HEPATITIS
Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
B. Tujunan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengetahuan pelaksaanan Asuhan Keperawatan pada pasien
Ny. A dengan Hepatitis.
b. Tujuan Khusus
- Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien hepatitis
- Membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien hepatitis.
- Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ditentukan.
- Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
- Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Hepatitis B adalah infeksi yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B (VHB).Penyakit ini bisa menjadi akut atau kronis dan dapat pula
menyebabkan radang hati, gagal hati, serosis hati, kanker hati, dan kematian.Dari
beberapa penyebab Hepatitis yang disebabkan oleh virus, Hepatitis B menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia karena manifestasinya
sebagai Hepatitis akut dengan segala komplikasinya serta risiko menjadi kronik
(Kementerian Kesehatan RI, 2014; Feld dan Janssen, 2015).
Hepatitis B akut memiliki masa inkubasi 60-90 hari.Penularannya vertikal 95%
terjadi masa perinatal (saat persalinan) dan 5% intra uterine. Penularan horisontal
melalui transfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, aktifitas seksual
(Dunkelberg, dkk., 2014; Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut.Infeksi hepatitis B kronis
didefinisikan sebagai deteksi terus-menerus dari Hepatitis B surface antigen (HBsAg)
selama lebih dari 6 bulan setelah paparan awal virus.Usia saat terjadinya infeksi
mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi saat bayi maka 95% akan
menjadi Hepatitis B kronis, sedangkan bila penularan terjadi pada usia balita, maka 20-
30% menjadi penderita Hepatitis B kronis dan bila penularan saat dewasa maka hanya
5% yang menjadi penderita Hepatitis B kronis. Infeksi hepatitis B kronis dapat
menyebabkan morbiditas dan mortalitas dari sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler
hingga 40 persen dari orang-orang yang terkena dampak (Dunkelberg, dkk., 2014;
Feld dan Janssen, 2015; Kementerian Kesehatan RI, 2014).
B. ETIOLOGI
Penyebab dari hepatitis yaitu (Sylvia A. 2006) :
Terdiri atas virus hepatitis A (HAV) dan virus hepatitis E (HEV). Secara umum,
tanda-tanda virus A dan E adalah tidak mempunyai selubung, rusak bila terpajan
cairan empedu/deterjen, tidak terdapat dalam tinja, tidak dihubungkan dengan
penyakit hati kronis, dan tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier
intestinal.
a. Hepatitis A
Virus hepatitis A merupakan virus RNA dari famili Picarnovirus. Virus ini banyak
menyerang anak-anak. Biasanya , jenis hepatitis yang ditimbulkan mengenai
masyarakat golongan ekonomi lemah serta mereka yang tinggal di lingkungan tidak
bersih.
Hepatitis A dibedakan menjadi empat stadium, yaitu masa inkubasi, prikterik
(prodromal), ikterik, dan masa penyembuhan. Masa inkubasi berlangsung selama 5-45
hari, dengan rata-rata kurang lebih 25 hari. Masa prodromal terjadi selama 4 hari
sampai 1 minggu atau lebih.
Gejala masa prodromal adalah kelelahan (fatigue), rasa tidak enak badan (malaise),
nafsu makan berkurang, mual, muntah, rasa tidak nyaman di daerah perut
o
kanan atas, demam (biasanya suhu kurang dari 39 C), merasa dingin, sakit kepala,
gejala seperti flu, keluar ingus (nasal discharge), sakit tenggorokan, dan batuk.
b. Hepatitis E
Hepatitis E banyak terjadi di negara-negara berkembang, terutama yang airnya
terkontaminasi. Kelompok yang paling rentan terkena adalah turis atau pelancong Asia
Selatan dan Afrika Utara. Kasus ini jarang terjadi Amerika Serikat, karena tidak ada
riwayat perjalanan ke negara-negara endemik. Penyebab penyakit ini adalah virus
hepatitis E. Tanda dan gejala hepatitis meliputi sakit kuning (Jaundice) lemah, nyeri
abdomen, kurang nafsu makan, mual dan muntah dan urine berwarna gelap.
Virus yang menjadi agen hepatitis melalui darah terdiri dari virus hepatitis B (HBV),
hepatitis C (HCV), dan hepatitis D (HDV). Secara umum, ciri-ciri dari virus tersebut
adalah tidak mempunyai selubung, tahan terhadap cairan empedu, ditemukan di tinja,
tidak dihubungkan dengan penyakit hati kronis, dan tidak terjadi viremia yang
berkepanjangan atau kondisi karier intestinal.
a. Hepatitis B (HBV)
Insiden penyakit hepatitis B diperkirakan 78% berada di asia tenggara. Hepatitis B
(HBV) merupakan virus DNA famili Hepadnavirus yang terdiri dari sebuah protein
selubung luar virus (mengandung antigen permukaan hepatitis B atau HbsAg). HbsAg
ini membungkus nucleocapsid viral yang tersusun dari antigen ini hepatitis B atau
HbcAg. HbsAG terdeteksi dalam semua serum penderita HBV aktif dan kronis.
HbcAg tidak terdapat di sirkulasi dan hanya dapat dideteksi dengan radio
immunoassay dalam sel hati bila terdapat replikasi virus yang aktif. Antibodi terhadap
antigen permukaan hepatitis B (anti-HBs) dapat dideteksi dalam dua fraksi yaitu anti
HbcIgM (infeksi akut dan masa replikasi viral penyakit kronis). Dan anti-HBc total
(terdiri dari fraksi IgM dan IgG) pada hepatitis B akut (igM) dan (IgG).
b. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C. (HCV = hepatitis C virus) yang masuk
ke sel hati dan mereplikasikan diri dengan menggunakan dan mereplikasikan diri
dengan menggunakan material yang terdapat dalam sel dan menginfeksi banyak sel
lainnya. Sekitar 85% kasus hepatitis C berkembang menjadi kronis dan merusak hati
bertahun-tahun. hati kemudian dapat menjadi sirosis atau berkembang ke arah
keganasan. terdapat enam tipe genotipe virus hepatitis C dan lebih 50 subtipenya.
masa inkubasi hepatitis C sekitar 7 minggu (3-20 minggu).
c. Hepatitis D
Hepatitis D (dulu virus delta) adalah virus tak sempurna yang mengandung RNA.
Agar infeksi dan replikasi virus ini dapat terjadi, diperlukan kehadiran HBV. Jadi,
infeksi delta hanya dapat terjadi apabila seorang pembawa HbsAg kemudian terpapar
virus delta atau pada seseorang terinfeksi secara simultan oleh HBV dan virus hepatitis
D endemic di daerah seluruh laut tengah dan daerah-daerah tertentu di timur tengah
dan amerika selatan. Infeksi terjadi paling pada para pecandu obat bius dan penderita
yang melakukan transfusi darah berulang-ulang. HDV akut didiagnosis dari adanya
HDV Ag dan anti HDV Ig M dalam serum.
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis infeksi VHB pada pasien hepatitis akut cenderung ringan. Kondisi
asimtomatis ini terbukti dari tingginya angka pengidap tanpa adanya riwayat hepatitis
akut. Apabila menimbulkan gejala hepatitis, gejalanya menyerupai hepatitis viris yang
lain tetapi dengan intensitas yang lebih berat (Juffrie et al, 2010)
1. Fase Inkubasi
Fase inkubasi merupakan waktu di antara masuknya virus sampai timbulnya gejala
keluhan.
2. Fase Prodromal
Fase ini adalah fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama sampai gejala
timbulnya ikterus. Fase ini ditandai dengan rasa tidak enak badan umum (malaise),
mialgia, antralgia, mudah lelah, gejala infeksi saluran napas atas, anoreksia, mual,
muntah, diare/konstipasi, demam, derajat rendah (Hepatitis A), dan nyeri ringan pada
abdomen kuadran kanan atas. Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang
disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Keluhan yang lain adalah nafsu
makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, dan nyeri perut kanan atas
(uluh hati). Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu, dan malaise, lekas
o
capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39 C berlangsung selama 2-5
hari, pusing, dan nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok juga pada virus
hepatitis B.
3. Fase Ikterik
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi juga muncul bersamaan dengan gejala. Setelah
timbul ikterus, jarang terjadi perburukan gejala prodromal, namun justru akan terjadi
perbaikan klinis yang nyata. Urine berwarna seperti the pekat, tinja berwarna pucat,
dan terjadi penurunan suhu badan yang disertai dengan bradikardia. Ikterus muncul
pada kulit dan sclera yang terus meningkat pada satu minggu, kemudian menetap dan
baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang, fase ini disertai dengan timbulnya
gatal-gatal pada seluruh badan, rasa lesu, dan lekas capek dirasakan selama 1-2
minggu.
4. Fase Konvalesen (penyembuhan)
Fase ini dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di hulu
hati, dan kemudian disusul bertabahnya nafsu makan. Fase ini berlangsung rata-rata
14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita
mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capek.
D. KLASIFIKASI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan akibat reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul. Unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring
dengan berkembanganya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel- sel hepar ini menyebabkan kerusakan
sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh
oleh respons sistem imun tubuh dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. oleh
karenanya, sebagian besar pasien yang mengalami hepatitis dapat sembuh dengan fungsi
hepar normal. Fase ini juga ditandai dengan inflamasi dan peregangan kapsul hati yang
memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. timbulnya ikhterus
disebabkan karena kerusakan sel parenkim hati. walaupun jumlah bilirubin yang belum
mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan
sel hati dan duktuli empedu intrapatik, maka terjadi kerusakan dalam konjugasi.
akibatnya bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus. hal ini
dikarenakan terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli
empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirect), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direct).
Jadi, ikhterus yang timbul, terutama disebabkan karena adanya kerusakan dalam
pengangkutan, konjungsi, dan ekskresi bilirubin. tinja mengandung sedikit sterkobilin,
sehingga tampak pucat (abolish). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka
bilirubin dapat diekskresi ke dalam kemih, sehingga bilirubin urine menjadi pisitif dan
urine berwarna gelap. peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan
garam-garam empedu dalam darah yang menimbulkan gatal-gatal pada kulit karena
ikhtesu
(Doengoes,2003)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2) Sirkulasi
Gejala : Bradikardi (Hiperbilirubin berat), Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3) Eliminasi
6) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, Nyeri tekan pada kuadran kanan, Mialgia, Atralgia,
Sakit kepala, Gatal ( pruritus )
7) Keamanan
Gejala : Demam, Urtikaria, Lesi makulopopuler, Eritema, Splenomegali,
Pembesaran nodus servikal posterior
8) Seksualitas
Gejala : Pola hidup / perilaku meningkatkan resiko terpajan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. IdentitasKlien
NamaKlien : Ny. A
Alamat : Surakarta
Umur : 50th
Agama : Islam
Status Perkawinan :Kawin
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
2. IdentitasPenanggungJawab
Nama : Tn. B
Umur : 35th
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Surakarta
Hubungandenganklien : Anak
II. RIWAYATKEPERAWATAN
1. KeluhanUtama
Demam
2. RiwayatPenyakitSekarang
Paisen masuk rumah sakit pada tanggal 10 juni 2020 dengan keluhan demam,mual dan
lemas sejak 3 hari yang lalu. Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan
konjung tiva anemis, nyeri tekan pada abdomen kuadran atas dan pasien tamoak lemas.
Pemeriksaan laboratoriun menunjukan hasil HbsAg+. Pemeriksaan TTV : suhu 39 ͦ C ,
Nadi 84x/menit,RR 20x/menit, TD 120/80mmHg.
3. RiwayatPenyakitDahulu
Pasien mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang sama
4. RiwayatKesehatanKeluarga
Pasien mengatakan bahawa dikeluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
yang sama dengan penyakit pasien
Genogram :
Keterangan :
: perempuan X : Meninggal
: laki-laki : Garis Keturunan
: pasien
- - - - : serumah
5 . RiwayatKesehatanLingkungan
Pasien mengatakan berada dilingkungan yang nyaman dan sederhana, klien mengatakan
apabila sakit hanya periksa ke dokter umum
c. Mulut : Normal, bibir simetris, tidak ada luka, bersih, warna sedikit pucat,
mukosa kering
4. Leher
a. Kelenjartiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
b. Kelenjarlimfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c. JVP : Tidak ada peningkatan JVP
5. Dada (Thorax)
a. Paru-paru
Inspeksi : Tidak ada luka , simetris ka/ki, tidak ada deformitas dan nafas
normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Suara vesikuler, tidak ada suara wheezing
b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :ictus cordis tidak teraba
Perkusi :Bunyi redup
Auskultasi :Bunyi lup dup ka/ki
6. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada bekas luka
Auskultasi : Suara bising usus 18x/menit
Perkusi : Tympani kuadran 1,2,3,4
Palpasi : Terdapat nyeri tekan di baguan kuadran kanan atas, teraba
hepatomegali
9. Ektremitas
a. Atas
Kanan Kiri
Kekuatanotot Skala 5 Skala 5
Rentanggerak Aktif Aktif
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada udema Tidak Ada udema
CRT <2 detik <2detik
Keluhan Tidak Ada keluhan Tidak ada keluhan
b. Bawah
Kanan Kiri
Kekuatanotot Skala 5 Skala 5
Rentanggerak Aktif Aktif
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada udema Tidak ada udema
CRT <2 detik <2 detik
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
IV . PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
1. Pola Persepsidan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan bahwa menjaga kesehatan itu sangat penting karena apabila kita
sehat bisa beraktivitas seperti biasanya sehari-hari
2. Pola Nutrisi/Metabolik
a. Pengkajian Nutrisi (ABCD) :
A : TB :170 cm
BB :65kg
IMT: 22,4
B. Trombosit : 123 rb/ulLeukosit :6.3rb/ul
Eritrosit :5.13 jt/ul
C : Pasien tampak lemas
D : ferekuensi makan : 3x1 sehari
Jenis : nasi,sayur,lauk
Porsi : 1 piring
3. Pola Eliminasi
a. BAB
SebelumSakit SaatSakit
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Konsistensi Lunak berbentuk Lunak berbentuk
Warna Kuning Kuning
PenggunaanPencaha Tidak ada Tidak ada
r
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
b. BAK
SebelumSakit SaatSakit
Frekuensi 3-4x sehari 6-8x sehari
Jumlah Urine 200cc 200cc
Warna Kuning Kuning jernih
Pancaran Lancar Lancar
PerasaanSetelahBerkemi Merasa lebih Merasa lebih
h lega lega
Total Produksi Urine 800 cc
Tidak ada Tidak ada
Keluhan
keluhan keluhan
KemampuanPerawatanDiri 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitasditempattidur
Berpindah
Ambulasi/ROM
Keterangan :
0 :Mandiri, 1: denganalat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain danalat, 4 :
tergantung total
6. Pola Kognitif-Perseptual
a. Status mental
Sebelum sakit : “pasien menginginkan sesuatu tetapi belum terlaksana”
Saat saat : “pasien mengatakan merasa tidak nyaman dengan keadaannya saat ini
tetapi pasien menerima apa ujian yang berikan oleh ALLAH
b. Kemampuan pengindraan
Sebelum sakit : normal, tidak ada gangguan pada pengindraaan
Saat sakit : pasien penglihatannya sedikit terganggu .
c. Pengkajian nyeri
- P : Nyeri saat bergerak
- Q : seperti tertimpa benda tumpul
- R : Di bagian perut kanan atas
- S : Skala 5
- T : Selama 5 menit
9. Pola Seksualitas
Tidak Ada masalah
DS : Pasien
mengatakan merasa
mual terus menurus.
2. Kamis DO : pasien nampak Nausea (D.0076) Perenggangan Mengeluh mual
11 mual. kapsul limpa
juni
2020
DS : Pasien
09.00
mengatakan nyeri
perut
DO : Pasien nampak
kesakatian nyeri
dibagian perut ketika di
3. Kamis tekan. P : Nyeri saat
11
bergerak Nyeri Akut
juni
2020 Q : seperti tertimpa (D.0077) Agen
Gelisah
pencendaraan
09.00 benda tumpul fisiologis
R : Di bagian perut
kanan atas
S : Skala 5
T : Selama 5 menit
PRIORITASDIAGNOSAKEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai
normal (D.0130)
2. Nausea berhubungan dengan perengganan kapsul limpa dibuktikan dengan mengeluh mual
(D.0074)
3. Nyeri akut barhubungan dengan agen pencenderaan fisiologis dibuktikan dengan gelisah
(D.0077)
RENCANAKEPERAWATAN/INTERVENSI
Nama : Ny. A No. CM :0829xx
Umur :50 tahun Diagnosa Medis : Hepatitis
Hari/tgl/jam No Tujuan dan KH Intervensi TTD
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
keperawatan selama 3x24 jam (I.5500)
diharapankan masalah
- Identifikasi
hipertermia berhubungan dengan
penyebab
proses penyakit dapat teratasi
hipertermia
dengan kriteria hasil :
- Monitor suhu
Termoregulasi membaik tubuh
(L.14134) - Lakukan
pendingingan
- Suhu tubuh membaik
eksternal
- Suhu kulit membaik
- Anjurkan tirah
- Ventilasi membaik baring
- Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
2. Manajemen mual
Setelah dilakukan tindakan
(I.03117)
keperawatan selama 3x24 jam
diharapankan masalah nausea - Identifikasi
berhubungan dengan pengalaman mual
perengganan kapsul limpa dapat - Identifikasi faktor
teratasi dengan kriteria hasil : penyebab mual
- Kurangi atau
hilangkan faktor
Tingkatan nausea (L.12111) penyebab mual
menurun - Ajarkan teknik
nonfarmakologi
- Keluhan mual menurun untuk mengatasi
- Perasaan ingin muntah mual
menurun - Kolaborasi
- Perasaan asam di mulut pemberian
antiematik,jika
perlu
3.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam Manajemen nyeri
diharapankan masalah nyeri akut (I.08238)
barhubungan dengan agen - Identifikasi lokasi,
pencenderaan fisiologis dapat karakteristik,
teratasi dengan kriteria hasil : durasi,
Tingkat nyeri menurun (L.-8066) frekuensi,kualitas,
intensitas nyeri
- Identivikasi skala
- Keluhan nyeri menurun nyeri
- Gelisah menurun - Monitor
- Meringis menurun keberhasilan terapi
komplementer
yang sudah di
berikan
- Berikan teknik non
farmakologi untuk
menggurai nyeri
- Ajarkan
memonitor nyeri
secara mandiri.
- Kolaborasi
pemebirain
analgesic, jika pelu
TINDAKANKEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
Nama : Ny. A No. CM : 0829xx
Umur : 50 taahun DiagnosaMedis : Hepatitis
Hari/tgl/jam No.Dx Implementasi Respon Ttd
Kamis 1 - meidentifikasi penyebab S: Pasien mengatakan
hipertermia belum mengetahui
11 juni
penyebab hipertermia
2020
O : Pasien tampak lebih
09.00
faham setelah diberi tahu
S:Pasien mengatakan
- meingdentifikasi pernah mengalami mulai
2
pengalaman mual sebelumnya
O : pasien nampak mual
S: Pasien mengatakan
2 - mengurangi atau
masih mual
hilangkan faktor
penyebab mual O: Pasien nampak mual
S: pasien mengatakan
belum mengetahui teknik
non farmaklogi
- memberikan teknik non
3
farmakologi untuk O: pasien nampak
menggurai nyeri kebingungan
S : pasien mengatakan
1. - mengkolaborasi sudah diberikan obat
pemberian cairan dan
O : pasien nampak diberi
elektrolit intravena, jika
obat
perlu
2. S: pasien mengatakan
- mengidentifikasi faktor
mengetahui penyebab mual
penyebab mual
O: pasien nampak paham
S : pasien mengatakan
2 - memberian obat diberikan obat
antiematik,jika perlu
O : obat masuk melalui
intravena
3
S : pasien mengatakan
- Identifikasi lokasi, sudah bisa lokasi, dursi,dll
karakteristik, durasi,
frekuensi,kualitas, O : pasien nampak
intensitas nyeri menjalaskan
3
- Identivikasi skala nyeri S : pasien mengatakan
mengetahui skala nyeri
O : pasien nampak paham
EVALUASI
Nama : Ny. A No. CM :0829xx
Umur : 50 tahun DiagnosaMedis : Hepatitis
No Hari/
Evaluasi Ttd
Dx Tgl/Jam
1. Kamis 11 juni S : Pasien mengatakan masih panas
. 2010
13.00 O : Pasien nampak lemas
TD :120/80 mmHg N : 84x/mnt
S: 39 ͦ C
RR : 20x/mnt.
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Lakukan pendingingan eksternal
- Anjurkan tirah baring
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dari proses keperawatan. Disini semua data
dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan pasien saat ini. Pengkajian
harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun
spiritual pasien (Asmadi, 2016). Dari pengkajian Ny. A ditemukan hasil yaitu keluhan utama
klien mengatakan mengalami deman sudah 3 hari yang lalu.
Pemeriksaan Fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien (Sartika, 2015).
Teknik pemeriksaan fisik menurut (Sartika, 2015) :
1. Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan
2. Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba, tangan dan jari-jari
untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan/organ seperti temperature, keelastisan, bentuk,
ukuran, kelembaban dan penonjolan.
3. Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan
suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/lokasi dan konsistensi jaringan.
4. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh (bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus) menggunakan
alat stetoskop.
Dari pengkajian yang didapatkan saat dilakukan pemeriksaan fisik keadan umum
bagus, tingkat kesadaran composmentis, TD = 120/80 mmHg, Nadi = 80x/menit, RR =
20x/menit, Suhu = 39ºC dan terdapat nyeri tekan pada bagian abdomen kanan atas.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi dilakukan dengan OTEK yaitu O (Obervasi) untuk mengumpulkan dan
menganalisis data status kesehatan pasien. T (Terapeutik) tindakan yang secara langsung
dapat berefek memulihkan status kesehatan pasien. E (Edukasi) untuk meningkatkan
kemampuan pasien merawat dirinya untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. K
(Kolaborasi) tindakan yang membutuhkan kerjasama antar profesi kesehatan untuk
memulihkan status kesehatan pasien. (SIKI, 2018).
Intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) pada diagnosa :
Menurut Kozier & Snyder (2017), implementasi keperawatan merupakan sebuah fase
dimana perawat melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan
sebelumnya. Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang meupakan
tindakan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi. Tindakan keperawatan
yang dilakukan adalah :
a) Mengkaji TTV
b) Memberikan cariran infus RL
c) Melakukan kompre hangat
d) Mengajarkan terapi aroma
e) Melakukan distraksi nyeri
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan menurut Kozier (2015) adalah fase kelima atau terakhir dalam
proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri
dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi
efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning) (Achjar, 2010). Adapun komponen
SOAP yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data yang berdasarkan hasil
pengukuran atau observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien
setelah tindakan keperawatan. A (Assesment) adalah interprestasi dari data subjektif dan
objektif. P (Planning) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan kepearawatan yang telah ditentukan
sebelumnya (Nikmatur & Saiful, 2012). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah
yang pasien hadapi yang telah dibuat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil.
Evalausi hasil diagnosa pengkajian pada Ny. A dengan data :
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Hasil pengkajian Ny. A pada tanggal 10 juni 2020 di bagsal penyakit dalam dengan
menganalisa data yang ditemukan antara lain :
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian analisa data pada Ny. A dapat ditegakkan diagnosa yaitu :
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, nausea berhubungan dengan perengganan
kapsul limpa, nyeri akut barhubungan dengan agen pencenderaan fisiologis
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan memberikan pelayanan optimal mungkin dan meningkatakan mutu pelayanan
rumah sakit.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan kemudahan untuk pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas
bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam
praktek keperawtaan.
3. Bagi Penulis
Diharapkan penulis selanjutnya dapat menerapkan ilmu keperawatan yang telah dipelajari
dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Gosyen Publishing.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil