Anda di halaman 1dari 1

Data yg diikuti fakta (jumlah antigen yg bodong, tempat, tanggal)

Menurut beberapa sumber dari artika seperti media kompas.com, liputan6, dan
detik.com Praktik ilegal itu dilakukan sejak 17 Desember 2020 dan diperuntukkan di Bandara
Kualanamu Internasional Airport oleh pegawai atas suruhan dari Bussines Manager PT
Kimia Farma, berinisial PC. Hal tersebut terungkap saat konferensi pers yang dilakukan di
Mapolda Sumut pada Rabu (29/4/2021) sore. Dalam kesempatan tersebut, 3 orang (2
perempuan dan 1 laki-laki) yang bertugas sebagai pelaksana tes swab antigen di Bandara
Kualanamu dihadirkan untuk menjelaskan proses tes swab. Tetapi proses daur ulang alat
kesehatan rapid test antigen di Bandara Internasional Kualanamu dilakukan di kantor Kimia
Farma di Jalan RA Kartini, Medan. Tidak kurang 9 ribu orang menjadi korban praktik rapid
test antigen menggunakan alat bekas di Bandara Kualanamu, Medan, dalam 3 bulan terakhir.
"Pengakuan para pelaku, dalam sehari stik daur ulang bisa digunakan untuk 100 hingga 150
orang yang hendak melakukan perjalanan. Kalau kita hitung selama 3 bulan, 9.000 orang.
Tentunya, ini tidak sesuai standar kesehatan," kata Kapolda Sumut, Irjen Pol RZ Panca Putra
Simanjuntak, sehingga kita dapat menyimpulkan jumlah antigen yang digunakan dalam
sehari berkisar 100 s/d 150 stik antigen yang terus di daur ulang dalam jumlah yang sama
perhari nya
Alasan kita bahas kasus ini :
Mengapa kasus ini menjadi hal yang penting untuk di bahas karena kasus ini berkaitan
dengan pelanggaran etika profesi antara pelaku usaha dengan konsumen yang merugikan
banyak pihak terutama merugikan pihak konsumen. Dalam kasus ini terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi pelanggaran etika seperti kebutuhan individu karena alasan ekonomi,
tidak adanya pendoman etika profesi dalam ber bisnis, dan lingkungan tidak etis pengaruh
dari komunitas. Dari pelanggaran etika profesi ini terlihat bahwa terdapat sanksi hukum
sekala besar, karena merugikan hak pihak lain. Hukum pidana menempati prioritas utama,
diikuti oleh hukum perdata. Ini pun sama dengan tujuan kami untuk mempelajari etika profesi
yaitu untuk menyampaikan persepsi tentang penilaian perbuatan baik dan perbuatan buruk
bagi setiap manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Kami menilai kasus ini memiliki potensi
pelanggaran etik yang sangat signifikan karena adanya bentuk pelanggaran terhadap etika
profesi seperti ilmu tanpa kemanusiaan, pengetahuan tanpa karakter, berdagang tanpa
moralitas, kesenangan tanpa kesadaran, dan politik bisnis tanpa prinsip

Anda mungkin juga menyukai