Anda di halaman 1dari 5

NAMA : FIRDA YUNAIDI

NIM : 042829236
PRODI : ILMU PEMERINTAHAN
PENGANTAR ILMU HUKUM

1. Pada hakikatnya, sumber hukum dibagi menjadi sumber hukum materiil dan sumber hukum
formil. Sumber hukum materiil merupakan faktor-faktor yang dianggap dapat membantu
pembentukan hukum. Coba jelaskan menurut analisis saudara disertai contoh.
Jawab:
Hukum Materil adalah menerangkan perbuatan-perbuatan apa yang dapat dihukum serta
hukuman-hukuman apa yang dapat dijatuhkan. Hukum materil menentukan isi sesuatu
perjanjian, sesuatu perhubungan atau sesuatu perbuatan.Dalam pengertian hukum materil
perhatian ditujukan kepada isi peraturan
Sumber hukum materiil ialah sumber hukum yang dilihat dari segi isinya, misalnya : KUHP
segi materilnya adalah pidana umum, kejahatan dan pelanggaran. KUHPerdata mengatur
masalah orang sebagai subjek hukum, benda sebagai objek, perikatan, perjanjian, pembuktian
dan daluarsa sebagaimana fungsi hukum menurut para ahli .
Sumber hukum yang menentukan isi suatu peraturan atau kaidah hukum yang mengikat setiap
orang. Sumber hukum materiil berasal dari perasaan hukum masyarakat pendapat umum,
kondisi sosial-ekonomi, se!arah, sosiologi, hasil penelitian ilmiah, filsafat tradisi, agama,
moral, perkembangan internasional, geografis, politik hukum, dan lain-lain. “dalam kata lain
sumber hukum materil adalah faktor faktor masyarakat yang mempengaruhi pembentukan
hukum pengaruh terhadap pembuat keputusan hakim dan sebagainya.
Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang mempengaruhi materiisi dari aturan-aturan
hukum atau tempat dari mana materi hukum itu diambil untuk membantu pembentukan hukum
sebagai contoh hukum yang mendidik . & faktor tersebut adalah faktor idiil dan faktor
kemasyarakatan;
• Faktor idiil
Faktor Idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati oleh para
pembentuk ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan tugasnya.
• Faktor kemasyarakatan
Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan tunduk
pada aturan aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup masyarakat yang bersangkutan.
Contohnya struktur ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, dan lain-lain.
faktor-faktor kemasyarakatan yang mempengaruhi pembentukan hukum yaitu:
1. Stuktural ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat antara lain: kekayaan alam,
susunan geologi, perkembangan-perkembangan perusahaan, dan pembagian kerja.
2. Kebiasaan yang telah membaku dalam masyarakat yang telah berkembang dan pada tingkat
tertentu ditaati sebagai aturan tingkah laku yang tetap.
3. Hukum yang berlaku
4. Tata hukum negara-negara lain.
5. Keyakinan tentang agama dan kesusilaan.
6. Kesadaran hukum

Contohnya ialah seperti: Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Perpu serta lain
sebagainya.

Contoh dari kebiasaan yang menjadi sumber hukum bagi masyarakat ialah sebagai berikut:
1. Adat-istiadat/kebiasaan masyarakat Bali yang mewajibkan dalam hukum upacara
pembakaran mayat bagi orang yang sudah meninggal atau juga disebut dengan sebutan
“Ngaben”
2. Adat-istiadat masyarkaat Batak yang melarang adanya pertukaran pengantin itu diantara dua
marga yang sama dalam sistem perkawinanya.
3. Adat-istiadat dari masyarkat suku Dayak yang mewajibdkan perkawinan itu dilakukan
dengan sistem endogamy, yakni sistem perkawinan yang terjadi diantar keluarga yang masih
terdapat dalam satu rumpun suku bangsa yang berhubungan.

2. Hans Kelsen mendefinisikan hukum tidak lain merupakan suatu kaidah ketertiban yang
menghendaki orang menaatinya sebagaimana seharusnya. Berikan pendapat saudara mengenai
pernyataan di atas
Jawab:
Menurut pendapat saya tentang teori Hans Kelsen ini dalam teorinya yakni teori hukum Murni
adalah keinginan untuk membebaskan ilmu hukum dari anasir-anasir atau unsur-unsur social,
ekonomi, politik, budaya dan lain sebagainya. Hukum diwajibkan bebas nilai, dan harus
terbebas dan tidak tercemari oleh unsur-unsur yang bersifat ideologis. Keadilan menurut
Kelsen dipandang sebuah konsep ideologis. Ia melihat dalam keadilansebuah ide yang tidak
rasional dan teori hukum murnitidak dapat menjawab tentang pertanyaan apa yang membentuk
keadilan, karena pertanyaan ini tidak dapat dijawab secara ilmiah. Jika keadilan harus
diidentikkan dengan legalitas, dalam arti tempat, keadilan berarti memelihara sebuah tatanan
(hukum) positif melalui aplikasi kesadaran atasnya.
Teori hukum murni ini menurut Kelsen adalah sebuah teori hukum yang bersifat positif.
Sehingga kemudian dapat disimpulkan bahwa teori hukum ini ingin berusaha menjawab
pertanyaan tentang “apa hukum itu?” tetapi bukan pertanyaan “apa hukum itu seharusnya”.
Teori ini mengkonsentrasikan pada hukum saja dan menginginkan lepas dengan ilmu
pengetahuan yang lainnya, dengan atas dasar bahwa ilmu hukum berdiri sendiri dan merupakan
sui generis. Kelsen sekali lagi ingin memisahkan pengertian hukum dari segala unsur yang
berperan dalam pembentukan hukum seperti unsur-unsur psikologi, sosiologi, sejarah, politik,
dan bahkan juga etika.
Semua unsur ini termasuk ide hukum atau isi hukum. Isi hukum tidak pernah lepas dari unsur
politik, psikis, social budaya dan lain-lain. Sehingga pengertian hukum menurut Hans Kelsen
adalah hukum dalam konteks formalnya, yaitu sebagai peraturan yang berlaku secara yuridis,
itulah hukum yang benar menurut perspektif teori hukum murni (das reine Recht)
Pandangan positivism juga menganggap bahwa kewajiban yang terletak pada kaidah hukum
adalah kewajiban yang bersifat yuridis, hal itu dikarenakan karena kaidah hukum termasuk
pada keharusan ekstern, yaitu karena ada paksaan atau ancaman apabila tidak mentaati,
dikarenakan dasar dari hukum adalah undang-undang dasar negara, dalam relasi itulah maka
terdapat ada yang memberi perintah dan ada yang mentaati perintah.
Pandangan kedua adalah kewajiban dari ektern, yakni dorongan dari batin bahwa yang
demikian itu merupakan kewajiban yang harus ditaati. Kewajiban yuridis itulah dianggap
sebagai dorongan kewajiban yang tidak dapat terelakkan. Han Kelsen juga mengatakan bahwa
hukum dapat mewajibkan secara batin, hal itu dikarenakan adanya kewajiban yuridis, dan
memang demikian pengertian hukum. Sehinga peraturan yang tidak normative tidak masuk
akal maka tidak dapat dikatakan hukum. Immamuel Kant mengatakan bahwa kelsen
berpendapat bahwa kewajiban hukum termasuk dalam pengertian transedental-logis. Menurut
Kant ada norma dasar (grundnorm) bagi moral (yang berbunyi : berlakulah sesuai dengan suara
hatimu), maka menurut Hans Kelsen dalam hukum juga terdapat norma dasar yang harus
dianggap sebagai sumber keharusan dibidang hukum. Norma dasar (grundnorm) tersebut
berbunyi : orang-orang harus menyesuaikan dirinya dengan apa yang telah ditentukan.
Ajaran yang kedua menurut Hans Kelsen adalah ajaran tentang norma hukum (stufentheori),
dimana ia berpendapat bahwa norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam
suatu hierarki tata susunan, dimana suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan
berdasar pada norma yang lebih tinggi. Demikian seterusnya sampai pada suatu norma dasar
(Grundnorm). Teori jenjang norma hukum Hans Kelsen ini diilhami oleh seorang muridnya
yang bernama Adolf Merkl yang mengemukakan bahwa suatu norma hukum harus selalu
mempunyai dua wajah (das Doppelte Rechtsanlitz), yakni norma hukum itu keatas ia
bersumber dan berdasar pada norma diatasnya, tetapi kebawah juga menjadi dasar bagi norma
yang ada dibawahnya.
Ajaran Hans Kelsen tersebut kemudian disempurnakan oleh seorang muridnya, yakni Hans
Nawiasky dalam bukunya Allgemeine Rechtslehre yang mengatakan bahwa selain norma
hukum itu berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang, norma hukum dari suatu Negara juga
berkelompok-kelompok. Hans Nawiasky mengelompokkan norma-norma hukum dalam suatu
Negara itu menjadi empat kelompok besar, yang terdiri atas :
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 aturan otonom)
: Staatfundamentalnorm (norma fundamental negara)
: Staatsgrundgesetz (aturan dasar/pokok Negara)
: Formell Gesetz (Undang-undang “formal”)
: Verordnung & Autonome Satzung (aturan pelaksana &

Jadi, saya setuju dan yakin dengan teori yang dikemukakan oleh Hans Kelsen. Teori ini
mengkonsentrasikan pada hukum saja dan menginginkan lepas dengan ilmu pengetahuan yang
lainnya, dengan atas dasar bahwa ilmu hukum berdiri sendiri dan merupakan sui generis.

3. Saat ini mulai berkembang paradigma hukum progresif yang mendobrak pemikiran
formalistik dan legalistik dari penegak hukum terutama hakim. Berikan opini saudara tentang
paradigma hukum progresif tersebut
Jawab:
Menurut opini saya, Paradigma hukum progresif di Indonesia, saat ini masih dianggap hal yang
tabu karena dari sekian lama, mahasiswa-mahasiswa hukum, para penegak hukum, hanya
diberikan bekal pelajaran hukum di sekolah-sekolah hukum yang berbau positivistik belaka
sehingga dengan adanya paradigma hukum progresif ini, kita semua para penegak hukum
(terutama hakim) dituntut untuk merubah cara berpikirnya “yang lama” yang selama ini selalu
penuh dengan aroma paradigma positivistik. Karena salah satu sumber yang menyebabkan
tidak bekerjanya hukum sebagaimana mestinya. Sehingga saat ini sudah saatnya para penegak
hukum yang betul-betul ingin melihat hukum beridiri di atas sendi-sendi kebenaran untuk
berani memulai dengan paradigma hukum progresif.

Anda mungkin juga menyukai