKRIPSI BATUAN / TANAH
IGRAFI TANAH
Lempung, lanau, pasir dan kerikil, tebal
Qa Endapan Sungai lapisan 1 – 2 m, tersebar sepanjang sungai
ENDAPAN PERMUKAAN

Cipunagara.
Lempung, lanau dan humus, singkapannya
Qad Endapan Delta
terdapat di muara sungai Cipunagara
Pasir halus hingga kerikilan, kaya akan
Endapan Pematang cangkang kerang dan koral, endapan ini
Qbr
Pantai membentuk undak – undak sejajar dengan
garis pantai
Lempung tufan, lanau, dan pasir halus, tebal
Endapan Dataran endapan 5 – 10 m diukur dari dasar sungai,
Qaf
Banjir dimusim kemarau endapan tersebut
memperlihatkan rekahan – rekahan lumpur.
-Konglomerat, kelabu, berlapis, terdiri dari
SEDIMEN

BatuPasir Tufan Dan


BATUAN

batuan gunung api (andesir, lava,


Qav Konglomeratan
batuapung).

3.3 STRUKTUR GEOLOGI

Struktur geologi didaerah penyelidikan tidak berkembang dengan baik. Struktur geologi
yang tidak berkembang baik di daerah-daerah tersebut erat kaitannya dengan stratigrafi
daerah pemetaan yang seluruhnya disusun oleh endapan Kuarter. Namun demikian
mungkin di bawah endapan Kuarter tersebut sebenarnya terdapat sesar-sesar tua (sub-
surface structure) yang tertutup oleh endapan permukaan.

3.4 KOEFISIEN KEGEMPAAN

Merujuk pada Peta Zona Gempa Indonesia untuk perencanaan bangunan air (TF Najoan –
Carlina S) serta peta sebaran gempa USGS – 1999, sungai Cipunagara termasuk zona D,
yaitu -> Z = 0.9 – 1.2; percepatan gempa dasar untuk perioda ulang 20 tahun -> ac = 120

PT. Intimulya Multikencana 4


Review Desain Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Cipunagara Di Kab. Subang (PAKET 4 )

gal; serta faktor koreksi pengaruh jenis tanah/batuan untuk alluvium –> v = 1.1 (lihat gambar
3. 4)

a d  Z .a c .v ………………………………………………………………...…….(1)

ad
kh  …..……………………………………...…………………………….(2)
d

Dimana : ad = percepatan gempa terkoreksi (gal)

kh = koefisien gempa terkoreksi

g = percepatan gravitasi (cm2/det).

107O 108O
0 .6
0 .7
O
06

L A U T J A W A

0 .8
B ek asi
K eraw a n g
P am anukan
In d ra m a y u

B ogor
P u r w a k a r ta su b a n g 0 .9

1 .0 C ir e b o n
C ia n ju r
1 .1 Sum edang
Sukabum i B andung 1 .1 M a ja le n g k a
07O

S oreang K u n in g a n

G aru t 1 .2
C ia m is
T a s ik m a la y a
B a n jar

1 .1

Gambar 1.1. Penentuan Koefisien Gempa

3.5 HIDROLOGI DAN IKLIM

Kondisi hidrologi di daerah penyelidikan yang diamati adalah air permukaan dan air tanah.

Air permukaan yaitu air yang tergenang atau air yang mengalir di sungai Cipunagara dan di
saluran–saluran irigasi. Sepanjang tahun sungai tersebut berair, di musim kemarau debit
sungai menurun drastis dan tercemar air laut hingga 15 km dari arah muara, akibat arus laut
yang masuk ke sungai. Demikian juga halnya dengan saluran irigasi sebagian mengering.
Di musim hujan debit sungai menjadi lebih besar karena mendapat kiriman dari bagian hulu,

PT. Intimulya Multikencana 5


Review Desain Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Cipunagara Di Kab. Subang (PAKET 4 )

sehingga sungai meluap dan terjadi banjir, yang melimpah ke saluran– saluran irigasi dan
di beberpa tempat menggenangi pesawahan dan perkampungan. Hal ini menunjukan daya
tampung sungai menurun yang tidak mampu manampung air hujan lokal maupun kiriman.

Air tanah di daerah penyelidikan berdasarkan pengumpulan data bor maupun sondir dan
informasi kedalaman sumur gali, mulai dari Jalan Raya Pantura sampai ke muara berkisar
pada kedalaman 1.50 – 5.0 m, sedangkan dari jalan Raya Pantura ke arah selatan ada
pada kedalaman 3.5 – 15.0 m.

Pengaruh iklim di daerah penyelidikan dengan suhu rata–rata 17OC, kisaran kelembaban
udara 72 – 91 %, dan lama penyinaran matahari antara 1.7 – 6.9 jam. Musim kemarau
terjadi pada bulan Mei - September, sedangkan musim hujan pada bulan Oktober – April.
Intensitas curah hujan tahunan berbeda untuk setiap kawasan, ada kecenderungan makin
tinggi ke arah selatan. Besarnya curah hujan tahunan antara 1600 – 2300 mm/tahun (lihat
gambar 3. 5).

107O 108O
O
06

L A U T J A W A

B ek asi
K eraw ang
P am anukan
In d ra m a y u

P u r w a k a r ta su b an g
B ogor

C ir e b o n
C ia n ju r
Sum edang
Sukabum i Bandung
M a ja le n g k a
07O

S oreang K u n in g a n

G aru t

C ia m is
T a s ik m a la y a
B a n jar

1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

Gambar 1.1. Rata-rata curah hujan tahunan

PT. Intimulya Multikencana 6

Anda mungkin juga menyukai