Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Badan Pertanahan Nasional adalah lembaga pemerintah non kementerian
yang mempunyai tugas dibidang pertanahan dengan unit kerjanya, yaitu Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional di tiap-tiap Provinsi, Kabupaten dan Kota
yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum
pendaftaran tanah.
Tugas pokok Badan Pertanahan Nasional adalah membantu Presiden
dalam mengelola dan mengembangkan Administrasi Pertanahan baik berdasarkan
Undang-undang Pokok Agraria maupun peraturan perundang-undangan lain yang
meliputi pengaturan, penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah dan lain-lain
yang berkaitan dengan masalah pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
oleh Presiden. Tujuan dari pembangunan bidang pertanahan adalah menciptakan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat dalam rangka mencapai tujuan nasional
yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik material
maupun secara spiritual berdasarkan Pancasila.
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pemanfaatan
sumber daya agraria dilakukan program Pemberdayaan Tanah Masyarakat (PTM).
Pemberdayaan tanah masyarakat bertujuan untuk menciptakan perbaikan hidup
masyarakat agar lebih mandiri dan sejahtera melalui indikator peningkatan
penghasilan serta menjamin ketersediaan lapangan kerja melalui pemberian
bimbingan akses permodalan, pendampingan akses usaha, produksi dan pasar.
Selain itu, perlu juga dilakukan bimbingan dan pendampingan optimalisasi
pemanfaatan tanah secara bijaksana. Sehingga salah satu langkah awal yang dapat
dilakukan untuk mendukung program Pemberdayaan Tanah Masyarakat (PTM)
yaitu melakukan kegiatan pemetaan sosial.
Pemetaan sosial (social mapping) merupakan kegiatan verifikasi data
demografi, geografis, dan spasial serta informasi lainnya terhadap satu lokasi yang
ditetapkan sebagai kegiatan penataan akses dan aset. Pemetaan Sosial pada
Pemberdayaan Tanah Masyarakat (PTM) adalah kegiatan yang pertama
dilakukan, guna mengetahui potensi dan tantangan yang erat kaitannya dengan
skema Penataan Aset dan Penanganan Akses terhadap pemanfataan tanah
masyarakat sebagai sumber peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pada tahun 2021, Direktorat Pemberdayaan Tanah Masyarakat melalui
Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai Kepulauan menargetkan pelaksanaan
pemetaan sosial pada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan sebagai Pilot
Project Reforma Agraria dalam aspek Penataan Akses. Berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai Kepulauan Nomor
: 36/KEP-72.07.02/VII/2021 tentang perubahan pertama penetapan lokasi
kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria Kabupaten Banggai Kepulauan
tahun 2021 bahwa terdapat tiga desa yakni Desa Bakalinga, Desa Bolubung dan
Desa Montop Kecamatan Bulagi Utara, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi
Sulawesi Tengah menjadi lokasi Pemberdayaan Tanah Masyarakat (PTM). Lokasi
ini memiliki alasan yang kuat selain didukung dengan data kepemilikan sertifikat
tanah dari program-program sertifikat tanah terdapat juga beberapa potensi
unggulan baik Pertanian, Perikanan, maupun UMKM.
Sesuai dengan target yang telah ditetapkan pada kantor Pertanahan
Kabupaten Banggai Kepulauan ditergetkan sebanyak 400 KK yang akan
diberdayakan. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
perlu memfasilitasi pelaksanaan kegiatan ini dengan berbagai program legalisasi
aset guna mendukung pelaksanaan pemberdayaan tersebut agar dapat berjalan
dengan baik. Program-program sertifikasi tanah yang telah terlaksana guna
mendukung Penanganan Akses Reforma Agraria antara lain Redistribusi Tanah,
Sertifikasi Tanah UKM, Program Nasional Agraria dan PTSL.
Untuk memenuhi target subjek Pemberdayaan Tanah Masyarakat (PTM)
setiap desa, Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai Kepulauan membagi jumlah
subjek Pemberdayaan Tanah Masyarakat (PTM) pada 3 desa dan setiap Field
Staff bertanggung jawab atas 50 KK. Adapun uraian pembagian subjek PTM
adalah sebagai berikut:
1. Desa Bakalinga 150 Subjek PTM dengan 3 orang Field Staff
2. Desa Bolubung 100 Subjek PTM dengan 2 orang Field Staff
3. Desa Montop 150 Subjek PTM dengan 3 orang Field Staff
Pelaksanaan pemetaan sosial di lokasi pemberdayaan telah rampung
diselenggarakan pada 4 Mei 2021 sampai dengan 27 juli 2021. Data yang
dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh melalui pengamatan langsung,
penyebaran kuesioner kepada responden, serta wawancara kepada perangkat desa
dan unsur lain yang dirasa relevan dan mengetahui secara dalam kondisi di lokasi.
Penentuan responden dilakukan secara purposive hanya terhadap subjek penerima
Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) baik yang telah menempati lahan di dalam
Kampung Reforma Agraria maupun yang belum menempati lahan dan masih
berada di luar Kampung Reforma Agraria. Metode yang digunakan dalam
pelaksanaan pemetaan ocal pada lokasi ini adalah Rapid Rural Appraisal yang
mana pengambilan data dilakukan dengan berbicara secara ekstensif dan informal
dengan masyarakat serta mengamati kondisi-kondisi ocal.
1.2 Dasar Hukum
1. Tap MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
Sumber Daya Alam;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
5. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);
6. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 172);
7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan
Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 83);
8. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan Pertanahan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 84);
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Berita
Negara Republik Indonesia tahun 2020 Nomor 985);
10. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 986);
11. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 119/PMK.02/2020
tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2021 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 976);
12. Nota Kesepahaman antara Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Pertanian dan
Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor: 37/SKB/XII/2017; Nomor:
593/9395/SJ; Nomor: 14/KB/M.KUKM/XI/2017; Nomor: 07/Mou/HK.
220/M/12/2017; Nomor: 16/MEN-KP/KB/XII/2017 tanggal 27 November
2017 tentang Pemberdayaan Tanah Masyarakat bagi Pelaku Usaha Mikro dan
Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudidaya Ikan;
13. Perjanjian Kerja Sama Antara Direktur Jenderal Hubungan Hukum
Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional dengan Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian
Dalam Negeri, Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
Kementerian Pertanian, Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian
Kelautan dan Perikanan dan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
Kementerian Kelautan dan Perikanan tentang Pelaksanaan Pemberdayaan
Tanah Masyarakat Bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan, Dan
Pembudidaya Ikan Nomor 29/SKB-400/IV/2018, 500/1738/Bangda/2018,
01/PKS/Dep.2/IV/2018, 03/MoU/OT.160/B/04/2018, 01/PKS/DJPT-
KKP/IV/2018, 01/DJPB KKP/PKS/IV /2018.
1.3 Maksud dan Tujuan Kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria
1.3.1 Maksud Kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria
Adapun maksud dari kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria sebagai
berikut:
1. menetapkan lokasi sesuai dengan kriteria yang pemberdayaan tanah
masyarakat;
2. mengidentifikasi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat pada desa lokasi pemberdayaan;
3. mengidentifikasi permasalahan pengelolaan sumber daya alam yang ada
pada lokasi pemberdayaan;
4. menentukan model pemberdayaan yang di sesuaikan dengan kondisi
daerah yang menjadi lokasi pemberdayaan
5. mendampingi dan mengarahkan masyarakat dalam hal pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang menjadi subjek pemberdayaan tanah masyarakat.
1.3.2 Tujuan Kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria
Adapun tujuan kegiatan penanganan akses reforma agraria adalah sebagai
berikut :
1. untuk menetapkan lokasi sesuai dengan kriteria pemberdayaan tanah
masyarakat;
2. untuk mengidentifikasi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat pada desa lokasi pemberdayaan;
3. untuk mengidentifikasi permasalahan pengelolaan sumber daya alam yang
ada pada lokasi pemberdayaan;
4. untuk menentukan model pemberdayaan yang di sesuaikan dengan kondisi
daerah yang menjadi lokasi pemberdayaan
5. untuk mendampingi dan mengarahkan masyarakat dalam hal pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang menjadi subjek pemberdayaan tanah masyarakat
1.4 Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria
Pertanahan Kabupaten Banggai Kepulauan 2021 di mulai pada Bulan April
2021 sampai dengan Desember 2021. Adapun rincian kegiatan dan waktu
pelaksanaan kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria, sebagai berikut :
Tabel 1. 1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Bulan
KEGIATAN Fe Ma Ap Me Ju Ju Ag Se Ok No
b r r i n l t p t v
Persiapan √                  
Pembentukan
Tim   √                
Penetapan Lokasi   √                
Pemetaan Sosial     √ √ √ √        
Penyuluhan             √      
Penyusunan
Model               √    
Pendampingan                 √  
Evaluasi dan
Pelaporan                   √

Tabel 1. 2 Waktu Kegiatan Pelaksanaan Penanganan Akses Reforma Agraria


Kantor Pertanahan Banggai Kepulauan 2021
N
o Kegiatan Pelaksanaan
1 Persiapan 31 Maret 2021
2 Pembentukan Tim dan Penentuan Lokasi 16 dan 19 Maret 2021
3 Pemetaan Sosial 4 Mei - 27 Juli 2021
30 September – 1 Oktober
4 Penyuluhan 2021
5 Penyusunan Model 17 September 2021
6 Pedampingan 10 – 11 September 2021
7 Evaluasi dan Pelaporan 15 – 29 November 2021
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari kegiatan penanganan akses reforma agraria
adalah sebagai berikut:
1. Lokasi pemberdayaan tanah masyarakat yang telah ditetapkan oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten Banggai Kepulauan melalui Surat Keputusan Nomor
36/KEP- 72.07.02/VII/2021 Pada Tanggal 01 Juli 2021 Tentang Perubahan
Pertama Penetapan Lokasi, menetapkan lokasi pemberdayaan pada tiga desa
yaitu Desa Montop, Desa Bolubung dan Desa Bakalinga Kecamatan Bulagi
Utara Kabupaten Banggai Kepulauan.
2. Kekayaan sumber daya alam di tiga desa lokasi pemberdayaan tanah
masyarakat sangat di dominasi oleh sektor pertanian dan perikanan dengan
rincian yaitu:
 Sektor pertanian di Desa Montop sebesar 39% (58 KK) dan sektor
perikanan sebesar 37% (56 KK)
 Sektor pertanian di Desa Bolubung sebesar 58% (58 KK) dan sektor
perikanan sebesar 33% (33 KK)
 Sektor pertanian di Desa Bakalinga sebesar 71% (105 KK) dan sektor
perikanan sebesar 18% (27 KK)
3. Permasalahn umum yang ditemukan di tiga desa lokasi pemberdayaan yaitu
kurangnya modal usaha dalam pengelolaan sumber daya alam yang ada dan
kurangya sumber daya manusia (SDA) dalam hal pemanfaatan sumber daya
alam yang lebih maksimal.
4. Model pemberdayaan yang ditetapkan bersama Tim Penanganan Akses
Reforma Agraria Kabupaten Banggai Kepulauan yaitu Model Pemberdayaan
Tanah Masyarakat Berbasis Kemitraan (Partnership) dan Model
Pemberdayaan Tanah Masyarakat Berbasis Pertanian Korporasi
(Coorperative Farming)
5. Field Staff Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai kepulauan telah
melakukan pendampingan pada tanggal 10-11 November 2021, dengan
rincian yaitu :
 Pada sektor kelautan dan perikanan telah melakukan pembentukan
klompok nelayan, pembuatan kartu KUSUKA dan pengajuan Rencana
Anggaran Biaya untuk penerimaan bantuan yang dapat mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat subjek PTM yang berprofesi
sebagai nelayan.
 Pada sektor pertanian telah melakukan pembentukan kelompok baru
pertanian di tiga lokasi pemberdayaan tanah masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai