OLEH
AUDREY FEBIANNYA PUTRI BHASKARA
2009612035
KELOMPOK 18 G
II. ETIOLOGI
Obstruksi gastrointestinal dapat terjadi sekunder akibat kausa
ekstraluminal, intramural, atau intraluminal. Penyebab obstruksi
ekstraluminal yang paling umum terjadi adalah intususepsi. Intususepsi
dapat terjadi sekunder akibat infeksi endoparasite, infeksi parvoviral, digesti
benda asing, atau neoplasia, namun masih seringkali idiopatik. Intususepsi
intestinal paling sering terjadi pada ileoccocolic. Obstruksi intramural dapat
terjadi akibat adanya penyakit infiltratif, seperti neoplasia, infeksi fungal,
dan granuloma. Sedangkan, obstruksi intraluminal sering terjadi pada anjing
dan kucing sekunder dari ingesti benda asing.
IV. DIAGNOSIS
1. Anamnesa
Anamnesis atau sejarah hewan adalah berita atau keterangan atau
lebih tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewnnya
Ketika dibawa datang berkonsultasi untuk pertama kalinya, nmun dapat
juga berupa keterangan sejarah perjalanan penyakit hewannya jika
pemilik telah sering datang berkonsultasi (Widodo, 2011). Anamnesa
yang diberikan kepada pemilik bahwa anjing menelan cambuk kuda yang
biasa digunakan untuk melatih anjing sehari sebelumnya.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah pengumpulan data dengan cara melakukan
pemeriksaan kondisi fisik dari pasien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan
dengan inspeksi keseluruhan tubuh pasien, dilakukan juga palpasi
dimana terasa ada benda asing pada bagian caudal cervical esofagus.
3. Pemeriksaan Radiologi
Hasil radiologi abdominal menggunakan x-ray mengkonfirmasi
adanya linear foreign body berupa pegangan dari cambuk kuda pada
bagian gastrium.
(Sumber: Vishnugurubaran et al., 2019)
V. PENANGANAN
Penanganan yang dilakukan terhadap kejadian obstruksi pada
gastrium adalah dengan dilakukan bedah gastrotomi. Gastrotomi
merupakan tindakan insisi pada dinding gastrium sampai masuk ke lumen
(Radlinsky dan Fossum, 2013). Pembedahan gastrotomi ini dilakukan untuk
mengeluarkan benda asing yang ada dalam gastrium hewan untuk
menghindari terjadinya gangguan pada organ tersebut.
1. Preoperasi
Sebelum prosedur bedah, dilakukan pemeriksaan klinis hewan
meliputi pemeriksaan suhu tubuh, frekuensi degup jantung, frekuensi
pernafasan dan membran mukosa. Pemeriksaan profil darah sebelum
dan setelah operasi untuk mengetahui kondisi sistemik tubuh anjing.
Pemeriksaan profil darah meliputi; jumlah eritrosit, jumlah total
leukosit, diferensial leukosit, hemoglobin, hematokrit, dan trombosit
(Erwin et al., 2017). Hewan dipuasakan 8-12 jam sebelum dilakukan
prosedur bedah.
Sebelum operasi dimulai dilakukan persiapan alat bedah yang
diperlukan, kemudian persiapan obat seperti iodine, alcohol 70%,
antibiotic, hemostat dan cairan infus, dan dilakukan persiapan hewan
untuk dilakukan bedah aseptic. Operator bedah juga menyiapkan diri
dengan memahami prosedur bedah.
Hewan diberikan Antibiotik ceftriaxone 20mg/kgBB IV dan
analgesic butorphanol 0.2 mg/kgBB IV. Anestesi diinduksi dengan
ketamin hidroklorida 5mg/kgBB IV dan diazepam 0.5 mg/kgBB IV dan
untuk mempertahankan keaadaan teranestesi menggunakan anestesi
inhalasi isoflurane 2%.
2. Operasi
1. Anjing dibaringkan pada posisi dorsal recumbency, daerah yang
akan dilakukan insisi dicukur dan disinfeksi menggunakan alcohol
70% dan iodine yang sudah disiapkan, kemudian dilakukan
pemasangan kain drape.
2. Insisi ventral midline abdominal dibuat dari xiphoid ke pubis.
Gunakan Balfour retractor untuk menahan dinding abdomen agar
dapat terlihat GIT.
3. Kemudian lambung dikeluarkan dari rongga abdominal dan
diberikan surgery pads dibasahi saline disekitar lambung untuk
mengurangi resiko kontanminasi.
VI. PEMBAHASAN
Kebiasaan anjing makan sembarangan dapat menyebabkan rentan
terjadi adanya benda asing pada saluran pencernaan, kondisi ini dapat terjadi
pada anjing dengan berbagai umur dan dapat menyebabkan obstruksi benda
asing, namun pada anjing muda lebih rentan terjadi (Rasmussen, 2003).
Dalam beberapa kasus terkadang pemilik hewan tidak melihat hewannya
menelan benda asing atau kadang-kadang anjing menelan benda asing saat
bermain, namun pemeriksaan menunjukkan adanya benda asing dalam
saluran pencernaan (Capak et al., 2001). Benda asing yang dicerna oleh
gastrium akan melewati sfingter pilorus dan masuk ke lumen terkecil
duodenum distal dan jejenum proksimal. Adanya lipatan-lipatan mukosa
usus dengan pemeriksaan USG menunjukkan adanya benda asing yang
menyebabkan obstruksi (Monnet, 2010; Noviana et al., 2017).
Pada kasus ini, penyebab terjadinya obstruksi adalah anjing
menelan cambuk kuda yang biasa digunakan pemilik untuk melatih anjing.
Saat anjing dibawa ke klinik, anjing tidak banyak menunjukkan gejala klinis
kecuali riwayat menelan benda asing, tidak ceria, dan anoreksia sejak
didapatkan adanya cambuk kuda dapat dirasakan saat palpasi pada kaudal
servikalis esofagus. Pada kejadian tertelan benda asing, tanda klinis yang
sering terjadi adalah muntah terus menerus, anoreksia parsial atau total,
penurunan berat badan, dan kelesuan (Uma Rani, 2010). Tanda klinis akibat
adanya benda asing pada gastrointestinal bisa beragam tergantung dari
lokasi, tingkat keparahan, dan durasi obstruksinya (Aronson et al., 2000;
Papazoglou et al., 2003). Kelainan elektrolit yang umum akibat benda asing
di gastrointestinal berupa hipokloremia, metabolik alkalosis, hipokalemia,
hiponatremia dan terkadang juga ditemukan hiperlaktatemia (Webb, 2014).
Gangguan elektrolit pasien harus terlebih dahulu diperbaiki dengan terapi
cairan kristaloid seperti ringer laktat atau normosol sebelum tindakan
operasi dilakukan (Grimes et al., 2011).
Pemeriksaan radiografi benda asing berbahan metalik biasanya
dilakukan plain radiography, tapi untuk beda asing non-metalik
pemeriksaan radiografi dapat dilakukan menggunakan kontras positif atau
double untuk mendeteksi benda asing (Uma Rani, 2010). Pemeriksaan
radiografi dalam banyak kasus benda asing di esofagus, gastrium, usus halus
dan usus besar sangat membantu diagnosis, terutama benda asing logam,
batu dan tulang yang menunjukkan opasitas radiopaque. Untuk beberapa
kasus benda asing di esofagus bagian distal dan proksimal sampai gastrium,
pemeriksaan laparoskopi dapat membantu sekaligus untuk pengambilan
benda asing (Capak et al., 2001).
Penanganan terhadap kasus benda asing harus segera dilakukan
karena adanya benda asing dapat menyebabkan gejala sekunder yang
membahayakan hewan, seperti gastritis, ulser pada gastrium, dan obstruksi.
Tindakan bedah harus segera dilakukan untuk benda asing yang
menyebabkan perforasi usus, tindakan bedah harus disertai dengan
pengambilan sampel untuk sitologi dan kultur bakteri (Ogurtan et al., 2001).
Gastrotomi sering diindikasi untuk penanganan gangguan pada lambung
termasuk pengeluaran benda asing atau tumor pada lambung (Haragopal,
1996).
VII. KESIMPULAN
Ada banyak penyebab terjadinya obstruksi gastrointestinal pada
hewan kecil yang meliputi benda asing, trichobenzoars, neoplasia, infeksi
perotinitis. Muntah terus menerus, feses encer, konstipasi, dan sejarah
ingesti benda asing menimbulkan kecurigaan terjadi sindrom benda asing
(Ettinger et al., 2000). Jika benda asing menetap pada bagian pilorus
lambung akan menyebabkan pengosongan gastrium terganggu, oleh karena
itu tindakan gastrotomi perlu dilakukan.
VIII. SARAN
Anjing yang menunjukkan gejala klinis obstruksi kiranya segera
dibawa ke klinik agar dapat dilakukan tindakan medis secepatnya.
Mengawasi anjing saat bermain sehingga anjing tidak menelan benda asing
seperti mainan, tali kekang, batu, batang, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA