Anda di halaman 1dari 25

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA


DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Nidaul Jannah

Alumni Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

Abstrak
Pada wakaf tunai, dana yang diperoleh para wakif akan dikelola oleh nadzhir (pengelola
wakaf) yang dalam hal ini bertindak sebagai manajemen investasi. Kemudian dana wakaf
tersebut dikelola dan diinvestasikan pada instrumen keuangan syariah, atau ke berbagai
badan usaha yang bergerak sesuai syariah. Keuntungan dari investasi di atas siap
didistribusikan kepada maukuf 'alaih. Adapun pokoknya akan diinvestasikan terus-menerus.
Semua investasi, baik melalui instrumen keuangan syariah, atau sektor riil, harus dijaminkan
sesuai ketentuan yang berlaku.
Pengelolaan wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dilakukan dengan jalan
menginvestasikannya ke sektor yang sesuai dengan syariah, baik dengan prinsip bagi hasil
atau sewa. Pengelolaan wakaf tunai yang dicanangkan TWI dilakukan berdasarkan dua
pendekatan, yaitu pendekatan produktif, (menginvestasikan ke sektor peternakan,
perkebunan, pengadaan sarana niaga) dan pendekatan non produktif (menginvestasikan
dana wakaf tunai yang tidak menghasilkan keuntungan seperti membangun rumah sakit
gratis, sekolah gratis). Keuntungan investasi didistribusikan untuk sarana pendidikan,
kesehatan dan pemberdayaan ekonomi. Namun dalam pengelolaannya. Tabung Wakaf
Indonesia (TWI) tidak menggunakan lembaga penjamin syariah.

Kata kunci: wakaf tunai, investasi, keuntungan investasi, lembaga penjamin syariah.

Abstract
In cash wakaf or (islam) “property donated religious or community use, the donation
which is gotten by the wakif or (islam)” who donates property to the islam community will be
managed by (nadzhir) or “wakaf manager” which in this case that person takes steps as a
management. Then, that wakaf’s investment donation is managed and is invested in syariah
finances instrument or to any other syariah business institution. Profit from investment will be
distributed to maukuf ‘alaih. While the base wakaf will be invested continually. All of the
investments either sector must be guaranteed appropriate certainty.
The management of cash wakaf in Tabung Wakaf Indonesia (TWI) is done by investing it
to syariah sector, either by product divided or renting. Cash wakaf’s management which is
divided by TWI is done based on two approaches. There are productive approach (investing
to animal husbandry, plantation, and business supplying medium) and the second approach
is non productive approach (investing cash wakaf which do not produce profit such as built
free hospital, free school). Profit of investment is distributed for education, health and
economic empowerment. However, in managing TWI does not use syariah guarantee
institution.

27
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

Keyword: Cach wakaf, investment, investment profit, syariah guarantee institution.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Islam memandang harta mempunyai nilai yang sangat strategis, karena harta
merupakan alat dan sarana untuk memperoleh berbagai manfaat dan mencapai
kesejahteraan hidup manusia sepanjang waktu. Harta termasuk salah satu hal penting
bagi manusia, karena harta merupakan salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan.
Tidak ada manusia yang tidak membutuhkan harta.
Harta juga merupakan sarana ibadah yang perlu dinafkahkan untuk diri dan kerabat
melalui berbagai wujud “sedekah” dalam arti luas. Salah satu sedekah jariyah adalah
“wakaf” yang memberikan manfaat kepada pewaqif, selagi masih hidup di dunia dan
berlanjut terus sesudah meninggal.
Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan akan kesejahteraan
ekonomi akhir-akhir ini, keberadaan wakaf menjadi sangat strategis sebagai salah satu
instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Wakaf sebagaimana
instrumen keuangan Islam lainnya, seperti zakat, bila dikelola secara produktif dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Itu berarti wakaf dapat
menjadi sumber pendanaan dari umat untuk umat baik untuk kepentingan keagamaan,
sosial, maupun ekonomi. Selain itu, wakaf dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat, kaya atau miskin, karena wakaf tidak sama dengan zakat yang hanya dapat
dinikmati oleh mustahiq.
Potensi wakaf di Indonesia dapat mencapai Rp 2,5 trilyun selama setahun.1 Melihat
potensi wakaf yang besar, maka pengelolaan wakaf di Indonesia mulai diperhatikan
secara serius. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya peraturan tentang wakaf, diantaranya
yaitu Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004.2
Dalam rangka mengoptimalkan potensi wakaf ini, maka pemerintah terus
menggalang dana wakaf melalui berbagai objek wakaf. Salah satu objek wakaf yang
sangat potensial adalah wakaf tunai. Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.3
Jumlah umat Islam terbesar di seluruh dunia merupakan aset besar untuk
penghimpunan dan pengembangan wakaf tunai di Indonesia, semua orang Islam dapat
mewakafkan sejumlah dananya menurut yang ia kehendaki.
Pada wakaf uang, dana yang diperoleh dari para wakif akan dikelola oleh nazhir
(pengelola wakaf), yang bertindak sebagai manajemen investasi. Kemudian dana wakaf

1
Antaranews, “Pangsa Pasar Syariah Indonesia Sama Dengan Mesir”, http://www.antaranews.com, 29 Januari 2013
(dikutip pada tanggal 16 Februari 2013).
2
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009, h.. 432.
3
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai,
Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2008, h.. 1.

28
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

tersebut akan dikelola dan diinvestasikan. Keuntungan dari investasi didistribusikan


kepada masyarakat ke dalam beberapa sektor sesuai dengan keinginan wakif. Adapun
uang pokoknya akan diinvestasikan terus-menerus dan tidak boleh berkurang.4
Wakaf tunai merupakan aset yang paling likuid, maka diharapkan pengelolaan wakaf
dengan jalan menginvestasikan dana wakaf tunai dapat menjadi lebih mudah karena
dapat disalurkan dalam bentuk apapun yang bersifat produktif. Kegiatan investasi
dilakukan dalam upaya mengembangkan, mendayagunakan dan memberi nilai tambah
ekonomi, serta meningkatkan nilai manfaat sosial atas harta wakaf. Dari pelaksanaan
kegiatan investasi ini diharapkan diperoleh keuntungan usaha. Untuk mewujudkan
keinginan tersebut, maka dalam pengelolaan investasi wakaf tunai haruslah optimal.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana konsep investasi wakaf tunai menurut syariah?
b. Bagaimana aplikasi investasi wakaf tunai pada Tabung Wakaf Indonesia?
Pembatasan Masalah
Agar permasalahan tidak terlalu luas, maka dalam hal ini penulis membatasi
penelitian pada konsep investasi. Selain itu yang dibahas dalam penelitian ini
hanyalah aset wakaf tunai yang berupa uang, emas dan perak batangan, dinar dan
dirham, perhiasan emas dan perak yang dikelola oleh Tabung Wakaf Indonesia
(TWI).

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
a. Untuk mengetahui konsep investasi wakaf tunai menurut syariah.
b. Untuk mengetahui aplikasi investasi wakaf tunai pada Tabung Wakaf
Indonesia.
D. Metode, Jenis dan Teknik Penelitian

1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode
deskriptif adalah adalah peneliti menyusun perencanaan penelitian, peneliti lalu ke
lapangan (field) tidak membawa alat pengumpul data, melainkan langsung
melakukan observasi atau pengamatan.5 Sedangkan penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain,
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

4
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika , 2009, h.. 117.
5
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Logos, 1997, h.. 61.

29
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

alamiah6. Jadi metode deskriptif kualitatif merupakan metode yang sifatnya hanya
menggambarkan dan menjabarkan temuan di lapangan.

2. Jenis Penelitian
c. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan di Tabung Wakaf Indonesia (TWI) yang terletak di
Perkantoran Ciputat Indah Permai Blok C-25, Jl. Ir. H. Juanda No.50, Ciputat –
15419. Dalam penelitian ini penulis melakukan suatu analisis terhadap aplikasi
investasi wakaf tunai. Selain itu juga, penulis melakukan wawancara secara
langsung kepada pihak terkait yang memiliki atau memegang kewenangan
penting di Tabung Wakaf Indonesia (TWI) yang berkaitan dengan aplikasi
investasi wakaf tunai.
d. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian Kepustakaan (library research) adalah teknik pengumpulan data
dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah
yang dipecahkan.7

Teknik Penelitian
Untuk mengumpulkan data penelitian, dilakukan dengan instrumen-instrumen
tertentu sesuai dengan tujuan penelitian, antara lain:
a. Data Primer
Data primer diperoleh melalui:
1) Observasi
Observasi diartikan sebagai suatu pengamatan terhadap objek penelitian.8
2) Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan/data untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewancara
dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan
wawancara9.
b. Data Sekunder
Data sekunder (secondary data) adalah data yang bersumber dari buku-buku,
media cetak dan media elektronik.

II. KERANGKA TEORITIS

A. Konsep Investasi Syariah

1. Pengertian Investasi Syariah

6
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h.. 6.
7
M. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cet.ke-5, 2003, h.. 27.
8
Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metode Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing, 2013, h.. 93.
9
Syofian Siregar , Statistika Deskriptif untuk Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h.. 130.

30
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

Kata investasi merupakan kata adopsi dari bahasa Inggris, yaitu investment. Kata
invest sebagai kata dasar dari investment memiliki arti menanam.10 Investasi dalam
bahasa Arab yaitu ٌ ‫ ـﺗِـﺛـ ْ ﻣ َـﺎر‬.ْ ‫ِﺳ‬11‫ إ‬Definisi investasi adalah menanamkan atau
menempatkan aset, baik berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan
akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya di masa
mendatang.

Dalam wakaf tunai atau wakaf uang, pengertian investasi wakaf uang adalah
menempatkan uang atau dana yang bersumber dari dana wakaf tunai dengan tujuan
mendapatkan keuntungan atas uang atau dana yang diinvestasikan.12

Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua yaitu:13

1. Investasi pada financial asset : dilakukan di pasar uang dan juga dapat
dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, warrant, opsi,
dan yang lainnya.
2. Investasi pada real asset : dilakukan dengan pembelian aset produktif,
pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, perkebunan, dan yang
lainnya.

2. Tujuan Investasi Syariah


Secara umum, tujuan utama dari kebijakan investasi dalam suatu perusahaan
adalah untuk implementasi rencana program yang dibuat agar dapat mencapai
return positif, dengan probabilitas yang tinggi, dan aset yang tersedia untuk
diinvestasikan. Dalam wakaf tunai, Kegiatan investasi dilakukan dalam upaya
mengembangkan, mendayagunakan dan memberi nilai tambah ekonomi, serta
meningkatkan nilai manfaat sosial atas harta wakaf. Dari pelaksanaan kegiatan
investasi ini diharapkan diperoleh keuntungan usaha, dan keuntungannya digunakan
bagi kepentingan umat.14

3. Landasan Prinsip-Prinsip Syariah


Firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu....” (an-Nisaa: 29).

10
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Jakarta: Kencana, 2008 h.. 7.
11
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak,
1996, h.. 93.
12
Bowo Setiawan, “Investasi Wakaf Uang”, http://artikel bowo.blogspot.com/2011/12/investasi-wakaf-uang.html, 2011
(dikutip tanggal 22 Juni 2013).
13
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Jakarta: Kencana, 2008 h.. 8.
14
M. Cholil Nafis, “Peluang Kemitraan Investasi Wakaf Produktif”, http://bwi.or.id, 2011 (dikutip tanggal 22 Juni 2013).

31
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

Ayat ini merupakan landasan dasar tentang cara berinvestasi yang sehat dan benar.

Hadits Nabi:

( ٢٣٤٠ :‫ ﺑﺎب ﻣن ﺑﻧﻰ ﻓﻰ ﺣﻘﮫ ﻣﺎ ﯾﺿ ّر ﯾﺣﺎ ره‬٫‫ ﻛﺗﺎب اﻷ ﺣﻛﺎم‬٫‫رواه اﺑن ﻣﺎﺟﮫ‬
) َ ‫ﻻ َﺿ َر َ ر َ و َ ﻻ َﺿ ِ ر َ ار‬

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang
lain.” (HR Ibnu Maajah, dalam kitab hukum, bab barang siapa yang membangun
haknya dengan tidak merusak terhadap tetangganya, no hadis 2345).

4. Risiko Investasi
Dalam analisis tradisional, risiko total dari berbagai aset keuangan bersumber
dari:15

a. Interest Rate Risk. Risiko yang berasal akibat perubahan tingkat suku
bunga. Perubahan suku bunga ini berpengaruh negatif terhadap harga
sekuritas.
b. Market Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi
dalam keseluruhan pasar sehingga berpengaruh pada semua sekuritas.
c. Inflation Risk. Jika suku bunga naik, maka inflasi juga meningkat
d. Business Risk. Risiko yanga ada karena melakukan bisnis pada industri
tertentu.
e. Financial Risk. Risiko yang timbul karena penggunaan leverage finansial
oleh perusahaan.
f. Liquidity Risk. Risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder tertentu
di mana sekuritas diperdagangkan. Suatu investasi jika dapat dibeli dan
dijual dengan cepat tanpa perubahan harga yang signifikan, maka
investasi tersebut dikatakan likuid, demikian sebaliknya.
g. Exchange Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return sekuritas
karena fluktuasi kurs currency.
h. Country Risk. Risiko ini menyangkut politik suatu negara sehingga
mengarah pada political risk.
Dalam menginvestasikan dana wakaf, hendaknya dipertimbangkan keamanan
investasi dan profitabilitas usaha. Karena tanpa mempertimbangkan keamanan dan
profitabilitas usaha, dikhawatirkan dana wakaf tidak produktif atau bahkan
mengalami penyusutan. Karena itu sebelum melakukan investasi dana wakaf,
hendaknya dilakukan beberapa hal sebagai berikut:16
a. Analisis sektor investasi yang belum jenuh, melakukan “spreading risk” dan “risk
management” terhadap investasi yang akan dilakukan.

15
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Jakarta: Kencana, 2008 h.. 15.
16
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai,
Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2008, h.. 53.

32
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

b. “Market survey” untuk memastikan jaminan pasar dari output/produk investasi.


c. Analisa kelayakan investasi.
d. Analisa terhadap pihak yang akan diajak untuk mengelola investasi.
e. Monitoring terhadap proses realisasi investasi.
f. Monitoring terhadap tingkat profitabilitas investasi.

B. Konsep Wakaf Tunai

1. Pengertian Wakaf Tunai

Kata wakaf berasal dari kata kerja waqafa (fiil madi)-yaqifu (fiil mudari)-waqfa
(isim masdar), yang berarti berhenti atau berdiri. Adapun menurut istilah, wakaf
berarti berhenti atau menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa musnah
seketika dan untuk penggunaan yang mubah, serta dimaksudkan untuk
mendapatkan keridaan Allah swt.17

Berdasarkan pasal 16 ayat 3, UU No.41 Tahun 2004, harta benda wakaf terdiri
dari benda tidak bergerak dan benda bergerak. Di antara wakaf benda bergerak
yang ramai dibincangkan belakangan adalah wakaf yang dikenal dengan istilah cash
waqf. Cash waqf diterjemahkan dengan wakaf tunai, namun kalau menilik obyek
wakafnya, yaitu uang, lebih tepat kiranya kalau cash waqf diterjemahkan dengan
wakaf uang.

Di era modern ini, wakaf uang (cash wakaf/waqf al-Nuqud) telah lama dipraktikan
diberbagai negara seperti Malaysia, Bangladesh, Mesir, Kuwait, dan negara-negara
Islam di Timur Tengah lainnya.

Di Indonesia praktik wakaf uang baru mendapat dukungan Majelis Ulama


Indonesia pada Tahun 2002 seiring dengan dikeluarkan Keputusan Fatwa Majelis
Ulama Indonesia tentang Wakaf Uang tanggal 28 Shafar 1423 Hijriah/11 Mei 2002
guna menjawab Surat Direktur Pengembangan Zakat dan Wakaf Departemen
Agama Nomor Dt.1.III/5/BA.03.2/2772/2002 tanggal 26 April 2002 yang berisi
tentang permohonan fatwa tentang wakaf uang.18

Pada tanggal 11 Mei 2002 Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia telah
menetapkan fatwa tentang wakaf tunai yang meliputi:

1) Wakaf Uang (Cash Wakaf/wagf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan


seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk
uang tunai.
2) Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
3) Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh).

17
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h.. 51.
18
Ibid. h.. 106.

33
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

4) Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
dibolehkan secara syar’i.
5) Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual,
dihibahkan, dan atau diwariskan.

2. Dasar Hukum Wakaf Tunai


a. Menurut hukum syariah
Para ulama berbeda paham mengenai landasan hukum wakaf tunai.
Al-Bakri ulama pengikut Imam Syafi’I, menolak wakaf uang karena wujud
uang sebagai pokok aset tidak kekal atau lenyap ketika dibayar. Akan
tetapi, mazhab Syafi’I memperbolehkan air sebagai pengecualian dari
prinsip.

Sebagian ulama klasik merasa aneh ketika mendengar fatwa yang


dikemukakan oleh Muhammad bin Abdullah al-Anshari, murid dari Zufar,
sahabat Abu Hanifah, tentang bolehnya berwakaf dalam bentuk uang
kontan dirham atau dinar, dan dalam bentuk komoditas yang dapat
ditimbang dan ditakar. Atas pertanyaan ini Muhammad bin Abdullah al-
Anshari menjelaskan dan mengatakan,

“Kita investasikan dana itu dengan cara mudharabah dan labanya kita
sedekahkan. Kita jual benda makanan itu, harta kita putar dengan usaha
mudharabah kemudian hasilnya disedekahkan”. 19

Dasar hukum wakaf uang diantaranya yaitu :

1. QS. Ali Imran : 92


“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan
apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah
mengetahuinya.”

2. Hadis Riwayat An-Nasa’i


ً ‫ﮭ ْم ٍ اﻟ ﱠ ﺗِﻰ ﻟِﻰ ﻓِﻰ ﺧ َ ﯾ ْ ﺑ َر َ ﻟ َم ْ ا ُﺻ ِ ب ْ ﻣ َﺎﻻ‬:َ ‫ِن ﱠ و َﻣ ِﺎﺋﺳ َﻠَﺔ َﱠم َﺳ‬
ِ‫ ﻟِﻠﻧ ﱠﺑ ِﻰ ﺻ َ ﻠ ﱠﻰ ﷲ ُ ﻋ َ ﻠ َ ﯾا ْ ﮫ‬:ُ ‫ﻗﺎلر‬
َ ‫ﻋﻣرﻋ ُ ﻣ‬
َ ‫ﻋن اﺑن ﻗ َﺎل‬
ْ ‫ِس ْ ا ﺻ ْ ﻠ َﮭ َﺎ و َ ﺳ َ ﺑ ﱢ ل‬
: َ ‫ و َ ﻗ َﺎل َ اﻟﻧ ﱠﺑ ِﻰ ﱡ ﺻ َ ﻠ ﱠﻰ ﷲ ُ ﻋ َﻠ َ ﯾ ْ ﮫِ و َ اﺳِﺣَﻠ ْ ﱠمﺑ‬،‫َط ْ ﱡ ااَر ََﻋ د ْ ت ُ ا َن ْ ا َﺗ َﺻ َ د ﱠق َ ﺑ ِ ﮭ َﺎ‬
‫ﺟ َ ب َ ا ِﻟ َﻰ ﱠ ﻣ ِﻧ ْ ﮭ َﺎ ﻗﻗ َد‬
(٣٦٣٣ : ‫ ﺑﺎب ﺣﺑس اﻟﻣﺷﺎع‬،‫ ﻛﺗﺎب ﻓﻰ اﻹﺣﺑﺎس‬، ‫ﺛ َ ﻣ ْر َ ﺗ َ ﮭ َﺎ )رواه اﻟﻧﺳﺎٸ‬

Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., ia berkata, Umar ra,. Berkata kepada Nabi
saw., “ Saya mempunyai seratus saham (tanah,kebun) di Khaibst, belum
pernah saya mendapatkan harta yang saya kagumi melebihi tanah itu, saya
bermaksud menyedekahkannya”. Nabi saw., berkata tahanlah pokoknya dan

19
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: deskripsi dan ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia kampus
fakultas ekonomi UII, 2008, h.. 296.

34
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

sedekahkan buahnya pada sabilillah. ( HR An-Nasa’I dalam kitab waqaf, bab


waqaf , No hadis 3633).
b. Menurut Hukum Indonesia
Dalam konteks negara Indonesia, pemerintah telah menetapkan
undang-undang khusus yang mengatur tentang perwakafan di Indonesia,
yaitu Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Untuk
melengkapi undang-undang tersebut, pemerintah juga telah menetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004. Sedangkan dasar hukum untuk
wakaf uang yaitu Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang
Wakaf Uang Tanggal 11 Mei 2002.

3. Rukun dan Syarat-Syarat Wakaf Tunai


Adapun rukun dan syarat wakaf uang, yaitu: Ada orang yang berwakaf (wakif);
Ada harta yang diwakafkan (mauquf); Ada peruntukan harta benda wakaf (mauquf
‘alaih) atau; Ada akad/pernyataan wakaf (sighat) atau ikrar wakaf.

Rukun wakaf tersebut harus memenuhi syaratnya masing-masing sebagaimana


pada wakaf tanah. Adapun yang menjadi syarat umum sahnya wakaf uang adalah :
1) Wakaf harus kekal (abadi) dan terus menerus;
2) Wakaf harus dilakukan secara tunai
3) Tujuan wakaf harus jelas, maksudnya hendaklah wakaf itu disebutkan dengan
terang kepada siapa diwakafkan;
4) Wakaf merupakan hal yang harus dilaksanakan tanpa syarat boleh khiyar, artinya
tidak boleh membatalkan.
4. Manfaat dan Tujuan Wakaf Tunai
Ada 4 (empat) manfaat sekaligus keunggulan wakaf uang dibandingkan dengan
wakaf benda tetap yang lain, yaitu:20
1) Wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi, seseorang yang memiliki dana terbatas
sudah bisa memulai memberikan dana wakafnya;
2) Melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa mulai
dimanfaatkan;
3) Dana wakaf uang juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan
Islam;
4) Pada gilirannya, umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan dunia
pendidikan tanpa bergantung pada anggaran pendidikan negara.

5. Tata Cara dan Pengelolaan Wakaf Tunai


a. Wakaf Uang Dikelola Bank Syariah
Beberapa peran yang bisa di unggulkan bila wakaf tunai dikelola oleh bank
yaitu jaringan kantor, kemampuan sebagai fund manager., pengalaman, jaringan
informasi dan peta distribusi, citra positif.

20
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h.. 114.

35
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

Gambar 1. Bank sebagai Penerima dan Penyalur

Wakif Bank Syariah Al-Mauquf ‘alaih

Badan Wakaf Nasional

Lembaga
Pengelolaan Dana

Rugi Laba

Bank syariah hanya menjadi nadzhir penerima dan penyalur. Sedangkan


fungsi pengelola dana akan dilakukan oleh lembaga lain, misalnya Badan Wakaf
Nasional (BWN), yang dengan sendirinya bertanggung jawab pengelolaan dana
termasuk hubungan kerjasama dengan lembaga penjamin berada pada BWN.

b. Wakaf Uang Dikelola Lembaga Swasta


Keunggulan yang didapat bila wakaf uang dikelola oleh swasta yaitu sesuai
dengan kebutuhan riil masyarakat, ada kontrol langsung oleh masyarakat,
menumbuhkan solidaritas masyarakat.

Gambar 2. Lembaga sebagai Penerima dan Penyalur

Wakif Lembaga Pendidikan Al-Mauquf ‘alaih

Badan Usaha Lembaga


Pendidikan
Lembaga
penjamin

Rugi Laba

Lembaga pendidikan swasta mengelola sendiri dana yang diterima muwakif


dengan sistem musyarakah atau mudharabah, tanpa mengurangi nilai aset
wakaf. Selanjutnya, keuntungan yang diterima didasarkan atas sistem bagi hasil,
diterima oleh lembaga pendidikan sebagai keuntungan usaha dan diterima wakaf
uang sebagai tambahan asset. Dari tambahan aset wakaf uang tersebut bisa
digunakan membantu masyarakat.

6. Sertifikat Wakaf Tunai


MA Mannan membuat pengembangan pengeloaan wakaf berupa skim Sertifikat
Wakaf Tunai yang dikembangkan oleh SIBL (Social Investment Bank Limited).
Tabungan dari warga yang berpenghasilan tinggi dapat dimanfaatkan melalui
penukaran Sertifikat Wakaf Tunai. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari
pengelolaan Wakaf Tunai tersebut dapat dibelanjakan untuk berbagai tujuan yang
berbeda seperti pemeliharaan harta-harta wakaf itu sendiri.

36
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

Dalam Peraturan Badan Wakaf Indonesia No. 01 tahun 2009 tentang Pedoman
Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf Bergerak berupa Uang,
sertifikat dapat diberikan kepada wakif yang telah mewakafkan uangnya paling
sedikit Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) dengan menyertakan asal-usul uang dan
identitas lengkap wakifnya.

7. Potensi Wakaf Tunai Di Indonesia


Mustafa Edwin Nasution, pernah melakukan asumsi bahwa jumlah penduduk
muslim kelas menengah di Indonesia sebanyak 10 juta jiwa dengan rata-rata
penghasilan per bulan antara Rp 500.000,00-Rp 1.000.000,00 maka dapat dibuat
perhitungan sebagai berikut:21

Tabel 1. Potensi Wakaf Uang di Indonesia


Tingkat Jumlah Tarif Wakaf Potensi Potensi
Penghasilan/ Muslim Wakaf Wakaf
Bulan Tunai/Bulan Tunai/Tahun
Rp 500.000 4 juta Rp 5.000,- Rp 20 miliar Rp 240 miliar
Rp 1 juta-Rp 2 3 juta Rp 10.000,- Rp 30 miliar Rp 360 miliar
juta
Rp 2 juta-Rp 5 2 juta Rp 50.000,- Rp 100 miliar Rp 1,2 miliar
juta
Rp 5 juta-Rp 1 juta Rp 100.000,- Rp 100 miliar Rp 1,2 miliar
10 juta
Total Rp 3 triliun

C. Konsep Investasi Wakaf Tunai


1. Manajemen Investasi Wakaf Tunai
Pada wakaf uang, dana yang diperoleh para wakif akan dikelola oleh nadzhir
(pengelola wakaf) yang dalam hal ini bertindak sebagai manajemen investasi. Para
wakif tersebut mensyaratkan kemana alokasi pendistribusian keuntungan investasi
wakaf nantinya. Kemudian dana wakaf tersebut dikelola dan diinvestasikan sebagian
pada instrumen keuangan syariah, sebagian lagi diinvestasikan langsung ke
berbagai badan usaha yang bergerak sesuai syariah. Keuntungan dari investasi di
atas siap didistribusikan kepada rakyat miskin melalui pengadaan dana kesehatan,
pendidikan, rehabilitasi keluarga, bantuan untuk bencana alam, perbaikan
infrastuktur dan sebagainya yang persentasenya sesuai dengan permintaan wakif.
Adapun pokoknya akan diinvestasikan terus-menerus sehingga umat memiliki dana
yang selalu ada dan Insya Allah bertambah terus seiring dengan bertambahnya
jumlah wakif yang beramal.22

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2006 pasal 48 dijelaskan bahwa


pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya dapat
dilakukan melalui investasi pada produk-produk LKS dan/atau instrumen keuangan
syariah. Menurut pasal ini instrumen investasi wakaf uang terdiri dari dua sektor;
21
Suhrawardi K. Lubis, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, h.. 42.
22
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h.. 117.

37
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

investasi pada lembaga keuangan syariah dan instrumen syariah lainnya. Semua
investasi, baik melalui LKS, instrumen keuangan syariah, dan sektor riil, harus
dijaminkan sesuai ketentuan yang berlaku. Investasi melalui bank syariah dijaminkan
melalui lembaga penjamin simpanan dan investasi di luar bank syariah dijaminkan
melalui asuransi syariah.

Manajemen investasi wakaf uang dapat dilakukan dengan cara


menginvestasikan dana wakaf ke berbagai sektor diantanya yaitu:

a. Investasi Sektor Riil

Gambar 3. Skema investasi wakaf uang pada sektor riil

Wakif Pengelola
Wakaf/Nadzhir Maks. 10% Biaya
pengelolaan

Investasi
Sektor Riil

Distribusi/
Hasil pemanfaatan
Investasi hasil wakaf uang

A
da beberapa model yang dapat diterapkan dalam menginvestasikan dana
wakaf uang untuk sektor riil yaitu investasi mudharabah, musyarakah, muzara’ah,
Murabahah, ijarah, istishna, dan istibdal. 23
1) Investasi Mudharabah
Bagi ulama yang membolehkan wakaf uang dari kalangan
Malikiyah, Hanafiyah, dan Ahmad seperti Ibn Taimiyah, berpendapat
bahwa wakaf uang dapat dikelola secara mudharabah, sedangkan
keuntungannya diserahkan kepada mauquf ‘alaih, dengan tetap
menjaga tetapnya pokok harta wakaf (uang).

Salah satu contoh yang dapat dilakukan oleh pengelola wakaf


dengan sistem ini adalah membangkitkan sektor usaha kecil dan
menengah dengan memberikan modal usaha kepada petani,
pedagang kecil, dan menengah (UKM).

2) Investasi Musyarakah
Investasi ini memberi peluang bagi pengelola wakaf untuk
menyertakan modalnya pada sektor usaha kecil menengah yang

23
Rozalinda, “Manajemen Investasi Wakaf Uang”, http://rozalinda.wordpress.com, 2010 (dikutip tanggal 4 Mei 2010).

38
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

dianggap memiliki kelayakan usaha, namun kekurangan modal untuk


mengembangkan usahanya.

3) Investasi Murabahah
Dalam investasi murabahah, pengelola wakaf berperan sebagai
pengusaha (entrepreneur) yang membeli peralatan dan material yang
diperlukan melalui suatu kontrak murabahah. Pengelola wakaf dalam
investasi ini dapat mengambil keuntungan dari selisih harga pembelian
dan penjualan.

4) Investasi Muzara’ah
Investasi harta wakaf dalam bentuk pertanian menurut Mustafa
Ahmad Salabi, dapat dilakukan dengan cara menanami tanah wakaf
untuk pertanian atau pekebunan, baik dengan cara menyewakan,
maupun dengan cara kerja sama bagi hasil, seperti muzara’ah dan
musaqah, ataupun nadzhir sendiri yang mengelola tanah tersebut.

5) Investasi Ijarah
Investasi ijarah dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
menginvestasikan wakaf uang ke bentuk wakaf property seperti
membangun real estate, pusat-pusat bisnis. Kemudian
menyewakannya kepada masyarakat.

6) Istibdal
Al-Istibdal diartikan sebagai penjualan barang wakaf untuk
dibelikan barang lain sebagai wakaf penggantinya. Untuk
melakukan investasi wakaf uang, menurut Ulama Hanafiyah adalah
dengan cara istibdal yakni mengganti uang tersebut dengan benda
tidak bergerak yang memungkinkan manfaat dari benda tersebut kekal.

7) Model Istishna’
Al-Istishna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan
pembuat barang. Menurut Monzer Kahf, model ini memungkinkan
pengelola wakaf untuk memesan pengembangan harta wakaf yang
diperlukan kepada lembaga pembiayaan atau bank syari’ah dengan
akad istishna’. Bank kemudian, membuat kontrak dengan kontraktor
untuk memenuhi pesanan pengelola harta wakaf atas nama lembaga
pembiayaan itu. Model pembiayaan istishna’ menimbulkan hutang bagi
nadzhir namun dapat dilunasi.24

b. Investasi Melalui Bank Syariah


Wakif menyerahkan uang wakaf kepada bank syariah. Lalu bank syariah
menginvestasikan uang tersebut baik melalui sektor riil atau instrumen syariah
lainnya. Hasil dari investasi menjadi milik bank syariah dan bank syariah
24
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2010,
h.. 331.

39
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

memberikan imbalan kepada lembaga wakaf (nadzhir) untuk digunakan bagi


kepentingan masyarakat.
Gambar 4. Skema investasi wakaf uang melalui bank syariah

Wakif Bank Syariah

Sektor Riil Keuangan Syariah

Hasil Investasi

Distribusi/
pemanfaatan

Akad yang terjadi antara pihak nadzhir wakaf dengan bank syariah dapat
menggunakan sistem mudharabah muqayyadah dan deposito bagi hasil.
c. Investasi Wakaf Uang pada Sektor Portofolio Keuangan Syari’ah
a. Saham Mudharabah
Saham mudharabah adalah perjanjian kerja sama sekuritas yang
dikeluarkan oleh nadzhir untuk para investor. Nadzhir wakaf dapat
menawarkan saham untuk pembangunan proyek di tanah wakaf. Misalnya
membangun rumah sakit kemudian disewakan kepada dinas kesehatan atau
organisasi kedokteran. Pada sekuritas ini pemilik saham mempunyai hak dari
pendapatan dan bagian dari produksi seluruh proyek secara bersamaan.
Jangka waktu yang dapat dipergunakan dalam saham mudharabah adalah
terbatas, tidak lebih dari 20 tahun setelah itu bangunan menjadi milik wakaf.
b. Saham Musyarakah
Nadzhir wakaf dapat menawarkan saham kepada masyarakat untuk
pembangunan suatu proyek di tanah wakaf. Dalam kontrak ini pemilik saham
ikut dalam kepemilikan bangunan sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki.
Sedangkan nadzhir wakaf menjadi manajer bangunan dengan gaji yang
layak. Seperti halnya perseroan, keuntungan bersih proyek dibagikan kepada
para pemilik saham setelah seluruh biaya-biaya dikeluarkan. Kepemilikan
bangunan bisa tetap berada di tangan pemilik saham secara berlanjut,
sehingga tidak terjadi pemindahan kepemilikan kepada wakaf.
d. Investasi Wakaf Tunai Secara Langsung
Manajer wakaf (nadzhir) menanamkan wakaf uang dalam bentuk investasi
langsung (direct investment) seperti real eastate, agriculture (perkebunan).
Manajemen investasi wakaf uang juga dapat mengalokasikan untuk mendirikan
suatu usaha baru yang memberikan kemudahan bagi masyarakat kecil. Seperti
mendirikan cafetaria, mini market, toko, sekolah dan sebagainya..
2. Imbalan bagi nadzhir dari hasil bersih investasi wakaf tunai
Menurut ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2004
Tentang Wakaf, Pasal 12 yang menyatakan bahwa nadzhir dapat menerima imbalan

40
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang
besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh persen). Sedangkan bila kegiatan investasi
menggunakan dana kerjasama Investor, maka hasil usaha akan dibagi sesuai
kesepakatan bagi hasil dengan Investor. Selanjutnya untuk bagi hasil porsi
Pengelola (Nadzhir) wakaf akan dipecah menjadi dua bagian, yaitu 90% akan
disalurkan kepada mauquf 'alaih, dan 10% untuk penerimaan Nadzhir.

3. Pengawasan dan Pembinaan Investasi


Sesuai dengan ketentuan UU 41 Tahun 2004, pembinaan dan pengawasan
wakaf dilakukan oleh pemerintah, Badan Wakaf Indonesia, dan masyarakat.
Pembinaan adalah kegiatan mengarahkan agar suatu lembaga atau pihak mencapai
tujuan tertentu. Adapun pengawasan yang berasal dari kata awas berarti mengamat-
amati dan menjaga baik-baik. Pembinaan maupun pengawasan sama-sama memiliki
tujuan agar wakaf uang dapat dikelola dengan baik sehingga tujuan dari wakaf dapat
tercapai.

III. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian
1. Profil Tabung Wakaf Indonesia

Tabung Wakaf Indonesia (TWI) adalah lembaga yang berkhidmat meningkatkan


kesejahteraan masyarakat dengan menggalang dan mengelola sumberdaya wakaf
secara produktif, profesional dan amanah.25

TWI merupakan badan hukum yayasan yang telah kredibel dan memenuhi
persyaratan sebagai nazhir wakaf sebagaimana dimaksud Undang-undang Wakaf.
Yakni sebagai nazhir wakaf berbentuk badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan bergerak di bidang sosial,
pendidikan, kemasyarakatan, dan keagamaan Islam.

TWI didirikan oleh Dompet Dhuafa pada 14 Juli 2005 sebagai sebuah komitmen
dalam mengembangkan sumberdaya wakaf agar mampu produktif dan mendukung
pengembangan program-program sosial dan pemberdayaan ekonomi yang selama
ini telah terlaksana berkat pengelolaan sumberdaya zakat, infak dan sedekah secara
amanah dan profesional.

2. Produk-Produk Tabung Wakaf Indonesia


1) Wakaf Tunai
Wakaf tunai dari para wakif akan digabungkan hingga terkumpul cukup modal
untuk diinvestasikan pada sebuah aset produktif yang ditetapkan oleh pengelola.
Surplus atas aset produktif tersebut kemudian akan didayagunakan untuk
program-program sosial sesuai peruntukan manfaatnya (pendidikan, kesehatan,
pemberdayaan).

25
Tabung Wakaf Indonesia, “profil”, http://tabungwakaf.com/profil-tabung-wakaf-indonesia/, (dikutip pada tanggal 12
Juli 2013).

41
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

Wakaf tunai ini meliputi: uang, emas dan perak batangan, dinar dan dirham,
perhiasan emas dan perak*.

*Besar wakaf berupa nilai konversi ke rupiah pada waktu diserahkan

2) Wakaf Tanah dan Bangunan (Properti)


Jika dipandang berpotensi untuk diproduktifkan, maka aset akan
dikembangkan dengan modal pengelola (yang bersumber dari wakaf via tunai)
ataupun dikerjasamakan dengan pihak ketiga dengan prinsip saling
menguntungkan. Namun, jika dirasakan potensinya lemah atau bahkan berat,
saat dipandang perlu, pengelola meminta izin agar tanah/bangunan tersebut
dapat dijual dan digabungkan dengan aset yang lain (ruislag) agar memberikan
manfaat yang lebih besar. Nilai wakaf yang dicatat selanjutnya adalah sebesar
hasil nilai ruislag yang diperoleh.

Yang termasuk kepada donasi wakaf tanah dan bangunan antara lain: tanah,
rumah, kios, ruko, apartemen, bangunan komersil (perkantoran, hotel, mal,
pasar, gudang, pabrik, dan lain-lain), bangunan sarana publik (sekolah, rumah
sakit, klinik, dan lain-lain)

3) Wakaf Bisnis dan Usaha


Dalan konteks wakaf bisnis dan usaha, maka seluruh aset, baik aset tetap
maupun aset manajemen, dialihkan kepada Tabung Wakaf Indonesia. Dengan
demikian, Tabung Wakaf Indonesia menjadi pemilik baru yang selanjutnya
bertanggung jawab atas pengelolaan bisnis dan usaha.

4) Wakaf Saham dan Surat Berharga


Wakaf Saham dan Surat Berharga dapat diserahkan kepada Tabung Wakaf
Indonesia sebagai niat baik untuk memperoleh amal jariyah.

Wakaf surat berharga akan dicatat nilai bukunya pada tanggal penyerahan.
Pengelolaan wakaf surat berharga yang berbentuk saham dan obligasi terbuka
ditujukan untuk memaksimalkan perolehan deviden (bagi hasil), serta
pengembangan portofolio untuk menghindari terjadinya aset yang default.

3. Aplikasi Investasi Wakaf Tunai di Tabung Wakaf Indonesia


Pada dasarnya pengelolaan harta wakaf, baik wakaf benda tidak bergerak,
maupun wakaf benda bergerak telah dilakukan oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
sejak tahun 2005. Berbagai strategi dilakukan Tabung Wakaf Indonesia dalam
meyakinkan masyarakat untuk bergabung mewakafkan sebagian dananya. Hal ini
dapat terlihat pada penerimaan dana wakaf yang signifikan dalam 3 tahun terakhir
yang berhasil dihimpun Tabung Wakaf Indonesia.

42
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

Tabel 2. Laporan Jumlah wakif dan Penerimaan Dana Wakaf


Tahun 2010-2012

No Tahun Jumlah wakif Jumlah Penerimaan


1. 2010 98 1.658. 709. 322
2. 2011 72 1. 453. 338. 614
3. 2012 848 4. 176. 571. 450

Sumber: Tabung Wakaf Indonesia, 2010-2012


Berdasarkan tabel di atas pada tahun 2011 jumlah wakif mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya diikuti dengan menurunnya penerimaan wakaf. Penurunan ini
terjadi karena beberapa hal, salah satunya adalah karena semakin banyaknya
lembaga penghimpun wakaf, baik swasta maupun milik pemerintah sehingga terjadi
“persaingan” dalam hal penghimpunan dana wakaf masyarakat.
Penurunan jumlah wakif dan jumlah penerimaan dana wakaf pada tahun 2011,
nampaknya tidak terjadi lagi di tahun berikutnya. Berbagai strategi dilakukan oleh
Tabung Wakaf Indonesia untuk meningkatkan jumlah wakif dan jumlah penerimaan
dana wakaf. Hal ini membuktikan bahwa sejak ditetapkan sebagai lembaga yang
khusus mengelola wakaf tunai, Tabung Wakaf Indonesia (TWI) mencoba melakukan
tanggung jawabnya secara profesional.

a. Portofolio Investasi Wakaf Tunai Di Tabung Wakaf Indonesia


Pengelolaan wakaf tunai yang dicanangkan TWI dilakukan berdasarkan dua
pendekatan, yaitu pendekatan produktif, dan non produktif.26
1) Pendekatan Produktif
Dalam melakukan pengelolaan wakaf tunai untuk sektor produktif, TWI
lebih cenderung melakukan investasi secara langsung (direct investment) ke
objek yaitu peternakan, perkebunan, dan sarana niaga.
a) Peternakan
Pada sektor peternakan, TWI bekerja sama dengan organisasi Tebar
Hewan Kurban (THK) dengan menempatkan wakaf tunai sebesar Rp
100.000.000,00 di THK berdasarkan prinsip bagi hasil dari tahun 2007-
2009. Persentase bagi hasil 70% untuk pengelola Tebar Hewan Kurban
(THK) dan 30% untuk TWI. Setelah perjanjian berakhir maka pokok dari
dana wakaf tunai akan dikembalikan oleh pengelola Tebar Hewan Kurban
(THK).
b) Perkebunan
Saat ini TWI menjalankan program usaha perkebunan di tiga daerah.
Pertama, Kebun Sengon di Kp. Kadupandak, Jonggol, dengan luas kebun
1,4 Hektar yang ditanami 5000 pohon sengon. Kedua, Kebun Sengon di
Bojongkoneng Sentul, dengan luas kebun 1,5 Hektar yang ditanami

26
Menurut Bapak Parmuji Abbas selaku Asset Development Manager (wawancara pada tanggal 11 Juli 2013).

43
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

pohon sengon. Ketiga, Kebun Jabon di Nyalindung Sukabumi, yang


ditanami pohon jabon. Kebun Jabon ini, tanahnya merupakan tanah
wakaf yang diberikan oleh seorang wakif dengan jangka waktu
penggunaan tanah 5 tahun, dan setelah 5 tahun maka tanahnya akan
diambil kembali oleh pemiliknya dan TWI hanya mengambil hasil dari
pohonnya itu sendiri.
c) Sarana Niaga
Dengan wakaf tunai atau non tunai TWI akan membangun atau
mengadakan berbagai sarana niaga, seperti pertokoan, permesinan,
kendaraan, dan sebagainya, untuk disewakan kepada pihak ketiga. Hasil
penyewaan sarana niaga ini akan dijariahkan untuk beragam kegiatan
sosial sesuai dengan permintaan wakifnya. Untuk program wakaf sarana
niaga, TWI menyediakan rumah dan toko (ruko) untuk disewakan kepada
masyarakat.
Saat ini proyek yang sedang berjalan yaitu pembangunan 14 unit
kontrakan di Ciledug, dimana tanahnya berasal dari wakif dan
pembagunannya berasal dari wakaf tunai yang dihimpun oleh Tabung
Wakaf Indonesia. Kontrakan tersebut akan disewakan dan surplusnya
akan disalurkan setelah dikurangi dengan asset maintenance dan
reinvestasi dan biaya operasional di TWI.27
2) Pendekatan Non Produktif
Berdasarkan pendekatan ini, TWI mengelola harta wakaf untuk hal-hal
yang sifatnya tidak menghasilkan keuntungan (non produktif). Manfaat yang
ditimbulkan dari harta benda wakaf yang bersangkutan adalah karena nilai
manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai pemetik manfaat
wakaf.
Berikut daftar aset dari investasi wakaf tunai non produktif:28
1. Gerai Sehat LKC Ciputat
2. Komplek Sekolah Smart Ekselensia Parung
3. Gedung Lembaga Pelayan Masyarakat
4. Zona Madina Parung Bogor
5. Wisma Muallaf Bintaro
6. Masjid Kp. Ciketing Sumur Batu Bantar Gebang
7. Gerai Sehat LKC Berkoh Purwokerto
8. Instititut Kemandirian Karawaci
b. Risiko Investasi Wakaf Tunai di Tabung Wakaf Indonesia
Investasi memang berkaitan erat dengan risiko, apalagi pada investasi wakaf
tunai bahwasanya pokok dana wakaf tunai itu tidak boleh berkurang, aset wakaf
haruslah berputar, berfungsi produktif, hingga menghasilkan surplus yang terus
dapat dialirkan tanpa mengurangi modalnya, sehingga TWI harus lebih selektif
dalam memilih jenis investasi.
Untuk itu, strategi TWI dalam meminimalisir risiko investasi wakaf tunai yaitu
dengan mengambil kebijakan bahwa dalam melakukan kegiatan investasi wakaf
27
Menurut Bapak Parmuji Abbas selaku Asset Development Manager (wawancara pada tanggal 11 Juli 2013).
28
Laporan data inventaris aset wakaf per bulan April 2013.

44
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

tunai akan diinvestasikan pada bisnis properti. Hal ini dikarenakan bisnis properti
seperti pembangunan kontrakan dan ruko yang akan disewakan kepada
masyarakat mengandung risiko yang kecil. Jika memang terdapat risiko maka
hanyalah risiko penyusutan, dan risiko ini bisa ditanggulangi dengan adanya
asset maintenance sehingga pokok dari wakaf tunai tidak akan berkurang.
Selain itu, Risiko dari sewa-menyewa pun tidak begitu besar dibanding dengan
bisnis yang nyata seperti pada jual beli yang rentan dengan kerugian. Jika
memang masyarakat tidak ada yang menyewa, maka hal ini pun tidak akan
berdampak pada kerugian dan berkurangnya nilai pokok wakaf, karena aset nya
masih tetap ada dan pokok wakaf juga utuh walaupun memang tidak akan
mendapatkan surplus wakafnya.29
Sampai saat ini, untuk mengantisipasi adanya risiko investasi, TWI tidak
menerapkan adanya lembaga penjamin berupa asuransi syari’ah atau lembaga
penjamin lainnya seperti pada ketentuan Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004.
Sehingga, TWI lebih memilih bisnis properti dalam investasi wakaf tunai dengan
alasan risikonya lebih kecil dibandingkan dengan bisnis-bisnis yang lainnya dan
dinilai tidak perlu adanya lembaga penjamin.
c. Pendistribusian Surplus Wakaf Tunai di Tabung Wakaf Indonesia
TWI menetapkan ada 3 pembagian terhadap surplus wakaf tunai yaitu 10%
untuk nazhir (termasuk untuk biaya operasional), 40% untuk asset maintenance
dan reinvestasi dan 50% untuk mauquf alaih.
Berikut ini data penerimaan surplus wakaf tunai yang diperoleh Tabung
Wakaf Indonesia tahun 2009-2012.
Tabel 3. Rekapitulasi Penerimaan Surplus Wakaf Tahun 2009-2011

Total Penerimaan Surplus Wakaf Rp 160.820.488

Peruntukan Mauquf Alaih Rp 80.410.244


Bagi Hasil Wakala Rp 64.299.404
Total Peruntukan Mauquf Alaih Rp 144.709.648

Pembagian Mauquf Alaih


Pendidikan Rp 72.354.824
Kesehatan Rp 43.412.894
Pemberdayaan Ekonomi Rp 28.941.930

29
Menurut Bapak Parmuji Abbas selaku Asset Development Manager (wawancara pada tanggal 11 Juli 2013).

45
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

Tabel 4. Rekapitulasi Penerimaan Surplus Wakaf Tahun 2012

Total Penerimaan Surplus Wakaf Rp 202.408.969

Peruntukan Mauquf Alaih Rp 101.204.485


Bagi Hasil Wakala Rp 35.250.281
Total Peruntukan Mauquf Alaih Rp 136.454.766

Pembagian Mauquf Alaih


Pendidikan Rp 68.227.383
Kesehatan Rp 40.936.430
Pemberdayaan Ekonomi Rp 27.290.953

Sumber: Tabung Wakaf Indonesia


Dari dana yang terhimpun dari tahun 2009-2012 terlihat bahwa kebanyakan
wakif menyalurkan wakaf uangnya diperuntukan untuk sarana pendidikan
sebesar 50%, kemudian 30% untuk kesehatan dan 20% untuk pemberdayaan
ekonomi.
Penyaluran surplus wakaf tunai kepada mauquf alaih dilakukan oleh Yayasan
Dompet Dhuafa dalam bentuk program-program yaitu:

1. Pendidikan untuk Dhuafa;

Diantaranya yaitu untuk sekolah gratis (smart ekselensia


Indonesia), program beasiswa S1 (beastudi Indonesia),
pengembangan kualitas guru (sekolah guru indonesia), pendampingan
sekolah (makmal pendidikan), pelatihan keterampilan (institut
kemandirian).

2. Kesehatan untuk Dhuafa;

a. Rumah Sakit Gratis (RS. Rumah Sehat Terpadu)

b. Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC)

o > 11 Gerai Sehat Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) di Jakarta,


Bogor, Bekasi, Makassar, Jogyakarta, Tuban, Palembang, Jambi dan
Bali;

o > 1 Rumah Bersalin Cuma-cuma di Bandung;

o > 2 Tubercolosis Center (TB Center) di Ciputat (Tangerang Selatan)


dan Pekayon (Bekasi);

46
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

o > 27 Pos Sehat Komunitas (swadaya) di Jabodetabek, Sukabumi,


Cikampek dan Yogyakarta.

3. Pemberdayaan Ekonomi untuk Dhuafa;

Diantaranya yaitu pemberdayaan pertanian (pertanian sehat


indonesia), pemberdayaan peternakan (kampung ternak),
pemberdayaan UKM (masyarakat mandiri), penyaluran kredit mikro
(social trust fund ).

4. Menyerahkan kepada Nazhir untuk penyalurannya (Tidak Terikat).

d. Pengawasan Investasi Wakaf Tunai di Tabung Wakaf Indonesia


Pengawasan dilakukan dengan sistem laporan secara rutin. TWI memberikan
laporan dari setiap investasi yang dilakukan kepada dompet dhuafa setiap
bulannya. Selain itu, laporan pertanggung jawaban TWI selaku nazhir juga
diberikan kepada BWI setiap tahunnya.
Sedangkan untuk laporan pertanggung jawaban kepada wakif sampai saat ini
belum terjangkau semuanya dikarenakan jumlah wakif yang sangat banyak dan
kurangnya waktu luang yang dimiliki para pengelola TWI yang memang
jumlahnya masih terbatas.

B. Analisa Hasil Penelitian


Wakaf tunai diartikan oleh MUI sebagai wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok
orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang.30 Wakaf tunai hanya boleh
disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar’i. Nilai pokok wakaf
tunai harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan dan atau diwariskan.
Mencermati kutipan di atas, nampak jelas bahwa program wakaf tunai yang
dilakukan oleh TWI sesuai dengan definisi yang dikeluarkan oleh MUI. TWI yang
merupakan nazhir lembaga penerima dana wakaf tunai dari masyarakat luas.
Pengelolaan wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia dilakukan dengan jalan
menginvestasikannya ke sektor yang sesuai dengan norma syariah, baik dengan prinsip
bagi hasil dan sewa. Manajemen investasi wakaf tunai yang dilakukan di TWI dengan
menggunakan pendekatan produktif dan non produktif.
Investasi wakaf yang dilakukan TWI untuk program wakaf produktif adalah dengan
menyalurkan dana wakaf ke berbagai sektor yakni peternakan, perkebunan, dan
pengadaan sarana niaga. Investasi ke sektor peternakan dengan menempatkan dana
wakaf tunai kepada Tebar Hewan Kurban (THK) dengan menggunakan akad
musyarakah, dan pengadaan sarana niaga dilakukan dengan membangun ruko dan
rumah kontrakan yang nantinya akan disewakan dengan menggunakan akad ijarah.
Investasi yang dilakukan TWI untuk sektor produktif pada dasarnya sudah mengacu
kepada manajemen investasi wakaf tunai yang digariskan dalam ekonomi Islam. Pada
dasarnya investasi yang dilakukan TWI pada pengadaan sarana niaga ini tidak berbeda
dengan apa yang ditegaskan Ulama Hanafiyah. Golongan ulama ini mensyaratkan
pengelolaan wakaf tunai dengan cara istibdal (penggantian). Yakni dengan mengalihkan

30
Suhrawardi K. Lubis, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, h.. 110.

47
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

dana wakaf tunai menjadi properti yang dapat dimanfaatkan/disewakan sehingga nilai
wakafnya kekal.
Pengelolaan wakaf tunai melalui pendekatan non produktif dengan melakukan
pendirian sebuah rumah sakit gratis yang dilakukan pada lembaga tersebut kurang
tepat, karena prinsip pengelolaan wakaf tunai yang digariskan dalam ekonomi Islam
tidak terpenuhi yakni menghasilkan surplus (return on investmet) dalam pengelolaannya.
Berdasarkan Pasal 48 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42
Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf, pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya dapat
dilakukan melalui investasi pada produk-produk Lembaga Keuangan Syariah dan/atau
instrumen keuangan syariah. Namun lembaga ini menggunakan instrumen investasi di
bank syariah hanya sebatas tempat penitipan sementara, karena dana wakaf tunai yang
terhimpun diinvestasikan secara langsung oleh TWI secara mandiri melalui program-
program unggulan yang telah dibuat. Dengan demikian, TWI dinilai tidak perlu
melakukan kerja sama dengan bank syariah atau lembaga keuangan syariah lainnya
dalam pendayagunaan dana wakaf tunai. Sedangkan untuk investasi sektor keuangan
(financial sector) tidak digunakan oleh TWI, dan untuk investasi ke sektor riil, walaupun
sedikit, namun masih mendapat perhatian.
Namun, sampai saat ini, TWI dalam melakukan investasi dana wakaf tunai, tidak
menerapkan adanya lembaga penjamin berupa asuransi syari’ah. Hal ini tidak sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2006 Pasal 48 yang menegaskan bahwa
dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf diperlukan penjamin,
yakni lembaga penjamin syariah. Bentuk investasi di luar bank syariah harus
diasuransikan pada asuransi syariah.
Pengelolaan wakaf tunai dalam bentuk investasi ijârah, mudharabah, musyarakah
dan sebagainya, tidak luput dari kemungkinan terjadinya risiko. Cara-cara
pengembangan wakaf tunai pada sebuah aset produktif yang mungkin saja
mengandung risiko kerugian bahkan kegagalan. Tetapi dengan adanya strategi TWI
dalam meminimalisir risiko investasi wakaf tunai dengan jalan melakukan investasi pada
bisnis properti yakni pembangunan ruko dan rumah kontrakan yang kemudian
disewakan, hal ini dinilai efektif untuk menjaga keutuhan pokok wakaf tunai karena
risikonya lebih kecil dibandingkan bisnis lainnya.
Kebijakan Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dalam pembagian imbalan dari surplus
investasi wakaf tunai yaitu sebesar 10% untuk nazhir (operasional lembaga), 50%
diperuntukan untuk tujuan wakaf (maukuf 'alaih), dan 40% dialokasikan untuk komponen
pemeliharaan (asset maintenance) dan reinvestasi. Hal ini sesuai dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2004 Tentang Wakaf, Pasal 12 yang
menyatakan bahwa nazhir dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan
dan pengembangan harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh
persen).
Hasil investasi wakaf tunai (Surplus wakaf) yang diperoleh dari pengelolaan wakaf
tunai ini akan disalurkan kepada kaum dhuafa, dalam bentuk bantuan biaya pendidikan,
kesehatan, pemberdayaan ekonomi, dan santunan sosial lainnya sesuai dengan apa
yang telah digariskan oleh SIBL (Social Investment Bank Limited). Penyaluran surplus
wakaf ini akan dilakukan baik secara langsung oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
sendiri maupun melalui jejaring Yayasan Dompet Dhuafa lainnya.

48
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

Pengawasan dan pembinaan dalam pengelolaan wakaf tunai yang dilakukan oleh
TWI dalam bentuk berbagai laporan yang disampaikan nazhir kepada masyarakat dan
Badan Wakaf Indonesia (BWI) telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 41 tahun 2004. Hal ini dilakukan agar wakaf tunai dapat dikelola
dengan baik sehingga tujuan dari TWI untuk menjadikan gerakan wakaf produktif dan
sebagai pilar pemerataan kesejahteraan masyarakat yang lestari dan mandiri dapat
tercapai.
IV. KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Pada wakaf tunai, dana yang diperoleh dari wakif akan dikelola oleh
nadzhir (pengelola wakaf) yang dalam hal ini bertindak sebagai
manajemen investasi. Para wakif tersebut mensyaratkan kemana alokasi
pendistribusian keuntungan investasi wakaf nantinya. Kemudian dana
wakaf tersebut dikelola dan diinvestasikan ke berbagai badan usaha yang
bergerak sesuai syariah. Keuntungan dari investasi di atas akan
didistribusikan kepada mauquf ‘alaih, adapun pokoknya akan
diinvestasikan terus-menerus.
2. Aplikasi investasi wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia (TWI) sudah
sesuai dengan konsep investasi wakaf tunai yang ada dalam fiqh
muamalah. Namun ada yang belum sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di Indonesia, seperti pada Pasal 48 ayat 2 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006, bahwa
pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya
dapat dilakukan melalui investasi pada produk-produk LKS dan/atau
instrumen keuangan syariah, tetapi pada Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
dana wakaf tunai yang terhimpun diinvestasikan secara langsung oleh
Tabung Wakaf Indonesia (TWI) secara mandiri melalui program-program
unggulan yang telah dibuat. Namun demikian, Tabung Wakaf Indonesia
(TWI) secara legalitas tetap sah sebagai lembaga pengelola wakaf karena
telah terdaftar di Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai nazhir wakaf dan
mendapat pengawasan dari Badan Wakaf Indonesia (BWI). Kemudian
pada Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2006 Pasal 48 menegaskan
bahwa dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf
diperlukan penjamin, yakni lembaga penjamin syariah, sedangkan di
Tabung Wakaf Indonesia (TWI) tidak menerapkan adanya lembaga
penjamin syariah.
B. Saran
1. Dalam melakukan investasi dana wakaf tunai, Tabung Wakaf Indonesia
(TWI) masih harus terus berekspansi dalam memilih portofolio investasi
wakaf tunai. TWI dapat memanfaatkan peran perbankan syariah sebagai
pengelola dana wakaf tunai, investasi ke sektor riil atau ke portofolio
keuangan syariah baik sukuk, saham dan lain-lain. Hal ini dilakukan agar

49
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

semakin terus meningkatnya surplus wakaf yang diperoleh dengan tanpa


mengurangi pokok nilai wakaf tersebut, dan tentunya harus dengan
pertimbangan risiko yang matang dan bisa memanfaatkan peran lembaga
penjamin berupa asuransi syari’ah untuk menjaga nilai pokok wakaf tunai
tetap utuh.
2. Di samping itu, Tabung Wakaf Indonesia dalam melakukan pelaporan dari
pegelolaan wakaf tunai kepada wakif, diperbesar lagi jangkauan
pelaporannya, tidank hanya kepada wakif-wakif yang memberikan aset-
aset tertentu saja. Sehingga hal ini dapat menimbulkan kepercayaan
kepada wakif dan berdampak pada meningkatnya jumlah wakif di Tabung
Wakaf Indonesia (TWI).

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Rodoni, Investasi Syariah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Al Arif, M. Nur Rianto, Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis, Bandung:
CV Pustaka Setia, 2012.
Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syariah: Dari Teoritis Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani,
2001.
Aziz, Al-Amiiru ‘Abdul, Jaami At-Tirmidzi, Riyadh: Daarussalam, 1999.
Aziz, Al-Amiiru ‘Abdul, Shahih Muslim, Riyadh: Daarussalam, 1998.
Aziz, Al-Amiiru ‘Abdul, Sunan Nasa’i, Riyadh: Daarussalam, 1999.
Bachtiar, Wardi Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Logos, 1997.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, Pedoman
Pengelolaan Wakaf Tunai, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama RI, 2008.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, Strategi
Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Wakaf Uang, Jakarta : 2002.
Hasan, Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004.
Helmi, Karim, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.
Heykal, Mohamad, Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah, Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2012.
Huda, Nurul dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan
Praktis, Jakarta: Kencana, 2010.
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Jakarta:
Kencana, 2008.
K. Lubis, Suhrawardi, dkk, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

50
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

M.A. Mannan, Sertifikat Wakaf Tunai: Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam, Depok:
CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI, 2001.
Mahaminad, Abi ‘Abdillah, Ibnu Majah Jilid II, Riyadh: Daarul Fikri, 1998.
Maksum, Muhammad, Manajemen Investasi Wakaf Uang, Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010.
Manan, Abdul, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama,
Jakarta: Kencana, 2012.
Mardalis, Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal), Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011
Nasution, Mustafa Edwin dan Uswatun Hasanah (Ed), Wakaf Tunai-Inovasi Finansial Islam,
Jakarta: Program Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia, 2005.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006.
Rodoni, Ahmad, dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim,
2008.
Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 12, Bandung: PT Alma’arif, 1987.
Siregar, Sofyan, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 2011.
Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi,
Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2008.
Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional, Jakarta: Gema Insani Press, 2004.
Sulaeman, Abu Dawud, Sunan Abu Daud, Libanon:Daaru Ibnu Hajm, 1974.
Sutedi, Adrian, Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan Prinsip
Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Tanjung, Hendri dan Abrista Devi, Metode Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: Gramata
Publishing, 2013.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
Usman, Rachmadi, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
www.bwi.or.id
www.tabungwakaf.com
http://www.antaranews.com
http://rahmatdahlan.blogspot.com
http://artikel bowo.blogspot.com
http://rozalinda.wordpress.com

51

Anda mungkin juga menyukai