Anda di halaman 1dari 70

UNGGUL DALAN IPTEK

KOKOH DALAM IMTAQ

LAPORAN HASIL PENELITIAN

GAMBARAN DEMOGRAFI DAN FAKTOR-FAKTOR


TERJADINYA REUMATIK
DI POSBINDU PUSKESMAS KELURAHAN MEDANGASEM
KECAMATAN JAYAKERTA KABUPATEN KARAWANG

OLEH :
URES SARIPUDIN
2005720029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH JAKARTA
2010
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Riset Keperawatan, tahun 2010


Ures Saripudin
Gambaran demografi dan faktor-faktor terjadinya reumatik di posbindu puskesmas
kelurahan Medangasem kecamatan Jayakerta kabupaten Karawang 2010.
7 BAB + 53 halaman + 2 tabel + 6 lampiran

ABSTRAK
Rematik dapat didefinisikan sebagai kelompok penyakit sendi atau reumatologi, dimana
rematik kebanyakan menyerang pada usia lanjut. Tingginya angka kejadian rematik pada
lanjut usia, dan semakin meningkatnya angka harapan hidup yang tidak diimbangi oleh
jelasnya penyebab dari reumatik menjadi latar belakang peneliti untuk mrngambil
penelitian dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat terjadinya
reumatik pada lansia. Peneliti bertujuan untuk mengetahui gambaran demografi dan
faktor-faktor terjadinya reumatik di posbindu puskesmas kelurahan Medangasem
kecamatan Jayakerta kabupaten Karawang 2010.
Adapun faktor demografi tersebut adalah, umur, jenis kelamin, dan faktor resikonya
adalah, genetik, olahraga, diit dan kegemukan.Disain penelitian ini adalah menggunakan
rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan crosssecional untuk gambaran
demografi dan faktor-faktor terjadinya reumatik di posbindu puskesmas kelurahan
Medangasem kecamatan Jayakerta kabupaten Karawang 2010.
Populasi penelitian adalah lansia, sampel yang diambil sebanyak 64 orang dengan
menggunakan tehnik puposive sampling. Analisa dilakukanadalah analisa univariat
dengan menggunakan distribusi frekuensi,
Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil yaitu, didapatkan gambaran : umur yang
terbanyak adalah responden dengan usia > 65 tahun sebanyak 52 orang (81,3%), jenis
kelamin yang terbanyak adalah responden perempuan sebanyak 36 orang (56,3%),
genetik yang terbanyak adalah responden dengan riwayat genetik sebanyak 44 orang
(68,4%), olahraga yang terbanyak adalah responden yang tidak melakukan olahraga
sebanyak 50 orang (78,1%), diit yang terbanyak adalah responden dengan diit cukup
sebanyak 49 orang (76,6%) dan kegemukan yang terbanyak adalah responden dengan
kegemukan sebanyak 33 orang (51,6%). Saran penelitian ini ditujukan kepada pihak
Puskesmas untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada lansia guna menurunkan
privalensi reumatik, lansia untuk menghindari faktor resiko guna mencegah tingkat
kekambuhan.

Kata kunci : lansia - Demografi - Rematik

Daftar pustaka : 13 Buku (2000-2008)


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Hasil Penelitian Dengan Judul

Gambaran Faktor Demografi Dan Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Reumatik

Di Posbindu Puskesmas Kelurahan Medangasem Kecamatan Jayakerta


Kabupaten Karawang

Telah Mendapatkan Persetujuan Oleh Pembimbing Sidang

Untuk Dipertahankan Dalam Sidang

Jakarta, 07 April 2010

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Syamsul Anwar, SKp, M.Kep, Sp.Kom) (Muhammad Hadi, SKM, M.Kes)

Ka. Program Studi Ilmu Keperawatan

FKK-UMJ

(Muhammad Hadi, SKM, M.Kes)


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Hasil Penelitian Ini Telah Dipertahankan Dihadapan Penguji Dan Telah
Dilakukan Perbaikan Sesuai Dengan Saran Penguji

Penguji I Penguji II

(Syamsul Anwar, SKp, M.Kep, Sp.Kom) (Drs. Dedi Muhdiana, M.Kes)

Penguji III

(Lukman Efendi, S.sos, M..Kes)


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga penyusunan proposal ini dapat terselesaikan. Proposal penelitian ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh tugas akhir riset
keperawatan di program studi ilmu keperawatan fakultas kedokteran dan kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta dengan judul penelitian ― Gambaran Demografi
Dan Faktor-Faktor Terjadinya Reumatik Di Posbindu Puskesmas Kelurahan
Medangasem Kecamatan Jayakerta Kabupaten Karawang 2010.‖

Dalam penyusunan proposal ini penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Muhammad Hadi, SKM, M.Kes selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

2. Syamsul Anwar, SKp, M.Kep, Sp. Kom selaku pembimbing MA Riset Keperawatan

3. Ka. Puskesmas Kelurahan Medangasem Kecamatan Jayakerta Kabupaten Karawang

4. Ka. Posbindu Puskesmas Kelurahan Medangasem Kecamatan Jayakerta Kabupaten

Karawang

5. Staf dan petugas kesehatan Puskesmas Kelurahan Medangasem Kecamatan

Jayakerta Kabupaten Karawang

6. Bapak dan ibu (H. Arsa dan Hj. Fatmawati) dan seluruh keluargaku tercinta

7. Rekan-rekan mahasiswa/i seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan


Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang.

Akhir kata, semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu keperawatan, ilmu Kesehatan pada
Umumnya.

Jakarta, Januari 2010

Peneliti
DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B. Masalah Penelitian ................................................................................................... 4

C. Pertanyaan Penelitian ............................................................................................... 4

D. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 4

1. Tujuan Umum ............................................................................................... 4

2. Tujuan Khusus .............................................................................................. 4

E. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 5

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN

A. Lansia ....................................................................................................................... 7

1. Definisi Proses Menua .................................................................................. 7

2. Batasan-Batasan Usia Lansia ....................................................................... 8

3. Tumbuh Kembang Lansia ............................................................................ 9

B. Konsep osteoartritis (Reumatik) pada Lansia ......................................................... 14

1. Pengertian Reumatik ..................................................................................... 14

2. Klasifikasi reumatik ..................................................................................... 16


3. Patofisiologi .................................................................................................. 21

4. Tanda dan Gejala .......................................................................................... 22

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan reumatik pada lansia .................... 23

1. Umur ............................................................................................................. 23

2. Jenis kelamin ................................................................................................ 24

3. Genetik ......................................................................................................... 24

4. Kegemukan ................................................................................................... 25

5. Olahraga ....................................................................................................... 25

6. Pola diit ......................................................................................................... 26

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep ..................................................................................................... 28

B. Hipotesis Penelitian .................................................................................................. 29

C. Definisi Operasional ................................................................................................. 30

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ...................................................................................................... 32

B. Tempat Penelitian ..................................................................................................... 32

C. Waktu Penelitian ...................................................................................................... 32

D. Populasi dan Sampel ................................................................................................ 33

E. Pengumpulan Data ................................................................................................... 35

F. Etika Penelitian ........................................................................................................ 37

G. Pengolahan Data ....................................................................................................... 37

H. Analisa Data ............................................................................................................. 38


BAB V HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat ...................................................................................................... 39

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian ............................................................................................. 43

B. Pembahasan ............................................................................................................... 44

1. Hasil Analisa Univariat ........................................................................................ 44

BAB VII kesimpulan dan saran

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 52

B. Saran .......................................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini umur harapan hidup orang Indonesia semakin tinggi. Makin tingginya umur

harapan hidup membuat lebih banyak orang tua usia lanjut yang bertahan hidup. Di

Indonesia pendududuk usia lanjut (usia 60 tahun keatas) diperkirakan semakin

meningkat. Walaupun usia lanjut bukan suatu penyakit, namun bersamaan dengan

proses penuaan, insiden penyakit kronik akan semakin meningkat.

(http://www.idionline.org/kategori/info_profesi/161)

Pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28% pada tahun 2020

sebesar 11,34% (BPS,1992), dari USA Burean of the Censua, bahkan Indonesia

diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar seluruh dunia,

antara tahun (1990-2025) yaitu sebesar 41,4% (Kinsella & Laeubar, 1993 dalam

Darmojo Martono,2004).

Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin

meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut

pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada

semua sistem musculoskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan
kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Kejadian penyakit tersebut

akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia (Ismayadi,2000)

REMATIK adalah salah satu penyakit yang lumrah di derita masyarakat Indonesia

baik tua maupun muda. Penyakit ini menyerang sendi dan struktur jaringan

penunjang di sekitar sendi sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri. Dalam tingkat

yang parah, rematik bahkan dapat menimbulkan kecacatan tetap, ketidakmampuan

dan penurunan kualitas hidup (Prapti,2005).

Dalam seminar yang diadakan Wyeth Indonesia 20 Mei 2009 lalu juga mengungkap

bahwa reumatik dapat menyerang semua usia, dari anak sampai usia lanjut dan

perbandingan wanita : pria adalah 3 : 1.

http://medicastore.com/seminar/95/Kenali_Reumatoid_Artritis:_Si_Sistem_Imun_ya

ng_tak_lagi_Menjalankan_Fungsinya.html

Pada tahun 2007 tercatat 864 kasus rematik dan 53,3% adalah kasus rematik sendi

lutut, pada usia lanjut dan lebih banyak terjadi pada perempuan. Dengan

bertambahnya meningkatnya harapan hidup, dikhawatirkan jumlah pasien rematik

pun bertambah.

http://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=20036

Tingkat aktivitas masyarakat Indonesia yang semakin padat menimbulkan berbagai

macam gangguan kesehatan, termasuk rematik. Tidak hanya diderita oleh orang

yang telah lanjut usia, nyeri rematik juga dapat diderita oleh orang-orang muda.
Berdasarkan penelitian, prevalensi nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6 persen

hingga 31,3 Persen (Isbagio,2008).

http://www.republika.co.id/koran/61/59189/Tak_Dapat_Disembuhkan_Rematik_Da

pat_Dikendalikan

Penyebab dari reumatik hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa

faktor resiko untuk timbulnya reumatik antara lain, umur, jenis kelamin, genetic,

suku/budaya dan kegemukan. (Mansjoer & Arif, 2000).

Hingga saat ini belum ada obat-obatan yang dapat menyembuhkan penyakit rematik.

Obat yang tersedia hanya mengatasi gejala penyakitnya, sedangkan proses

penyakitnya tetap berlangsung. Pengobatan sederhana yang biasa dilakukan untuk

reumatik adalah dengan mengkonsumsi obat, beristirahat, relaksasi, diet dan dalam

kasus berat mungkin diperlukan tindakan operasi. (Iskandar & Junaedi, 2000).

Dari data yang diperoleh di Posbindu Puskesmas Kelurahan Medangasem

Kecamatan Jayakerta Kabupaten Karawang jumlah lansia yang menderita reumatik

pada tahun 2007 sebanyak 825 orang lansia. Dan pada tahun 2008 jumlah lansia

yang menderita reumatik mengalami peningkatan menjadi 1489 orang lansia.

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran

demografi dan faktor-faktor terjadinya reumatik di posbindu puskesmas kelurahan

Medangasem kecamatan Jayakerta kabupaten Karawang.


B. Masalah Penelitian

Melihat semakin meningkatnya angka jumlah penderita rematik pada setiap

tahunnya, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang gambaran demografi

dan faktor-faktor terjadinya reumatik di posbindu puskesmas kelurahan

Medangasem kecamatan Jayakerta kabupaten Karawang 2010.

C. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran demografi dan faktor-faktor terjadinya reumatik di posbindu

puskesmas kelurahan Medangasem kecamatan Jayakerta kabupaten Karawang 2010.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran demografi dan faktor-faktor

terjadinya reumatik di posbindu puskesmas kelurahan medangasem kecamatan

Jayakerta kabupaten Karawang

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah diketahuinya:

 Diketahuinya gambaran demografi (usia, jenis kelamin) dengan terjadinya

rematik di posbindu puskesmas kelurahan medangasem kecamatan Jayakerta

kabupaten Karawang tahun 2010.

 Diketahuinya gambaran genetik dengan terjadinya rematik di posbindu

puskesmas kelurahan medangasem kecamatan Jayakerta kabupaten Karawang

tahun 2010.
 Diketahuinya gambaran olahraga dengan terjadinya rematik di posbindu

puskesmas kelurahan medangasem kecamatan Jayakerta kabupaten Karawang

tahun 2010.

 Diketahuinya gambaran diit dengan terjadinya rematik di posbindu puskesmas

kelurahan medangasem kecamatan Jayakerta kabupaten Karawang tahun

2010.

 Diketahuinya gambaran kegemukan dengan tingkat terjadinya rematik di

posbindu puskesmas kelurahan medangasem kecamatan Jayakerta kabupaten

Karawang tahun 2010.

E. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian dapat memberikan gambaran penyebab dan tingkat terjadinya

reumatik pada lansia sehingga dapat menjadi dasar pemikiran dalam

meningkatkan derajat kesehatan khususnya pada lansia.

2. Pengembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dalam penelitian selanjutnya yang terkait

dengan tingkat terjadinya reumatik pada lansia.


3. Klien

Meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakit reumatik serta meningkatkan

tingkat kemandirian untuk pencegahan ke kambuhan reumatik.

4. Puskesmas Kelurahan Medangasem Kecamatan Jayakerta Kabupaten Karawang.

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tingkat terjadinya reumatik

pada lansia sehingga menjadi rujukan dalam penatalaksanaan selanjutnya.

5. Institusi Pendidikan

Sebagai masukan untuk pengembagan ilmu, khususnya tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan tingkat terjadinya reumatik pada lansia.


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Lansia

1. Definisi Proses Menua (Ageing Proses)

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75

tahun (perry dan potter,2005). Menua (menjadi tua) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya

sehingga dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki

kerusakan yang diderita. (Constantinides 1994, dikutip dari Nugroho,2000).

Menurut UU No.23 tahun 1992 pasal 9: Manusia lanjut usia adalah seseorang

yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial.

Perubahan ini akan berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupan termasuk

kesehatan. Oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus

dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup

secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta

berperan aktif dalam pembangunan (Depkes RI,1992).


2. Batasan-batasan usia lansia

Mengenai kapankah orang disebut lansia, sulit dijawab secara benar dan

memuaskan. Dibawah ini di kemukakan beberapa pendapat mengenai batasan

umur .

a. Penggolongan lansia menurut Depkes bibagi menjadi tiga kelompok :

(http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/lansia/page1.1.12.2009).

1. Kelompok lansia dini : 55 – 64 tahun, merupakan kelompok yang baru

memasuki lansia dan sebagai masa presenium.

2. Kelompok lansia : 65 tahun ke atas, sebagai masa senium.

3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70

tahun.

a. Menurut Dra. Ny Jos Masdani (Wahjudi,2000)

Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan

dapat dibagi menjadi empat bagian :

1. Fase iuventus : antara 25 dan40 tahun.

2. Fase verilitas : antara 40 dan 50 tahun.

3. Fase praesenium : antara 55 dan 65 tahun.

4. Fase senium : antara 65 tahun hingga tutup usia.


b. Menurut Koesoemato (1984)

Pengelompokan usia lanjut dibagi menjadi usia dewasa muda (elderly

adulthood) 18 atau 20-25 tahun. Usia dewasa penuh (middle years) atau

maturitas: 25-60 tahun atau 65 tahun. Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65

tahun atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 70-75 tahun (young old), 75-80

tahun (old) dan lebih dari 80 tahun (very old).kalau dilihat dari pembagian

umur diatas dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan lanjut usia adalah

orang yang telah berumur 65 tahun keatas(Nugroho,2000)

3. Tumbuh kembang lansia

a. Perubahan fisik

1. Sistem Persarafan

a) Berat otak menurun 10 -20% (setiap orang berkurang sel saraf

otaknya dalam setiap harinya), cepatnya menurun hubungan

persarafan.

b) Mengecilnya saraf panca indera, penglihatan berkurang, pendengaran

menghilang, saraf penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitif

terhadap perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap dingin

(Nugroho, 2008).

Jumlah neuron pada sistem nervus mulai berkurang pada pertengahan

decade kedua. Neuron ini tidak beregenerasi, dan penurunan atau

kerusakan dapat menyebabkan perubahan fungsi. Klien mungkin


mengalami penurunan keseimbangan indera atau respon motorik tidak

terkoordinasi (Perry dan Potter, 2005).

2. Sistem Penglihatan

a) Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

b) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas

menyebabkan gangguan penglihatan. Hilangnya daya akomodasi.

c) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala

(Nugroho, 2008).

Perubahan yang bersifat degeneratif ini bersifat anatomik fungsional,

memberi manifestasi pada morfologi berbagai organ panca indera

tersebut baik pada fungsi melihat, mendengar, keseimbangan ataupun

perasa dan perabaan (Darmojo, 2004).

3. Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan seperti arteri yang

kehilangan elastisitasnya. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan nadi

dan tekanan sistolik darah (Tortora dan Anagnostakos dalam Harlan,

2000).

Penurunan kekuatan kontraktil miokardium menyebabkan penurunan

curah jantung. Tubuh berusaha untuk mengkompensasi penurunan curah

jantung dengan meningkatkan denyut jantung selama latihan. Nilai dasar

tekanan darah lansia meningkat, hal ini merupakan akibat perubahan


vaskular dan akumulasi plak sklerotik sepanjang dinding pembuluh

darah, menyebabkan kakunya vaskular secara menyeluruh (Perry dan

Potter, 2005).

Lapisan tunika media pada arteri-arteri mukularis dan koroner mengeras

dan kehilangan elastisitas. Kalsifikasi ini menyebabkan dilatasi/kondisi

aorta, cabang-cabang aorta, dan arteri-arteri carotid menjadi berliku-liku.

Pembuluh darah superfisialis pada dahi, leher dan ekstremitas juga

menjadi berliku-liku dan lebih menonjol. Tekanan darah sistolik

meningkat dalam berespon terhadap penurunan elastisitas pada pembuluh

perifer. Peningkatan labilitas kerja vasopresor meningkatkan baik tekanan

sistolik dan diastolik (Lueckenotte, 1998).

4. Sistem integumen

a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak. Kulit

kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

b) Menurunnya respon terhadap trauma.

c) Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi

(Nugroho, 2008).
5. Sistem Muskuloskeletal

Sistem Muskuloskeletal yang merupakan komponen struktural utama

mengalami perubahan dalam muskular, yaitu otot mengecil secara

progresif (atrofi) dan tulang kehilangan kalsium secara progresif atau

dekalsifikasi (Tortora dan Anagnostakos dalam Harlan, 2000). Perubahan

ini terjadi pada :

a) Sistem otot

Perubahan yang jelas pada sistem otot adalah berkurangnya masssa

otot terutama mengenai serabut otot. Penurunan massa otot ini lebih

disebabkan oleh atrofi, namun demikian kehilangan dari serabut otot

juga dijumpai. Perubahan ini akan menyebabkan laju metabolik basal

dan laju konsumsi oksigen maksimal berkurang. Otot menjadi lebih

mudah capek dan kecepatan kontraksi akan melambat, juga dijumpai

berkurangnya rasio otot dengan jaringan lemak.

b) Massa tulang

Terjadinya proses kehilangan massa tulang dan kandungan kalsium

tubuh serta perlambatan remodeling dari tulang. Massa tulang akan

mencapai puncaknya pada pertengahan usia. Penurunan massa tulang

lebih dipercepat pada wanita pasca menopause.

c) Jaringan ikat

Terjadinya kehilangan sifat elastis dari jaringan ikat proses disuse

dapat menyebabkan pengerutan dari jaringan ikat sehingga berkurang

mampu mengakomodasi berbagai pergerakan.


Penurunan progresif pada massa tulang total terjadi sesuai proses

penuaan. Beberapa kemungkinan penyebab dari penurunan ini meliputi

ketidakaktifan fisik, perubahan hormonal dan resorpsi tulang aktual. Efek

penurunan tulang adalah makin lemahnya tulang : vertebra lebih lunak

dan dapat tertekan, dan tulang berbatang panjang kurang tahanan

terhadap penekukan dan menjadi lebih cenderung fraktur. Menyertai

penurunan tulang ini dari permukaan dalam (endosteum) adalah

penambahan tulang aktual pada permukaan luar (periosteum). Akibatnya,

bentuk taji dan tepi, membuat beberapa tonjolan tulang lebih menonjol

(Lueckenotte, 1998).

b. Perubahan psikososial (Nugroho, 2008)

1. Pensiun : kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman atau

relasi dan kehilangan pekerjaan.

2. Sadar akan kematian.

3. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak

lebih sempit.

4. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.

5. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.


B. Konsep Reumatik pada lansia

1. Pengertian Reumatik

Rematik merupakan suatu penyakit yang menyerang sendi. Mengenai siapa yang

rentan terkena penyakit rematik, hal itu tentu saja tergantung pada jenis

reumatiknya. Setiap tipe reumatik mempunyai factor resiko sendiri-sendiri.

Sebagai contoh, osteoarthritis paling sering menyerang sendi-sendi yang

mendukung berat badan, seperti sendi lutut, panggul, tulang belakang, punggung,

dan leher, walaupun daerah lain dapat terkena juga. Wanita yang berumur lebih

dari 50 tahun beresiko tinggi terserang reumatik. ( Iskandar & Junaidi,2000).

Reumatik, asam urat, dan arthritis gout sama-sama penyakit pada sendi, tetapi

bedanya pada osteoarthritis (reumatik) karena kerusakan jaringan rawan sendi

atau struktur jaringan sekitar persendian, sadangkan pada arthritis gout, nyerinya

sandi disebabkan adanya penumpukan asam urat yang mengkristal pada daerah

persendian. ( Misnadiarly,2007).

Reumatik bukan merupakan satu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom. Dan

golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik yang

cukup banyak, namun semuanya menunjukan adanya persamaan ciri. Menurut

kesepakatan para ahli dibidang Reumatologi, reumatik dapat terungkap sebagai

keluhan dan tanda. Dari kesepakatan dinyatakan ada tiga keluhan utama pada

system muskoloskeletal yaitu : nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta

adanya tiga tanda utama yaitu : pembengkakan sendi, kelemahan otot dan

gangguan gerak. Dari data epidemiologik, ternyata reumatik menduduki urutan


pertama dari golongan reumatik sebagai penyebab kecacatan. Prevalensinya

meningkat dengan meningkatnya usia, jarang dijumpai pada usia dibawah 40

tahun dan lebih sering dijumpai pad usia diatas 60 tahun. Factor umur dan jenis

kelamin menunjukan adanya perbedaan frekuensi (Soenarto,2006).

Reumatik adalah, penyakit inflamasi artikular yang sering terjadi pada lansia,

suatu penyakit kronis, sistemik, yang secara khas berkembang perlahan-lahan

dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi

diartrodial dan struktur yang berhubungan.(Patricia,2006).

Penyakit reumatik yang paling sering disebut arthritis (radang sendi). Reumatik

di bagi menjadi dua yaitu reumayik artikuler dan reumatik non artikuler.

Reumatik artikuler adalah reumatik yang terjadi di bagian sendi.reumatik

artikuler ini dikenal juga dengan reumatik sendi atau arthritis atau radang sendi.

Reumatik non artikuler adalah reumatik yang terjadi di bagian jaringan lunak di

luar sendi dengan istilah extra rheumatism atau reumatik jaringan lunak atau soft

tissue rheumatism. Jaringan lunak itu antara lain otot, ligament, tendon, sarung

tendon, dan bursa ( Utami,2005).


2. Klasifikasi Rematik

Reumatik yang sering terjadi pada lanjut usia terdiri dari beberapa klasifikasi

diantanya :

a. Reumatik Artikuler

Jenis reumatik ini ada beberapa macam, tetapi yang paling sering dijumpai di

masyarakat adalah osteoarthritis, atritis reumatoid, dan atritis gout atau asam

urat.

1) Osteoarthritis

Penyakit ini ditandai denga penipisan rawan sendi yang bersifat progresif,

disertai gengan pembentukan tulang beru di trabekula sbkondral serta

terbentuknya rawan sendi dan tulang baru di tepi sendi yang di sebut

osteofit. Osteoarthritis lebih sering menyerang sendi tangan dan sendi

besar lainnya yang menanggung berat badan, seperti sendi pinggul, lutut,

pergelangan kaki, dan ruas tulang belakang. Osteoarthritis juga sering

menyerang bagian sendi ibu jari (Utami,2004).

2) Atritis Reumatoid

Artritis reatoid (AR) adalah suatu penyakit sistemik yang bersifat

progresif yang cenderung untuk menjadi kronis dan mengenai sendi dan

jaringan lunak. AR adalah suatu penyakit autoimun Dimana persendian

(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan,

sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan acap kali akhirnya

menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Karakteristik AR adalah


radang cairan sendi (sinivitis inflamatoir) yang persisten, biasanya

mengenai sendi-sendi perifer dengan penyebaran yang simetris. AR

merupakan penyakit multisistem yang kronis karena dapat menyebabkan

sejumlah gejala di seluruh tubuh, dengan manifestasi sisteik yang

bervariasi. AR menyerang seua orang dan ras. Serangan artritis rematoid

pertama kali muncul pada usia 25-50 tahun, tetapi sebetulnya bisa terjadi

pada semua usia (Junaidi,2006).

3) Atritis Gout

Jenis reumatik ini di tandai oleh serangan nyeri yang berulang-ulang dan

terjadi secara tiba-tiba. Penyakit ini disebabkan oleh penumpukan Kristal

monosodium urat di persendian karena kadar asam urat darahyang tinggi.

Hal ini sesuai dengan arti kata gout, yang dalam bahasa Yunani disebut

dengan gutta yang berarti tetesan jahat di dalam persendian. Arthritis

gout, dalam istilah kedokteran disebut atritis pirai, reumatik gout,

reumatik pirai, penyakit gout, atau penyakit pirai. Artritis gout atau lebuh

dikenal dengan penyakit asam urat adalah satu-satunya jenis reumatik

yang disebabkan oleh makanan (Misnadiarly,2007).


b. Reumatik Non artikuler

Menurut Ning Harmanto (2005), Rheumatik jenis ini disebut rheumatik ekstra

artikuler atau jaringan lunak. Jenis rheumatik ini jumlahnya lebih banyak

diantaranya :

1) Fibrositis

Rheumatik jenis ini terjadi akibat peradangan di jaringan ikat, terutama

batang tubuh dan anggota gerak. Sebab utamanya karena faktor kejiwaan

atau psikis dan biasanya diderita oleh wanita usia lanjut. Kaum wanita yang

selalu ingin serba rapi, benar dan bagus atau wanita type perfectionis akan

mudah terserang penyakit jenis ini. Keluhan ini biasanya dirasakan pada pagi

hari, kurang lebih selama 30 menit. Saat bangun tidur biasanya akan terasa

segar di badan namun bila penderita penyakit ini justru sebaliknya. Badan

akan terasa lelah dan sakit setelah bangun tidur.

2) Tendinitis dan Tenosinovitis

Rheumatik jenis ini terjadi karena adanya peradangan di tendon (tendinitis)

dan di sarung tendon (tenosinovitis). Hal ini terjadi karena aktivitas tendon

dan sarung tendon melebihi kapasitas. Contohnya, mengangkat beban yang

terlalu berat atau bergerak terlalu berlebihan.

3) Entesopati

Rheumatik jenis ini merupakan peradangan yang terjadi di entesis, tempat

melekatnya tendon dan ligamen di tulang. Peradangan terjadi karena aktivitas

entesis yang berlebihan, degenerasi dan radang sendi.


4) Bursitis

Rheumatik ini merupakan peradangan yang terjadi di bagaian bursa yang

terletak di perlekatan tendon atau otot tulang. Gejalanya pembengkakan, rasa

panas, kulit memerah dan nyeri lokal. Bursa yang sering meradang adalah

bahu, siku dan lutut.

5) Back Pain

Jenis rheumatik ini erat kaitannya dengan proses degeneratif diskus

intervertebralis, pertambahan usia dan pekerjaan fisik yang berat. Gejalanya

nyeri di daerah leher, di daerah tulang belakang, pinggang ke bawah, bahu

dan anggota gerak.

6) Nyeri pinggang

Reumatik jenis ini biasanya biasanya mengenai tulang belakang, otot,dan

saraf. Biasanya terjadi pada orang yang gemuk, pemakai sepatu berhak tinggi

ataukarena salah gerak yang mendadak dan melebihi kemampuan sendi.

Nyeri ini biasanya terjadi karena adanya batu ginjal atau peradangan pada

panggul.

7) Frozen Shoulder Syndrome

Rheumatik jenis ini terjadi di bagian persendian pangkal lengan atas dan rasa

nyeri bisa menjalar ke lengan depan, bawah dan belikat. Akibatnya,

pergerakan bahu tidak leluasa.


8) Tendinitis de Quervain

Rheumatik ini terjadi pada pergelangan tangan searah ibu jari. Penyakit jenis

ini biasanya dialami kaum wanita yang punya kegiatan menjahit,

menyulam,menggunting dan mengiris.

9) Trigger finger

Asam urat trofi yang menumpuk biasanya akan muncul di beberapa bagian

tubuh seperti:

a) Telinga

b) Tendon

c) Bursa

d) Ginjal

e) Pembuluh darah

f) Bagian Jantung.

Di dalam ginjal tofi akan membentuk batu asam urat yang biasa dikenal

masyarakat batu ginjal. Tidak heran bila sering kali terjadi seseorang bisa

mengalami tindakan laser untuk batu ginjal setahun dua kali atau mungkin

lebih bila tidak disadari penyebab batu ginjal karena kadar asam urat selalu

tinggi. Namun tentu saja tidak semua batu ginjal disebabkan dari tofi asam

urat tetapi dapat juga berasal dari kalsium oksalat atau phosphat. Pada telinga

dan jari ukuran tofi mulai sebesar ujung jarum pentul hingga sebesar kelereng.
3. Patofisiologis

(Brunner & Suddart,2001) Menjelaskan tentang terjadinya rematik sebagai

berikut :

Pemahaman mengenai anatomi dan fisiologis persendian diartodil atau sinovial

merupakan kunci untuk memahami patofisiologis penyakit rematik. Fungsi

persendian sinovial adalah gerakan. Setiap sendi synovial memiliki kisaran gerak

tertentu kendati masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama

pada sendi-sendi yang dapat digerakan.

Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membunngkus ujung tulang

pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin sertaulet dalam gerakan.

Membrane sinovial melapisi dinding di dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan

cairan ke dalam ruanng antar tulang. Cairan sinovial ini berfungsi sebagai

peredam kejut (shock absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk

bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.

Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan

degenerasi yang terlihat pada penyakit reumatik. Meskipun memiliki

keanekaragaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga

kelainan multisitemik, semua penyakit reumatik meliputi inflamasi dan dgenerasi

dalam derajat tertentu yang bias terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada

persendian sebagai sinovitis.


Degenersi kartilago artikuler disebabkan oleh gangguan keseimbangan fisiologi

antara stress mekanis dan kemampuan jaringan sendi untuk bertahan terhadap

stress tersebut. Kartilago artikulerbmemainkan dua peranan mekanis yang

penting dalam fisiologis sendi.pertama kartilago artikuler memberikan

permukaan penahan beban yang llicin secara nyata, dan bersama cairan synovial,

membaut gesekan (friksi) yang sangat rendah dalam gerakan. Kedua kartilago

akan meneruskan beban atau tekanan pada tulang sehingga mengurangi stress

mekanis. Ketika sendi mengalami stres berulang,elastisitas kapsula sendi,

kartilago artikuler dan ligamentumakan berkurang. Lempeng artikuler (tulang

subkondral) akan menipis dan kemampuan untuk menyerap kejutan menurun.

Terjadi penyempitan rongga sendi dan gangguan stabilitas. Kartilago sendi

mengalami degenerasi serta atrofi (mengeriput), tulang mengeras dan mengalami

hipertropi (menebal) pada bagian sendinya, dan ligamentum akan mengalami

klasifikasi. ( Brunner & Suddart,2001).

4. Tanda dan Gejala

Rasa nyeri merupakan gejala penyakit reumatik yang paling sering menyebabkan

seseorang mencari pertolongan medis. Gejala yang sering lainnya mencakup

pembekakan sendi, gerakan yang terbatas, kekakuan, kelemahan, dan perasaan

mudah lelah (Brunner & suddart,2001).


C. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan reumatik pada lansia.

Ada enam faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan reumatik pada lansia yaitu :

1. Umur

Tidak semua jenis rematik dipengaruhi oleh proses ketuaan ( proses degeneratif).

Ada juga rematik yang menyerang anak-anak dan usia muda, seperti juvenile

reuatoid arthritis yang menyerang usia 4 – 15 tahun dan systemic lupus

erymatosus (SLE) pada wanita muda. Jenis rematik yang diduga dipengaruhi

oleh proses degeneratif atau ketuaan adalah osteoarthritis ada pengapuran karena

lebih banyak menyerang diatas 50 tahun ( Hembing, 2006).

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya reumatik, faktor ketuaan adalah yang

terkuat. Prevalensi dan beratnya reumatik semakin meningkat dengan

bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada

umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.

Selain otoimun, rematik dipicu oleh faktor pertambahan usia. Setiap persendian

tulang memiliki lapisan pelindung sendi yang menghalangi terjadinya gesekan

antara tulang. Dan didalam sendi terdapat cairan yang berfungsi sebagai pelumas

sehingga tulang dapat digerakkan dengan leluasa. Pada mereka yang sudah

berusia lanjut, lapisan pelindung persendian mulai menipis dan cairan tulang

mulai mengental, menyebabkan tubuh menjadi kaku dan sakit saat digerakkan.

usia muda umumnya rematik disebabkan oleh peradangan. Peradangan ini bisa

disebabkan karena asam urat atau sebab lain. Walaupun reumatik juga

menyerang pada usia muda, tetapi umumnya rematik pada usia muda
disebabkan oleh peradangan. Peradangan Ini bisa disebabkan karena asam urat

atau cidera otot maupun sendi yang dialami sewaktu berolahraga atau lantaran

aktivitas fisik yang terlalu berat.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/03_MemahamiMaknaUsiaLanjut.pdf/03_

MemahamiMaknaUsiaLanjut.html.Diambil/ page 2. tanggal 1.12.2009

2. Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering

terkena reumatik pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan

dibawah 45 tahun frekuensi reumatik kurang lebih sama pada laki

dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi reumatik lebih banyak pada wanita

dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis

reumatik. Sedangkan rematik karena asam urat banyak dijumpai pada pria

berusia 30-40-an. Hal ini terjadi karena kelebihan hasil metabolisme purin yang

tertimbun di persendian. Timbunan ini yang menimbulkan rasa sakit

dipersendian.

http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=986&tbl=biaswanita/page1.1

7.11.2009

3. Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya reumatik missal, pada ibu dari

seorang wanita dengan reumatik pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua

kali lebih sering reumatik pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya


perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak

perempuan dari wanita tanpa reumatik.

http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/osteoartritis/page 1.17.11.2009.

4. Kegemukan

Obesitas (kegemukan) merupakan salah satu pendorong terjadinya reumatik yang

bisa memunculkan rematik. Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan

meningkatnya resiko untuk timbulnya reumatik baik pada wanita maupun pada

pria Itu terjadi karena timbunan lemak di tubuh bisa membebani persendian

panggul, pinggang, dan lutut. Pada orang gemuk, persendian panggul, pinggang

dan terutama lutut terbebani berat badan yang dapat merusak sendi serta

menimbulkan reumatik.

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1001916842,94964,page

1.11.2009

5. Olahraga

Olahraga secara teratur dan tidak berlebihan dapat mencegah terjadinya resiko

reumatik. Cidera otot maupun sendi yang dialami sewaktu berolahraga atau

lantaran aktivitas fisik yang terlalu berat, bisa pula mengundang reumatik. Karena

itu, sebelum berolahraga sangat dianjurkan melakukan pemanasan yang bertujuan

melenturkan otot dan sendi sehingga cidera dapat dihindarkan.

Pada penderita reumatik dapat melakukan olahraga secara teratur,namun jangan

paksakan gerakan berulang secara terus menerus tanpa istirahat. Olahraga ringan
dapat dijadikan alternatif membatasi nyeri pada penderita reumatik. Berenang,

bersepeda dan jalan santai bisa dijadikan pilihan olahraga.

http://www.medicalborneo.com/index.php?option=com_content&view=article&i

d=198:nyeri-campuran-mixed-pain-di-bidang-reumatologi-patobiologi-dan-

diagnosis-&catid=85:internist&Itemid=267.page1.17.11.2009

6. Pola diit

Tidak semua jenis rematik dipengaruhi oleh faktor makanan. Rematik gout atau

asam urat merupakan satu-satunya jenis rematik yang serangannya sangat

dipengaruhhi oleh pola makan. Mengkonsumsi makanan yang banyak

mengandung purin dapat meningkatkan kadar asam urat, yang menyebabkan

terjadinya pengkristalisasian dalam sendi ( Hembing,2006).

Hubungan antara makanan dan penyakit reumatik. Resiko mengidap reumatik

cukup besar pada mereka yang sehari-hari berpola hidup tidak sehat seperti

menyukai makanan berlemak, terutama lemak hewani. Didalam tubuh zat lemak

hewani berubah menjadi zat eicosanoid. Dalam jumlah terbatas, zat ini sangat

dibutuhkan tubuh, namun bila kadarnya melebihi batas normal malah bisa

menyebabkan radang pada persendian. Menjaga pola makan juga bisa dilakukan

dengan mengonsumsi protein yang berasal dari ikan dan menghindari lemak dari

sumber-sumber makanan hewani.


Pola makan yang sehat dan bervariasi, menjaga keseimbangan antara aktivitas

fisik dengan asupan makanan dan mengonsumsi gula secukupnya, bisa

mengurangi munculnya resiko rematik pada penderita obesitas. Walaupun hanya

ada satu jenis rematik yang disebabkan oleh pola makan, yaitu Artritis Gout

(rematik pada persendian kaki). Itu pun tidak serta-merta disebabkan oleh

kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu. Akan tetapi, sebaiknya menghindari,

makan jeroan, kembang kol, brokoli, asparagus, melinjo, dan sea food, atau

makanan yang mengandung purin tinggi karena kelebihan hasil

metabolisme purin yang tertimbun di persendian. Timbunan ini yang

menimbulkan rasa sakit di persendian.

http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/08/21/27/138720/waspad

a-rematik-di-usia-muda.page 1.17.11.2009
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep menggambarkan gambaran antara variabel-variabel yang

penulis buat, meliputi Variabel Independent dan Variabel Dependent.

Variabel Independent Variabel Dependent

Faktor demografi

1. Umur

2. Jenis kelamin

Genetik Reumatik

Kegemukan

Olah raga

Diit
B. Hipotesis

Sesuai dengan kerangka konsep yang dikembangkan diatas maka penulis

mengambil hipotesis yaitu

 Ada gambaran antara usia dengan tingkat terjadinya reumatik pada lansia

 Ada gambaran antara jenis kelamin dengan tingkat terjadinya reumatik pada

lansia

 Ada gambaran antara genetik dengan tingkat terjadinya reumatik pada lansia.

 Ada gambaran antara kegemukan dengan tingkat terjadinya reumatik pada

lansia.

 Ada gambaran antara kebiasaan olahraga dengan tingkat terjadinya reumatik

pada lansia.

 Ada gambaran antara antara pola diit dengan tingkat terjadinya reumatik pada

lansia.
C. Definisi Operasional

Variabel independent

NO Identifikasi Definisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil

Variabel Pengukuran

1. Usia Kelompok lansia yang Kuesioner Interval 0 : 55 - 64 tahun

menderita hipertensi
1 : > 65 tahun
berdasarkan lama

waktu hidup sejak

dilahirkan sampai

dengan ulang tahun

terakhirnya.

2. Jenis kelamn Sifat atau keadaan yang Kuesioner Nominal 0 : Laki-laki

membedakan 2
1 : Perempuan
individu yang berbeda

jenis.

3. Genetik Sesuatu yang dibawa Kuesioner Nominal 0 : ada

sejak lahir yang


(> median)
diturunkan oleh kedua
1 : Tidak ada
orang tua.

(≤ median)
4. Kegemukan Berat badan yang lebih Kuesioner Interval 0 : ya

dari normal sesuai


(> median)
indeks masa tubuh
1 : Tidak
(IMT)

(≤ median)

5. Olah raga Aktifitas yang Kuesioner Ordinal 0 : tidak

dilakukan seseorang
(> median)
untuk menjadi sehat
1 : ya

(≤ median)

6. Diit Tingkat kecukupan kuesioner Ordinal 0 : kurang (>

makanan yang biasa median)

dikonsumsi.
1 : cukup

(≤ median)
Variabel dependent

NO Identifikasi Definisi Operasional Alat Skala Hasil

Variabel Ukur Pengukuran

1. Reumatik Suatu keadaan dimana Kuesioner Nominal 0 : Tinggi

terjadi kelainan sendi


(> median)
pada lansia.
1 : Rendah

(≤ median)
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan strategi untuk membuktikan atas variabel di dalam

ruang lingkup penelitian untuk menjawab pertanyaan peneliti. Strategi penelitian

yang dilakukan penulis pada penelitian ini deskriptif analitik dengan pendekatan

cross sectional. Pendekatan deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui gambaran demografi dan faktor-faktor terjadinya reumatik di

posbindu puskesmas kelurahan medangasem kecamatan jayakerta kabupaten

karawang

B. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Posbindu Puskesmas

Kelurahan Medangasem Kecamatan Jayakerta Kabupaten Karawang. Tempat

tersebut dipilih karena populasinya mewakili kriteria sampel.


C. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 25 Januari-17 Februari 2010.

D. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian :

Populasi penelitian adalan keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (Noto

Atmojo, 1993). Populasi yang diambil oleh penulis sebagai subjek penelitian

adalah semua lansia dengan masalah reumatik dengan jumlah populasi 1489

orang lansia.

Metode penarikan sample

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sample yang akan

digunakan adalah non probability atau purposive sampling, di Posbindu

Puskesmas Kelurahan Medangasem Kecamatan Jayakerta Kabupaten Karawang

yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Bersedia menjadi responden

2. Para lansia

3. Responden bisa baca tulis

4. Lansia dengan reumatik

5. Responden kooperatif (mau untuk diajak bekerja sama)


Jumlah sampel

Besarnya sampel adalah anggota yang akan dijadikan sampel (Chandra, 1995).

Dengan menggunakan rumus :

Z2 1-α/2 (pxq)
n=
d2

Keterangan :

Z = Derajat kepercayaan (Z =90%=1,64 )

p = Proporsi penelitian yang lalu (p=50%=0,5).

q = (1–p)

d = Kesalahan yang dapat ditolerir (d=10% 0,1)

1,642 (0,5 x 0,5)


n=
(0,1)2

1,642 (0,25)
n=
0,01

0,67
n=
0,01

n = 67
Untuk mengetahui berapa jumlah sampel yang diambil setelah jumlah populasi

diketahui adalah dengan menggunkan rumus :

nk =
n
1 +
N

Keterangan :

nk = populasi sampel yang sudah diketahui

n = populasi sampel yang tidak diketahui

N = populasi lansia dengan reumatik

67

nk =
67
1+
1489

67
nk =
1 + 0,045

nk = 64 orang

maka diketahuilah jumlah sampel yang akan diambil, yaitu berjumlah 64 orang

responden.
E. Pengumpulan data (Alat dan Cara)

1. Alat pengumpulan data

Untuk mendapatkan data tentang analisa gambaran demografi dan faktor-faktor

terjadinya reumatik terhadap terjadinya reumatik pada lansia, peneliti

menggunakan alat pengumpulan data berupa keusioner. Dimana kuesioner

memuat beberapa pertanyaan yang dirancang sendiri oleh peneliti dengan

mengacu pada kerangka konsep yang telah dibuat. terdiri dari:

a. Data demografi, dari nomor 1-9 yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin,

status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, berat badan, tinggi badan dan

lamanya riwayat menderita rematik yang diisi dengan mengisi kotak kosong

dengan cara memberikan cek list pada kotak yang tersedia.

b. Pertanyaan kuesioner dengan cara mengisi jawaban yang sesuai yaitu dari

pertanyaan nomor 1 s/d 3 tes tentang variabel genetik (keturunan), pertanyaan

nomor 4 s/d 8 tentang variabel oleh raga dan pertanyaan nomor 9 s/d 13

tentang variabel pola diit (pola makan). Pertanyaan terdiri dari dua pilihan

jawaban, setiap jawaban yang benar di beri nilai 1 dan yang salah diberi nilai

2. Kuesioner diisi dengan cara memberikan cek list pada kolom yang sesuai.

Dalam proses pengumpulan data peneliti melakukan uji coba kuesioner pada 15

orang responden yang berbeda dengan karakteristik yang sama untuk

mengetahui validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel

dengan r hitung. Bila r hasil > r tabel maka pertanyaan tersebut valid.
Kesimpulan yang peneliti dapat, dengan melihat r hasil pada kolom ―Corrected

Item-Total Correlation‖ kemudian di bandingkan dengan r tabel semua

pertanyaan adalah valid, dimana r hasilnya adalah nilai ALPHA (α). Bila r Alpha

> r tabel maka pertanyaan tersebut reliable. Dari hasil uji, ternyata nilai r Alpha

(0.932) > nilai r tabel, maka seluruh pertanyaan tersebut adalah reliable.

2. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data peneliti mengacu pada tahap yang ditetapkan dalam prosedur

dibawah ini :

a. Peneliti mencari responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan,

setelah mendapat izin dari institusi terkait.

b. Peneliti mengadakan pendekatan kepada responden guna mendapatkan

persetujuan mengikuti penelitian yang dibuktikan dengan menandatangani

lembar persetujuan.

c. Setelah melakukan kontrak sebelumnya dengan responden kemudian

dilakukan wawancara dan pengisian kuesioner.

d. Wawancara dan pengisian kuesioner dilakukan satu persatu antara peneliti dan

responden dengan tujuan untuk memperoleh data yang akurat dan valid serta

untuk menjaga privacy responden.

e. Peneliti mengecek kelengkapan jawaban dari responden apabila belum

lengkap maka peneliti dapat melakukan klarifikasi jawaban dari responden.


f. Hasil wawancara dan pengisian kuesioner yang telah selesai, kemudian akan

diseleksi untuk dilakukan pengolahan data.

F. Etika Penelitian

Sebelum pengumpulan data dilakukan peneliti menjadikan terlebih dahulu etika

penelitian terhadap responden. Peneliti menjelaskan surat persetujuan peneliti

kepada responden yang akan diteliti, tujuan penelitian, permohonan kesediaan

responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani surat

persetujuan penelitian. Semua berkas yang mencantumkan identitas subjek (kode

responden) dan tempat peneliti hanya digunakan untuk keperluan pengolahan

data dan bila tidak digunakan lagi akan dimusnahkan. Peneliti juga menghormati

hak azasi responden untuk menolak, untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.

G. Pengolahan Data

Setelah kuesioner dan proposal disetujui oleh pembimbing dan memperoleh surat

izin dari pihak institusi dan dari pihak POSBINDU, selama pengisian kuesioner

peneliti dapat mendampingi responden. Setelah kuesioner diisi, peneliti

memeriksa kelengkapan jawabannya. Jika belum lengkap pada saat itu juga dan

jika sudah lengkap peneliti dapat mengakhiri pertemuan saat itu dan

mengucapkan terima kasih kepada responden. Daftar pertanyaan yang telah diisi

dikumpulkan dan dilakukan prosedur analisa data meliputi :


1. Editing : untuk melakukan pengecekan pengisian kuesioner apakah jawaban

yang ada dalam kuesioner lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.

2. Coding : kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data, berbentuk

angka atau bilangan.

3. Processing : pemprosesan data yang dilakukan dengan cara mengentri data

dari kuesioner ke paket program komputer.

4. Cleaning : membersihkan data yang merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

H. Analisis Data

Data yang telah tekumpul kemudian ditabulasi diberi skor berdasarkan skala agar

dapat menafsirkan data dari memahami arti data yang dikumpulkan maka data

tersebut perlu dianalisa dan diolah dengan uji statistik. Uji statistik akan

digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa Univariat

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat menggunakan distribusi frekuensi untuk melihat besarnya

proporsi menurut berbagai karakteristik variabel yang diteliti, baik Variabel

Independent dan Variabel Dependent yaitu dengan menggunakan rumus

ukuran nilai tengah.


BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam hal ini akan disajikan hasil penelitian yang berdasarkan analisis secara
univariat dan dijelaskan secara deskriptif variabel-variabel penelitian yang
meliputi data demografi (usia, jenis kelamin), genetik, olah raga, diit dan
kegemukan.

Tabel I

Distribusi responden berdasarkan variabel penelitian

di Posbindu Puskesmas Medangasem kec. Jayakerta kab. Karawang tahun 2010

No Variabel Kategori Frekuensi Persentase % N

1 Usia 55-64 tahun 12 18.8


64
> 65 tahun 52 81.3

2 Jenis kelamin Laki-laki 37 57.8 64


Perempuan 27 42.2

3 Genetik Ada 44 68.4 64


Tidak ada 20 31.3

4 Olahraga Ya 14 21.9 64
Tidak 50 78.1

5 Diit Kurang 15 23.4 64


Cukup 49 76.6

6 Kegemukan Ya 33 51.6 64
Tidak 31 48.4
1. Usia

Distribusi usia responden berdasarkan kelompok usia 55 – 64 tahun


sebesar 12 orang (18.8%), usia > 65 tahun sebesar 52 orang (81.3%). Hal
ini menunjukkan sebagian besar usia responden di Posbindu Puskesmas
Medangasem Kec. Jayakerta adalah usia >65 tahun sebesar 52 orang
(81.3%).

2. Jenis kelamin

Responden lansia menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa laki-laki


sebesar 28 orang (43.8%) dan perempuan sebesar 36 orang (56.3%). Hal
ini menunjukkan sebagian besar jenis kelamin lansia di Posbindu
Puskesmas Medangasem Kec.Jayakerta adalah perempuan sebesar 36
orang (56.3%).

3. Genetik

Responden lansia berdasarkan genetik menunjukkan bahwa responden


dengan ada genetik rematik sebesar 44 orang (68.4%) dan responden
dengan tidak ada genetik rematik sebesar 20 orang (31.3%). Hal ini
menunjukkan sebagian besar lansia di Posbindu Puskesmas Medangasem
Kec.Jayakerta adalah lansia yang ada genetik dengan rematik sebesar 44
orang (68.4%).

4. Olahraga

Dari analisa univariat diatas dapat dilihat berdasarkan variabel penelitian


olahraga adalah responden yang melakukan olahraga sebesar 14 orang
(21.9%) dan responden yang tidak melakukan olahraga sebesar 50 orang
(78.1%). Hal ini menunjukan sebagian besar lansia di Posbindu
Puskesmas Medangasem Kec.Jayakerta adalah lansia yang tidak
melakukan olahraga sebesar 50 orang (78.1%).

5. Diit

Responden lansia berdasarkan pola diit menunjukan bahwa responden


dengan diit kurang sebesar 15 orang (23.4%) dan responden dengan diit
cukup sebesar 49 orang (76.6%). Hal ini menunjukan sebagaian besar
lansia di Posbindu Puskesmas Medangasem Kec.Jayakerta adalah lansia
dengan diit cukup sebesar 49 orang (76.6%).
6. Kegemukan

Responden berdasarkan berat badan menunjukan bahwa responden


dengan barat badan di atas IMT sebesar 33 orang (51.6%) dan responden
dengan barat badan di dibawah IMT sebesar 31 orang (48.4%). Hal ini
menunjukan sebagian besar lansia di Posbindu Puskesmas Medangasem
Kec.Jayakerta adalah lansia yang memiliki barat badan diatas IMT atau
mengalami kegemukan sebesar 33 orang (51.6%).

Tabel 2

Distribusi responden berdasarkan tingkat terjadinya rematik

di Posbindu Puskesmas Medangasem kec. Jayakerta kab. Karawang tahun 2010

No Variabel Kategori Frekuensi Persentase % N

1 Rematik rematik 45 70.4 %


64
tidak rematik 19 29.7 %

1. Reumatik

Responden berdasarkan tingkat terjadinya reumatik menunjukan bahwa


responden yang menderita reumatik sebesar 45 orang (70,3%) dan
responden yang tidak menderita reumatik sebesar 19 orang (29,7%). Hal
ini menunjukan sebagian besar lansia di Posbindu Puskesmas
Medangasem Kec.Jayakerta adalah lansia yang mederita reumatiksebesar
45 orang (70,3%).
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah terbatasnya pengalaman dan pengetahuan

peneliti, dan penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan

oleh peneliti sehingga masih banyak kekurangan. Adapun keterbatasan pada

penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini hanya dilakukan di salah satu Posbindu di Puskesmas

Medangasem Kec. Jayakerta kab. Karawang sehingga belum cukup

mengeneralisasikan hasil penelitian.

2. Desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional karena hanya

dilakukan satu kali pengukuran faktor resiko dan tidak dilakukan fololw up

kembali.

3. Jumlah responden dalam penelitian terbatas hanya pada lansia yang

berkunjung ke Posbindu Puskesmas Medangasem Kec. Jayakerta Kab.

Karawang .

4. Komunikasi pada lansia saat mengisi kuesioner kurang efektif, tetapi peneliti

dibantu oleh kader-kader pada Posbindu sehingga berjalan efektif.

5. Dalam pengisian kuesioner terdapat beberapa lansia yang terbatas dalam

membaca dan menulis.


B. Pembahasan

a. Karakteristik responden berdasarkan usia

Distribusi usia responden berdasarkan kelompok usia 55 – 64 tahun sebesar


12 orang (18.8%), usia >65 tahun sebesar 52 orang (81.3%). Hal ini
menunjukkan sebagian besar usia responden di Posbindu Puskesmas
Medangasem Kec. Jayakerta adalah usia >65 tahun sebesar 52 orang
(81.3%).

Dari data epidemiologik, ternyata osteoarthritis (reumatik) menduduki


urutan pertama dari golongan reumatik sebagai penyebab kecacatan.
Prevalensinya meningkat dengan meningkatnya usia, jarang dijumpai pada
usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pad usia diatas 60 tahun.
Faktor umur dan jenis kelamin menunjukan adanya perbedaan frekuensi
(Soenarto,2006).

Saat ini data yang peneliti dapatkan mayoritas reumatik terjadi pada usia

diatas 65 tahun. Hal ini mungkin dikarenakan oleh penurunan fungsi tubuh

dan pola hidup masyarakat saat ini seperti ; mengkonsumsi makanan siap

saji, merokok, alkoholisme, intake garam berlebih, obesitas, dan kurangnya

aktivitas fisik/olah raga. Agar tetap aktif seseorang yang terkena reumatik

perlu melakukan kemudian mempertahankan pola hidup sehat dengan

mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang dengan mengurangi

makanan yang mengandung purin tinggi seperti jeroan, brokoli dan lain-lain,

melakukan aktivitas fisik/olahraga teratur, tidak mengkonsumsi rokok dan

alkohol.
b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Responden lansia menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa laki-laki

sebesar 28 (43.8%) dan perempuan sebesar 36 orang (56.3%). Hal ini

menunjukkan sebagian besar jenis kelamin lansia di Posbindu Puskesmas

Medangasem Kec.Jayakerta adalah laki-laki sebesar 36 orang (56.3%).

Rematik merupakan suatu penyakit yang menyerang sendi. Mengenai siapa

yang rentan terkena penyakit rematik, hal itu tentu saja tergantung pada jenis

reumatiknya. Setiap tipe reumatik mempunyai faktor resiko sendiri-sendiri.

Sebagai contoh, osteoarthritis paling sering menyerang sendi-sendi yang

mendukung berat badan, seperti sendi lutut, panggul, tulang belakang,

punggung, dan leher, walaupun daerah lain dapat terkena juga. Wanita yang

berumur lebih dari 50 tahun beresiko tinggi terserang reumatik. ( Iskandar &

Junaidi,2000).

Dalam hal ini peneliti menemukan bahwa jumlah wanita lebih banyak

karena cenderung pada wanita diatas 45 tahun mayoritas sudah mengalami

monopouse dan mengalami fluktuasi hormon kewanitaan sehingga fungsi

metabolisme tidak seimbang.

c. Karakteristik responden berdasarkan genetik

Responden lansia berdasarkan genetik menunjukkan bahwa responden

dengan ada genetik rematik sebesar 44 orang (68.4%) dan responden dengan
tidak ada genetik rematik sebesar 20 orang (31.3%). Hal ini menunjukkan

sebagian besar lansia di Posbindu Puskesmas Medangasem Kec.Jayakerta

adalah lansia yang ada genetik dengan rematik sebesar 44 orang (68.4%).

Begitupun dengan RA (Rheumatoid Arthritis). Penyakit itu termasuk

peradangan persendian yang penyebabnya masih belum diketahui. Menurut

Encyclopedia of Public Health, telah ada indikasi bahwa pola-pola genetik

bertanggungjawab terhadap timbulnya penyakit ini.

RA bisa menyerang orang pada umur berapa pun, termasuk balita.

Peradangan penyakit ini terjadi pada jaringan synovial yang terdapat dalam

persendian. Jaringan ini berfungsi untuk menghasilkan cairan pelumas sendi.

Pada pasien RA, jaringan ini membengkak dan menunjukkan banyak sel

yang meradang.

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1081314811,29214,

Pada penelitian ini, di temukan bahwa sebagian besar lansia yang terkena

reumatik adalah lansia dengan riwayat keluarga reumatik pula. Hal ini dapat

di sebabkan oleh faktor herediter yang belum diketahui, dan juga dapat

disebabkan oleh gaya hidup yang cenderung sama dalam keluarga.

d. Karakteristik responden berdasarkan olahraga

Dari analisa univariat diatas dapat dilihat berdasarkan variabel penelitian

olahraga adalah responden yang melakukan olahraga sebesar 14 orang


(21.9%) dan responden yang tidak melakukan olahraga sebesar 50 orang

(78.1%). Hal ini menunjukan sebagian besar lansia di Posbindu Puskesmas

Medangasem Kec.Jayakerta adalah lansia yang tidak melakukan olahraga

sebesar 50 orang (78.1%).

Olahraga ringan seperti jalan kaki bermanfaat untuk penderita rematik.

Karena jalan kaki membakar kalori, memperkuat otot dan membangun

tulang yang kuat tanpa mengganggu persendian yang sakit.

Untuk melakukan olahraga sebaiknya meminta pendapat dokter atau terapis,

supaya mengetahui gerakan-gerakan yang terbaik. Disarankan untuk

menghindari olahraga yang terlalu membebani lutut. ―Bulutangkis, voli,

tenis, joging, bela diri sebaiknya tidak dilakukan. Apalagi ketika rematik

jenis asam urat itu sedang kumat. Berdiri terlalu lama akan menimbulkan

sakit yang luar biasa,‖

http://doktersehat.com/2008/07/17/jalan-kaki-dapat-mengurangi-

rematik/#ixzz0iu1X7rbX\

Hasil yang peneliti dapatkan adalah presentase lansia yang lebih banyak

yang terkena reumatik adalah lansia yang tidak melakukan olah raga. Oleh

karena itu untuk mencegah timbulnya reumatik harus membiasakan diri olah

raga secaara teratur karena dapat membantu untuk mencegah terjadinya

reumatik di usia senja.


e. Karakteristik responden berdasarkan diit

Responden lansia berdasarkan pola diit menunjukan bahwa responden

dengan diit kurang sebesar 15 orang (23.4%) dan responden dengan diit

cukup sebesar 49 orang (76.6%). Hal ini menunjukan sebagaian besar lansia

di Posbindu Puskesmas Medangasem Kec.Jayakerta adalah lansia dengan

diit cukup sebesar 49 orang (76.6%).

Kadar asam urat yang tinggi harus benar-benar menjaga makanan dengan

menjalani diet rendah purin, agar asam urat tidak naik (misalnya dengan

menghindari makan jeroan, emping dan minuman beralkohol).

Hal ini menunjukan bahwa, lansia dengan diit yang cukup belum tentu

terbebas dari reumatik. Oleh karena itu menu makanan yang di pilih untuk

memenuhi kebutuhan diit seseorang harus yang sehat dan seimbang. Karena

dengan diit yang mengandung purin yang tinggi dapat memicu timbulnya

reumatik.

f. Karakteristik responden berdasarkan kegemukan

Responden berdasarkan berat badan menunjukan bahwa responden dengan

barat badan di atas IMT sebesar 33 orang (51.6%) dan responden dengan

barat badan di dibawah IMT sebesar 31 orang (48.4%). Hal ini menunjukan

sebagian besar lansia di Posbindu Puskesmas Medangasem Kec.Jayakerta

adalah lansia yang memiliki barat badan diatas IMT atau mengalami

kegemukan sebesar 33 orang (51.6%).


Obesitas (kegemukan) merupakan salah satu pendorong terjadinya

osteoartritis (pengapuran sendi) yang bisa memunculkan rematik. Itu terjadi

karena timbunan lemak di tubuh bisa membebani persendian panggul,

pinggang, dan (terutama) lutut. Untuk itu, mereka yang kegemukan

disarankan untuk lebih sering berolahraga agar mengurangi risiko terjadinya

rematik.

―Pada orang gemuk, persendian panggul, pinggang dan terutama—lutut

terbebani berat badan yang dapat merusak sendi serta menimbulkan

osteoartritis,‖

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1001916842,94964,

Menjaga berat badan ideal adalah salah satu langkah bijaksana untuk

mengurangi nyeri di sendi lutut. Setiap kelebihan berat badan membebani

sendi lutut serta panggul, dan menambah rasa nyeri karena rematik. Selain

itu bobot tubuh berlebih memperbesar risiko asam urat.

http://doktersehat.com/2008/07/17/jalan-kaki-dapat-mengurangi-

rematik/#ixzz0iu1vp71F

dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa seseorang dengan berat

badan yang ideal terbebas dari reumatik. Hal ini dapat dikarenakan oleh pola

hidup dan pola makan seseorang. Oleh karena itu dalam memilih menu

makanan tidak perlu yang mahal akan tetapi yang terpenting adalah sehat

dan memuliki gizi yang cukup.


g. Karakteristik responden berdasarkan tingkat terjadinya reumatik

Responden berdasarkan tingkat terjadinya reumatik menunjukan bahwa

responden yang menderita reumatik sebesar 45 orang (70,3%) dan

responden yang tidak menderita reumatik sebesar 19 orang (29,7%). Hal ini

menunjukan sebagian besar lansia di Posbindu Puskesmas Medangasem

Kec.Jayakerta adalah lansia yang mederita reumatiksebesar 45 orang

(70,3%).

Rematik merupakan suatu penyakit yang menyerang sendi. Mengenai siapa

yang rentan terkena penyakit rematik, hal itu tentu saja tergantung pada jenis

reumatiknya. Setiap tipe reumatik mempunyai faktor resiko sendiri-sendiri.

Sebagai contoh, osteoarthritis paling sering menyerang sendi-sendi yang

mendukung berat badan, seperti sendi lutut, panggul, tulang belakang,

punggung, dan leher, walaupun daerah lain dapat terkena juga. Wanita yang

berumur lebih dari 50 tahun beresiko tinggi terserang reumatik. ( Iskandar &

Junaidi,2000).

Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat

menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna

mengaktifkan fungsi otot serta tidak diimbangi dengan pola makan yang

sehat. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih

dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita

reumatik. Karena banyak faktor resiko lain yang berperan dalam timbulnya

masalah reumatik.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian terhadap 64 orang responden lansia di Posbindu Puskesmas

Medangasem Kec. Jayakerta Kab.Karawang dapat disimpulkan bahwa ;

1. Didapatkan gambaran data demografi yaitu umur yang terbanyak adalah usia

> 65 tahun yaitu 52 orang responden (81.3%).

2. Didapatkan gambaran data demografi yaitu jenis kelamin yang terbanyak

perempuan 36 orang responden (56.3%).

3. Didapatkan gambaran faktor genetik yang terbanyak adalah responden

dengan riwayat geneti rematik sebanyak 44 orang responden (68,4%).

4. Didapatkan gambaran faktor olahraga yang terbanyak adalah responden

yang tidak melakukan olahraga sebanyak 50 orang responden (78,1%).

5. Didapatkan gambaran faktor diit yang terbanyak adalah responden dengan

diit cukup yaitu sebanyak 39 orang responden (76,6%).

6. Didapatkan gambaran faktor kegemukan terbanyak adalah responden yang

mengalami kegemukan sebanyak 33 orang responden (51,6%).


B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti dapat menyampaikan saran sebagai

berikut :

1. Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan semoga penelitian ini dapat menjadi dasar untuk

mengembangkan konsep dan teori mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan tingkat terjadinya reumatik pada lansia.

2. Posbindu kelurahan

Dengan adanya hasil penelitian ini semoga Posbindu Medangasem

Kec.Jayakerta Kab. Karawang dapat lebih optimal dalam memberikan

pelayanan kesehatan bagi lansia dengan sarana dan prasarana yang ada.

3. Klien

Untuk klien dengan rematik agar bisa lebih meningkatkan pengetahuan

tentang rematik.

4. Peneliti

Untuk peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis ini dimasa yang akan

datang agar lebih mengembangkan teori dan variabel-variabel yang akan

dapat mengembangkan desain dan alat ukur peneliti.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddart.(2001).Buku ajar keperawatan medikal bedah (edisi 8). (dr.Andry
Hartono dkk, Penerjemah).Jakarta:EGC.(Sumber asli diterbitkan 1996)

Darmojo, R Boedhi dan H. Hadi Martono.(2004).Geriatri (edisi 3).Jakarta:FKUI

Harmanto, Ning.(2005).Menggempur Asam Urat dan Rematik dengan Mahkota


Dewa.Jakarta:Agro Media Pustaka

Hidayat, A. Aziz Alimul.(2007).Riset keperawatan dan tehnik penulisan ilmiah.


Surabaya:Salemba Medika

Junaidi, Iskandar.(2008).Rematik dan Asam Urat (edisi 4).Jakarta:Bhuana Ilmu Populer

Maryam, R. Siti.(2008).Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta:Salemba


Medika

Misnadiarly.(2007).Rematik: Asam Urat-Hiperusemia, Arthritis Gout (edisi


1).Jakarta:Pustaka Obor Populer

Nugroho, Wahjudi.(2000).Keperawatan gerontik (edisi 2).Jakarta : EGC

Perry dan Potter.(2005).Fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik (edisi


4).(Yasmin Asih dkk, Penerjemah).Jakarta:EGC.(Sumber asli diterbitkan 1997)

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare.(2006).Keperawatan gerontik (edisi 2).


(Nety Juniarti dan Sari Kurnianingsih, Penerjemah).Jakarta:EGC.(Sumber asli
diterbitkan 1999)

Utami, Prapti.(2003).Tanaman Obat untuk Mengatasi Rematik dan Asam Urat (edisi
1).Jakarta:Agro Media Pustaka

Watson, Roger.(2003).Perawatan pada lansia.(Musri, Penerjemah).Jakarta:EGC.


(Sumber asli diterbitkan 1993)

Wijayakusuma, Hembing.(2006).Mengatasi Rematik dan Asam Urat ala Hembin g(edisi


1).jakarta:Puspa Swara

(http://www.idionline.org/kategori/info_profesi/161).25.11.2009

http://medicastore.com/seminar/95/Kenali_Reumatoid_Artritis:_Si_Sistem_Imun_yang_

tak_lagi_Menjalankan_Fungsinya.html.25.11.2009
http://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=20036. 25.11.2009

http://www.republika.co.id/koran/61/59189/Tak_Dapat_Disembuhkan_Rematik_Dapat_
Dikendalikan. 25.11.2009

(http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/lansia/page1.1.12.2009).

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/03_MemahamiMaknaUsiaLanjut.pdf/03_Memaha
miMaknaUsiaLanjut.html.Diambil/ page 2. tanggal 1.12.2009

http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=986&tbl=biaswanita/page1.17.11.20
09

http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/osteoartritis/page 1.17.11.2009.

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1001916842,94964,page
1.11.2009

http://www.medicalborneo.com/index.php?option=com_content&view=article&id=198:
nyeri-campuran-mixed-pain-di-bidang-reumatologi-patobiologi-dan-diagnosis-
&catid=85:internist&Itemid=267.page1.17.11.2009

http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/08/21/27/138720/waspada-
rematik-di-usia-muda.page 1.17.11.2009
Lampiran 1

SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN

Kepada Yth,

Calon Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
akan melaksanakan penelitian tentang ―Gambaran Demografi Dan Faktor-Faktor
Terjadinya Reumatik Di Posbindu Puskesmas Kelurahan Medangasem Kecamatan
Jayakerta Kabupaten Karawang 2010.‖

Nama : Ures Saripudin


NPM : 2005720029
Alamat : Jln. Galur Sari V No 28 Utan Kayu

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran
Demografi Dan Faktor-Faktor Terjadinya Reumatik Di Posbindu Puskesmas Kelurahan
Medangasem Kecamatan Jayakerta Kabupaten Karawang.

Bersama ini memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penellitian
ini dengan menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan yang saya
akan ajukan. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan akan saya jaga kerahasiaan dan hanya
akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas perhatian dan kerjasama yang Bapak/Ibu berikan saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, Januari
2010

Peneliti
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian : Gambaran Demografi Dan Faktor-Faktor Terjadinya Reumatik Di


Posbindu Puskesmas Kelurahan Medangasem Kecamatan Jayakerta
Kabupaten Karawang 2010.

Peneliti : Ures Saripudin

NPM : 2005720029

Pembimbing : Syamsul Anwar, S.KM, M.Kep, Sp.Kom

Setelah membaca dan memahami penjelasan yang disampaikan, saya mengerti bahwa
penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap diri saya dan keluarga saya, dan
segala informasi yang saya berikan terjaga kerahasiaannya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dengan ini saya menyatakan dengan suka rela dan
tidak ada unsur paksaan dari siapapun saya bersedia menjadi responden dan akan
berpartisipasi secara aktif dalam penelitian ini.

Jakarta, Januari 2010

( Responden )
KUESIONER PENELITIAN

A. Data Demografi

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan mengisi tempat atau memberi tanda

check list (√) pada kotak yang tersedia dengan jawaban yang sesuai.

1. Nama (Inisial) :

2. Usia :

3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

4. Status Perkawinan : Menikah Belum Menikah

Duda Janda

5. Pendidikan Terakhir : SD SMP

SMA Akademik/PT

Lain-lain Sebutkan..................................................

6. Pekerjaan : PNS IRT

Pegawai Swasta

Lain-lain sebutkan...................................................

7. Riwayat Penyakit : Reumatik

Lamanya : ............... Tahun

8. Tinggi Badan : ............... cm

9. Berat Badan : ............... kg


Petunjuk :

Bacalah daftar pilihan jawaban satu persatu dengan teliti, amati pernyataan dengan baik

dan beri tanda check list ( √ ) pada kolom pilihan yang sesuai.

Keterangan : S = Setuju

SS = Sangat Setuju

KS = Kurang Setuju

TS = Tidak Setuju

Contoh :

NO PERNYATAAN SIKAP S SS KS TS

1 Rematik adalah penyakit ketunan √

Pertanyaan Untuk Variabel Genetik/Keturunan

NO PERNYATAAN SIKAP S SS KS TS

1 Rematik adalah penyakit ketunan

2 Menurut saya penyebab rematik yang saya alami


adalah karena keturunan

3 Jika saya terkena reumatik maka anak saya juga


akan terkena rematik

4 Orang tua/saudara saya tidak ada yang terkena


rematik

5 Rematik bukan karena keturunan tepi karena usia


yang sudah lanjut.
Pertanyaan Untuk Variabel Olahraga

NO PERNYATAAN SIKAP S SS KS TS

6 Olahraga dapat mencegah reumatik

7 Menurut saya olahraga tidak ada hubungannya


dengan reumatik

8 Olah raga berlebih dapat menyebabkan rematik

9 Saya berolah raga secara teratur (1 kali dalam


seminggu)

10 Saya berolahraga secara teratur setiap hari

11 Saya berolahraga secara teratur setiap dua hari


sekali

12 Saya berolahraga secara teratur setiap tiga hari


sekali

13 Saya berolah raga semampu saya, karena olah


raga sangat penting bagi kesehatan saya.

14 Saya tidak berolahraga karena menurut saya dapat


menyebabkan rematik
Pertanyaan Untuk Variabel Pola Diit

NO PERNYATAAN SIKAP S SS KS TS

15 Saya mengonsumsi makanan yang mengandung


protein tinggi.

16 Jika saya mengkonsumsi kembang kol, brokoli,


asparagus, melinjo, daging, seafood dan jeron
lutut/tumit saya sering sakit dan susah untuk
berjalan

17 Saya lebih suka untuk mengkonsumsi makanan


yang mengandung protein tinggi seperti melinjo,
daging, seafood dan jeron di bandung yang
mengandunr serat/ sayuran dan buah-buahan.

18 Makanan seperti kembang kol, brokoli, asparagus,


melinjo, daging, seafood dan jeron bukan
menyebabkan rematik.

19 Manurut saya pola makan saya sudah sehat dan


tidak ada yang salah.

20 Saya lebih sering mengkonsumsi buah-buahan


dari pada daging, jeroan ataupun seafood.

21 Menurut saya penyebab utama rematik yang saya


alami adalah karena kebiasaan makan saya yang
salah.

Anda mungkin juga menyukai