Anda di halaman 1dari 10

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN VCT BERBANTUAN POWER


POINT TERHADAP HASIL BELAJAR PKn KELAS V

Ni Km Atik Astiti1, I Md Suarjana2, Ni Wyn Arini3


1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: nikomangatikastiti24@gmail.com1, pgsd_undiksha.@yahoo.co.id2,


wayanarini@yahoo.co.id3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara hasil belajar PKn siswa yang
diajar dengan model VCT berbantuan media power point dan siswa yang diajar dengan tidak
menggunakan model VCT pada siswa kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 di SD Gugus II
Kecamatan Buleleng. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini
adalah siswa kelas V semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 di SD Gugus II Kecamatan Buleleng yang
berjumlah 137 orang. Sampel penelitian yaitu siswa kelas V SD Negeri 4 Penarukan dan siswa kelas V
SD Negeri 1 Penarukan. Data hasil belajar PKn dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda
dengan jumlah soal sebanyak 30 butir soal. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t. Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-
rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih besar daripada dengan rata-rata hasil belajar siswa
kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar PKn antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran VCT dan kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan tidak menggunakan model VCT pada siswa kelas V di SD Gugus II
Kecamatan Buleleng ( thit > ttab = 2,850 > 2,021). Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran VCT
berbantuan media power point berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V di SD gugus
II Kecamatan Buleleng.

Kata kunci: VCT, power point, hasil belajar.

ABSTRACT

The aimed of the study was to determine the significant difference between the students’ result of
learning Civics with VCT model supported by power point and students who were nottaught with VCT
model on grade V of second semester in academic year 2016/2017 at SD Gugus II Buleleng distric. The
type of the research was quasi-experimental research. The population of this study was 137 students in
grade V of second semester in academic year 2016/2017 at SD Gugus II Buleleng distric. The samples
of this research were V grade students in SD Negeri 4 Penarukan and Vgrade students in SD Negeri 1
Penarukan. The result of the data was collected by using 30 items in multiple choice test. The data were
analyzed using descriptive statistics and inferential statistics analysis namely t-test. The result of data
analysis shown the average of the students’ result in experimental group is bigger than control group.
The result of this study indicates that there is significant differences between learning PKN using VCT
rather than the group of students who were not taught Civics with VCT model in the Grade V at SD
Gugus II Buleleng distric (thit> ttab = 2,850> 2,021). It can be concluded that learning process using VCT
model suported by power point has a positive effect on the learning outcomes of Civics of Grade V at SD
Group II Buleleng distric.

Keywords: VCT, power point, learning outcomes.

1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

PENDAHULUAN tentang Standar Isi untuk Satuan


Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pendidikan Dasar dan Menengah yaitu
dan Teknologi (IPTEK) telah membawa “untuk meningkatan kesadaran dan
perubahan hampir di semua aspek wawasan peserta didik akan status, hak,
kehidupan. Dengan perkembangan dan kewajibannya dalam kehidupan
IPTEK, pelaksanaan pendidikan perlu bermasyarakat, berbangsa, dan
mendapat perhatian serius dari bernegara, serta peningkatan kualitas
pemerintah untuk menghasilkan sumber dirinya sebagai manusia”. Pada jenjang
daya manusia (SDM) yang berkualitas. pendidikan SD pembelajaran PKn memiliki
Melalui proses pendidikan yang tujuan yakni “menjadikan warganegara
berkualitas diharapkan mampu mengikuti yang baik, yaitu warganegara yang tahu,
perubahan dan perkembangan zaman di mau dan sadar akan hak dan
segala aspek kehidupan. Oleh sebab itu, kewajibannya” (Ruminiati, 2008:1-26).
pembaharuan dalam bidang pendidikan Oleh karena itu, sudah seharusnya
harus selalu dilakukan untuk pembelajaran PKn di tingkat SD mampu
meningkatkan kualitas pendidikan memberikan pengetahuan tentang nilai-
nasional di Indonesia. nilai kehidupan bagi siswanya sehingga
Sekolah sebagai sarana siswa memiliki pemahaman nilai dan
pendidikan formal mempunyai tujuan pendidikan moral yang berlandaskan pada
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pancasila dan UUD 1945.
Mempersiapkan sekolah dengan segala PKn dapat digunakan sebagai
sarana maupun prasarana pendidikan “wahana untuk mengembangkan dan
menjadi salah satu faktor utama. melestarikan nilai luhur dan moral yang
Pendidikan SD sebagai titik awal berakar pada budaya bangsa Indonesia”
pendidikan formal yang memiliki andil (Wahab, 1997:11). Nilai luhur dan
besar sebagai pondasi pengetahuan untuk pendidikan moral bangsa dapat dicapai
kelanjutan pendidikan seseorang. Sudah melalui pembelajaran PKn yang dirancang
seharusnya SD dapat memberikan sedemikian rupa. Pembelajaran PKn yang
pendidikan dan pengetahuan yang dirancang sedemikian rupa diharapkan
bermakna, sehingga mampu menjadi mampu membuat kondisi pembelajaran
pondasi yang kokoh bagi siswanya. Oleh menjadi lebih menarik, sehingga siswa
karena itu, guru diharapkan mampu merasa senang, gembira, dan tidak
memberikan pengetahuan dan merasa tertekan atau terpaksa dalam
keterampilan tentang nilai-nilai kehidupan belajar PKn. Selain itu, pembelajaran PKn
bagi siswanya sehingga siswa memiliki hendaknya dapat menjadikan siswa lebih
pemahaman akan nilai luhur bangsa dan aktif dalam proses pembelajaran agar
moral untuk meningkatkan kualitas siswa dapat mengoptimalkan kemampuan dan
dalam bermasyarakat, berbangsa dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Jika
bernegara. siswa sudah tertarik belajar PKn maka
Berdasarkan Undang-Undang No. nilai luhur dan moral dapat dipahami dan
20 Tahun 2003 menyatakan bahwa diterapkan oleh siswa dengan baik. Oleh
kurikulum pendidikan dasar dan karena itu, model yang digunakan pada
menengah wajib memuat beberapa mata pembelajaran PKn sebaiknya berpijak
pelajaran yaitu salah satunya Pendidikan pada aktivitas yang memungkinkan siswa
Kewarganegaraan. Pendidikan baik secara individu maupun kelompok
Kewarganegaraan (PKn) adalah salah aktif mencari, menggali dan menemukan
satu mata pelajaran yang menanamkan konsep serta prinsip-prinsip PKn secara
nilai-nilai karakter bangsa. PKn adalah keseluruhan. Dengan demikian, siswa
salah satu mata pelajaran wajib yang akan terlatih untuk dapat menemukan
harus dibelajarkan kepada siswa dari sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
jenjang sekolah dasar sampai jenjang Upaya peningkatan kualitas
perguruan tinggi. PKn memiliki tujuan pendidikan tidak lepas dari peran seorang
sebagaimana dituliskan dalam guru. Menurut Wahab (1997:77) peranan
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 seorang guru melalui pembelajaran PKn

2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

ialah “mampu mendorong anak untuk seorang guru dalam kegiatan belajar-
berpikir kritis, kreatif dan memiliki sikap mengajar tidak lepas dari kemampuan
disiplin pribadi agar didalam guru tersebut dalam merancang,
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya, melaksanakan, dan mengevaluasi
didasari oleh pengetahuan dan didukung kegiatan belajar-mengajar. Untuk
oleh keterampilan”. Guru sebagai seorang merancang pembelajaran, seorang guru
pendidik dalam proses pembelajaran harus memperhatikan tujuan
menempati posisi strategis dalam diselenggarakannya pembelajaran itu
mengembangkan potensi yang ada dalam sendiri. Pada pembelajaran PKn, seorang
diri siswa. Seorang guru dalam guru dituntut untuk mampu menguasai
menjalankan tugasnya sebagai pendidik konsep nilai-nilai yang terkandung dalam
selalu dituntut untuk memikirkan tentang PKn dan menerapkan suatu model yang
cara merencanakan dan melaksanakan dapat membuat siswa berperan aktif
suatu kegiatan pembelajaran yang dalam mencari pengetahuannya sendiri.
berdampak pada penanaman Jadi sudah menjadi suatu keharusan
pengetahuan, pembentukan sikap, apabila PKn di SD diajarkan dengan
perilaku dan keterampilan siswa dalam penuh kebermaknaan sehingga siswa
proses pembelajaran. tidak hanya sekedar memahami, tetapi
Proses interaksi peserta didik juga bisa menerapkan dan mengamalkan
dengan pendidik dan sumber belajar pada nilai-nilai yang didapat dari pembelajaran
suatu lingkungan belajar sangat perlu PKn dalam kehidupan sehari-hari.
untuk dilakukan. Berhasilnya suatu proses Hasil wawancara awal yang
pembelajaran tidak terlepas dari usaha dilakukan dengan 5 orang guru kelas V di
guru sebagai seorang pendidik dalam Gugus II Kecamatan Buleleng pada
menyampaikan dan menyalurkan tanggal 11 - 13 Januari 2017 diketahui
informasi kepada peserta didik. Menurut bahwa: a) siswa kurang berpartisipasi aktif
Susanto (2013) tenaga pendidik dalam hal saat proses pembelajaran berlangsung, b)
ini guru sebagai salah satu unsur yang guru tidak menggunakan model
memiliki tanggung jawab untuk pembelajaran yang bervariasi, c) kurang
mengembangkan tugas dan mengatasi adanya interaksi siswa dengan guru saat
segala permasalahan yang muncul pada pembelajaran sehingga pembelajaran
proses pembelajaran. Guru sebagai masih bersifat pasif, dan d) hasil belajar
seorang pendidik dalam proses yang diperoleh siswa masih belum
pembelajaran menempati posisi strategis memuaskan khususnya pada mata
dalam mengembangkan potensi yang ada pelajaran PKn. Hasil wawancara tersebut
dalam diri siswa. Seorang guru dalam didukung oleh hasil observasi mengenai
menjalankan tugasnya sebagai pendidik pelaksanaan pembelajaran di kelas.
selalu dituntut untuk memikirkan tentang Adapun hasil observasi yang dilakukan di
cara merencanakan dan melaksanakan Gugus II Kecamatan Buleleng khususnya
suatu kegiatan pembelajaran yang di kelas V diketahui bahwa dari 5 orang
berdampak pada penanaman guru yang di observasi, sebanyak 4 orang
pengetahuan, pembentukan sikap, guru tidak menggunakan metode atau
perilaku dan keterampilan siswa dalam model pembelajaran yang bervariasi,
proses pembelajaran. sehingga mengakibatkan proses
Guru sebagai pelaksana pembelajaran menjadi kurang menarik
pendidikan juga harus dituntut mampu dan membosankan.
untuk mengembangkan strategi/model Pernyataan tersebut diperkuat
pembelajaran yang sesuai dengan dengan hasil pencatatan dokumen yang
kurikulum dan kondisi siswa di lapangan. diperoleh dari guru mata pelajaran PKn.
Pemilihan model pembelajaran yang Hasil pencatatan dokumen tersebut
sesuai akan membantu terciptanya berupa nilai UAS PKn pada setiap SD di
suasana belajar yang kondusif dan Gugus II Kecamatan Buleleng. Rata-rata
interaktif, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa masih berada
minat siswa dalam belajar. Keberhasilan dibawah KKM. Rendahnya hasil belajar

3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. yang terjadi pada mata pelajaran PKn di
Salah satu faktor penting yang dapat Gugus II Kecamatan Buleleng.
memengaruhi tingkat hasil belajar siswa Salah satu karakter VCT sebagai
adalah model pembelajaran yang suatu model dalam strategi pembelajaran
diterapkan oleh guru kurang bervariasi. sikap adalah proses penanaman nilai
Model pembelajaran yang dilakukan melalui proses analisis nilai
diterapkan oleh guru dengan yang sudah ada sebelumnya dalam diri
menggunakan metode ceramah, siswa kemudian menyelaraskannya
menyebabkan terjadinya komunikasi satu dengan nilai-nilai baru yang hendak
arah dari guru terhadap siswa, sehingga ditanam. VCT adalah model pembelajaran
siswa menjadi kurang aktif, mudah bosan, khusus yang dapat diterapkan pada mata
materi pelajaran kurang dipahami oleh pembelajaran PKn untuk memberikan
siswa dan siswa hanya menerima pemahaman yang lebih jelas tentang
informasi dari guru. Model pembelajaran suatu nilai. Selain itu proses kegiatan
yang digunakan oleh guru pada saat belajar siswa dengan model VCT
proses pembelajaran tidak divariasikan berbantuan media power point dapat
dengan model atau metode pembelajaran melatih kepekaan dan kemantapan
lain. Guru juga kurang memerhatikan gaya keterampilan afektual serta memberikan
belajar siswa, sehingga berimbas pada aneka pengalaman bagi siswa dan
sulitnya siswa untuk memahami materi dengan model pembelajaran VCT siswa
khususnya dalam mata pelajaran PKn. akan dituntut aktif untuk mengklarifikasi
Salah satu cara untuk mengatasi suatu nilai yang terkandung dalam materi
permasalahan tersebut adalah memilih pembelajaran sehingga dapat berimbas
model pembelajaran yang tepat untuk pula pada peningkatan hasil belajar PKn
diterapkan. siswa.
Penerapan model pembelajaran Berdasarkan latar belakang yang
inovatif yang disertai penggunaan media telah diuraikan maka dilakukan penelitian
pembelajaran dapat mengaktifkan siswa yang berjudul Pengaruh Model
dalam proses pembelajaran, sehingga Pembelajaran VCT Berbantuan Media
dapat menjadikan pembelajaran lebih Power Point Terhadap Hasil Belajar PKn
menarik dan menyenangkan. Salah satu Pada Siswa Kelas V Semester II Tahun
model pembelajaran inovatif yang bisa Pelajaran 2016/2017 Di SD Gugus II
digunakan adalah model pembelajaran Kecamatan Buleleng. Adapun tujuan
Value Clarification Technique (VCT). penelitian ini untuk mengetahui perbedaan
Menurut Putra (2014) model pembelajaran yang signifikan antara hasil belajar PKn
VCT merupakan model inovatif yang siswa yang diajar dengan model VCT
menekankan pada nilai sosial, budaya, berbantuan media power point dan siswa
personal, dan masyarakat. Senada yang diajar dengan tidak menggunakan
dengan pendapat Putra, Sanjaya (dalam model VCT pada siswa kelas V Semester
Taniredja, dkk., 2014:87) mengungkapkan II Tahun Pelajaran 2016/2017 di SD
bahwa VCT merupakan “teknik Gugus II Kecamatan Buleleng.
pengajaran untuk membantu siswa dalam
mencari dan menentukan suatu nilai yang METODE
dianggap baik dalam menghadapi suatu Jenis penelitian yang dilakukan yaitu
persoalan melalui proses menganalisis penelitian eksperimen semu (quasi
nilai yang sudah ada dan tertanam dalam experiment) karena tidak semua variabel
diri siswa”. Menurut Sariani (2016) model yang muncul dalam kondisi eksperimen
pembelajaran VCT dapat meningkatkan dapat diatur dan dikontrol secara ketat.
sikap sosial dan hasil belajar PKn siswa Penelitian ini merupakan penelitian kuasai
kelas IV SD Gugus III Tambora eksperimen dengan rancangan non-
Kecamatan Melaya. Jadi VCT sebagai equivalen posttest-only control group
suatu model pembelajaran inovtaif dapat design. Terdapat dua jenis variabel yang
digunakan untuk mengatasi permasalahan digunakan yaitu variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran

4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

model VCT berbantuan media power mendapatkan gambaran secara empirik


point, dan hasil belajar PKn sebagai bahwa instrumen tersebut layak
variabel terikat. digunakan sebagai instrumen penelitian.
Populasi pada penelitian ini adalah Instrumen penelitian tersebut terlebih
siswa kelas V SD di Gugus V Kecamatan dahulu dianalisis dengan menggunakan uji
Buleleng sebanyak 137 siswa. Sampel validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran
ditentukan dengan menggunakan teknik tes dan daya beda tes.
simple random sampling. Sebelum Metode analisis data dalam
menetapkan sampel penelitian, dilakukan penelitian ini menggunakan metode
uji kesetaraan pada masing-masing kelas analisis ststistik deskriptif dan statistik
terlebih dahulu. Uji kesetaraan dilakukan inferensial. Analisis statistik deskriptif
dengan uji-t dengan taraf signifikansi 5%. yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Jika thitung<ttabel maka kelas tersebut tidak untuk mencari mean, median, modus,
setara. Sedangkan jika thitung>ttabel maka varian dan standar deviasi. Deskripsi data
kelas tersebut setara. mean, median, modus tentang hasil
Berdasarkan uji kesetaraan yang belajar PKn siswa selanjutnya disajikan
telah dilakukan didapatkan hasil bahwa dalam grafik polygon. Tujuan penyajian
seluruh kelas V di Gugus V Kecamatan data ini adalah untuk menafsirkan sebaran
Buleleng dalam keadaan setara dengan data hasil belajar PKn pada kelompok
thit=1,323 dan ttab=2,021. Pada Kelompok eksperimen dan kontrol. Hasil dari mean,
eksperimen dan kelompok kontrol, diplih median, modus dapat digunakan untuk
dengan sistem undian. Berdasarkan menentukan kemiringan grafik polygon
undian yang telah dilakukan, maka terpilih distribusi frekuensi. Sebelum melakukan
SD Negeri 4 Penarukan sebagai kelas uji hipotesis, dilakukan beberapa uji
eksperimen dan SD Negeri 1 Penarukan prasyarat yaitu uji normalitas dan
sebagai kelas kontrol. Jumlah sampel homogenitas data. Sedangkan untuk
sebanyak 58 orang, dimana 31 orang analisis statistik inferensial data yang
siswa sebagai kelompok eksperimen dan digunakan untuk menjadi hipotesis dalam
27 orang sebagai kelompok kontrol. penelitian ini adalah uji-t sampel
Kelompok eksperimen diberikan perlakuan independent (tidak berkorelasi) dengan
berupa pembelajaran PKn dengan rumus polled varians dengan taraf
menggunakan model pembelajaran VCT, signifikansi 5%. Dengan kriteria jika thitung
dan kelompok kontrol diberikan perlakuan lebih besar dari tbabel maka H0 ditolak dan
berupa pembelajaran PKn dengan tidak H1 diterima, sedangkan jika thitung lebih kecil
menggunakan model pembelajaran VCT. dari ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Metode pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
metode tes. Dalam penelitian ini, data Data hasil belajar PKn yang
yang diperlukan yaitu data hasil belajar diperoleh melalui post-test sebagai akibat
PKn siswa pada ranah kognitif. Hasil dari penerapan model pembelajaran VCT
belajar PKn diukur dengan menggunakan berbantuan media power point pada
instrument tes hasil belajar PKn. Tes ini kelompok eksperimen dengan jumlah
berupa soal pilihan ganda dengan 4 siswa sebanyak 31 orang dan
alternatif jawaban yaitu a,b,c,d yang pembelajaran tidak menggunakan model
diberikan setelah perlakuan pembelajaran VCT pada kelompok kontrol dengan
(post-test). Penyusunan instrumen tes jumlah siswa sebanyak 27 orang.
hasil belajar PKn, berpedoman pada kisi- Berdasarkan analisis deskriptif data,
kisi tes yang telah disusun berdasarkan diketahui bahwa kelompok siswa yang
kompetensi yang akan dicapai. Menurut mengikuti model pembelajaran VCT
Agung (2011) kisi-kisi tes memuat berbantuan media power point memiliki
sekaligus cakupan isi dan tingkat skor rata-rata hasil belajar PKn sebesar
kompetensi yang akan diungkap. 22,80 yang tergolong pada kriteria sangat
Sebelum instrumen digunakan, tinggi. Sedangkan pada kelompok siswa
dilakukan uji coba instrumen untuk yang mengikuti model pembelajaran

5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

konvensional memiliki skor rata-rata hasil rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi
belajar PKn sebesar 19,55 yang tergolong dibandingkan dengan pembelajaran
pada kriteria tinggi. Dengan kata lain, konvensional. Adapun hasil analisis data
pembelajaran model pembelajaran VCT statistik deskriptif disajikan pada tabel 01
berbantuan media power point memiliki berikut ini.

Tabel 01 Deskripsi Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Mean 22,80 19,55
Median 23,45 19,46
Modus 23,60 18,70
Varians 21,66 16,07
Standar Deviasi 4,65 6,10

Berdasarkan tabel 01 diketahui positif yang berarti sebagian besar skor


bahwa modus lebih besar dari median dan cenderung rendah.
median lebih besar dari mean Data hasil analisis statistik
(Mo>Md>M), maka kurva juling negatif deskriptif kemudian dilanjutkan dengan uji
yang berarti sebagian besar skor prasyarat. Uji prasyarat yang dilakukan
cenderung tinggi pada kelompok adalah uji normalitas sebaran data, uji
eksperimen. Pada kelompok kontrol homogenitas, dan uji hipotesis. Untuk
diketahui bahwa mean lebih besar dari menguji normalitas sebaran data, chi
median dan median lebih besar dari square (2) pada taraf signifikansi 5%,
modus (Mo<Md<M), maka kurva juling maka diadapatkan hasil seperti Tabel 02
berikut.

Tabel 02 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Sebaran Data


Nilai Kritis dengan Taraf
No. Kelompok Data Hasil Belajar χ2 Signifikansi 5%
Status
1 Post-test Eksperimen 7,11 7,815 Normal
2 Post-test Kontrol 5,72 7,815 Normal

Berdasarkan Tabel 02 terlihat ) sehingga data hasil post-test kelompok


bahwa semua variabel angka statistik hit2 kontrol berdistribusi normal. Setelah data
< tab2 taraf 5%. Hasil perhitungan dengan berdistribusi normal, maka dilanjutkan
menggunakan rumus chi-kuadrat, dengan uji homogenitas varians. Untuk
diperoleh  2 hit hasil post-test kelompok menguji homogenitas varians, digunakan
uji F dan dinyatakan bahwa kedua
eksperimen adalah 7,11 dan  tab dengan
2
kelompok data bersifat homogen. Hasil
taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah perhitungan diperoleh Fhitung hasil post-test
kelompok eksperimen dan kelompok
7,815. Hal ini berarti,  hit hasil post-test
2
kontrol adalah 1,34 sedangkan Ftab
kelompok eksperimen lebih kecil dari dengan dbpembilang = 30 dan dbpenyebut = 26
 2 tab (  2 hit   2 tab ) sehingga data hasil dengan taraf signifikansi 5% adalah 1,90
post-test kelompok eksperimen sehingga Fhitung< Ftabel. Hal ini berarti,
varians data hasil post-test kelompok
berdistribusi normal. Sedangkan,  hit
2
eksperimen dan kontrol adalah homogen.
hasil post-test kelompok kontrol adalah Berdasarkan uji prasyarat analisis
5,72 dan  tab dengan taraf signifikansi
2
data, diperoleh bahwa data hasil post-test
5% dan db = 3 adalah 7,815. Hal ini kelompok eksperimen dan kontrol adalah
normal dan homogen. Data hasil uji
berarti,  2 hit hasil post-test kelompok prasyarat analisis ini dilanjutkan dengan
kontrol lebih kecil dari  tab (  hit   tab
2 2 2 pengujian hipotesis penelitian (H1) dan
hipotesis nol (H0) Pengujian hipotesis

6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

tersebut dilakukan dengan menggunakan kemudian siswa mementukan suatu nilai


uji-t sampel independent (tidak yang dianggap baik dan dapat
berkorelasi) dengan rumus polled varians memecahkan masalah tersebut, selain itu
dengan kriteria tolak H0 jika thit > ttab dan siswa juga diberikan beberapa alternatif
terima H0 jika thit < ttab dengan derajat nilai-nilai yang nantinya akan digunakan
kebebasan (db) = (n1+n2)-2. Berdasarkan untuk menyelesaikan permasalahan yang
hasil perhitungan uji-t, diperoleh thit sedang dipecahkan. Hal ini menjadikan
sebesar 2,850. Sedangkan, ttab dengan proses pembelajaran dengan
taraf signifikansi 5% dan db = n1 + n2 - 2 menggunakan model pembelajaran VCT
adalah 2,021. Hal ini berarti, thit lebih berbantuan media power point membuat
besar dari ttab (2,850 > 2,021) sehingga H0 siswa menjadi lebih aktif dalam belajar.
ditolak dan H1 diterima. Ini berarti terdapat Selain siswa aktif dan antusias
perbedaan yang signifikan hasil belajar dalam belajar siswa juga memiliki
PKn antara siswa yang mengikuti kemandirian. Kemandirian siswa dalam
pembelajaran dengan model belajar muncul ketika siswa dibelajarkan
pembelajaran VCT berbantuan media untuk dapat mengembangkan pemikiran
power point dan siswa yang mengikuti mereka sendiri terkait dengan materi yang
pembelajaran tidak menggunakan model dibelajarkan dan siswa dapat
pembelajaran VCT pada siswa kelas V menyelesaikan permasalahan yang
semester II tahun pelajaran 2016/2017 di mereka hadapi baik dari masalah dalam
SD Gugus II Kecamatan Buleleng. proses pembelajaran ataupun masalah
Hipotesis satu (H1) atau hipotesis yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
yang teruji menyatakan bahwa “terdapat hari siswa. Melalui kemandirian tersebut
perbedaan hasil belajar PKn yang siswa mampu membawa dan mengaitkan
signifikan antara siswa yang mengikuti antara materi yang dibelajarkan oleh guru
pembelajaran dengan model di kelas dengan kehidupan mereka sehari-
pembelajaran VCT berbantuan media hari. Kemandirian dalam belajar membuat
power point dengan siswa yang mengikuti siswa tidak lagi menunggu perintah dari
pembelajaran dengan tidak menggunakan guru melainkan siswa yang aktif sendiri
model VCT pada siswa kelas V SD Negeri untuk menemukan dan memahami nilai-
4 Penarukan dan SD Negeri 1 nilai yang ditemukan. Hal ini membuat
Penarukan”. Pada hipotesis ini dijelaskan siswa menjadi anak yang benar-benar
bahwa penerapan model pembelajaran mandiri dalam proses pembelajaran.
VCT memiliki pengaruh terhadap hasil Wiweka (2014) dalam penelitiannya
belajar siswa. Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa kemandirian dalam
dengan menggunakan rumus uji-t belajar sangat diperlukan bagi siswa agar
didapatkan bahwa thit lebih besar dari ttab dapat menyelesaikan permasalahan yang
(2,850 > 2,021) dan rata-rata hasil belajar sedang dihadapi.
siswa yang dibelajarakan dengan Guru dalam proses pembelajaran
menggunakan model VCT berbantuan memberikan kesempatan yang sama pada
power point lebih besar dibandingkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif saat
dengan rata-rata hasil belajar siswa yang belajar. Siswa berpartisipasi aktif saat
tidak menggunakan model pembelajaran mereka mengungkapkan pendapatnya
VCT. Selain hasil uji hipotesis dan rata- terkait dengan nilai yang telah mereka
rata hasil belajar, perbedaan juga dapat pilih dan siswa lain menanggapi pendapat
dilihat dari proses pembelajaran yang tersebut. Saat proses pembelajaran
dilakukan di dalam kelas. berlangsung guru juga membuat siswa
Pada proses pembelajaran melatih kepekaan dan kemantapan
dengan menggunakan model keterampilan afektual yang dimiliki oleh
pembelajaran VCT berbantuan media setiap siswa serta siswa diberikan aneka
power point siswa sangat aktif dan pengalaman dalam belajar. Aneka
antusias dalam proses pembelajaran. pengalaman belajar yang diberikan oleh
Keaktifan siswa saat belajar muncul ketika guru membuat siswa menjadi lebih paham
siswa diberikan suatu permasalahan, akan materi yang dibelajarkan.

7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

Pembelajaran dengan model VCT juga Asyhar (2012) menyatakan bahwa selain
membuat siswa berani untuk dalam pembuatan power point relatif
mengungkapkan pendapatnya sendiri murah, penggunaan berbagai program
berdasarkan atas nilai pilihannya. Melalui multimedia pada power point mampu
nilai tersebut siswa mampu memiliki sikap menarik perhatian siswa dalam proses
saling menghormati, toleransi, percaya pembelajaran.
diri, kerjasama serta nilai-nilai positif lain Penggunaan model VCT dalam
yang dapat bermanfaat bagi siswa dalam pembelajaran menjadikan siswa untuk
kehidupannya. Siswa menjadi benar- tahu manfaat dari materi yang dipelajari
benar memiliki keterampilan afektif ketika bagi kehidupannya, aktif dalam kegiatan
dibelajarkan dengan model pembelajaran pembelajaran, menemukan sendiri
VCT. konsep-konsep yang dipelajari tanpa
Saat proses pembelajaran harus selalu tergantung pada guru,
diterapkan siswa juga dituntut untuk mampu memecahkan masalah-masalah
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi yang berkaitan dengan konsep yang
terhadap pilihan mereka masing-masing. dipelajari melalui proses menganalisis nilai
Melalui rasa tanggung jawab tersebut yang sudah ada dan tertanam dalam diri
mampu menumbuhkan rasa keberanian siswa, bekerja sama dengan siswa lain,
dalam diri siswa sehingga siswa tidak lagi dan berani untuk mengemukakan
merasa takut dalam mengungkapkan nilai pendapat. Siswa menjadi lebih tertantang
yang dipilihnya. Sariani (2016:121) dalam untuk belajar dan berusaha
penelitiannya mengatakan bahwa menyelesaikan semua permasalahan
“pembelajaran dengan menggunakan yang ditemui, sehingga pengetahuan yang
model VCT memberikan pengalaman diperoleh akan lebih diingat oleh siswa,
yang bermakna dan memberikan serta memiliki perilaku yang baik dan
kebebasan siswa memilih tindakan serta dapat dikembangkan dalam kehidupan
menganalisis tindakan melalui berdiskusi sehari-hari di masyarakat. Wiweka (2014)
sehingga dapat membangun dalam penelitiannya berpendapat bahwa
pengetahuan dalam diri, saling memahami dengan sistem pembelajaran berpusat
perbedaan pendapat, memutuskan pada siswa akan lebih mengalami dan
keputusan yang terbaik serta lebih merasakan langsung pembelajaran
menumbuhkan nilai-nilai sosial seperti sehingga siswa dapat membangun
kerjasama, toleransi, dan tanggung pengetahuan dalam diri sendiri
jawab”. (konstruktivis), sehingga pengetahuan
Power point merupakan media yang diperoleh dari belajar akan bertahan
baru dan belum pernah dijumpai oleh lebih lama dalam pikiran dan ingatan
siswa pada kelas eksperimen di SD siswa.
Negeri 4 Penarukan karena sebelumnya Semua penjelasan di atas menjadi
guru tidak pernah menggunakan media alasan pendukung bahwa penerapan
seperti media power point saat belajar di model pembelajaran VCT, logis
kelas. Adanya media power point saat berpengaruh signifikan terhadap hasil
proses pembelajaran membuat siswa belajar PKn dibandingkan dengan
menjadi sangat semangat dalam belajar, pembelajaan tidak menggunakan model
ini terlihat ketika slide power point VCT pada siswa kelas V di SD gugus II
ditampilkan di depan kelas semua Kecamatan Buleleng tahun pelajaran
pandangan siswa mengarah pada power 2016/2017.
point yang ditampilkan. Penggunaan
media power point menjadikan siswa SIMPULAN DAN SARAN
memiliki pengalaman baru karena dalam Berdasarkan hasil penelitian
prosesnya media power point yang diperoleh bahwa thitung lebih besar dari ttabel
ditampilkan dirancang semenarik (thitung = 2,850 > ttabel= 2,021) sehingga H0
mungkin, sehingga siswa sangat fokus ditolak dan H1 diterima. Rata-rata skor
dan perhatian siswa menjadi terpusat hasil belajar kelompok siswa yang
pada power point yang ditampilkan. dibelajarkan dengan model pembelajaran

8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

VCT berbantuan media power point (4) Disarankan kepada peneliti lain
adalah 22,80 (kategori sangat tinggi), yang berminat mengadakan
sedangkan rata-rata skor hasil belajar penelitian lebih yang berkaitan
siswa yang tidak menggunakan model dengan model pembelajaran VCT
pembelajaran VCT adalah 19,55 (kategori agar menambah waktu yang lebih
tinggi). Hal ini berarti bahwa rata-rata lama atau menambah variabel
kelompok eksperimen lebih besar penelitian. Di samping itu,
dibandingkan kelompok kontrol. Dengan memperhatikan kendala-kendala
demikian dapat disimpulkan bahwa yang dialami dalam penelitian ini
terdapat perbedaan hasil belajar yang sebagai bahan pertimbangan
signifikan antara kelompok siswa yang untuk perbaikan dan
dibelajarkan dengan model pembelajaran penyempurnaan penelitian yang
VCT berbantuan media power point dan akan dilaksanakan.
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
tidak menggunakan model pembelajaran DAFTAR PUSTAKA
VCT pada siswa kelas V SD Gugus II Agung, A. A. Gede. 2011. Metodologi
Kecamatan Buleleng tahun pelajaran Penelitian Pendidikan. Singaraja:
2016/2017. Jurusan Teknologi Pendidikan
Beberapa saran yang dapat Fakultas Ilmu Pendidikan
disampaikan berdasarkan penelitian yang Universitas Pendidikan Ganesha.
telah dilakukan adalah sebagai berikut.
(1) Disarankan kepada siswa di Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif
sekolah dasar agar berpartisipasi Mengembangkan Media
aktif dalam kegiatan pembelajaran Pembelajaran. Jakarta:Referensi
dan terus mengembangkan Jakarta.
pengetahuan yang dimiliki,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
sehingga hasil belajar dapat
No. 22 Tahun 2006 tentang
ditingkatkan kearah yang lebih
Standar Isi Untuk Satuan
baik.
Pendidikan Dasar dan Menengah.
(2) Disarankan kepada guru di
2006. Departemen Pendidikan
sekolah dasar agar dalam kegiatan
Nasional.
pembelajaran di sekolah
hendaknya menerapkan model Putra, I Dewa Made Arta. 2014.
pembelajaran yang inovatif dan “Pengaruh Model Pembelajaran
media pembelajaran seperti Value Clarification Technique
penerapan model pembelajaran (VCT) Terhadap Hasil Belajar PKn
VCT berbantuan media power Siswa Kelas V". Jurnal Mimbar
point untuk meningkatkan hasil PGSD Universitas Pendidikan
belajar siswa. Selain itu penerapan Ganesha. Vol. 2, No. 1.
model pembelajaran inovatif dapat
meningkatkan kreativitas guru Ruminiati. 2008. Pengembangan
dalam mengelola pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SD.
sehingga dapat menjadikan Jakarta: Direktorat Jendral
pembelajaran yang lebih Pendidikan Tinggi Departemen
bermakna. Pendidikan Nasional.
(3) Disarankan kepada kepala sekolah
dasar agar memberikan kebijakan Sariani, Ni Kadek Dwi. 2016. “Pengaruh
yang mendorong guru-guru untuk Model Pembelajaran Value
lebih memerhatikan kenyaman Clarification Technique (VCT)
siswa dalam belajar dan Terhadap Sikap Sosial Dan Hasil
menerapkan model pembelajaran Belajar Mata Pelajaran PKn Pada
yang sesuai dengan karakteristik Siswa Kelas IV SD”. Jurnal Mimbar
siswa serta mata pelajaraan dalam PGSD Universitas Pendidikan
proses pembelajaran di kelas. Ganesha. Vol. 4, No. 1

9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & (PPKN). Bandung: Depdikbud


Pembelajaran di Sekolah Dasar. Dirjendikti Bagian Proyek
Jakarta: Kencana Prenadamedia Pengembangan Pendidikan Guru
Group. Sekolah Dasar.

Taniredja, dkk. 2011. Model-Model Wiweka, I Wayan Eka. 2014. “Pengaruh


Pembelajaran Inovatif. Bandung: Pembelajaran Teknik Klarifikasi
Alfabeta. Nilai (TKN) Melalui Bermain Peran
Terhadap Sikap Sosial Dan Hasil
Undang – Undang Republik Indonesia Belajar PKn”. e-Jurnal Program
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pascasarjana Universitas
Pendidikan Nasional. 2003. Pendidikan Ganesha Program
Departemen Pendidikan Nasional. Studi Pendidikan Dasar. Vol. 4.

Wahab, Abdul Azis. 1997. Pendidikan


Pancasila dan Kewarganegaraan

10

Anda mungkin juga menyukai