Anda di halaman 1dari 45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sumber Penghasil Limbah

Produk Brankas dan Filing Cabinet terbuat dari rangka lembaran bersi dan

beton sebagai pengisi rongga yang berfungsi sebagai bahan tahan bongkar

sekaligus tahan api. Ditambah dengan sistem penguncian yang canggih sebagai

penambah keamanan dan aksesoris sebagai pengekap seperti rak dan laci yang

juga terbuat dari lembaran metal.

Gambar 4.1 Produk Safe

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Proses produksi dimulai dengan pemotongan pelat baja di mesin potong laser

dan mekanis dilanjutkan dengan penekukan yang kemudian dirangkan menjadi

bagian Body dan pintu dengan las. Body dan pintu selanjutnya diisi dengan beton

yang berkekuatan berbeda sesuai dengan tingkat kemanan produk, masuk ke

pencucian kimia untuk pembersihan dari kotoran dan minyak agar siap untuk

dicat.

Pemasangan kunci kombinasi dan kelengkapannya adalah proses selanjutnya

yang kemudian dilakukan pemeriksaan akhir oleh bagian mutu sebelum dipak dan

siap dikirim ke pelanggan.

Dalam proses produksinya pembuatan brankas dapat menghasilkan limbah

padat, cair, gas maupun kebisingan. Limbah padat berupa sisa potongan pelat,

sarung tangan, gerinda, dan limbah padat yang berasal dari IPAL. Limbah padat

dari IPAL lumpur atau sludge dari proses pengendapan dan proses pengolahan

kimia.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
SAFE PRODUCTION PROCESS FLOW

BODYDOORACESSORIES

TURRET PUNCHING / TURRET PUNCHING / TURRET PUNCHING /


LASER CUTTING LASER CUTTING LASER CUTTING

RECYCLE RECYCLE RECYCLE

BENDING BENDING BENDING

WELDING ASSY WELDING ASSY WELDING ASSY

PROOFING PROOFING PAINTING

WASTE TO
WASTE ASSY WASTE
SUMP PIT
SUMP PIT SUMP PIT

PAINTING
WWTP WWTP WWTP

LOCK FITTING

FINISHING

FINAL
INSPECTI

PACKING

STRORA

Gambar 4.2 Aliran proses

http://digilib.mercubuana.ac.id/
4

http://digilib.mercubuana.ac.id/
eterangan Chemical

1. Ca(OH)2 : Kapur

2. GDX 029 : (H2SO4) Asam

3. GDX 04 : (AL03-H2SO4) Coagulant

4. GDX 297 : (Polymer) Flocculant

5. GDX 016 : Cyanide remover

6. GDX 017 : Nitrite and Nitrate remover

http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.1.1 Sheet Metal

Sheet metal adalah awal mula proses perbuatan brankas yang

terdiri dari dua proses yaitu pemotongan/pelubangan lembaran baja

dengan menggunakan mesin potong berputar (Turret Punch) dan mesin

potong laser.

Gambar 4.4 Mesin Potong CNC Turret Punch

Gambar 4.5 Mesin Laser Cutting

28

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Lembaran baja akan dipotong sesuai dengan pola yang sudah di

gambar oleh bagian Engineering yang disebut Nesting, dibuat

sedemikian rupa sehingga bagian sisa plat yang terbuang tidak lebih

dari 10%. Operator akan memanggil program nesting sesuai dengan

rencana produksi muli dari jenis produk, model, tebal pelat dan jumlah

lembar pelat atau komponen yang akan dibuat.

Proses selanjutnya adalah bending, komponen-kompen yang

dipotong tadi ditekuk sesuai dengan gambar produksi dengan urutan

tekukan tertentu sesuai dengan program yang telat dimasukkan dalam

mesin bending CNC.

Gambar 4.6 Mesin Bending CNC

Limbah dari proses ini adalah sisa potongan pelat baja pada proses

pemotongan di mesin laser dan turret, limbah sarung tangan, kain lap

dan kebisingan terutama pada mesin turret punch. Untuk mengurangi

29

http://digilib.mercubuana.ac.id/
resiko terkait K3 Operator diwajibkan menggunakan Alat Pengamanan

Diri (APD).

Limbah pelat akan diambil oleh pengumpul untuk di pakai ulang

menjadi komponen lain atau didaur ulang di pabrik peleburan besi.

Limbah sarung tangan dan kain lap diambil oleh pengumpul untuk

dicuci dan dipakai ulang.

1.1.2 Welding Assembly

Komponen-komponen disatukan dalam proses ini menjadi Body,

Door maupun aksesoris dengan menggunakan las.

Gambar 4.7 Welding Assembly

30

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Limbah yang dihasilkan dari proses ini berupa potongan-potongan

kawat las yang karena bukan merupakan limbah katagori B3 akan

diambil oleh pengumpul berizin untuk didaur ulang. Limbah lainnya

adalah sisa lempengan gerinda dan asap serta gerap pelat yang

beterbangan dari proses penggerindaan. Untuk meminimalisir dampak

operator diwajibkan menggunakan APD standar selain juga area

dilokalisir denga pembatas dan mengoperasikan mesin penghisap debu

disetiap area gerinda.

1.1.3 Profing

Area proofing memproduksi beton yang berfungsi mengisi rongga

body dan door dan merupakan salah satu penentu kekuatan tahan

bongkar brankas.

Gambar 4.8 Concrete Mixer Plant

Beton dibuat oleh mesin mixer yang terintegrasi bekerja secara

semi otomatis. Material agregat kasar atau disebut juga batu split,

31

http://digilib.mercubuana.ac.id/
agregat halus atau pasir, semen dan air sebagai bahan dasar pembuatan

beton ditempatkan dalam bak terpisah

Gambar 4.9 Pengisian Semen pada Bak Mixer Plant

Operator akan mengoprasikan mesin sesuai dengan rencana

produksi dengan formula beton tertentu sesuai dengan tingkat kekuatan

produk, dan jumlah sesuai dengan produk yang akan diisi.

Gambar 4.10 Pengisian beton pada produk

32

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Setiap bak material dilengkapi dengan timbangan digital untuk

memastikan keakuratan jumlah yang akan berpengaruh kepada

kekuratan komposisi dan akhirnya berpengaruh terhadap mutu beton.

Gambar 4.11 Bak penampungan material beton dan timbangannya

Produk yang akan diisi beton ditempatkan diatas meja vibrator dan

diclamp. Setelah produk terisi beton kurang lebih separuhnya meja

vibrator digetarkan dengan frekuensi dan waktu getar yang sudah

ditentukan sesuai dengan jenis formula beton dan ukuran produk.

Getaran yang terlalu kecil dan singkat menyebabkan campuran

beton tidak merata serta ada kemungkinan tidak mengisi semua ruang

produk. Sementara getaran yang terlalu besar dan waktunya lama

membuat komposisi campuran beton tidak merata, artinya material

agregat berat akan terkumpul dibawah dan yang ringan diatas,

sehingga tidak homogen dan akan sangat berpengaruh pada kualitas

33

http://digilib.mercubuana.ac.id/
beton.Sebelum beton dituangkan perlu dilakukan slump test untuk

mengukur kelecakan beton atau kemudahan beton untuk di

aplikasikan.

Gambar 4.12 Peralatan Slump test

Kelengkapan peralatan slump test terdiri dari Corong sesuai

standar ASTM C 143, alas dan alat penjepit, tongkat pemapat

campuran, dan penggaris.

Adapun urutan proses slump test adalah sebagai berikut:

Pertama-tama campuran beton dimasukkan ke dalam corong yang

sudah ditempatkan diatas alas dengan penjepit agar corong tetap ajeg

saat campuran beton di masukkan dan dimapatkan.

34

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.13 Pemasukkan campuran beton

Kemudian campuran beton didalam corong dimapatkan dengan

menumbuk-numbukan batang besi.

Gambar 4.14 Pemapatan campuran beton

35

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Campuran beton yang sudah mapat diratakan seperti gambar

berikut ini

Gambar 4.15 Meratakan campuran beton

Setelah itu alas corong dibersihkan dari ceceran campuran beton,

corong diangkat dan diletakkan terbalik di sisi campuran beton yang

telah dibuka.

Gambar 4.16 Penempatan beton basah dan corong

36

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kemudian diukur perbedaan ketinggian campuran beton yang telah

dibuka dengan corongnya, seperti gambar berikut ini.

Gambar 4.17 Pengukuran slump test

Dalam batch yang sama juga diambil sampel campuran beton

dalam cetakan kubus seperti gambar berikut ini.

Gambar 4.18 Pemapatan beton dalam kubus

37

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dua buah sample dibuat untuk uji tekan (compressive test), pada

saat umur beton 7 hari dan 28 hari.

Gambar 4.19 Perataan beton dalam kubus

Setelah berumur sehari cetakan akan dibuka dan beton akan

direndam di dalam bak berisi air, dengan tujuan untuk mendapatkan

suhu ruang yang konsisten sehingga kualitas beton tetap terjaga dan

tidak retak.

Gambar 4.20 Perendaman sampel kubus beton

38

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sebelumnya sample kubus diberi identifikasi berupa kode

komposisi formula, tanggal pembuatan dan no batch product yang

menggunakan formula beton tersebut.

Setelah berumur 7 hari sample beton ditiriskan dan diuji timbang

sesuai ASTM C 138.

Gambar 4.21 Sampel kubus beton ditimbang

Gambar4.22 Mesin Uji Tekan

39

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sample dibersihkan dan sudut-sudut flash dibuang, begitu juga

dengan alas mesin uji tekan dari kotoran serpihan beton. Dengan

demikian sample dapat diposisikan rata baik permukaan bawah dan

permukaan atasnya sehingga hasil pengujian bisa akurat.

Gambar 4.23 Sample kubus siap diuji.

40

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Setelah sample ditempatkan dengan posisi ditengah, pintu

pengaman ditutup dan mesin dioperasikan dengan memberi tekanan.

Tekanan akan berhenti setelah beton pecah dan jarum indikator

tidak lagi bergerak. Angka jarum indikator kemudian dicatat dalam

format catatan standar, pengujian ini merujuk kepada ASTM C 39.

Gambar 4.24 Sample kubus beton setelah uji tekan

41

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Limbah yang dihasilkan pada bagian proofing adalah sisa beton

yang akan masuk ke sump pitdan disaring sebelum masuk ke IPAL.

Ada juga limbah sarung tangan bekas pakai dan limbah kebisingan dari

vibrator meja.

1.1.4 Body & Door Assembling

Body dan pintu yang telah diisi beton secara terpisah akan

disatukan dibagian ini, setelah didiamkan selama minimal 12 jam.

Tujuannya untuk memastikan beton cukup kering sehingga tidak rusak

rekatannya meski dipindah-pindah atau digerakkan.

Gambar 4.25 Door & body assembling

Pemasangan Body dan pintu dibuat sedemikian rupa sehingga

celah diantara keduanya sama di empat sisinya dan dalam batas

42

http://digilib.mercubuana.ac.id/
maksimal yang ditentukan yaitu +- 1.5 (mm). Tujuannya adalah terkait

dengan ketahanan terhadap api, semakin kecil celah semakin kecil

keungkinan api akan masuk. Perlu dipertimbangkan juga kemudahan

operasi buka-tutup pintu, sehingga celah keduanya tidak boleh terlalu

kecil.

Limbah yang dihasilkan dari proses ini adalah sisa kawat las,

sarung tangan, juga geram/debu serpihan dari proses penggerindaan

dan asap proses pengelasan. Operator diwajibkan untuk menggunakan

APD standar pengelasan seperti oto, kacamata/tameng las, safety shoes

dan masker.

1.1.5 Painting

Body dan pintu yang sudah disatukan masuk ke bagian painting,

ada 2 painting lain di pabrik ini yaitu spray paint line dan powder

coating lain.

A. Spray paint Line

Khusus untuk pengecatan produk / body mengingat ukurannya

yang besar dan berat sehingga menggunakan konveyor rantai untuk

pergerakkannya. Pertama-tama produk dibersihkan secara manual

dari kotoran-kotoran seperti sisa ceceran beton dengan kuas dan

kain lap dan jika masih ada bagian yang tajam dikikir.

Produk kemudian dibersihkan lebih lanjut dengan cara

menyemprotkan cairan kimia menggunakan penyemprot

43

http://digilib.mercubuana.ac.id/
bertekanan tinggi. Tujuannya untuk menghilangkan kotoran yang

tidak bisa dibersihkan secara manual, sekaligus membersihkan dari

lemak/oli. Oleh karena itu proses ini disebut juga degreasing atau

penghilangan lemak.

Selanjutnya produk dimasukkan dalam oven untuk

mengeringkan semua permukaan, sebelum dicat dalam dua tahap

Tahap pertama adalah primer atau cat dasar biasanya menggunakan

epoxy primer, yang bertujuan untuk daya lekat cat yang kuat

terhadap permukaan.

Gambar 4.26 Pengecatan basah

Selanjutnya top coat atau cat permukaan yang biasanya

menggunakan cat berbahan dasar polyurethane, tujuannya selain

44

http://digilib.mercubuana.ac.id/
untuk aspek estetis juga permukaan licinnya dibuat untuk tahan

gores.

Pengujian daya lekat dilakukan dengan cross cut yaitu:

-Bidangnya digores dengan pisau cutter dengan jarak 1mm dan

dibuat melintang, sehingga terbentuk 10 x 10 bidang segi 4 ukuran

1 mm x 1 mm

- Bidang yang telah digores dilekatkan dengan selotape dan

ditekan dengan kuat

-Selotape ditarik dengan kuat, bagian cat yang menempel pada

selotif dicatat itu menunjukkan kekuatan rekatnya sekian %.

Ada juga pengujian kekerasan dengan menggunakan pencil B atau

H.

-Pensil yang telah ditajamkan ditumpukan pada permukaan bidang

cat dengan kemiringan 60 derajat.

-Pencil kemudian ditekan dan di dorong, ukuran /jenis pencil yang

bisa merusak / penetrasi ke permukaan cat adalah tingkat kekerasan

cat.

B. Powder coating line

Untuk komponen metal maupun aksesoris dicat degan powder

coating yang tujuannya selain mendapatkan kualitas yang lebih

baik juga untuk meningkatkan produktifitas karena semua

prosesnya dilakukan dengan cara menggantungkan komponen pada

overhead conveyor.

45

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pertama-tama komponen yang digantung akan masuk ke booth

pre-tretament, yaitu pengkondisian metal agar siap untuk dicat.

Komponen disemprot dengan bahan kimia phospat untuk

membersihkan dari lemak dan mengkasarkan permukaan sehingga

bubuk cat menempel kuat.

Gambar 4.27 Pre-treatment komponen powder coating

Prinsip kerja powder coating ada dengan memberi aliran listrik

positif /anoda pada komponen metal dan listrik negatif / katoda

pada bubuk cat. Dengan menyemprotkan bubuk pada komponen

maka keduanya akan saling menempel karena adanya daya tarik-

menarik.

46

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Selanjutnya komponen akan masuk ke ruang oven

bertemperatur 70 derajat celicius selama kurang lebih satu jam,

untuk melelehkan bubuk cat sehingga menempel kuat pada

komponen.

Gambar 4.28 Pengecatan Powder coating

47

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Limbah dari proses pengecatan adalah sisa-sisa cat dan bahan

kimia pencucian, selain sarung tangan, kain lap dan debu cat.

Operator harus memakai APD yang sesuai seperti pakaian yang

menutupi seluruh bagian tubuh dan dilengkapi dengan

pengamanan, mengingat cat dan bahan kimia yang bersifat toksik.

Limbah cairan kimia dan cat masuk ke sump pit yang mengalir ke

IPAL.

1.1.6 Lock Fitting

Sesuai dengan namanya di area ini dilakukan pemasangan kunci

yaitu kombinasi atau key combination lock dan kunci engkol atau key

lock serta aksesorisnya seperti rak-rak dan laci-laci.

Gambar 4.29 Area Lock Fitting

48

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sistem penguncian dibuat canggih sedemikian rupa sehingga jika

ada yang berusaha membuka lemari besi secara paksa misalnya dengan

mengebor akan mengoperasikan sistem pengaman yang dinamakan

relocking system.

Bagian-bagian tertentu dari sistem penguncian juga diberi

pengaman tambahan yang terdiri dari material baja yang jika terkena

gesekan akan bertambah keras sehingga sangat sulit untuk dibor

bahkan dengan menggunakan mata bor khusus.

Gambar 4.30 Proses Lock fitting

49

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hampir tidak ada limbah yang dihasilkan dalam proses

pemasangan kunci dan kelengkapannya. Hanya limbah penunjang

proses seperti kain lap.

1.1.7 Finishing

Sebetulnya bisa dikatakan proses produksi yang terkait langsung

dengan pembuatan lemari besi selesai di area Lock Fitting. Hanya

terkadang ada bagian-bagian dari body dan pintu yang perlu

peningkatan lebih lanjut, terutama terkait aspek estetika.

Jika di bagian ini proses utamanya adalah pembersihan semua

permukaan body dan pintu baik bagian luar maupun bagian dalam

dengan kain lap yang telah diberi cairan pembersih khusus.

1.1.8 Final Inspection

Prosess ini menjadi tanggung jawab Departemen Quality

Environmental Health & Safety yang terpisah dari departemen

produksi untuk menjaga independensi, mengingat mutu adalah bagian

yang sangat penting dari suatu produk.

Seorang inspector dengan kompetensi khusus memeriksa semua

aspek dari mutu produk, mulai dari operasi penguncian, buka tutup

pintu, kelengkapan dan mutu asesories, dengan parameter yang tertulis

di instruksi kerja dan check sheet sebagai paduan.Produk bisa

dipacking setelah ada tanda tangan dan cap dari inspector.

50

http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.1.9 Packing

Produk selanjutnya dipacking dengan standar tertentu yang

bertujuan untuk memastikan kondisi produk saat sampai di pelanggan

sama dengan saat produk tersebut keluar dari pabrik. Desain packing

dibuat sedemikian rupa sehingga tahan terhadap benturan, bahkan jika

terjatuh tidak merusak produk itu sendiri meski beratnya ratusan

kilogram.

Gambar 4.31 Area Packing

Standar packing untuk produk yang akan diexport berbeda dengan

produk tujuan lokal. Standar ISPM #15 (International Standard for

Phytosanitary Measures) mensyaratkan kayu yang dipakai untuk palet

tidak boleh ada lubang bekas cabang ranting atau biasa disebut pin

hole, harus dioven dengan standar kandungan air maksimal 20% serta

51

http://digilib.mercubuana.ac.id/
harus difumigasi yaitu proses perendaman dengan bahan kimia tertentu

untuk membunuh serangga OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).

Gambar 4.32 Marking IPPC (www.mitrapaletkayu.com)

Palet yang telah memenuhi standar export akan dicap atau Marking

IPPC (The International Plant Protection Covention)

4.2 Sistem Pengolahan Air Limbah PT X

Teknologi yang digunakan pada PT X untuk mengolah air limbahnya adalah

dengan menggabungkan metode fisika dan kimia. Metode fisika terdiri dari

penyaringan sedangkan metoda kimia terdiri dengan mencampurkan bahan-bahan

kimia untuk menetralisir limbah sehingga keluarannya layak untuk dibuang.

Untuk menggambarkan alur diagram sistem pengolahan limbah adalah seperti

berikut:

52

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.33 Instalasi Pengolahan Limbah PT X

53

http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.2.1 Saluran Penyaringan

Saluran penyaringan merupakan unit operasi yang dijumpai pertama

dalam pengolahan air limbah. Air limbah yang dihasilkan oleh unit-unit

penghasil air limbah pertama kali mengalir ke saluran penyaringan.

Fungsinya menyaring bahan-bahan kasar plastik, agregate kasar, kertas,

kain agar tidak masuk ke unit pengolahan selanjutnya.

Fungsi saluran penyaringan diantaranya adalah:

a. Mengurangi beban proses saluran pengolahan secara keseluruhan

dan untuk meningkatkan efektifitas pengolahan pada masing-masing

unit.

b. Mengurangi kontaminasi pada jalur pengolahan.

c. Menghindari kerusakan peralatan dalam unit pengolahan lainnya.

Bahan-bahan kasar yang tersaring diangkut secara manual dan

dibuang sebagai sampah. Berikut adalah gambar saluran penyaringan

(Gambar 4. 33)

4.2.2 Bak Equalisasi

Limbah cair dari bak penampung dipompakan ke bak equalisasi yang

berlaku setiap 12 liter.

Dalam bak equalisasi terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu

pengukuran PH, penaikkan PH, koagulasi/flokulasi dan pengurangan

Nitrit & Nitrat.

54

http://digilib.mercubuana.ac.id/
a. Pertama-tama cek PH air limbah yang akan diproses

Gambar 4.34 Pemompaan dari bak equalizer

Gambar 4.35 Pengukuran PH

b. Proses equalisasi menaikkan PH ke 10-11 dengan kapur ( Ca(OH)2),

hal ini dilakukan bertujuan untuk mengikat Nickel, Fluoroid. Hal ini

dilakukan selama 10 menit.

Apabila air limbah sulit diolah karena limbah yang berbusa dari

powder coating atau proses BCI maka diturunkan dulu ke PH 3-4 untuk

55

http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengikat busa/sabun dengan menggunakan chemical 029 dilakukan

selama 7-8 menit, kemudian baru dinaikkan menjadi PH 10-11

Gambar 4.36 Hasil pengukuran PH

c. Selanjutnya melakukan proses koagulasi (ferreous sulfate base)

dengan memberikan chemical 05. Koagulasi ini bertujuan untuk

menggemburkan larutan yang padat sehingga nantinya apabila diberi

polimer akan menggumpal atau membentuk flok. Proses ini

dilakukan selama 5 menit dengan Rpm cepat.

56

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.37 Limbah cair hasil koagulasi

d. Proses flokulasi dengan memberikan chemical dengan memberikan

chemical 297. Partikel ini dilakukan untuk mengikat partikel

suspended solid, dilakukan selama 5 menit dengan Rpm lambat.

Gambar 4.38 Limbah hasil flokulasi

57

http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.2.3 Bak Penyeragaman

Setelah melakukan pengolahan limbah di bak proses maka dilakukan

transfer dengan pompa ke bak normalisasi

Adapun urutan prosesnya adalah sebagai berikut:

a. Menambahkan chemical 06 untuk oksidator cyanide

b. Menurunkan PH dengan menambahkan Chemical 17 sampai ke PH

3-4, hal ini bertujuan untuk mengikat nitrit dan bau. Proses dilakukan

selama 5 menit.

c. Setelah mencapai PH 3-4 maka air dinaikkan menjadi PH 7-8 dengan

menggunakan cheical 294, hal ini dilakukan untuk mengikat nitrit.

Proses dilakukan selama 5 menit.

Gambar 4.39 Air hasil pengolahan

58

http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.2.4 Pengolahan Lumpur

Lumpur yang telah dinetralisir dipompakan ke mesin Filter press

seperti gambar berikut ini

Gambar 4.40 Mesin Filter Press

Lumpur akan dimapatkan dalam mesin filter press, untuk hasil yang

optimal proses dilakukan selama 3 jam.

Gambar 4.41 Pengeluaran cake dari filter press

59

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kemudian “cake” hasil press dikeluarkan dan dimasukkan dalam

karung untuk dimanfaatkan kembali, sementara airnya akan diolah

kembali sehingga bisa dimanfaatkan untuk penunjang produksi seperti

untuk campuran beton dan painting.

Gambar 4.42cake hasil IPAL

4.3 Hasil Pengujian Sampel Beton

Pengujian di lakukan terhadap campuran beton dengan subtitusi sludge

terhadap pasir sebesar 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%, masing-masing tiga sampel.

Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 7 hari dan 28 hari dengan hasil

sebagai berikut :

60

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton umur 7 hari

Rata Rata –
Subtitusi Slump Berat Kuat – rata rata
sludge Sampel Test (gr) Tekan berat kuat Keterangan
(mm) (kN) (gr) tekan
(kN)
1 118 2312 300

0% 2 117 2309 275 2309 313

3 119 2306 365

1 118 2208 255

5% 2 118 2244 247,5 2223 228

3 118 2218 210

1 120 2230 315

10 % 2 120 2249 210 2240 275

3 120 2240 300

1 119 2180 207,5

15 % 2 119 2193 195 2186 211

3 119 2185 232,5

1 118 2150 180

20 % 2 118 2208 180 2190 185

3 118 2213 195

61

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton umur 28 hari

Rata Rata –
Subtitusi Slump Berat Kuat – rata rata
sludge Sampel Test (gr) Tekan berat kuat Keterangan
(mm) (kN) (gr) tekan
(kN)
1 118 2310 390

0% 2 117 2217 390 2306 385

3 119 2290 375

1 118 2232 300

5% 2 118 2243 345 2239 308

3 118 2241 277,5

1 120 2207 225

10 % 2 120 2242 360 2231 310

3 120 2245 345

1 119 2242 210

15 % 2 119 2213 270 2226 260

3 119 2224 300

1 118 2214 270

20 % 2 118 2209 225 2198 240

3 118 2172 225

62

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Grafik 4.1 Hubungan antara presentase
sludge, kuat tekan dengan berat benda uji
(sampel umur 7 hari)
350 2320
2300
300
2280
Kuat Tekan (kN)

250 2260

Berat (gr)
200 2240
2220
150 2200
Kuat Tekan
100 2180
2160 Berat
50
2140
0 2120
0 5 10 15 20
Kuat Tekan 313,33 227,5 275 211,66 185
Berat 2309 2223,332239,66 2186 2190,33
Persen

Grafik 4.2 Hubungan antara presentase


sludge, kuat tekan dengan berat benda uji
(sampel umur 28 hari)
450 2320
400 2300
350 2280
Ku at Tekan (kN)

300 2260
Berat (gr)

250 2240
200 2220
150 2200 Kuat Tekan
100 2180 Berat
50 2160
0 2140
0 5 10 15 20
Kuat Tekan 385 307,5 310 260 240
Berat 2305,662238,662231,662226,332198,33
Persen

63

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.3 Hasil Uji Kuat Tekan 28 Hari

Klasifikasi Mutu Beton dan Penggunaanya

Kuat Kuat Kuat Klasifikasi


Subtitusi Tekan Tekan Tekan Mutu Penggunaannya
2 2
(kN) (MPa) (kg/cm ) (kg/cm )
0% 385 38.5 464 450 Klas P (K 450) beton untuk
rigit jalan kelas 1 ( jalan tol
/ jalan negara ).
5% 308 30.8 371 350 Klas B (K 350) beton untuk
lantai dan bangunan pabrik /
rigid jalan.
10 % 310 31 373 350 Klas B (K 350) beton untuk
lantai dan bangunan pabrik /
rigid jalan.
15 % 260 26 313 300 Klas K 300 untuk
konstruksi bangunan ruko 3
lantai sampai dengan 5
lantai.
20 % 240 24 289 250 Klas K 250 untuk
konstruksi bangunan 2
lantai, rumah tinggal.

4.4 Hasil Pengujian Air

Air hasil olahan IPAL di uji di labrotarium pengelola kawasan industri

kawasan industri MM2100 yaitu PT. X.

Hasil pengujian menunjukan nilai atau mutu sesuai dengan standar kawasan

industri MM2100 seperti terlihat table di bawah ini :

64

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.4 Hasil Uji Lab Air Olahan IPAL

No Parameter Unit Standard Test Result


MM2100
Physical
1 Temperature C 40 33.7
2 Dissolved Solid mg/1 4000 413
3 Suspended Solid mg/1 400 23
Chemical
1 pH 5.5 – 9.5 6.26
2 Iron (Fe) mg/1 10 0.0192
3 Manganese (Mn) mg/1 4 <0.003
4 Barium (Ba) mg/1 4 0.4374
5 Copper (Cu) mg/1 4 <0.003
6 Zinc (Zn) mg/1 10 <0.0014
7 Chrom Hexavalent mg/1 0.2 -
(Cr+6)
8 Chrom Total (Cr) mg/1 1 <0.005
9 Cadmium (Cd) mg/1 0.1 <0.0012
10 Mercury (Hg) mg/1 0.004 <0.0001
11 Lead (Pb) mg/1 0.2 0.0123
12 Tin (Sn) mg/1 4 <0.25
13 Arsenic (As) mg/1 0.2 <0.15
14 Selenium (Se) mg/1 0.1 <0.06
15 Nickel (Ni) mg/1 0.4 0.0959
16 Cobalt (Co) mg/1 0.8 <0.011
17 Cyanide (CN) mg/1 0.1 0.008
18 Sulfide (H2S) mg/1 0.1 0.006
19 Fluoride (F) mg/1 4 0.15
20 Free Chlorine (C12) mg/1 2 -
21 Free Ammoniac (NH3- mg/1 2 <0.02
N)
22 Nitrate (NO3-N) mg/1 40 0.01
23 Nitrite (NO2-N) mg/1 2 0.016
24 BOD5 mg/1 200 1.8
25 COD Cr mg/1 400 4.55
26 Surfactant Anionic as mg/1 10 -
MBAS
27 Phenol Compound mg/1 1 -
28 Oil and Fats mg/1 10 -
29 Radio Isotop (RI) *)

65

http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.5 Pemanfaatan HasilOlahan Limbah

Hasil olahan limbah terdiri dari air dan sludge.

Selama ini air olahan limbah di buang ke saluran air kawasan industri

MM2100, disaat yang sama pabrik menggunakan air bersih yang dipasok oleh

kawasan industri dengan biaya per bulan Rp. 800.000.000,- untuk kebutuhan

produksi maupun penunjangnya.

Air ini bisa di manfaatkan untuk penunjang proses produksi seperti

membersihkan mixer dari sisa-sisa campuran beton, agar siap untuk pembuatan

campuran beton berikutnya.Jika 10% dari pemakaian bisa dimanfaatkan kembali,

maka bisa menghemat biaya Rp. 80.000.000 pertahun.

Begitu juga dengan sludge selama ini di serahkan kepada perusahaan

pengelola limbah yang berizin dengan membayar sejumlah sekitar Rp.

200.000.000,- perbulan. Dengan menjadikan sludge sebagai subtitusi pasir dengan

prosentase tertentu sebagai campuran beton akan menghemat biaya diatas.

66

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Diagram Alir PemanfaatanLimbah

Sebelum Sesudah

Bahan AIR Bahan AIR


Baku Baku

Proses Proses
Produksi Produksi

Limbah Barang Limbah Barang


Jadi Jadi

Recycle IPAL Recycle IPAL

Sludge AIR Sludge AIR

Indocement MM2100 Penggunan MM2100


PPLI PIT Lain PIT

Gambar 4.43 Diagram alir pemanfaat limbah

67

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai