Anda di halaman 1dari 9

TUGAS STUDI PUSTAKA

“PENANGANAN OBSTRUKSI GASTROINTESTINAL PADA ANAK


ANJING GREAT DANE”

OLEH
AUDREY FEBIANNYA PUTRI BHASKARA
2009612035
KELOMPOK 18 G

LABORATORIUM BEDAH DAN RADIOLOGI VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
I. PENDAHULUAN
Obstruksi Gastrointestinal diartikan sebagai penyumbatan secara
parsial maupun total pada jalur pencernaan masukknya bolus makanan
hingga jalur sekresi bolus dari lambung ke usus yang menyebabkan
gangguan keseimbangan cairan, status asam-basa, dan konsentrasi elektrolit
dalam serum akibat hipersekresi dan sekuestrasi dalam traktus
gastrointestinal yang diperburuk dengan gejala muntah-muntah serta
gangguan makan dan minum pasien (Boag et al., 2005). Obstruksi gastrium
merupakan salah satu kelainan yang dapat terjadi pada berbagai ras, umur,
ataupun jenis kelamin anjing.
Adanya benda asing pada gastrium merupakan salah satu kondisi
bedah yang sering terjadi pada anjing yang dapat menyebabkan obstruksi.
Benda asing pada gastrium adalah benda-benda yang diingesti oleh anjing
yang tidak dapat dicerna atau yang dicerna dalam jangka waktu panjang atau
yang tidak akan melewati saluran gastrointestinal. (Fossum, 2007). Insiden
benda asing terbanyak setelah diamati terjadi pada gastrium dan jejunum
dan insiden benda asing terendah terjadi pada saluran pencernaan bagian
bawah (Hoffmann, 2003; Choi et al., 2007; Veeder dan Taylor, 2009).
Menurut Hobday et al, (2014) jenis benda asing yang terjadi pada anjing
dibagi menjadi dua, yaitu linear foreign bodies (LFB) dan discrete or
nonlinear foreign body (NLFB).
Pada kebanyakan kasus, benda asing dapat menyebabkan trauma
pada mukosa gastrium yang kemudian menyebabkan terjadinya ulserasi
pada gastrium, gastritis, dan obstruksi (Kader dan Farghaki, 2015).
Obstruksi gastrium akibat adanya benda asing dapat ditangani dengan
melakukan tindakan bedah gastrotomi.

II. ETIOLOGI
Obstruksi gastrointestinal dapat terjadi sekunder akibat kausa
ekstraluminal, intramural, atau intraluminal. Penyebab obstruksi
ekstraluminal yang paling umum terjadi adalah intususepsi. Intususepsi
dapat terjadi sekunder akibat infeksi endoparasite, infeksi parvoviral, digesti
benda asing, atau neoplasia, namun masih seringkali idiopatik. Intususepsi
intestinal paling sering terjadi pada ileoccocolic. Obstruksi intramural dapat
terjadi akibat adanya penyakit infiltratif, seperti neoplasia, infeksi fungal,
dan granuloma. Sedangkan, obstruksi intraluminal sering terjadi pada anjing
dan kucing sekunder dari ingesti benda asing.

III. TANDA KLINIS


Tanda klinis yang paling umum muntah terus-menerus, anoreksia
parsial atau total, penurunan berat badan dan kelesuan (Uma Rani et al.,
2010). Tanda klinis akan bervariasi, tergantung pada durasi, tingkat
keparahan, dan lokasi benda asing. Muntah-muntah jarang terjadi pada
obstruksi usus halus. Diare, penurunan berat badan, kelesuan, dan tanda
septic shock merupakan tanda klinis yang jarang terjadi. Tanda klinis syok
hipovolemik dan nyeri pada abdominal terjadi pada kasus inkarserasi
intestinal.

IV. DIAGNOSIS
1. Anamnesa
Anamnesis atau sejarah hewan adalah berita atau keterangan atau
lebih tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewnnya
Ketika dibawa datang berkonsultasi untuk pertama kalinya, nmun dapat
juga berupa keterangan sejarah perjalanan penyakit hewannya jika
pemilik telah sering datang berkonsultasi (Widodo, 2011). Anamnesa
yang diberikan kepada pemilik bahwa anjing menelan cambuk kuda yang
biasa digunakan untuk melatih anjing sehari sebelumnya.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah pengumpulan data dengan cara melakukan
pemeriksaan kondisi fisik dari pasien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan
dengan inspeksi keseluruhan tubuh pasien, dilakukan juga palpasi
dimana terasa ada benda asing pada bagian caudal cervical esofagus.
3. Pemeriksaan Radiologi
Hasil radiologi abdominal menggunakan x-ray mengkonfirmasi
adanya linear foreign body berupa pegangan dari cambuk kuda pada
bagian gastrium.
(Sumber: Vishnugurubaran et al., 2019)

V. PENANGANAN
Penanganan yang dilakukan terhadap kejadian obstruksi pada
gastrium adalah dengan dilakukan bedah gastrotomi. Gastrotomi
merupakan tindakan insisi pada dinding gastrium sampai masuk ke lumen
(Radlinsky dan Fossum, 2013). Pembedahan gastrotomi ini dilakukan untuk
mengeluarkan benda asing yang ada dalam gastrium hewan untuk
menghindari terjadinya gangguan pada organ tersebut.
1. Preoperasi
Sebelum prosedur bedah, dilakukan pemeriksaan klinis hewan
meliputi pemeriksaan suhu tubuh, frekuensi degup jantung, frekuensi
pernafasan dan membran mukosa. Pemeriksaan profil darah sebelum
dan setelah operasi untuk mengetahui kondisi sistemik tubuh anjing.
Pemeriksaan profil darah meliputi; jumlah eritrosit, jumlah total
leukosit, diferensial leukosit, hemoglobin, hematokrit, dan trombosit
(Erwin et al., 2017). Hewan dipuasakan 8-12 jam sebelum dilakukan
prosedur bedah.
Sebelum operasi dimulai dilakukan persiapan alat bedah yang
diperlukan, kemudian persiapan obat seperti iodine, alcohol 70%,
antibiotic, hemostat dan cairan infus, dan dilakukan persiapan hewan
untuk dilakukan bedah aseptic. Operator bedah juga menyiapkan diri
dengan memahami prosedur bedah.
Hewan diberikan Antibiotik ceftriaxone 20mg/kgBB IV dan
analgesic butorphanol 0.2 mg/kgBB IV. Anestesi diinduksi dengan
ketamin hidroklorida 5mg/kgBB IV dan diazepam 0.5 mg/kgBB IV dan
untuk mempertahankan keaadaan teranestesi menggunakan anestesi
inhalasi isoflurane 2%.
2. Operasi
1. Anjing dibaringkan pada posisi dorsal recumbency, daerah yang
akan dilakukan insisi dicukur dan disinfeksi menggunakan alcohol
70% dan iodine yang sudah disiapkan, kemudian dilakukan
pemasangan kain drape.
2. Insisi ventral midline abdominal dibuat dari xiphoid ke pubis.
Gunakan Balfour retractor untuk menahan dinding abdomen agar
dapat terlihat GIT.
3. Kemudian lambung dikeluarkan dari rongga abdominal dan
diberikan surgery pads dibasahi saline disekitar lambung untuk
mengurangi resiko kontanminasi.

Gambar 2. Terlihat benda asing yang ada dalam lambung


(Sumber: Vishnugurubaran et al., 2019)

4. Selanjutnya insisi gastrotomi dilakukan pada batas antimesenterika


regio fundus, diatas benda asing yang ada dalam lambung
5. Perluas insisi menggunakan Metzenbaum scissor. Cambuk kuda
dalam lambung dikeluarkan secara perlahan
6. Selanjutnya, insisi gastrotomi ditutup menggunakan PGA 3-0
dengan pola jahitan simple continuous yang dilanjutkan dengan pola
jahitan lambert.
7. Linea alba ditutup menggunakan PGA 1-0 dengan pola mattress
silang, dilanjutkan penjahitan subkutan menggunakan PGA 1-0
8. Penjahitan kulit dilakukan menggunakan polyamide 0 dengan pola
mattress silang.
3. Pascaoperasi
Hewan diberikan antibiotic ceftriaxone 20mg/kgBB IV selama 7
hari dan meloxicam 0.5mg/BB IM selama 3 hari. Hewan diberikan RL
selama 5 hari. Pada hari ke-9 dilakukan pelepasan benang jahit.

VI. PEMBAHASAN
Kebiasaan anjing makan sembarangan dapat menyebabkan rentan
terjadi adanya benda asing pada saluran pencernaan, kondisi ini dapat terjadi
pada anjing dengan berbagai umur dan dapat menyebabkan obstruksi benda
asing, namun pada anjing muda lebih rentan terjadi (Rasmussen, 2003).
Dalam beberapa kasus terkadang pemilik hewan tidak melihat hewannya
menelan benda asing atau kadang-kadang anjing menelan benda asing saat
bermain, namun pemeriksaan menunjukkan adanya benda asing dalam
saluran pencernaan (Capak et al., 2001). Benda asing yang dicerna oleh
gastrium akan melewati sfingter pilorus dan masuk ke lumen terkecil
duodenum distal dan jejenum proksimal. Adanya lipatan-lipatan mukosa
usus dengan pemeriksaan USG menunjukkan adanya benda asing yang
menyebabkan obstruksi (Monnet, 2010; Noviana et al., 2017).
Pada kasus ini, penyebab terjadinya obstruksi adalah anjing
menelan cambuk kuda yang biasa digunakan pemilik untuk melatih anjing.
Saat anjing dibawa ke klinik, anjing tidak banyak menunjukkan gejala klinis
kecuali riwayat menelan benda asing, tidak ceria, dan anoreksia sejak
didapatkan adanya cambuk kuda dapat dirasakan saat palpasi pada kaudal
servikalis esofagus. Pada kejadian tertelan benda asing, tanda klinis yang
sering terjadi adalah muntah terus menerus, anoreksia parsial atau total,
penurunan berat badan, dan kelesuan (Uma Rani, 2010). Tanda klinis akibat
adanya benda asing pada gastrointestinal bisa beragam tergantung dari
lokasi, tingkat keparahan, dan durasi obstruksinya (Aronson et al., 2000;
Papazoglou et al., 2003). Kelainan elektrolit yang umum akibat benda asing
di gastrointestinal berupa hipokloremia, metabolik alkalosis, hipokalemia,
hiponatremia dan terkadang juga ditemukan hiperlaktatemia (Webb, 2014).
Gangguan elektrolit pasien harus terlebih dahulu diperbaiki dengan terapi
cairan kristaloid seperti ringer laktat atau normosol sebelum tindakan
operasi dilakukan (Grimes et al., 2011).
Pemeriksaan radiografi benda asing berbahan metalik biasanya
dilakukan plain radiography, tapi untuk beda asing non-metalik
pemeriksaan radiografi dapat dilakukan menggunakan kontras positif atau
double untuk mendeteksi benda asing (Uma Rani, 2010). Pemeriksaan
radiografi dalam banyak kasus benda asing di esofagus, gastrium, usus halus
dan usus besar sangat membantu diagnosis, terutama benda asing logam,
batu dan tulang yang menunjukkan opasitas radiopaque. Untuk beberapa
kasus benda asing di esofagus bagian distal dan proksimal sampai gastrium,
pemeriksaan laparoskopi dapat membantu sekaligus untuk pengambilan
benda asing (Capak et al., 2001).
Penanganan terhadap kasus benda asing harus segera dilakukan
karena adanya benda asing dapat menyebabkan gejala sekunder yang
membahayakan hewan, seperti gastritis, ulser pada gastrium, dan obstruksi.
Tindakan bedah harus segera dilakukan untuk benda asing yang
menyebabkan perforasi usus, tindakan bedah harus disertai dengan
pengambilan sampel untuk sitologi dan kultur bakteri (Ogurtan et al., 2001).
Gastrotomi sering diindikasi untuk penanganan gangguan pada lambung
termasuk pengeluaran benda asing atau tumor pada lambung (Haragopal,
1996).

VII. KESIMPULAN
Ada banyak penyebab terjadinya obstruksi gastrointestinal pada
hewan kecil yang meliputi benda asing, trichobenzoars, neoplasia, infeksi
perotinitis. Muntah terus menerus, feses encer, konstipasi, dan sejarah
ingesti benda asing menimbulkan kecurigaan terjadi sindrom benda asing
(Ettinger et al., 2000). Jika benda asing menetap pada bagian pilorus
lambung akan menyebabkan pengosongan gastrium terganggu, oleh karena
itu tindakan gastrotomi perlu dilakukan.

VIII. SARAN
Anjing yang menunjukkan gejala klinis obstruksi kiranya segera
dibawa ke klinik agar dapat dilakukan tindakan medis secepatnya.
Mengawasi anjing saat bermain sehingga anjing tidak menelan benda asing
seperti mainan, tali kekang, batu, batang, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Aronson, L. R., Brockman, D. J. & Brown, D. C. 2000. Gastrointestinal


emergencies. The Veterinary Clinics of North America: Small Animal
Practice 30, 555-579.
Boag, A. K., Coe, R. J., Martinez, T. A. & Hughes, D. 2005. Acid -base and
electrolyte abnormalities in dogs with gastrointestinal foreign bodies.
Journal of Veterinary Internal Medicine 19, 816-821.
Capak D, Brkic A, Harapin I, Maticic D, Radisic B. 2001. Treatment of the foreign
body induced occlusive ileus in dogs. Vet Arhiv 71(6): 345-359
Choi, B.H., Li, J., Kim, H.S., Ko, C.Y., Jeong, S.M., Xuan, F., Lee, S.H. 2007.
Ingestion of orthodontic anchorage screws: an experimental study in dogs.
Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2007 Jun; 131 (6): 767-8
Erwin, Gunanti, Handharyani E, Noviana D. 2017. Blood profile of domestic cat
(Felis catus) during skin graft recovery with different period. J Veteriner 18(1): 31-
37. doi: 10.19087/jveteriner.2017.18.1.31.
Ettinger SJ, Feldman EC. 2000. Text book of Veterinary Internal Medicine.
Diseases of the dog and cat. Edn 5, W.B. Saunders Company, Philadelphia.;
2:1154- 1182.
Fossum TW. 2007, Surgery of Digestive system, In: Small Animal Surgery, Edn 3,
Mosby Inc., St. Louis, Missouri, 424-26.
Grimes JA, Schmiedt CW, Cornell KK, Radlinksy MA. 2011. Identification of risk
factors for septic peritonitis and failure to survive following gastrointestinal surgery
in dogs. JAVMA 238(4): 486-494.
Haragopal V, Suresh Kumar RV. Surgical removal of a fish bone from the canine
esophagus through gastrostomy. Can. Vet. J. 1996; 37:156.
Hobday, M., Pachtinger, G., Drobatz, K., Syring, R., 2014. Linear versus non‐linear
gastrointestinal foreign bodies in 499 dogs: clinical presentation, management and
short‐term outcome. Journal of Small Animal Practice 55: 560-565.
Hoffmann, K.L. 2003. Sonographic signs of gastroduodenal linear foreign body in
3 dogs. Vet Radiol Ultrasound. 44 (4): 466-469.
Kader, N. A. A. E. and Farghaki, H. A. 2015. Gastric foreign bodies in dogs. Glob.
Vet., 15: 518-521.
Ogurtan Z, Gezici M, Kul M, Ceylan C, Alkan F. 2001. Compararative study of
bursting and tensile strengths of digestive tract in the dog. Application to esophago-
intestinal sutures. Revue Méd Vét 152(6): 491-494.
Papazoglou, L.G., Patsikas, M.N. & Rallis, T. 2003. Intestinal foreign bodies in
dogs and cats. Compendium of Continuing Education for the Practicing
Veterinarian. 2003; 25, 830-843
Radlinsky, M dan Terry WF. 2013. Surgery of the Digestive System. In: Fossum.
Small Animal Surgery. 4th edition. Elsevier. Philadelphia. Pp:363-580
Rasmussen LM. In: Slatter, D. Text book of Small Animal Surgery, Stomach, Edn
3, W. B. Saunders, Philadelphia, 2003, 616
Uma Rani R, Vairavasamy K, Muruganandan B. 2010. Surgical management of
gastric foreign bodies in pups. Intas Polivet. 11(2):302-303.
Veeder, L.D., Taylor,D.E. 2009. injury related to environmental enrichment in a
dog (Canis familiaris): gastric foreign body. J Am Assoc Lab Anim Sci. 48(1):76-
80
Vihnugurubaran, D., Bharathidasan, M., Kokila, S., Ninu, AR., Dharmaceelan, S.
2019. Surgicall retrieval of unusual horse whip as linear gastric foreign body in a
Great Dane pup. Journal of Entomology and Zoology Studies. 8(1): 1186-1187
Webb J. 2014. Gastrointestinal and esophageal foreign bodies in the dog and cat.
The RVT Journal 10: 6-10.
Noviana D, Afidatunnisa K, Syafikriatillah AF, Ulum MF, Gunanti, Zaenab S.
2017. Diagnostic imaging and endoscopy of the schnauzer dog with upper
gastrointestinal tract disorders. Jurnal Kedokteran Hewan 11(1): 1-5. doi:
10.21157/j.ked.hewan. v11i1.5446. Monnet E. 2010. Principles of GI surgery.
Proceedings veterinary continuing education. UBM Americas. Veterinary Brand,
Washington. Hlm. 447-450.

Anda mungkin juga menyukai