BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Manfaat
Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
hepatitis A serta dapat melakukan diagnosis dan manajemen serta pencegahan
hepatitis A sesuai dengan standar tatalaksananya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etiologi
Virus hepatitis A (HAV) telah menginfeksi manusia selama berabad-
abad.HAV pertama kali diidentifikasi pada tahun 1973 melalui mikroskop elektron
(WHO, 2011).Virus hepatitis A (HAV) merupakan virus yang tidak berkapsul,
icosahedral, dengan besar 27 nm, dan virus RNA yang resisten terhadap panas,
asam, dan ether. Virus tersebut merupakan virus dengan genus Hepatovirus dari
family picornavirus.Virionnya mengandung empat kapsid polipeptida, yaitu VP1
(30 kDa), VP2 (22 kDa), VP3 (2,5 kDa), dan VP4 (2,2 kDa), yang berasal dari
produk poliprotein potongan posttranslasional genome 7500nukleotida (Longo et
al, 2012). VP4 terletak di dalam kapsid virus dan protein yang lain terpapar
sebagian dari luar pada permukaan kapsid. Protein virus yang lain, 2A,
merupakan protein non-struktural yang masih berhubungan dengan VP1 ketika
pembentukan pentamer. Protein 2A selanjutnya dipotong dari VP1 oleh protease
hospes. Pemotongan tersebut berfungsi untuk memproduksi virus yang infeksius,
tetapi tidak berperan pada proses replikasi virus (Seeger, et al., 2009; WHO,
2011).
Gambar 1. Virus hepatitis A dilihat dalam mikroskop elektron (Longo et al, 2012)
HAV tahan terhadap pH rendah dan panas (60 º C selama 60 menit) serta
suhu beku.Stabilitas pada lingkungan asam diperlukan virus untuk dapat
mencapai intestinal, di mana virus dapat bereplikasi sebelum menginfeksi
liver.Virus dapat bertahan dalam feses dan tanah dalam waktu yang lama
(Seeger, et al., 2009; WHO, 2011).Inaktivasi virus dapat dilakukan dengan
pemanasan dalam air mendidih selama 1 menit atau pada suhu 81 ºC selama 10
4
HAV merupakan virus RNA strand positif seperti HCV. Akan tetapi, HAV
memiliki lebih sedikit selubung lipid (Martin dan Lemon, 2006).Genom HAV
merupakan RNA rantai tunggal, 7.5 kb positive sense RNAdengan susunan dari
ujung berupa 735 basa nitrogen 5’ non-coding region sebagai internal ribosome
entry side (IRES), diikuti coding region untuk single viral polyprotein yang terdiri
dari 2225 asam amino, dan 63 basa nitrogen 3’ non-coding region yang diikuti
poly(A) tail yang pendek (Seeger, et al., 2009). Berdasarkan WHO 2011, genom
HAV berisi tiga daerah, yaitu 5' untranslated region dengan 734-742 nukleotida,
open reading frame, dan 3' non-coding region yang terdiri dari 40-80 nukleotida
(WHO, 2011). Protein yang dikode oleh virus, Vpg (genome-linked viral protein),
secara kovalen terikat pada ujung 5’ genome. Secara umum sekuen RNA HAV
lebih stabil dibandingkan virus RNA lain dengan frekuensi mutasi yang rendah
secara in vitro (Seeger, et al., 2009).
Saat virus memasuki sel, genom RNA berfungsi sebagai mRNA untuk
sintesis poliprotein virus yang selanjutnya dipotong menjadi protein virus
struktural dan non-struktural yang bertanggung jawab terhadap replikasi genom.
Viral 3C protease berfungsi dalam proses poliprotein, dengan junction VP1 dan
2A sebagai pengecualian. Selanjutnya, genom yang datang berfungsi sebagai
5
2.3 Epidemiologi
Agen ini ditularkan secara fecal-oral.Penyebaran HAV dari manusia ke
manusia ditingkatkan oleh kebersihan diri yang buruk dan kepadatan
penduduk.Wabah besar serta kasus sporadik disebabkan oleh makanan dan
minuman yang tercemar.Pada negara maju, insiden hepatitis A telah menurun
yang disebabkan karena peningkatan kebersihan sanitasi (Longo et al, 2012).
Berdasarkan penilaian WHO dari Global Burden Disease (GBD), hasil
awal menunjukkan peningkatan global dari 117 juta infeksi pada 1990 sampai
121.000.000 infeksi pada tahun 2005. Menurut penilaian WHO,peningkatan
kejadian diamati pada kelompok umur 2-14 tahun dan>30 tahun.Kematian
meningkat dari 30.283 pada tahun 1990 menjadi 35.245 pada 2005 (WHO,
2011).
Prevalensi keseluruhan telah diklasifikasikan menjadi tinggi (>50% dari
populasi), menengah (15-50%), dan rendahnya tingkat endemisitas (<15%),
berdasarkan deteksi anti-HAV imunoglobulin G (IgG) antibodi dalam populasi.
Endemisitas tinggi infeksi HAV ditemukan di negara-negara dengan kondisi
sanitasi dan sosial ekonomi yang buruk, di mana infeksi biasanya terjadi sebelum
usia lima tahun. Endemisitas menengah HAV biasanya ditemukan di negara-
negara dalam masa transisi dari status sosial ekonomi rendah terhadap hunian
yang meningkat dan kondisi higienis, terutama di segmen penduduk kelas
menengah. Di negara-negara tersebut, populasi anak dapat lolos infeksi HAV
6
pada anak usia dini. Akibatnya, anak-anak dan dewasa muda menjadi rentan
terhadap infeksi HAV.Infeksi HAV pada populasi ini dikaitkan dengan manifestasi
klinis yang parah dibandingkan dengan presentasi subklinis pada bayi.Di negara-
negara dengan endemisitas HAV rendah, risiko tertular infeksi HAV rendah, atau
sangat rendah(WHO, 2011).
Pergeseran epidemiologi tinggi ke endemisitas menengah HAV sekarang
sedang diamati di seluruh dunia.Akibatnya, lebih banyak orang dewasa lolos dari
paparan HAV saat anak – anak, tetapi menjadi rentan terhadap infeksi selama
wabah(WHO, 2011).
2.5 Pathogenesis
2.5.1. Transmisi HAV
HAV umumnya ditularkan melalui rute fekal-oral baik dari kontak orang-
ke-orang atau menelanmakanan atau air yang terkontaminasi.Hepatitis A adalah
infeksi enterik yang disebarkan oleh ekskresi yang terkontaminasi.Konsentrasi
virus akanmeningkat dalam kotoran pasien selama 3 - 10 hari sebelum onset
penyakitsampai 1 – 2 minggu setelah ikterus muncul atau ketika 3 – 6 minggu
masa inkubasi.Oleh karena itu, tingginya prevalensi infeksi pada suatu daerah
dengan standard sanitasi yang rendah dapat menyebabkan mudahnya transmisi
HAV.HAV stabil pada suhu tertentu dan pH rendah, sehingga HAV dapat
bertahan di lingkungan, ditransmisikan melalui makanan yang terkontaminasi,
dan melewati barrier asam lambung (WHO, 2000; Martin dan Lemon,
2006).Ekskresi feses HAV berlangsung lama pada anak-anak dan orang dengan
immunocompromised (sampai dengan 4 - 5 bulan setelah infeksi) dibandingkan
pada orang dewasa yang sehat(WHO, 2000).
Gambar 4. Potongan hepar dari pasien dengan hepatitis A akut dengan pengecatan
Hematoxylin-eosin (Martin dan Lemon, 2006)
12
bahwa HAV cukup sensitive terhadap interferon tipe I. Akan tetapi, masih belum
jelas apakah HAV dan HCV mengekspresikan protein yang melawan mekanisme
efektor antivirus spesifik interferon (Martin dan Lemon, 2006).
BAB III
MANIFESTASI KLINIS DAN PENETALAKSANAAN
Tabel 1. Tanda klinis dan epidemiologis infeksi virus hepatitis (Longo et al, 2012)
2.8 Diagnosis
Untuk mendiagnosis seseorang dengan infeksi hepatitis A, Maka perlu
kita temukan gejala-gejala seperti diuraikan diatas dan diikuti oleh pemeriksaan
laboratorium: urine bilirubin and urobilinogen, total dan direct serum bilirubin,
ALT and/or AST, alkaline phosphatase, prothrombin time, total protein, serum
albumin, IgG, IgA, IgM Anti HAV,dan darah lengkap (WHO,2000).
2.9 Penatalaksanaan
Tirah baring pada saat gejala muncul adalah tindakan pertama yang
dilakukan, kemudian mobilisasi secara bertahap dilakukan apabila gejala sudah
mulai berkurang.Pada penderita anak-anak atau orang yang tua seringkali harus
dirawat di rumah sakit untuk dilakukan monitoring yang ketat terhadap nutrisi dan
cairan sehingga tidak sampai terjadi perburukan dari penyakit (Nusi et al, 2007).
Antivirus tidak memberikan hasil baik terhadap hepatitis A, tidak seperti
antibiotik terhadap bakteri, oleh karena itu tindakan pencegahan adalah yang
terbaik dilakukan karena tidak ada pengobatan yang spesifik untuk hepatitis.
Terapi utama adalah terapi suportif dan menjaga keseimbangan gizi tinggi kalori,
tinggi protein (protein 1 g/kg, 30-35 kal/kg), walaupun sulit memberikan asupan
nutrisi pada pasien yang anoreksia dan sering mual dan muntah. Untuk
mengatasi mual dan muntah, bisa diberikan obat-obatan prokinetik
(metoklopramid, domperidon, cisapride). Apabila asupan oral tidak mampu, maka
bisa dipertimbangkan memberikan asupan nutrisi parenteral.Pada pasien dengan
hepatitis yang disertai dengan kolestasis yang berat, perlu diberikan
suplementasi vitamin K (Nusi et al, 2007).
Rujukan ke pusat kesehatan yang dapat melakukan transplantasi hati
dapat dilakukan pada kondisi fulminan hepatitis, meskipun sebenarnya sulit
mengidentifikasi pasien yang perlu mendapat transplantasi hati. (WHO, 2000).
2.10 Pencegahan
Penyebaran virus hepatitis A melalui rute fecal-oral, karenanya
kebersihan diri, kualitas sumber air yang baik dan kebiasaan membuang limbah
pada tempatnya dapat menurunkan prevalensi infeksi virus hepatitis A. Dalam
rumah tangga, higienitas dan sanitasi yang baik, termasuk selalu mencuci tangan
setelah buang air atau sebelum menyiapkan makanan adalah penting untuk
19
menurunkan resiko transmisi virus dari individual yang terinfeksi sebelum dan
sesudah klinis penyakitnya muncul. Perlindungan sebelum paparan adalah
dengan melakukan vaksinasi hepatitis A dan pemberian IgG juga dianjurkan.
Imunisasi seharusnya di prioritaskan terhadap orang dengan resiko tinggi
terserang hepatitis A. Bagi orang yang telah terserang hepatitis A dan belum
pernah imunisasi, dapat diberikan IG yang dapat memodifikasi gejala dari infeksi.
Imunisasi scara universal sukses mengontrol hepatitis A, walaupun dengan biaya
tinggi dan keterbatasan ketersediaan vaksin. (WHO, 2000)
Untuk memberikan kekebalan terhadap hepatitis A, bisa diberikan melalui
imunisasi aktif maupun pasif:
a. Imunisasi Aktif
Vaksin hepatitis A yang di lisensi oleh Amerika adalah Vaqta dan Havrix
yang mengandung virus inaktif yang menggunakan keseluruhan struktur virus
yang ditumbuhkan dalam sel diploid fibroblas manusia. Ada pula kombinasi virus
hepatitis A dengan hepatitis B yaitu Twinrix. Virus dimurnikan dan di inaktifkan
dengan formalin dan diabsorbsi aluminium hidroksida. Havrix dan twinrix
ditambahkan 2-fenoksietanol sebagai pengawet, dan Vaqta tanpa pengawet.
Semua preparat vaksin hepatitis A digunakan secara intramuscular injeksi.
Selama 1 bulan setelah menerima dosis awal vaksin hepatitis A, 97% anak dan
remaja, 95% dewasa terbentuk antibodi protektif, dengan pemberian dosis kedua
100% individu terlindungi dari infeksi. (WHO,2000)
- Dosis diberikan secara injeksi IM pada otot deltoid dan glutea. Pada anak
<2 tahun, injeksi diberikan pada anterolateral paha.
- Diulang tiap 5 bulan jika terpapar HAV
2.11 Prognosis
Secara umum, pasien yang awalnya sehat, kemudian menderita hepatitis
A akan sembuh sempurna tanpa ada gejala sisa. Semakin tua usia pasien dan
disertai dengan penyakit lainnya cenderungakanan mengalami masa infeksi yang
lebih lama dan cenderung menderita hepatitis yang parah. Adanya asites, edema
perifer, dan gejala hepatic ensefalopati menunjukan prognosis yang
22
2.12 Komplikasi
Sebagian kecil pasien dengan infeksi hepatitis A mengalami relaps
beberapa minggu sampai baberapa bulan setelah pulih dari infeksi akut. Relaps
ditandai dengan munculnya gejala awal dari infeksi hepatitis A dan peningkatan
dari aminotransferase, jaundice, dan ekskresi fecal dari HAV.Walaupun gejala
nampaknya berat, tapi infeksi virus hepatitis A adalah self limiting disease yang
bisa sembuh sendiri, tergantung dari daya tahan tubuh masing-masing(Longo et
al, 2012).
b. Koagulasi
Pemantauan factor koagulasi menjadi sangat penting untuk
menentukanperbaikan atau perburukan dari fungsi hepar. Pemberian fresh-
frozen plasma (FFP), tidak dilakukan kecuali apabila didapatkan tanda
perdarahan atau akan dilakukan prosedur invasive. Apabila diperlukan, maka
FFP yang diberikan adalah 2-4 unit FFP setiap 6-12 jam tergantung derajat
koagulopati. Transfusi platelet juga bisa diberikan apabila jumlahnya kurang dari
50.000/ml
c. Sistem Kardiovaskuler
Aritmia bisa seringkali terjadi apabila ada ketidakseimbangan elektrolit,
maka penting sekali untuk kita mengetahui kelainan elektrolit dan cara untuk
koreksinya. Sirkulasi hiperdinamik adalah salah satu karakteristik hepatitis
Fulminan, ditandai dengan vasodilatasi sistemik dan splancnic yang
menyebabkan peningkatan cardiac output, dan penurunan tekanan darah
arteri.Bila tekanan darah turun sangat drastic, maka pemberian adrenalin atau
noradrenalin adalah vasopresor terbaik. Monitoring tekanan vena sentral juga
penting untuk menilai kebutuhan cairan (target, 8–12 mmHg)
d. Paru
Intubasi dan ventilasi mekanik bisasanya dibutuhkan oleh pasien yang
berada dalam kondisi ensefalopati yang parah, sehingga ventilasi adalah satu-
satunya cara untuk mencegah peningkatan tekanan intracranial dan aspirasi
pulmonal.
e. Ginjal
Karena kondisi penurunan tekanan darah sistemik, maka pemberian
dopamine (2–4 µg/kg/h) dapat meningkatkan perfusi renal sehingga menurunkan
risiko kerusakan ginjal karena hipoperfusi.Pemasangan kateter bisa dilakukan
pada pasien oliguria, namun jangan diberikan pada pasien anuria.Pemasangan
kateter meningkatkan risiko infeksi dan perburukan kondisi pasien.
f. Otak
Saturasi oksigen yang menurun <55% menunjukan adanya iskemi
serebral, dan saturasi antara 55%-85% menunjukan penurunan metabolisme
otak dan hyperemia serebral.Untuk menjaga aliran darah ke otak, diusahakan
menjaga kepala pasien pada sudut 20° untuk meningkatkan aliran vena
24
DAFTAR PUSTAKA
Longo, D.L., Fauci, A.S., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Jameson, J.L., Loscalso, J.
2012. Harrison’s Principles of Internal Medicine 18 th Ed. Mc Graw Hill,
page 2537 – 2557.
Schiff, E.R., Sorrell, M.F., Maddrey, W.C. 2006. Schiff’s Diseases of the Liver 9th
Edition.