Anda di halaman 1dari 4

Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan telah menerbitkan Pedoman Keselamatan

Pasien dan Manajemen Risiko FKTP. Pedoman ini membahas dua hal yaitu keselamatan pasien dan
manajemen risiko. Pada bahasan manajemen risiko akan memudahkan petugas di FKTP untuk
mengidentifikasi risiko yang bisa ditimbulkan pada pelaksanaan program kegiatannya, melakukan
kajian risiko yaitu dengan mengukur peluang dan dampak risiko yang ditimbulkan dan jika mengarah
pada kategori risiko ekstrem dan risiko tinggi maka perlu dilakukan Root Cause Analysis (RCA) dan
jika diperlukan, dilakukan investigasi lebih lanjut, pengendalian resiko yaitu bagaimana
pencegahannya agar tidak terjadi dan bagaimana penanggulangannya jika terjadi dan evaluasi risiko
yaitu setiap risiko atau kejadian apakah memerlukan tindak lanjut, jika memerlukan maka disusun
rencana tindak lanjut terhadap risiko tersebut.
Untuk memudahkan mengidentifikasi risiko digunakan form risk register yang berisi lingkup
manajemen risiko yang akan diidentifikasi kemudian mengenali risiko yang ada pada lingkup
tersebut, menentukan akibat yang bisa terjadi dari risiko yang ditimbulkan kemudian menganalisa
risiko dengan membuat kajian tingkat keparahan (severity assessment) risiko. Form register risiko
dapat dilihat pada tabel di

Keterangan cara mengisi tabel:

1. Pelayanan/tempat kerja: diisi dengan jenis pelayanan UKM atau UKP, misalnya pelayanan UKM,
Pencegahan Penyakit: Kegiatan Foging. Pelayanan UKP: pelayanan laboratorium, tempat kerja:
Ruang Tunggu Pasien.
2. Risiko yang mungkin terjadi: risiko-risiko yang terkait dengan kegiatan pelayanan, atau risiko yang
dapat terjadi di tempat kerja.
3. Tingkat risiko: diisi dengan risiko ekstrem, risiko tinggi, risiko sedang, atau risiko rendah, dengan
menggunakan severity assessment (penilaian dari hasil probability dan dampak).
4. Penyebab terjadi: diisi dengan kemungkinan penyebab terjadinya risiko.
5. Akibat: diisi dengan akibat yang mungkin terjadi terkait dengan risiko.
6. Pencegahan: diisi dengan upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
risiko.
7. Upaya penanganan jika terjadi insiden: diisi dengan tindakan atau kegiatan yang perlu dilakukan
untuk melakukan koreksi terhadap akibat dari insiden dan melakukan mitigasi untuk meminimalkan
akibat dari insiden.
8. Pelaporan: diisi dengan kepada siapa laporan jika terjadi insiden, kapan harus dilaporkan, dan siapa
yang melaporkan
Form register risiko selain seperti tersebut di atas dapat juga dengan ditambahkan kolom tingkat
kemungkinan (probability) dan dampak seperti pada tabel di bawah ini:
Kajian tingkat keparahan risiko (severity assessment) dilakukan untuk menentukan tingkat keparahan
risiko, dengan memperhatikan dua variabel, yaitu dampak risiko (severity) dan kemungkinan
terjadinya (probability). Untuk menentukan dampak risiko digunakan tabel di bawah ini:

Untuk menentukan tingkat kemungkinan terjadinya, digunakan tabel di bawah ini:

Penentuan skala tingkat dampak (severity) dan kemungkinan (probability) oleh kesepakatan bersama.
Setelah menentukan penilaian terhadap dampak dan kemungkinan terjadinya, selanjutnya adalah
menentukan tingkat keparahan risiko dengan matriks sebagai berikut:

Jika hasil kajian masuk kategori merah (risiko ekstrem) dan kuning (risiko tinggi), maka harus
dilakukan Root Cause Analysis.Jika masuk kategori hijau (risiko sedang), atau biru (risiko rendah),
maka cukup dilakukan investigasi sederhana.

Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu proses untuk mengekplorasi semua faktor yang mungkin
berhubungan dengan suatu kejadian dengan menanyakan apa kejadian yang terjadi, mengapa kejadian
tersebut terjadi, dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadiatan tersebut terjadi lagi di masa
mendatang.

Kegiatan manajemen risiko ini dibuat tidak hanya untuk pelaksana UKP saja yang erat dengan
pelayanan klinis seperti yang diminta di kriteria 9.1.1 untuk membuat manajemen risiko klinis.
Pelaksana UKM maupun ADMEN juga membuat manajemen risiko seperti yang termaktub pada
instrumen akreditasi puskesmas kriteria 2.3.13 yang meminta tentang kajian dampak lingkungan
puskesmas untuk meminimalkan risiko bagi pengguna dan karyawan puskesmas dan kriteria 5.1.5
meminta pelaksana program UKM untuk membuat manajemen risiko kegiatan pelaksanaan kegiatan
UKM terhadap lingkungan.

Penjelasan tentang keselamatan pasien pada pedoman ini adalah upaya yang dilakukan pada fasilitas
kesehatan tingkat primer agar asuhan pasien lebih aman, tertibnya pelaporan dan analisis insiden,
implementasi solusi untuk meminimalisir timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cidera, tidak
hanya terkait dengan pelayanan klinis tapi juga terkait dengan upaya kesehatan masyarakat.
Permenkes No. 11 Tahun 2017 juga mengamanatkan bahwa setiap faskes wajib menyelenggarakan
Keselamatan Pasien termasuk pembentukan tim keselamatan pasien yang ditetapkan oleh pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan. Jika tim keselamatan pasien belum dibentuk karena keterbatasan SDM
dan sarpras maka harus ada petugas yang bertanggung jawab terhadap keselamatan pasien sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan.

Pada Pedoman ini juga dijelaskan mengenai penyelenggaraan sistem keselamatan pasien yaitu standar
keselamatan pasien, sasaran keselamatan pasien dan 7 langkah menuju keselamatan pasien. Ada 7
standar keselamatan pasien yang tersirat di dalam instrumen akreditasi yaitu:

1. Hak pasien
Ketiga pokja baik Admen, UKM maupun UKP semua ditanya mengenai hak pasien yaitu pada kriteria
2.4.1, 5.7.1 dan 7.1.3 yaitu tentang hak dan kewajiban pengguna puskesmas yang meliputi hak dan
kewajiban sasaran program serta hak dan kewajiban pasien dan keluarga

2. Mendidik pasien dan keluarga


Pada kriteria 7.4.3 meminta tentang rencana layanan terpadu dimana salah satu ruang lingkup di
dalamnya mengenai pendidikan kesehatan pada pasien dan atau keluarga pasien. Pada kriteria 7.8.1
menyebutkan tentang pasien/keluarga memperoleh penyuluhan kesehatan dengan pendekatan yang
komunikatif dan bahasa yang mudah dipahami.

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Sesuai dengan judul BAB IX peningkatan mutu klinis dan keselamatan pasien maka di Bab ini
dibahas keseluruhan tentang keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan klinis.

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program


peningkatan keselamatan pasien
Dalam akreditasi puskesmas terdapat di kriteria dalam standar akreditasi yang menyebutkan berbagai
metoda dalam peningkatan mutu :

 Standar dan prosedur Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
: Pada kriteria 2.3.11.3 diminta mengenai SOP pelaksanaan kegiatan di puskesmas baik UKM
maupun UKP.
 Peningkatan kinerja yang berkelanjutan (PDCA/PDSA) : Bukti adanya perbaikan untuk peningkatan
kinerja yang berkelanjutan dengan dibuatnya evaluasi , rencana tindak lanjut dan evaluasi tindak
lanjut. Bukti adanya kegiatan PDCA/PDSA ini ada di semua Pokja.

 Penerapan manajemen risiko dalam pelayanan kesehatan : Kriteria 2.3.13, 5.1.5 dan 9.1.1 tentang
pelaksanaan manajemen risiko kegiatan yang diselenggarakan puskesmas baik UKM maupun UKP.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


Kriteria 9.2.1 fungsi dan proses layanan klinis yang utama diidentifikasi dan diprioritaskan dalam
upaya perbaikan mutu layanan klinis dan menjamin keselamatan. Pada elemen 5 menyebutkan Kepala
Puskesmas bersama dengan tenaga klinis menyusun rencana perbaikan pelayanan prioritas yang
ditetapkan dengan sasaran yang jelas. Pada elemen 6 menyebutkan Kepala Puskesmas bersama
dengan tenaga klinis melaksanakan kegiatan perbaikan pelayanan klinis sesuai dengan rencana.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Kriteria 9.2.1 mutu layanan klinis dan keselamatan dipahami dan didefinisikan dengan baik oleh
semua pihak yang berkepentingan.

7. Komunikasi sebagai kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien


Komunikasi kepada sesama petugas, pasien dan keluarga merupakan hal yang penting, oleh
karenanya ada pada beberapa kriteria yang menyinggung tentang komunikasi. Kriteria 7.1.3 tentang
hak dan kewajiban pasien,keluarga. Kriteria 7.1.4 menginformasikan tahapan pelayanan klinis kepada
pasien untuk menjamin kesinambungan pelayanan. Kriteria 7.2.2 hasil kajian dicatat dalam catatan
medis dan mudah diakses oleh petugas yang bertanggung jawab terhadap pelayanan pasien. Kriteria
7.4.2 rencana layanan klinis disusun bersama pasien dengan memperhatikan kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan tata nilai budaya pasien. Kriteria 9.3.1 mutu layanan klinis dan sasaran
keselamatan pasien diukur, dikumpulkan dan dievaluasi dengan tepat.

Anda mungkin juga menyukai