Anda di halaman 1dari 3

Nama : Tiara

Nim : 10100119074
JUDUL : “ PREVALENSI PERNIKAHAN DINI DI KABUPATEN TAKALAR “
PENDAHULUAN :
A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia yang terlalu
muda. Usia muda artinya, usia yang belum matang secara medis dan
psikologinya. Usia menikah ideal untuk perempuan adalah 18 -35 tahun dan 25-
40 tahun untuk pria (BKKBN, 2011), sedangkan menurut Muharram menjelaskan
proses pernikahan di Indonesia telah diatur berdasarkan UU Nomor 1 Tahun
1974 yang menjadi UU Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan, di mana
batas usia nikah yang telah diubah dari 16 tahun menjadi 19 tahun yang
mengemukakan “Apabila usia nikah di bawah 19 tahun itu maka dianggap
melanggar UU Perkawinan. Dengan adanya UU itu masyarakat diminta untuk
mengajukan proses pendaftaran nikah itu pada usia 19 tahun. Itu paling
minimal,” kata Muharam dalam keterangannya, Kamis, 11 Februari 2021.

Penyebab terjadinya pernikahan dini dipengaruhi oleh berbagai macam


faktor, di antaranya adalah rendahnya tingkat pendidikan mereka yang
mempengaruhi pola pikir mereka dalam memahami dan mengerti hakekat dan
tujuan pernikahan serta orang tua yang memiliki ketakutan bahwa anaknya akan
menjadi perawan tua. Pernikahan dini bisa terjadi karena keinginan mereka
untuk segera merealisasikan ikatan hubungan kekeluargaan antara kerabat
mempelai laki-laki dan kerabat mempelai perempuan. Faktor ekonomi lebih
banyak dilakukan dari keluarga yang perekonomiannya di bawah rata-rata
dengan alasan dapat mengurangi beban tanggungan dari orang tua. Daerah di
Indonesia, masih terdapat beberapa pemahaman tentang perjodohan, anak
gadisnya sejak kecil telah dijodohkan orang tuanya dan akan segera dinikahkan
sesaat setelah anak tersebut mengalami masa menstruasi. Padahal umumnya
perempuan mulai menstruasi di usia 12 tahun, maka dapat dipastikan jauh di
bawah batas usia minimum sebuah pernikahan yang ideal. Pemahaman agama
menurut sebagian masyarakat menganggap bahwa jika anak menjalin hubungan
dengan lawan jenis telah terjadi pelanggaran agama dan merupakan suatu
perzinaan, oleh karena itu sebagai orang tua harus mencegah hal tersebut
dengan segera menikahkan anaknya. Pernikahan dini yang tinggi ada korelasinya
dengan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) di kalangan remaja. KTD
berhubungan dengan pernikahan dini lantaran mayoritas korban KTD terpaksa
memilih pernikahan sebagai solusinya (BKKBN, 2010).

Usia pernikahan menjadi perhatian dari pemerintah karena terkait dengan


dinamika penduduk terutama banyaknya kelahiran yang diakibatkan oleh
panjang pendeknya pernikahan. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) mempunyai program yang bertujuan mengendalikan jumlah
penduduk yaitu program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP). Implikasi dari
tujuan Pendewasaan Usia Perkawinan adalah meningkatkan usia perkawinan
pertama yang lebih dewasa sehingga berdampak pada penurunan Total Fertility
Rate (TFR) atau rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita
sampai dengan akhir masa reproduksinya. Upaya konkrit lain yaitu
meningkatakan pendidikan dengan kebijakan wajib belajar 12 tahun karena
tingkat pernikahan dini bisa ditekan lantaran anak fokus menyelesaikan studinya
di jenjang SMA/SMK, serta mensosialisasikan kesehatan reproduksi pada remaja,
melalui pembelajaran remaja dapat mengerti akan hak-hak reproduksinya.
Sebenarnya kalau kita mau menelisik lebih jauh, fenomena pernikahan dini
bukanlah hal yang baru di Indonesia, khususnya daerah sulawesi. Dari data yang
diambil menunjukkan bukti sangat yakin bahwa buyut kita dulu banyak yang
menikahi gadis di bawah umur. Bahkan jaman dulu pernikahan di usia ”matang”
akan menimbulkan presepsi buruk di mata masyarakat dan bahkan perempuan
yang tidak segera menikah justru akan mendapat tanggapan miring di
masyarakat. Namun seiring perkembangan zaman, image masyarakat justru
sebaliknya. Arus globalisasi yang melaju dengan kencang mengubah cara
pandang masyarakat. Perempuan yang menikah di usia belia dianggap sebagai
hal yang tabu. Bahkan lebih jauh lagi, hal itu dianggap menghancurkan masa
depan wanita, memberangus kreativitasnya serta mencegah wanita untuk
mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

Berdasarkan data dari Kantor Urusan Agama (KUA) di Kecamatan


Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar mulai bulan Januari sampai Oktober
2021 jumlah remaja putri yang melakukan pernikahan dini kurang dari 20 tahun
di Desa Barugaya sebanyak 25 orang dan jumlah tersebut menduduki urutan
pertama sedangkan untuk Desa Ko’mara sebanyak 15 orang menduduki urutan
kedua yang berada di Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
Menurut peneliti, pernikahan dini di Desa Barugaya ini menarik untuk di teliti,
karena dengan kepercayaan mitos yang belum tentu kebenarannya sampai
sekarang ini di gunakan prinsip dalam hidup oleh masyarakat desa tersebut,
ketakutan akan mitos menjadi perawan tua dan perjaka kerak adalah hal utama
yang menjadi prinsip hidup mereka, dan menurut peneliti sangat menarik karena
pernikahan serta hidup mereka menggunakan kepercayaan terhadap mitos yang
belum tentu benar adanya, pada zaman sekarang sangat tidak pas apabila
seorang wanita harus menikah muda, karena wanita juga bisa berkarir dan
mampu menjadi wanita yang lebih maju, bukan hanya di dapur saja dan menjadi
ibu rumah tangga.

Pemikran warga desa Barugaya membuat para remaja mengalami pernikahan


dini, saat usia mereka baru 14 tahun para orangtua sudah mulai resah dan
kebingungan apabila belum mendapatkan jodoh. Ibarat bunga sudah layu jika
pada saat usia yang masih muda belum mendapatkan jodoh atau menikah.
Namun dengan adanya pernikahan dini tersebut tidak membuat kegagalan
rumah tangga atau semacam KDRT. Suasana damai dan tentram selalu terlhat di
Desa Barugaya tersebut. Hal itu di karenakan karena interaksi sosial mereka yang
begitu kuat dan bagus. Oleh sebab itu pernikahan dini di desa Barugaya bukan
menjadi hal yang buruk.

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada suatu penelitian adalah untuk memudahkan dalam
menganalisa dan mengevaluasi masalah serta agar dapat lebih terarah dan jelas
sehingga diperoleh langkah-langkah pemecahan masalah yang efektif dan efisien,
maka perlu dibuat suatu perumusan masalah. Adapun perumusan masalah yang
peneliti kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa faktor yang menyebabkan pernikahan pada usia dini di Desa
Barugaya Kecamatan Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar ?
2. Bagaimana dampak pernikahan pada usia dini di Desa Barugaya
Kecamatan Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peran pemerintah dalam


mengendalikan perkawinana usia dini di kecamatan polongbangkeng utara
kabupaten takalar dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia
dini ini. Jenis penelitian adalah kualitatif, Penelitian ini menggunakan studi
fenomenologi teknik pengumpulan data menggunakan instrument berupa
wawancara, observasi dan pengambilan dokumen Sementara, faktor-faktor yang
belum berjalan dengan baik yaitu Sosialisasi masih beleum maksimal dikarenakan
fasilitas serta personil yang masih belum memadai.
Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah di
atas adalah:
1. Untuk mengetahui faktor apa yang melatar belakangi sehingga
pernikahan dini tersebut bisa terjadi pada masyarakat di di Desa
Barugaya Kecamatan Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar.
2. Untuk mengetahui dampak dari adanya pernikahan dini di di Desa
Barugaya Kecamatan Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar.

Anda mungkin juga menyukai