Disusun oleh :
SIDOARJO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Di era globalisasi saat ini, apotek harus tepat, cepat, dan hati-hati.
Keputusan yang tepat dan bijaksana memiliki dampak besar pada daya saing
apotek. DMC (Drug Management Cycle) merupakan siklus yang memuat setiap
elemen utama (Pemilihan, pengadaan, penyaluran, dan penggunaan), dimana
elemen-elemen tersebut memiliki fungsi utama sebagai pedoman untuk
menentukan kebijakan di masa mendatang. Pengelolaan obat merupakan
rangkaian kegiatan yang kompleks, suatu siklus yang saling terkait, pada dasarnya
terdiri dari empat fungsi dasar, yaitu pemilihan dan perencanaan, pengadaan,
pendistribusian dan penggunaan. Pada dasarnya pengelolaan obat di apotek adalah
bagaimana mengelola tahapan dan kegiatan tersebut, agar berjalan dengan baik
dan saling melengkapi, sehingga tercapai tujuan pengelolaan obat yang efektif dan
efisien, serta membuat obat yang dibutuhkan dokter dan pasien tersedia setiap
saat. Diperlukan sejumlah besar kualitas yang cukup dan terjamin untuk
mendukung layanan berkualitas tinggi.
1
Standar Pelayanan Rumah Sakit. Disebutkan bahwa “pelayanan farmasi rumah
sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat. Tuntutan masyarakat dan pasien akan mutu pelayanan farmasi,
mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari drug oriented ke patient
oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care. Praktik Pelayanan Kefarmasian
merupakan hal yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah
dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan
kesehatan” (Depkes RI, 2004).
2
siklus manajemen obat saling terkait, sehingga harus dikelola dengan baik agar
masing-masing dapat dikelola secara optimal. Tahapan yang saling terkait dalam
siklus manajemen obat tersebut diperlukan suatu sistem suplai yang terorganisir
agar kegiatan berjalan baik dan saling mendukung, sehingga ketersediaan obat
dapat terjamin yang mendukung pelayanan kesehatan, dan menjadi sumber
pendapatan rumah sakit yang potensial. Siklus manajemen obat didukung oleh
faktor-faktor pendukung manajemen (management support) yang meliputi
organisasi, administrasi dan keuangan, Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan
Sumber Daya Manusia (SDM). Setiap tahapan siklus manajemen obat harus selalu
didukung oleh keempat management support tersebut sehingga pengelolaan obat
dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
3. Distribusi (Penyaluran Obat)
Proses pendistribusian obat dari IFRS/apotek kepada pasien untuk
memastikan obat yang diberikan kepada pasien dan kualitas obat tetap
terjaga.
1) Perencanaan Obat
Perencanaan menurut Surat Keputusan Mentri Kesehatan RI No.
1197/SK/MenKes/X/2004 merupakan proses kegiatan dalam
pemilihan jenis , jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai
dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan
dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi konsumsi yang disesuaikan dengan anggaran
yang tersedia. . Pedoman perencanaan, meliputi : DOEN, formularium
rumah sakit, standar terapi rumah sakit, ketentuan setempat yang
berlaku, data catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan
prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang
lalu, dan rencana pengembangan (RI, 2004).
Perencanaan merupakan tahap yang penting dalam pengadaan obat
di instalasi farmasi rumah sakit (IFRS). Perencanaan pengadaan obat
perlu mempertimbangkan jenis obat, jumlah yang diperlukan, serta
efikasi obat dengan mengacu pada misi utama yang diemban oleh
rumah sakit. Untuk menentukan beberapa macam obat yang harus
direncanakan, fungsi kebijakan rumah sakit sangat diperlukan agar
macam obat dapat dibatasi. Penetapan jumlah obat yang diperlukan
dapat dilaksanakan berdasarkan polulasi yang akan dilayani, jenis
pelayanan yang diberikan, atau berdasarkan data penggunaan obat
yang sebelumnya (Depkes RI, 2002).
2) Distribusi Obat
Pendistribusian adalah tahap selanjutnya setelah penyimpanan.
Distribusi obat adalah tatanan jaringan sarana, personel, prosedur dan
jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam
kegiatan penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada
5
penderita. Sistem distribusi obat mencakup penghantaran obat yang
telah di-dispensing instalasi farmasi ke penderita dengan keamanan
dan ketepatan obat (Febriawati,2013).
Sistem distribusi obat di rumah sakit untuk pasien rawat inap
adalah tatanan jaringan sarana, personel, prosedur dan jaminan mutu
yang serasi, terpadu, dan berorientasi penderita dalam kegiatan
penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada pasien. Sistem
distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan di rumah sakit
sangat bervariasi, hal ini tergantung pada kebijakan rumah sakit,
kondisi dan keberadaan fasilitas fisik, personel dan tata ruang rumah
sakit. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk
dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan
efektifitas sumber daya yang ada serta metode sentralisasi atau
desentralisasi.
4. Use (Penggunaan Obat)
Salah satu cara untuk melakukan evaluasi penerapan Penggunaan
Obat Rasional (POR) adalah dengan cara pemantauan dan evaluasi.
Monitoring yang terus menerus akan menghasilkan ketersediaan obat yang
sesuai dengan kebutuhan sehingga mencapai penggunaan obat yang
rasional. Pemantauan penggunaan obat dapat digunakan untuk melihat
mutu pelayanan kesehatan. Dengan pemantauan ini maka dapat dideteksi
adanya kemungkinan penggunaan obat yang berlebih (over prescribing),
kurang under prescribing), majemuk (multiple prescribing) maupun tidak
tepat incorrect prescribing). Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat
secara teratur dapat mendukung perencanaan obat sesuai dengan
kebutuhan untuk mencapai Penggunaan Obat Rasional. Pemantauan
penggunaan obat dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung.(kementrian Kesehatan repulbik Indonesia,2016)
Diantaranya, pasien didiagnosis, diresepkan, dibagikan dan
digunakan dengan tepat. Siklus pengelolaan obat didukung oleh faktor
pendukung manajemen, antara lain organisasi, keuangan atau keuangan,
sumber daya manusia (SDM), dan sistem informasi manajemen (SIM).
6
Setiap tahapan siklus pengelolaan obat yang baik harus didukung oleh
keempat faktor tersebut agar dapat melakukan pengelolaan obat secara
efektif dan efisien. Siklus pengelolaan obat dipengaruhi/dibatasi oleh
kebijakan dan kerangka hukum dan peraturan. Siklus manajemen obat
dapat digambarkan sebagai berikut:
7
Keuangan terdiri dari 3 bidang yang saling terkait, yaitu:
8
ratio atau TOR). Indikator ini dihitung dengan membagi harga
pokok penjualan (cost of goods sold) dengan persediaan rata-rata.
Perputaran persediaan (inventory turnover) menunjukkan berapa
kali persediaan barang dijual dan diadakan kembali selama satu
periode akutansi (Jumingan, 2006). Semakin tinggi nilai tingkat
perputaran inventori, kinerja perusahaan semakin baik, karena akan
memenuhi kebutuhan aliran kas dan modal kerja.
9
BAB III
PENUTUP
Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik, meliputi : jenis obat yang
dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan jenis, hindari
penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang
lebih baik dibandingkan obat tunggal. Penetapan jumlah obat yang diperlukan
data dilaksanakan berdasarkan populasi yang akan dilayani, jenis pelayanan yang
di berikan, atau berdasaran data penggunaan obat yang sebelumnya.
Agar tujuan organisasi dapat tercapai dperlukan unsur atau saran yang
meliputi unsur 5M, yaitu: Men: Sumber Daya Manusia Money: Uang yang
dibutuhkan Methods: Metode yang digunakan Materials: Bahan yang digunakan
Machines: Mesin yang digunakan Keuangan terdiri dari 3 bidang yang saling
terkait, yaitu Pasar Uang dan Pasar Modal Investasi Management Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Abert, C., Banneberg, W., Bates, J., Battersby, A., Beracochea, E.,
2012, Managing Access to Medicines and Health Technologies,
Management Science for Health Inc.
Arman, F., Lesilolo, M.S., dkk, 2008, Pedoman Pengelolaan Perbekalan
Farmasi di Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Quick, et al., 1997, Managing Drug Suply, 2nd Edition, Kumarin Press, Amerika
Siregar, C.J.P, L. Amalia, 2003, Farmasi Rumah Sakit: Teori dan
Penerapan, EGC, Jakarta
11