Anda di halaman 1dari 38

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

PADA BAYI NY. N DENGAN HIPORTERMI


DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA LUBUK PAKAM

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

NAMA : Fiencen Reisa Tambunan


NIM : 190208002

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


FAKULTAS PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONDONESIA
MEDAN 2021
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

VISI

Menjadi Program Studi Yang Unggul, Berkarakter dan Berdaya Saing Global
Khususnya Bidang Intra Natal Care di Komunitas Tahun 2038”

MISI
1. Menyelenggarakan proses pembelajaran yang efektif, efisiendengan penguatan di
bidang asuhan kebidanan komunitas.
2. Melaksanakan kegiatan pengembangan ilmu kebidanan melalui penelitian yang
dilakukan oleh dosen yang mengacu kepada fenomena-fenomena yang ditemui di
komunitas.
3. Melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat sebagai upaya mendukung
peningkatan kesehatan ibu dan anak di komunitas.
4. Mengembangkan jejaring dalam pendidikan dan profesi kebidanan di tingkat
nasional dan internasional.
LEMBAR PENGESAHAN PANDUAN

1. IDENTITAS MODUL
MATAKULIAH :
MAGANG

TAHUNAKADEMIK : 2021/2022

2. IDENTITAS
DOSEN

NAMA : TEAM

DISETUJUI DAN
DISAHKAN
DI:MEDAN
TANGGAL :
SEPTEMBER 2021

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


KETUA,

Yunida Turisna SKM M.KM.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
kasih karunianya yang telah diberikan, sehingga MANAJEMEN ASUHAN
KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. N DENGAN
HIPORTERMI DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA LUBUK PAKAM
ini telah diselesaikan dengan baik. Semoga Panduan ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa kebidanan untuk meningkatkan dan memajukan pendidikan bidan di
Indonesia, serta dapat digunakan oleh dosen atau tenaga pengajar dalam menjalankan
dan menyelenggarakan proses belajar- mengajar di Prodi D-III Kebidanan Universitas
Sari Mutiara Indonesia Medan.

Adapun tujuan Panduan ini disusun adalah untuk memudahkan proses pembelajaran bagi
mahasiswa dan diharapkan mahasiswa banyak membaca dan berlatih untuk materi
Kebidanan serta dapat kelak mampu menerapkanny dilingkup kebidanan baik dilahan
Praktek dan dimasyarakat .Mahasiswa harus memiliki pelayanan yang prima dengan
penerapan service excellent demi meningkatkan kesehatan ibu, anak dan keluarga dalam
mewujudkan harapan bangsa Indonesia. Modul/Panduan pembelajaran ini masih kurang
sempurna, penulis berharap kiranya modul ini dapat dipergunakan dan bermamfaat bagi
pembaca dan mahasiswa.

Dalam kesempatan ini, kami tim penyusun mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak, khususnya staf pengajar PS Pendidikan Diploma III Kebidanan
karena telah berkomitmen tinggi mengembangkan panduan ini serta atas masukan
preseptor wahana praktik yang telah membantu mempersiapkan dan menjadi lahan
praktik Bidan mahasiswa Pendidikan Bidan Universitas Sari Mutiara Indonesia

Lubuk Pakam, 2021

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI 
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 3
C. Tujuan Penelitian……………............................................ 3
D. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus……………………… 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi................................................................................ 5
2.1.1. Etiologi................................................................................ 8
2.1.2. Patiologi.............................................................................. 13
2.1.3. Asuhan................................................................................. 15
2.1.4. Penatalaksanaan.................................................................. 17
2.1.5. Tinjauan Umum Manajemen Kebidanan............................ 19

BAB III TINJAUAN KASUS


BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan…………………………………………..... 39
b. Saran …………………………………………..... 40

DAFTAR PUSTAKA 
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apa itu Hipotermia? Hipotermia adalah keadaan medis darurat yang terjadi saat
tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada menghasilkan panas. Hal ini menyebabkan
suhu tubuh menjadi sangat rendah. Hipotermi adalah adalah suhu dibawah 36,5ºC, yang
terbagi atas :
hipotermi ringan (cold stress) yaitu suhu antara 36-36,5ºC, hipotermi sedang yaitu suhu
antara 32-36ºC, dan hipotermi berat yaitu suhu tubuh <32ºC yang ditandai dengan Aktifitas
berkurang.
World Health Organization(WHO) telah merekomendasikan asuhan untuk
mempertahankan panas dalam asuhan bayi baru lahir Menurut data dari organisasi kesehatan
dunia ( WHO ), pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi
di negara berkembang. Lebih dari 2/3 kematian itu terjadi pada periode neonatal dini.
Umumnya karena berat badan lahir <2500 gram. Menurut WHO, 17% dari 25 juta
persalinan pertahun adalah BBLR (berat badan lahir rendah) dan hampir semuanya terjadi
pada negara berkembang.
Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) Salah satu hal yang harus
diperhatikan dalam merawat bayi baru lahir di rumah adalah suhu tubuh. Masalah pada suhu
bayi baru lahir adalah hipotermia atau suhu tubuh kurang dari 36,5°C dan demam. Banyak
penyakit memiliki gejala hipotermia di antaranya infeksi berat seperti sepsis neonatorum,
radang selaput otak, radang paru, hipoglikemi, dan lain-lain. Hipotermia merupakan hal
berbahaya yang perlu penanganan segera. Oleh karena itu, pengenalan kondisi hipotermia
secara dini dan segera melakukan tindakan yang memadai sangatlah penting. 
Angka kejadian Hipotermi
Mizzi & Sultana (2002) :
- 42,2 % hipotermia ringan & 32,2 % hipotermia sedang
- musim dingin > musim panas
Majumdar dkk (2003) : 18,6 % (rumah sakit)
Kumar & Aganwal (2003) : 11,1 % (di luar rumah sakit)
Yunanto & Andayani (2005) :
- 19 % hipotermia (75 % hipotermia ringan & 25 % hipotermia sedang)
- Dari yang mengalami hipotermia sedang, 12 % diantaranya dengan penyakit primer

Mengapa ada kejadian hipotermi ? Karena penyetelan suhu pendingin ruangan yang
terlalu rendah. Selain itu, stres dingin juga bisa terjadi karena tubuh bayi masih basah
karena Mama kurang cermat mengeringkan tubuh si Kecil setelah mandi atau berendam di
air yang dingin.
Bagaimana pencegahan Hipotermi pada bayi ? Beberapa hal yang bisa dilakukan
untuk mencegah hipotermia adalah:
 Menutup kepala bayi dengan topi hangat,
 memastikan pakaian bayi selalu kering,
 menyelimuti bayi saat tidur, 
 menjaga agar suhu ruangan selalu hangat (suhu kamar tidak kurang dari 25°C),
 memastikan seluruh bagian tubuh bayi, termasuk yang bersentuhan dengan popok,
selalu dalam keadaan kering,

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan SOAP dan VARNEY sesuai dengan kasus
asuhan bayi dengan hipotermia serta mendapatkan pengalaman tentang asuhan pada
bayi dengan hipotermia.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Melakukan pengkajian (pengumpulan data)
b. Mengidentifikasi masalah/diagnosa
c. Mengantisipasi masalah potensial
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera
e. Intervensi dan rasionalisasi
f. Implementasi
g. Mengevaluasi keefektifan Asuhan Kebidanan yang dilakukan

1.2.3 Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Waktu Pengambilan Kasus pada Kamis,21 Oktober 2021
di Tempat/Ruangan : Lantai III Ruang Neonati Rumah Sakit Umum Sari Mutiara
Lubuk Pakam

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 36ᵒ C. (dep.kes. RI. 2000).
Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5ᵒC – 37,5ᵒC. gejala awal hipotermia apabila
suhu <36ᵒC atau kedua kaki, dan tangan teraba dingin. hipotermi menyebabkan
terjadinya penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya metabolis
anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksia dan berlanjut
dengan kematian. (saifudin, 2002).
Menurut laman IDAI, hipotermia sendiri terbagi menjadi tiga jenis: 
 Stres dingin (Hipotermi ringan). Bayi mengalami stres dingin jika tubuhnya
memiliki suhu antara 35,5° hingga 36,4° Celsius
 Hipotermia sedang. Pada hipotermia sedang, suhu tubuh bayi berkisar antara 32°
hingga 35,4° Celsius.
 Hipotermia berat. Bayi dinyatakan mengalami hipotermia berat jika pengukuran
suhu tubuhnya menunjukkan angka kurang dari 32° Celsius di termometer. 

2.1.1 Etiologi

a. Jaringan lemak subkutan tipis


b. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar
c. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering
(menggigil) pada reaksi kedinginan
d. Syok hipovolemik
e. Infeksi
f. Gangguan termoregulasi (Rahardjo dan Marmi, 2015).

Penilaian hipotermia pada bayi baru lahir

Gejala hipotermia pada bayi baru lahir


a. Bayi tidak mau minum atau menetek
b. Bayi tampak lesu atau mengantuk
c. Tubuh bayi teraba dingin
d. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun, dan kulit tubuh bayi mengeras
(sklerema).

Gejala hipotermi ringan


a. Tubuh bayi dingin ketika disentuh
b. Tampak lemah
c. Kulit bayi tampak kemerahan
d. Menyusui dengan buruk
e. Menggigil
f. Meraung

Penyebab dan resiko


 Penyebab utama
Kurang pengetahuan cara kehilangan panas dari tubuh bayi dan pentingnya
mengeringkan bayi secepat mungkin.
 Resiko untuk terjadinya hipotermia
a.       Perawatan yang kurang tepat setelah bayi baru lahir
b.      Bayi di pisahkan dari ibunya segera setelah lahir
c.       Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan premature
d.      Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat)
e.       Bayi asfiksi, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengn pernafasan,
hipoglikemia perdarahan intra cranial.
(Dep.kes RI, 2001)

Factor terjadinya hipotermia


1. Lingkungan
1. Syok
2. Infeksi
3. Gangguan endokrin metabolic
4. Kurang gizi, energy protein
5. Obat-obatan
6. Aneka cuaca
(Dep.kes RI, 2001)

Prinsip dasar mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir dan mencegah hipotermia
a. Mengeringkan bayi baru lahir segera setelah bayi lahir
Bayi lahir dengan tubuh basah dengan air ketuban. Aliran udara melalui
jendela pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih
cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan dingin (cols stress)
yang merupakan gejala awal hipotermia. Untuk mencegah terjadinya serangan
dingin, setiap bayi lahir harus segera dikeringkan dengan handuk yang kering dan
bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu). Setelah tubuh bayi
kering segera dibungkus dengan selimut, diberi topi atau tutup kepala, kaus tangan
dan kaki. Selanjutnya bayi diletakan dengan terlungkup di atas dada untuk
mendapat kehangatan dari dekapan ibu.
b. Menunda memandikan bayi bari lahir sampai tubuh bayi stabil untukmencegah
terjadinya serangan dingin, ibu atau keluarga dan penolong persalinan harus
menunda memandikan bayi baru lahir.
1. Pada bayi baru lahir sehat yaitu lahir cukup bylan, berat > 2500 gram, langsung
menangis kuat, maka memandikan bayi ditunda ±24 jam setelah kelahiran.
2. Pada bayi baru lahir dengan resiko ( tidak termasuk criteria di atas), keadaan
bayi lemah atau bayi dengan berta lahir < 2500 gram, sebaiknya bayi jangan di
mandikan di tunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila
suhu tubuh bayi stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan
baik.

2.1.2 Patologis
- Peningkatan konsumsi oksigen
- Distres respirasi
- Gangguan keseimbangan asam-basa
- Hipoglikemi
- Defek koagulasi
- Sirkulasi fetal persisten
- Gagal ginjal akut
- Nekrotikan enterokolitis
- Gangguan sistemik lainnya

Tindakan pada hipotermia


Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti incubator
gunakan sesuai ketentuan. Apabila tidak tersedia incubator cara ilmiah adalah
menggunakan metode kanguru cara lainnya adalah dengan penyinaran lampu.
Hipotermia
1. Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih dan hangat.
2. Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi berada
dalam satu selimut atau kain hangat yang disertakan terlebih dahulu. Bila
selimut atau kain mulai mendingin, segera ganti dengan selimut atau kain yang
hangat.
3. Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, serta ganti dengan selimut kain yang
hangat.

Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara:


o Member tutup kepala atau topi bayi
o Mengganti kain atau popok bayi yang basah dengan yang kering dan hangat

Pencegahan Hipotermia
10 LANGKAH PROTEKSI TERMAL
1. Ruang bersalin yang hangat
2. Pengeringan bayi segera setelah lahir
3. Kontak kulit dengan kulit
4. Pemberian Air Susu Ibu
5. Menunda Memandikan & Menimbang bayi
6. Pakaian & Selimut yang tepat
7. Rawat Gabung
8. Transportasi hangat
9. Resusitasi hangat
10. Pelatihan dan Sosialisasi Rantai Hangat

2.1.3 Asuhan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir


Pastikan bayi tetap hangat dan jangan mandikan bayi hingga 24 jam setelah persalinan. Jaga
kontak kulit antara ibu dan bayi serta tutupi bayi dengan topi. Dan jika masih dalam kondisi
kedinginan,taruh bayi ke dalam incubator agar mendapatkan kehangatan. Selain itu,juga
berguna melindungi bayi dari infeksi dan zat zat pemicu alergi.

2.1.4 Penatalaksanaan

a. Kontak kulit dengan kulit


Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektifuntuk mencegah hilangnya panas
pada BBL, baik pada bayi-bayi aterm maupun preterm. Dada atau perut ibu, merupakan
tempat yang sangat ideal bagi BBL untuk mendapatkan lingkungan suhu yang tepat.
Apabila oleh karena sesuatu hal melekatkan BBL ke dada atau ke perut ibunya tidak
dimungkinkan, maka bayi yang telah dibungkus dengan kain hangat dapat diletakkan dalam
dekapan lengan ibunya(SaifuddinAB, 2014: 368)

Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan. Mencegahkehilangan
panas dan anjurkan ibu untuk menyusui bayinya segera setelah lahir sebaiknya pemberian
ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran. Bayi diletakkan telungkup di
dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap
hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat
guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakanpakaian longgar
berkancing depan(SaifuddinAB, 2014).
b. Perawatan Metode Kangguru (PMK)
PMKadalah kontak kulit antara ibu dan bayi secara dini, terus- menerus, dan dikombinasi
dengan pemberian Asi eksklusif. Tujuannya adalah agar bayi kecil tetap hangat.PMK dapat
dimulai dengan segera setelah lahir atau setelah bayi stabil.PMK dapat dilakukan dirumah
sakit atau di rumah setelah pulang. Bayi tetap dapat dirawat dengan PMK, meskipun
belum bisa menyusui, berikan Asi peras dengan menggunakan salah satu alternatif
pemberian minum (Rizema Putra, 2012).
1. Pelaksanaan metode kangguru dapat dilakukan pada waktu:
a. Segera setelah lahir.
b. Sangat awal, setelah 10-15 menit.
c. Awal, setelah umur 24 jam.
d. Menengah, setelah 7 hari perawatan.
e. Lambat, setelah bayi bernafas sendiri tanpa O2.
f. Setelah keluar dari perawatan inkubator.
c. IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah proses bayi menyusui segera setelah dilahirkan dengan
air susu ibunya sendiri dalam satu jam pertama kelahiran.InisiasiMenyusu Dini (IMD) yaitu
upaya menyusui satu jam pertama kehidupan yang diawalidengan kontak kulit antara ibu
dan bayi. Upaya tersebut dilakukan oleh bayi segerasetelah dipotong talipusatnya.
Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh dilaksanakannya IMD dengan benar
terhadap kejadian hipotermia (Apriastuti & Tinah: Jurnal IMD terhadap kejadian
hipotermia, 2015).
Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh serabut syaraf ke
hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin. Prolaktin akanmempengaruhi
kelenjar ASI ini untuk memproduksi ASI di alveoli. Semakin sering bayi menghisap puting
susu maka akan semakin banyak prolaktin dan ASI yang diproduksi. Penerapan inisiasi
menyusui dini (IMD) akan memberikan dampak positif bagi bayi, antara lain
menjalin/memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi, memberikan kekebalan pasif
yang segera kepada bayi melalui kolostrum, merangsang kontraksi uterus dan lain
sebagainnya (Indrayani, 2013).

d. Inkubator
Cara lainnya menghangatkan bayi adalah dengan menggunakan inkubator

2.1.5 Manajemen Asuhan Kebidanan

Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah dengan metode

pengaturan pemikiran dan tindakan dalam suatu urutan logis baik pasien maupun

petugas kesehatan. Proses itu digambarkan dalam arti kata perilaku yang diharapkan

dari klinis tersebut. Hal ini digambarkan dengan jelas bahwa proses berpikir dan

bertindak yang terlibat, tetapi juga tingkat perilaku dalam setiap langkah yang akan

dicapai dalam rangka memberikan asuhan/pelayanan yang aman dan menyeluruh.

Proses asuhan kebidanan ada tujuh langkah yang secara periodik disaring

ulang, itu mulai dengan pengumpulan data dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh
langkah terdiri dari kerangka yang menyeluruh dan dapat diterapkan dalam setiap

situasi. Setiap langkah bagaimanapun dapat diuraikan dalam tugas yang terbatas dan

ini bervariasi sesuai dengan kondisi pasien.

a. Tahapan Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan

1) Langkah I : Identifikasi Data Dasar


Pengumpulan data dasar secara komprehensif untuk evaluasi pasien. Data

dasar ini termasuk riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik apabila perlu, tinjau

catatan saat ini atau catatan lama dari rumah sakit. Tinjauan singkat dari data

laboratorium dan pemeriksaan tambahan lainnya, semua informasi pasien dari semua

sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien. Bidan kumpulan data awal yang

menyeluruh walaupun pasien itu ada komplikasi yang akan diajukan kepada dokter

konsulen. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penungjang bila perlu.

Anamnesa, meliputi tanya jawab untuk memperoleh meliputi riwayat

kesehatan ibu, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, riwayat KB, riwayat

pemenuhan kebutuhan dasar, data, social, ekonomi dan psikologi serta meliputi

HPHT, HTP, pergerakan janin, umur kehamilan, sakit perut tembus kebelakang sejak

kapan dan ada pelepasan lendir dan darah.

Pemeriksaan fisik meliputi : pemeriksaan tanda-tanda vital bayi, keadaan

umum klien, dan pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi meliputi : tubuh dan kaki

bayi teraba dingin, tampak lesu, konjungtiva pucat serta aktifitas berkurang.

Hipotermi adalah suhu dibawah 36,5ºC, yang terbagi atas : hipotermi ringan

(cold stress) yaitu suhu antara 36-36,5ºC, hipotermi sedang yaitu suhu antara 32-

36ºC, dan hipotermi berat yaitu suhu tubuh <32ºC (suhu ketiak).

Bayi tidak mau minum atau menetek, bayi tampak lesu atau mengantuk saja,

tubuh bayi teraba dingin, dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan

kulit tubuh bayi mengeras (sklerema).


Tanda-tanda hipotermi sedang (stress dingin) yaitu : aktifitas berkurang,

letargis, tangisan lemah, kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata), kemampuan

menghisap lemah dan kaki teraba dingin. Tanda-tanda hipotermi berat (cidera dingin)

sama dengan hipotermi sedang, bibir dan kuku kebiruan, pernafasan lambat,

pernafasan tidak teratur, bunyi jantung lambat dan selanjutnya mungkin timbul

hipoglikemia dan asidosis metabolik. Tanda-tanda stadium lanjut hipotermi yaitu

muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat,

kulit mengeras merah dan timbul oedema terutama pada punggung, kaki dan tangan

(sklerema).

2) Langkah Ke II : Identifikasi Diangnosa/Masalah Aktual

Dikembangkan dari data dasar : interpretasi dari data ke masalah atau

diagnosa khusus yang teridentifikasi. Kedua kata masalah maupun diagnosa dipakai,

karena beberapa masalah tidak dapat didefenisikan sebagai diagnosa tetapi tetap perlu

dipertimbangkan untuk membuat wacana yang menyeluruh untuk pasien.

Hipotermi adalah suhu dibawah 36,5ºC, yang terbagi atas : hipotermi ringan

(cold stress) yaitu suhu antara 36-36,5ºC, hipotermi sedang yaitu suhu antara 32-36ºC

dan hipotermi berat yaitu suhu tubuh <32ºC. Bayi tidak mau minum atau menetek,

bayi tampak lesu atau mengantuk saja, tubuh bayi dalam keadaan dingin, dalam

keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras

(sklerema).
Hipotermi dapat terjadi pada bayi baru lahir (neonatus), yaitu pada bayi

dengan asfiksia, bayi BBLR, bayi dengan sepsis, distress pernafasan, pada bayi

prematur atau bayi kecil yang memiliki cadangan glukosa yang sedikit (Rukiyah dan

Yulianti, 2013:287)

3) Langkah III : Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial lainnya berdasarkan

masalah yang sudah ada adalah suatu bentuk antisipasi, pencegahan apabila perlu

menunggu dengan waspada dan persiapan untuk suatu pengakhiran apapun. Pada

langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan

sambil mengamati klien, sangat diharapkan oleh bidan jika masalah potensial benar-

benar terjadi dilakukan asuhan yang aman.

Pada kasus hipotermi biasanya dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia.

Hipoglikemia adalah masalah serius pada bayi baru lahir karena dapat menimbulkan

kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan

menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian. Glukosa

merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses

persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stres yang terjadi mengurangi

cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa

misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi dan gangguan pernafasan.


Akibat yang ditimbulkan hipotermi yaitu Hipoglikemia-Asidosis Metabolik,

karena vasokontriksi perifer dengan metabolisme anaerob, kebutuhan oksigen yang

meningkat, metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu, gangguan

pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi

berat, syok, apnea dan perdarahan Intra Ventricular (Rukiyah & Yulianti, 2013:284).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan tubuh bayi menurut

(Indrayani & Djami, 2013:318-320).

Mengeringkan bayi secara seksama dengan memastikan tubuh bayi

dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas secara evaporasi,

selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat karena bayi yang

diselimuti kain yang sudah basah dapat terjadi kehilangan panas secara konduksi,

tutup bagian kepala dimana bagian kepala bayi merupakan permukaan yang relatif

luas dan cepat kehilangan panas, anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya,

tempatkan bayi di lingkungan yang hangat, jangan segera memandikan bayi baru

lahir.

4. Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi

Merefleksikan proses manajemen yang sifatnya terus menerus tidak hanya

pada asuhan primer yang periodik selama kunjungan antenatal tetapi juga selama

bidan terus bersama wanita itu misalnya selama waktu bersalin. Data baru terus

dikumpulkan dan dievaluasi. Jika terjadi kasus hipotermi berat (cidera dingin) sama

dengan hipotermi sedang, bibir dan kuku kebiruan, pernafasan lambat, pernafasan

tidak teratur, bunyi jantung lambat dan selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan
asidosis metabolik. Harus dilakukan tindakan segera seperti menempatkan bayi pada

incubator, menyelimuti bayi dengan kain hangat dan melakukan metode kanguru agar

bayi tetap hangat didekap ibunya.

5. Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan

Membuat suatu rencana asuhan yang komprehensif, ditentukan oleh langkah

sebelumnya, adalah suatu perkembangan dari masalah atau diagnosa yang sedang

terjadi atau terantisipasi dan juga termasuk mengumpulkan informasi tambahan atau

tertinggal untuk data dasar.

Suatu rencana asuhan yang komprehensif tidak saja mengcakup apa yang

ditentukan oleh kondisi pasien dan masalah yang terkait, tetapi juga menggaris

bawahi bimbingan yang terantisipasi (anticipatory guinde) untuk seperti apa yang

diharapkan terjadi berikutnya.

Berdasarkan kasus hipotermi terkhusus hipotermi ringan maupun sedang ini

bisa ditolong di puskesmas dengan cara menghangatkan bayi didalam inkubator atau

dibawah penyinaran lampu, melakukan metode kanguru untuk menghangatkan bayi

melalui panas tubuh ibu, memeriksa suhu tubuh bayi setiap jam, mengganti pakaian

yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimut

hangat. Hindari paparan panas dan posisi bayi sering diubah.

Jika pada bayi aterm : letakkan BBL pada Radiant Warmer, keringkan untuk

menghilangkan panas melalui evaporasi, tutup kepala, bungkus tubuh segera, bila

stabil dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi dapat disusukan.

Jika pada bayi preterm : seperti prosedur diatas masukkan ke inkubator dengan servo
control atau radiant warmer dengan servo controle. Jika pada bayi dengan BBLR

menurut (Maryunani, 2013:278-279) yaitu :

Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat dan kering,

memakai topi dan selimut, periksa ulang suhu bayi 1 jam kemudian, bila suhu naik

pada batas normal (36,5-37,5ºC), berarti usaha menghangatkan berhasil, anjurkan ibu

untuk menyusui lebih sering, bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat

minum dengan baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan pengawasan, bayi

tidak usah dirujuk, dan nasehati ibu cara merawat bayi lekat/metode kanguru

dirumah.

6. Langkah VI : Implementasi Asuhan Kebidanan

Melaksanakan perencanaan asuhan menyeluruh, perencanaan ini bisa

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak

melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan

pelaksanannya (yaitu : memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).

Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan keterlibatannya dalam

manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga bertanggung

jawab terhadap pelaksanaan manajemen asuhan klien agar penanganan kasus dengan

hipotermi dapat berhasil dan memuaskan.

7. Langkah VII : Evaluasi


Evaluasi langkah terakhir ini sebenarnya adalah merupakan pengecekan apakah

rencana asuhan tersebut, yang meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan sebagaimana

telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif

jika memang benar efektif dalam pelaksanannya dan dianggap tidak efektif jika memang tidak

efektif. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian

tidak.

Sekali lagi, dengan mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu

kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui

proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta

melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Sudarti & Fauziah, 2013:177-182).

Beberapa hal yang di evaluasi : apakah ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang

diberikan, apakah ibu sudah melakukan apa yang telah di anjurkan dan telah diajarkan,

bagaimana keadaan umum bayi, mengukur tanda-tanda vital bayi untuk memantau keadaan

bayi, apa kecemasan pada ibu teratasi, apakah kasus neonatus dengan hipotermi dapat teratasi.
BAB III TINJAUAN KASUS

PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN HIPOTERMI RINGAN


` TERHADAP BAYI Ny. D

Langkah I.
Pengumpulan Data
Tanggal 21 Oktober 2021

A. Identitas
Nama Anak : Bayi Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 21 Oktober 2021
Jam : 09.30 WIB
Anak : Pertama
Alamat : Jl. Bakaran Batu,Lubuk Pakam

Nama Ibu : Ny. Elprida Sihombing Nama Ayah : Tn. Muh.Abdika


Umur : 28 tahun Umur : 31 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Jl. Bakaran Batu Alamat : Jl. Bakaran Batu

B. Data Subyektif (Anamnesa)


Oleh : Fiencen Tambunan
1.Riwayat Penyakit Kehamilan
: Ibu tidak mengalami gangguan kesehatan yang berat hanya mengalami ketidaknyamanan yang
fisiologis. Seperti BAK,mual,muntah pada pagi hati Trimester 1
• Perdarahan : Tidak ada Ada
• Pre-eklamsia : Tidak ada Ada
• Eklamsia : Tidak ada Ada
• Penyakit kelamin : Tidak ada Ada
• Lain-lain : Tidak ada Ada
2. Kebiasaan waktu hamil :
• Makanan : 5 sehat 5 sempurna dan pagi siang malam bervariasi
• Obat-obat/jamu : Tidak ada Ada
• Merokok : Tidak ada Ada
• Lain-lain : Tidak ada Ada
3. Riwayat Persalinan sekarang
a. Jenis persalinan : Spontan,Letak Belakang Kepala
b. Ditolong oleh : Bidan
c. Ketuban pecah :
Warna : bening kekuninganputih ker
Bau : tidak berbau
Jumlah : 600 ml
d. Komplikasi persalinan :
• Pada ibu : tidak ada
• Pada bayi : tidak ada
e. Keadaan bayi baru lahir :
• Nilai Apgar : 6/7

RESUSITASI
Pengisapan Lendir : Tidak ada Ada
Ambu : Tidak ada Ada
Massage jantung : Tidak ada Ada
Intubasi Endutraheal : Tidak ada Ada
Oksigen : Tidak ada Ada
APGAR SCORE
Tampilan 0  1         2 nilai
A Apperence Pucat Badan Seluruh tubuh 1      2
merak,eks biru merah
P Pulce Tidak <    100 >   100 1     1
ada
G Gnmence Tidak Menyeringai Bersin,batuk 1       1
ada
A Aktivity Tidak Ekstermitas Reaksi 1      1
ada sedikit refleks melawan
R Respiration Tidak Lemah tidak Menangis 2       2
ada teratur kuat
Skor/jumla 8     6     7
h

2.Riwayat persalinan sekarang


Usia kehamilan : 38 minggu
Lama persalinan
Kala I : 8 jam
Kala II : 30 menit
Kala III : 20 menit
Kala IV : 2 jam
Jumlah : 10 jam 50 menit

Jumlah perdarahan
Kala I : Blood slym
Kala II : 50 cc
Kala III : 150 cc
Kala IV : 250 cc
Keadaan air ketuban : Jernih
Waktu pecahnya ketuban :08.00 WIB dengan amniotomi
Jenis persalinan : Sponta pervaginam
Lilitan tali pusat : Tidak ada
Episiotomi : Tidak ada

3.Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar Bayi


a.         Nutrisi / Cairan
-       Bayi disusui dalam 30 menit setelah lahir (IMD)
-       Bayi disusui setiap saat atau setiap menangis
b.         Eliminasi
-       Bayi belum BAK dan BAB
c.         Personal Hygiene
-       Bayi tampak bersih
4.RIWAYAT PSIKOSOSIAL, EKONOMI, dan SPIRITUAL
1.      Ibu, suami dan keluarga senang dengan kelahiran bayinya
2.      Pekerjaan rumah tangga dibantu oleh ibu dan adik
3.      Ibu menikah 1 kali dengan suami sekarang.
4.      Biaya perawatan ditanggung oleh suami dan keluarga.
C. Data Obyektif

1.Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis koopertif
Aktivitas : lemah
Daya hisap : lemah
Ekstrimitas : membiru
Refleks : lemah
3. Kepala
a. Caput succedeneum : tidak ada
b. Bentuk kepala : bulat, simetris
4. Mata
a. Bentuk : simetris kanan – kiri
b. Strabismus : tidak ada
c. Pupil mata : peka terhadap rangsang cahaya
d. Skelera : tidak ikterik
e. Keadaan : bersih
f. Bulu mata : ada
g. Konjungtiva : agak pucat
5. Hidung
a. Bentuk : simetris kanan-kiri
b. Luka hidung : bersih, tidak ada pengeluaran sekret
c. Pernapasan cuping hidung : tidak ada
6. Mulut
a. Bentuk : simetris
b. Palatum : tidak ada palotoskisis
c. Gusi : licin, agak pucat
d. Refleks hisap : lemah
e. Bibir : tidak ada skisis
7. Telinga
a. Posisi : simetris
b. Keadaan : bersih tidak ada pengeluaran serumen
8. Leher
Pergerakan leher : leher tampak ekstensi bila badan diangkat
9. Dada
a. Posisi : simetris
b. Mamae : ada
c. Suara nafas : tidak ada ronchi dan hwezing pernapasan belum
teratur
10. Perut
Bentuk : normal, tidak ada pembesaran, tali pusat masih basah
11. Genetalia
a. Jenis kelamin : perempuan
b. Anus : ada
12. Ekstremitas
a. Bentuk : simetris, ujung-ujung membiru
b. Jari kaki : lengkap
c. Jari tangan : lengkap
d. Aktivitas : lemah, tampat mengantung
13. Kulit : turgor jelek, berwarna tidak rata (cutis marviorata)

3.Pemeriksaan Refleks
a. Menghisap (sucking) : lemah
b. Menggenggam (graping) : ada
c. Refleks kaki (staping) : ada
d. Refleks moro : ada
4.Riwayat ukuran pertumbuhan
BB : 2900 gram PB : 45 cm
Lila : 8 cm LK : 33 cm
LD : 30 cm TTV Bayi :
S : 35,7 derajat celcius
P : 30 x/menit
N : 110 x/menit
A/S : 7/7

Langkah II.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL
1. Diagnosa
Bayi Baru Lahir ny.D cukup bulan,spontan
2. Masalah
Hipotermia ringan (stress dingin) pada bayi baru lahir
a. Menyeringai
b. Nutrisi tidak adequat
Daya isap bayi terhadap ASI lemah
c. Menggigil
d. tali pusat masih basah
3. Kebutuhan
a. Latih terus kemampuan hisap bayi
yaitu dengan memberikan ASI menggunakan dot dan menyendoki. Selain itu,
susui bayi langsung sesering mungkin, paling lama setiap 2 jam, apabila
memungkinkan lebih sering lagi. Apabila bayi tidur, bangunkan dengan
membuka bedung atau menggosok telapa;[‘;.k kaki bayi. Ibu harus bersabar.
Stimulasi yang ibu berikan sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan
hisap bayi. Segera berikan ASI atau kolostrum setelah bayi lahir, sehingga bayi
bisa menerima makanan yang baik untuk melindungi kehilangan gula darah dan
energi tubuh.

b. - Ditutup dengan kain bersih dan kering seluruh tubuh


-Lakukan resusitasi (respirasi artifisialis)
Yaitu dengan alat yang dimasukkan ke dalam mulut untuk mengalirkan O2
dengan tekanan 12 mmHg. Dapat juga dilakukan mouth to mouth respiration,
heart massage (masase jantung), atau menekan dan melepaskan dada bayi.

c. Mengukur suhu tubuhnya.


Pengukuran suhu yang paling akurat dapat dilakukan melalui rektal. Namun jika
Mama tidak memiliki termometer khusus rektal, pengukuran suhu lewat ketiak
juga dapat dilakukan.

Susui terus si Kecil dengan metode kontak kulit sampai suhunya kembali normal.
Menyusui dalam kondisi ini sangat penting untuk mejaga bayi tetap hangat serta
kadar gulanya tidak turun. Seperti yang disebutkan di atas, hipoglikemia juga
menjadi salah satu penyebab hipotermia pada bayi.

Mama juga dapat menambahkan selimut atau mengenakan pakaian tambahan


pada bayi agar ia menjadi hangat.

d. membiarkannya tetap kering dan tidak basah maupun lembap.


Ini karena kondisi basah dan lembab dapat memicu pertumbuhan kuman dan
bakteri yang bisa menyebabkan infeksi.

Saat memandikan bayi di rumah, usahakan tali pusat tidak basah dan hindari
merendam bayi saat mandi atau menggunakan sabun mandi apapun untuk
membersihkan tali pusat.

Selain itu, pemberian bedak, minyak maupun jamu-jamuan tidak diperlukan


karena akan membuat pusar bayi basah dan bau.

Pilihlah pakaian dan popok bayi yang nyaman dan lembut untuk menghindari
gesekan dengan pusar bayi yang bisa menyebabkan luka.
Setelah tali pusat puput, tetap jaga kebersihan pusar bayi dengan menjaga area
tersebut tetap kering, misalnya dengan tidak memakaikan popok hingga menutupi
pusar.

Langkah III.

Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Tidak ada
Langkah IV.
Kebutuhan Intervensi dan Kolaborasi Segera
-.informasikan pada ibu mengenai cara mempertahankan panas pada bayi baru lahir
-.informasikan pemberian ASI
-.informasikan menjaga personal hygne bayi

Langkah V.

Rencana
i. Hangatkan tubuh bayi
Menganjurkan ibu memakaikan pakaian hangat atau pakaian berlapis,membedong bayi,membawa
bayi ke ruangan dengan suhu yg lebih hangat
ii. Pemberian ASI
Menganjurkan ibu dan bayi berada dalam kondisi rileks dan nyaman,
Mendekatkan bayi ke payudara,
Perlekatan yang benar,
Posisi perlekatan terbaik bayi menyusui yaitu mulut bayi tidak hanya menempel pada puting, namun
pada area bawah puting payudara dan selebar mungkin. Perlekatan ini merupakan salah satu syarat
penting dalam cara menyusui dengan benar. Tanda bahwa perlekatan sudah baik yaitu ketika ibu
tidak merasakan nyeri saat bayi menyusu dan bayi memperoleh ASI yang mencukupi. Ibu dapat
mendengarkan saat bayi menelan ASI.
Membetulkan posisi bayi,
Jika ibu merasa nyeri, lepas perlekatan dengan memasukan jari kelingking ke dalam mulut dan
letakkan di antara gusinya. Gerakan ini akan membuatnya berhenti menyusu sementara Anda bisa
menyesuaikan posisi bayi. Kemudian, coba lagi untuk perlekatan yang lebih baik. Setelah perlekatan
sudah benar, umumnya bayi akan dapat menyusu dengan baik.
Waktu menyusu.
Bayi menyusu sekitar 5 hingga 40 menit, tergantung kebutuhannya. Untuk bayi yang baru lahir,
biasanya bayi perlu disusui setiap 2 – 3 jam dengan dengan waktu menyusu 15 – 20 menit setiap
kalinya. Umumnya dibutuhkan beberapa waktu untuk adaptasi ibu dan bayi, agar proses menyusui
berjalan lancar.
iii. Menjaga personal hygiene bayi
a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya pemeliharaan kebersihan bayi
b. Ajarkan pada ibu tentang cara memandikan bayi
c. Anjurkan pada ibu untuk mengjaga kebersihan bayinya

Langkah VI.

Pelaksanaan
1. Menghangatkan tubuh bayi
a. Bayi dipakaikan topi atau kain untuk menjaga kepala tetap hangat
b. Menggunakan popok yang dilapisi plastik sehingga bayi mendapat sumber panas terus
menerus
c. Mengganti kain/pakaian/popok yang basah dengan yang kering
d. Kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi diantara bagian tubuh bayi dengan dada dan
perut ibu dalam baju kanguru
2. Melakukan perawatan kebersihan bayi baru lahir
a. Segera mengeringkan tubuh bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat
b. Menunda memandikan bayi + 24 jam setelah kelahiran
c. Merawat tali pusat
d. Memandikan dengan mandi kering
3. Membantu ibu menyusui bayinya kepanpun ketika bayi mau menyusui
4. Melakukan pemantauan bati baru lahir
a. Pantau kemampuan menghisap
b. Keaktifan bayi
c. Pantau keadaan umum bayi seperti suhu, BB, nadi, pols

Langkah VII.
Evaluasi
1. Ibu sudah menghangatkan bayinya dengan metode kanguru
2. Bayi telah menangis kuat
3. Bayi sudah mau diberi/mendapatkan ASI meskipun sedikit-sedikit
4. Bayi sudah dalam keadaan bersih
5. Pakaian/popok selalu dalam keadaan kering
6. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 120 x/menit
Respirasi : 40 x/menit

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny.D” dengan Hipotermia Ringan (Stress
Dingin) di Lantai 3 Persalinan Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Lubuk Pakam Tanggal 21 Oktober
2021,maka penulis dapat menyimpulkan kasus tersebut sebagai berikut :

1. Didapatkan hasil dari pengkajian terhadap bayi Ny.D yaitu Bayi Baru Lahir
normal,lahir pada tanggal 21 Oktober 2021,Pukul 07.30,bayi menyeringai,tubuh
kemerahan ekstremitas kebiruan,tonus otot lemah,usaha bernafas megap
megap,nilai APGAR 6/7
2. Didapatkan diagnose dari hasil pengkajian terhadap bayi Ny.D yaitu bayi baru lahir
cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan hipotermi ringan. Masalah yang
muncul pada kasus ini yaitu bayi baru lahir normal dengan menyeringai,tubuh
kemerahan ekstremitas kebiruan,tonus otot lemah,usaha bernafas megap
megap,nilai APGAR 6/7 serta kebutuhan yaitu langkah awal resusitasi
3. Didapatkan diagnose potensial tidak ada karena masih dalam kondisi hipotermi
ringan. Jadi cukup untuk memberikan perhatian mengenai bayi hipotermi
4. Telah dilaksanakan antisipasi sebagaimana dijelaskan dalam teori yaitu dengan
mempertahankan panas bayi baru lahir(KEHANGATAN)
5. Didapatkan rencana asuhan kebidanan yang diberikn pada Ny.D dengan hipotermi
ringan yaitu langkah awal mempertahankan kehangatan untuk bayi dan asuhan
6. Tindakan asuhan kebidanan telah dilaksanakan sesuai rencana yang telah dibuat
yaitu dengan tindakan dalam mempertahkankan panas atau kehangatan bayi dan
dilanjutkan dengan asuhan
7. Hasil evaluasi terhadap bayi Ny.D yaitu bayi tidak menggil lagi,mau diberi ASI
walau perlahan lahan,kulit kemerahan serta tonus otot sudah baik dan suhu kembali
normal.

BAB V
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1. Dari data subjektif dan objektif yang didapatkan bayi “D” dengan hipotermi.
2. Pengkajian dan analisa data yang diberikan dengan asuhan kebidanan sangat penting dilakukan
karena merupakan langkah awal yang kiranya perlu penanganan cermat sehingga semua
masalah-masalah dapat terdeteksi secara dini dan tidak berlanjut ke masalah kematian.
3. Masalah potensial yang terjadi pada hipotermi tidak ada
4. Tindakan segera atau kolaborasi pada bayi “D” yaitu dengan mempertahankan panas atau
kehangatan bayi
5. Rencana asuhan kebidanan yang dilakukan pada bayi “D”, hipotermi dapat teratasi dan suhu
kembali normal, kebutuhan nutrisi terpenuhi/teratasi, dan tidak terjadi infeksi.
6. Penatalaksanaan tindakan yang dilakukan pada bayi “D” dengan hipotermi yaitu berupa
observasi.
7. Evaluasi hasil asuhan kebidanan yang dilakukan pada bayi “D” dengan hipotermi yaitu suhu
bayi telah normal dan keadaan bayi baik.

1.2 Saran
1. Bagi ibu
a. Diharapkan agar ibu menjaga kebersihan diri dan bayinya, menjaga asupan nutrisi bayinya
serta menganjurkan untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan.
b. Pentingnya membawa bayi imunisasi lengkap.

2. Bagi bidan
a. Petugas kesehatan dapat mengenali dan mendeteksi secara dini setiap kemungkinana
terjadinya komplikasi pada bayi baru lahir.
b. Petugas kesehatan khususnya bidan perlu menjelaskan keadaan bayi kepada orang tua bayi
kondisi yang dialami oleh bayinya serta diharapkan memberikan dorongan moril pada orang tua
bayi.
3. Bagi institusi pendidikan

a. Agar menerapkan asuhan kebidanan dalam pemecahan masalah dapat lebih


ditingkatkan dan dikembangkan mengingat metode ini sangat bermanfaat dalam membina tenaga
bidan guna menciptakan sumber daya manusia yang lebih profesional.
b. Perlu adanya persamaan presepsi antara pendidikan dan petugas kesehatan dilahan praktek
tentang penerapan asuhan kebidanan sebagai alat dalam pendekatan pemecahan masalah pada
praktek sehari-hari sehingga meningkatkan mutu pelayanan tenaga kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2000, Pedoman Penanganan Kegawatdaruratan Obstektrik dan Neonatal, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
________________, Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
Saifuddin, Abdul Bari, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal, INPKKR-POGI & YBS –
SP, Jakarta.
Wiknjosastro Gulardi H., dkk, 2007, Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, Jakarta.
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Praktek ini tekah disetujui oleh
Pembimbing Lapangan dan Pembimbing Akademik

Lubuk Pakam, 21 Oktober 2021


Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

( ) ( Mestika L.Toruan,SKM,MKM)

DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA

( )
Tanda Tangan dan Cap Institusi
Lampiran 2

LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING AKADEMIK

No Materi Yang di Saran Pembimbing Paraf


Tanggal Konsultasikan
Lampiran 3

LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING LAPANGAN

No Materi Yang di Saran Pembimbing Paraf


Tanggal Konsultasikan
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai