Oleh :
ALVIANUS RENO
FRIZ PRATAMA
FITRA JURGI
HALIMAH
HENDRI SAPUTRA
MICE MELANI
YAN TOMMY HANSARIKTA
2011
Kata pengantar
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha esa. Yang telah memberikan kita
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Bunari yang telah memberikan kami
pengetahuan dan informasi mengenai budidaya ikan lele python di Desa Rasau jaya Kec.
Rasau jaya. Kubu Raya. Selama 1 hari mulai dari tanggal 11 desember 2011 kmai melakukan
survei lokasi.
laporan ini kami banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada
laporan ini, penyusun berusaha mengungkapkan mengenai kegiatan magang budidaya ikan
lele pyhton. Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik bentuk, isi dan penyusunannya, Dengan senang hati kami menerima saran
dan kritikan yang bersifat membangun dan diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca
Lele, sekarang ini terus diminati masyarakat. Image buruknya telah terhapus seiring
makin banyaknya warung-warung pecel lele, restoran lele, produk olahan lele, dan berbagai
program pemerintah.
Maka, lele sekarang telah menjadi salah satu ikan primadona dimana-mana. Tingkat
konsumsi masyarakat akan lele meningkat terus dari waktu ke waktu. Apalagi setelah para
pembudidaya ikan lele menghasilkan varietas baru: Lele phyton. Lele jenis ini terbukti bisa
menghasilkan lele yang rendah lemak, gurih dan enak. Selain itu, lele ptyhon juga dapat
dibudidayakan dengan cara yang praktis dalam jangka waktu yang relatif singkat (2 bulan).
Masyarakat pun makin berminat untuk beternak lele, terutama lele phyton. Bahkan
para karyawan kantoran mulai banyak yang beternak lele phyton. Karena itu, diperlukan
suatu pengetahuan tentang lele phyton ini,secara efektif, sudah terbukti berhasil dan
terjangkau oleh banyak kalangan di masyarakat.
B. Tujuan
C. Manfaat
menggunakan kolam sederhana yang terbuat dari terpal. Kelebihan dari pembuatan
kolam dari terpal antara lain tidak membutuhkan biaya yang mahal dan bahan-bahan
pembuatannya mudah diperoleh.
B. Komoditi
Ikan Lele merupakan keluarga catfish, yang termasuk dalam jenis ini diantaranya
yaitu lele lokal, lele dumbo, lele sangkuriang dan lele phyton. Lele banyak terdapat di
perairan umum seperti sungai, rawa, waduk, dan genangan air lainnya. Bentuk tubuh lele
adalah gilig (silindris) memanjang, berkepala gepeng meruncing, dan di dekat mulutnya
ditumbuhi dengan 4 pasang kumis yang kaku memanjang. Kulit tubuh lele licin, tidak
bersisik, dan berwarna kehitaman. Lele termasuk hewan nocturnal, atau lebih aktif mencari
makan di malam hari. Ikan inimudah dibudidayakan di mana saja, dapat hidup di ketinggian
lebih dari 1.000 m dpl dengan kondisi suhu 20-32° C, pH 6,5-8, dan kandungan oksigen 3
ppm.
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan airtawar yangsudah dibudidayakan secara
komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan : (1)
dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, (2)
teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, (3) pemasarannya relatif mudah
dan (4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Budidaya lele pada lahan kering (lelaki) merupakan kegiatan budidaya ikan yang
potensial untuk dkembangkan di Kabupaten Klungkung, karena teknologi budidaya ini dapat
dilakukan dengan memanfaatkan air terbatas dan menggunakan kolam sederhana yang
terbuat dari terpal. Kelebihan dari pembuatan kolam dari terpal antara lain tidak
membutuhkan biaya yang mahal dan bahan-bahan pembuatannya mudah diperoleh.
Dengan telah dikenalnya teknologi budidaya lele pada lahan kering (lelaki), masyarakat dapat
memulai usaha budidaya ikan lele dengan modal yang tidak begitu besar, teknologi
budidayanya sederhana dan waktu pemeliharaannya relatif singkat.
Lain halnya dengan lele sangkuriang, lele pithon lahir dari perkawinan silang antara
induk betina lele eks Thailand atau lele D89F2 dengan induk jantan lele dumbo F6. Lele
pithon memiliki keunggulan seperti pertumbuhannnya yang cepat dan seragam, tingkat
kelangsungan hidup tinggi, dan relatif tahan terhadap penyakit.
Lele pithon diperkenalkan dan dikembangkan oleh Teja Suwarna, Sonar Raja Jati, dan
Wawan Setiawan asal Pandeglang, Banten. Perkawinan Induk yang dirintis awal Mei 2004
tersebut memiliki ciri khas berupa bentuk kepala yang mirip kepala ular pithon, yakni bentuk
kepala pipih memanjang dengan mulut yang kecil. Ciri-ciri fisik lele pithon selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
1. Kepala : Bentuk kepala pipih memanjang dengan mulut yang kecil. Ciri lainnya, terdapat
punuk di belakang kepala.
2. Sungut (kumis) : Relatif lebih panjang dibandingkan dengan lele dumbo biasa.
3. Badan : Punggung atas sampai pangkal ekor berwarna hijau kehitaman dengan bintik-
bintik hijau kecokelatan.
Badan bagian bawah dari depan sampai pangkal ekor berwarna putih cerah.
1. Kolam Induk
2. Kolam Pemijahan
3. Kolam Pendederan
4. Ruangan/gudang penyimpan pakan dan peralatan meliputi:
a. Pompa air
b. Paralon
c. Jaring
d. Terpal
e. Bak
f. Ember
g. Serokan
h. Kakaban
i. Lampu
j. Genset
k. blower
D. Kualitas air
Penambahan air dilakukan untuk mempertahankan volume atau mengganti air yang hilang
akibat penguapan. Sarana dan Prasarana yang diperlukan pada UPR meliputi :
Air juga ditambahkan sesuai dengan tahap pertumbuhan lele. Tinggi air pada awal
pemeliharaan lele adalah 50 cm dan kemudian air dinaikkan bertahap hingga mencapai 80
cm. Probiotik diberikan jika kualitas air menurun yang diakibatkan oleh sisa pakan dan
hujan, dengan penambahan probiotik dalam kolam, maka kolam akan menjadi lebih sehat
dan ikan juga lebih kuat terhadap stres karena intorduksi mikroba positif.
Tata cara pemberian pakan lele pada segmen pembenihan dan pembesaran tidak terlalu
banyak perbedaan, perbedaan paling mendasar hanya pada pakan alami dan pakan
tambahan. Pada segmen pembenihan ada pemberian pakan alami berupa cacing sutera pada
saat larva berumur lima hari, sementara pada segmen pembesaran jarang sekali ada
pembudidaya yang meberikan cacing sutera, sementara pada segmen pembesaran,
pemberian pakan tambahan berupa ayam tiren, ikan runcah dan lainnya. Kita akan coba
menjelaskan satu persatu dari ketiga bagian tata cara pemberian pakan lele.
1. Waktu Pemberian Pakan
Dalam tata cara pemberian pakan lele, mengetahui waktu pemberian pakan merupakan hal
yang sangat penting, selain harus mengatur waktu pemberian pakan lele sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan, baik yang menggunakan tiga kali sehari atau lima sampai dengan enam
kali sehari (Setiap 3 jam). Yang sangat penting dan harus diperhatikan adalah pemberian
pakan lele tidak boleh dimulai terlalu pagi, atau lebih jelasnya, jangan memberikan pakan
pada lele sebelum jam sembilan pagi. Kenapa demikian? Berdasarkan penelitian pada waktu
pagi sebelum jam sembilan, permukaan air kolam masih tercemar oleh zat-zat yang
merugikan yang dibawa oleh udara, jadi jika kita memberikan pakan pada saat yang terlalu
pagi, maka pakan akan bercampur dengan zat-zat tersebut sehingga menjadi racun dan
berbahaya bagi kesehatan ikan. Dengan menunggu hingga jam sembilan, diharapkan sudah
cukup waktu untuk zat-zat tersebut menguap karena disinari oleh matahari. Adapun penyakit
yang bisa ditimbulkan dari kebiasaan memberikan pakan yang terlalu pagi adalah radang
insang, diakibatkan oleh parasit karena ikan memakan pakan yang telah tercemar oleh zat-zat
yang merugikan.
Walaupun terlihat sepele, persiapan pemberian pakan juga merupakan faktor yang tidak
bisa dilupakan dalam tata cara pemberian pakan lele. Persiapan pemberian pakan untuk pakan
yang berbentuk pelet, sebaiknya para pengusaha ternak lele harus membiasakan membibis
pakan pelet yang akan diberikan (kecuali pelet tenggelam), Bibis adalah proses membasahi
pelet dengan air (dianjurkan dengan air hangat), gunanya agar pelet mengembang, sehingga
ikan lele yang mempunyai sifat rakus tidak akan memakan pelet terlalu banyak atau
berlebihan, jika kita memberikan pelet dalam kondisi kering, lele akan terus saja menyantap
pelet dengan rakus, terlalu banyaknya lele menyantap pelet kering yang belum mengembang
akan berakibat fatal, karena pelet-pelet tersebut akan mengembang dalam perut lele, kondisi
ini akan berakibat buruk pada kesehatan lele bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Adapun tata cara pemberian pakan lele untuk pakan tambahan persiapannya adalah
dengan cara mengolah atau membersihkan pakan tersebut dengan baik, misalnya jika kita
membeli cacing sutera dari toko ikan atau pengepul, sebaiknya cacing-cacing tersebut dicuci
atau dibilas sebelum disebar ke kolam. Atau jika kita menggunakan ayam tiren pada segmen
pembesaran, sebaiknya ayam tersebut direbus, jangan dibakar, karena jika dengan proses
membakar, biasanya yang matang/hangus hanya bagian kulitnya saja, sementara bagian
dalamnya belum matang, sehingga masih terdapat zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan
ikan, sementara jika prosesnya dilakukan dengan cara merebus, biasanya ayam tiren akan
matang secara keseluruhan dan aman dikonsumsi oleh lele.
3. Cara Memberikan Pakan
Cara memberikan pakan yang baik juga wajib diketahui oleh para pelaku usaha ternak
lele agar tata cara pemberian pakan lele menjadi lengkap dan tepat guna.
a. Cara memberikan pakan yang berbentuk pelet apung harus dilakukan dengan cara
menyebar pelet menjadi tiga bagian, untuk mudahnya kita umpamakan tiga bagian kolam
adalah ujung kanan, tengah dan ujung kiri, langkah pertama adalah sebar pelet secukupnya
pada sisi ujung kanan kolam, setelah pelet habis, sebar lagi secukupnya pada sisi tengah
kolam, setelah habis sebar lagi pada sisi ujung kiri kolam, lakukan proses tersebut sampai
ikan lele kenyang, cirinya adalah terlihatnya beberapa butir pelet yang tersisa pada saat
ditebar dipermukaan kolam. Metode pemberian pakan seperti ini dilakukan agar ikan lebih
aktif bergerak, sehingga membantu pertumbuhan ikan, selain itu, dengan cara ini para pelaku
usaha ternak lele juga dapat mengontrol tingkat responsif ikan lele.
b. Untuk pelet tenggelam cara memberikannya berbeda, pelet tenggelam tidak disebar,
melainkan hanya ditebarkan pada satu titik, sesuai namanya sifat pelet tenggelam akan
tenggelam pada saat ditebar, jadi tebarkanlah sedikit-sedikit, karena lele termasuk ikan yang
suka mengejar pakan yang bergerak, jadi dikhawatirkan pelet yang terlanjur tenggelam tidak
akan dimakan, jika pada titik pemberian pakan pelet tenggelam respon ikan sudah nampak
menurun, sebaiknya pemberian pakan dihentikan, ulangi dan lakukan lagi prosesnya pada
setiap pemberian pakan pelet tenggelam.
c. Pada segmen pembenihan, pakan alami seperti cacing sutera diberikan dengan cara disebar
di sudut, di sisi dan di bagian tengah kolam, cacing sutera yang telah dibersihkan/dibilas lalu
diambil seujung tangan kemudian diletakkan pada titik yang berbeda, tehnik ini sangat efektif
karena larva lele yang berjumlah ribuan yang tersebar di seluruh bagian kolam akan rata
mendapatkan makanan. Sementara pada segmen pembesaran, pemberian pakan tambahan
seperti ayam tiren sebaiknya digantung, hal ini dilakukan agar meminimalisasikan sisa tulang
yang berserakan pada dasar kolam, dengan cara seperti ini, tulang yang tersisa di tali
gantungan dapat segera dibuang, sisa tulang yang berserakan bisa sangat berbahaya bagi
pelaku ternak lele pada saat panen atau menguras kolam, karena bisa saja terinjak dan
melukai kaki atau dapat merobek terpal bagi pengguna kolam terpal.
Penyakit pada ikan lele cukup beragam dan memerlukan penanganan yang berbeda-
beda tergantung jenis penyakitnya. Untuk mengetahui jenis penyakit apa yang menimpa ikan
lele peliharaan kita, bisa dilihat dari gejala-gejala luar ikan lele. Meski lele termasuk ikan
yang tahan hidup dalam air yang berkualitas buruk, tetapisanitasi air memegang peranan
penting dalam menunjang kesehatan lele.
Penyakit pada ikan lele biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat parasit yang
hidup pada tubuh ikan lele, mikroorganisme ini biasanya berupa virus, bakteri, jamur, dan
protozoa yang berukuran kecil. Beberapa penyebab penyakit pada ikan lele antara lain:
Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya
pernafasan terganggu.
Pengendalian:
(1) direndam formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit;
(2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam;
(3) menyelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01% selama
±30 menit;
(4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit;
(5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ±10 menit.
6. Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.
Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan
anemia/kurang darah.
Pengendalian: Selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex
0,5 ppm.
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya,
kemudian kondisi tersebut harus segera diubah.
Penyakit yang menimpa ikan lele biasanya terjadi karena lingkungan air yang tidak baik,
misalnya tercemar oleh zat-zat berbahaya, kepadatan tebar yang terlalu besar dan perubahan
suhu yang drastis. Pada kondisi demikian daya tahan ikan lele menurun dan mudah terserang
penyakit. Penyakit pada lele bisa juga berasal dari bibit lele sudah membawa penyakit dari
asalnya, hanya belum menunjukkan gejala sakit saat ditebar. Untuk itu perlu berhati-hati
dalam memilih bibit lele.
G. Analisa usaha
Dengan modal awal Rp5,8 juta, pendapatan pembudidaya bisa mencapai Rp. 7,2 juta. Itu
artinya ada keuntungan sebesar 1,4 juta untuk 50 hari siklus lele phyton.
Bentuk perinciannya, untuk satu kolam dengan 1.000 ekor benih tebar dan harga benih Rp.
150/ekor, maka dibutuhkan Rp. 1,5 juta untuk pengadaan benih. Kemudian selama 50 hari
pemeliharaan dibutuhkan satu ton pakan dengan harga Rp. 4.300/kg. Itu artinya dibutuhkan
Rp. 4,3 juta untuk pengadaan pakan. Jadi total modal yang perlu disiapkan oleh pembudidaya
Rp. 5,8 juta. Setelah 50 hari pemeliharaan, panen yang akan diperoleh mencapai satu ton.
Dengan harga jual Rp. 7.200/kg, pendapatan yang dikeruk pun mencapai Rp. 7,2 juta. Jadi,
keuntungan yang bisa diperoleh mencapai Rp. 1,4 juta/siklus. “Yang membuat budidaya lele
phyton semakin besar peluangnya adalah masih minimnya pasok ikan lele. Di Banten saja
kebutuharmya yang mencapai 7 ton/hari belum terpenuhi,” Kesimpulannya, buat anda yang
ingin dipatuk keuntungan budidaya, lele phyton adalah pilihan yang tepat.
BAB III
A. Hasil
a.1 Bentuk
Berdasarkan hasil di lapangan beliau menggunakan terpal dan kolam tanah asli
dengan bentuk kolam persegi untuk kolam terpal sebagai kolam pembenihan dengan tinggi
air 20cm dan bak penampungan air serta pengedapannya dan kolam persegi panjang untuk
pembesaran karena beliau juga melakukan pembesaran dalam skala kecil,namun beliau fokus
pada pembenihan ikan lele pytonnya.
a.2 komoditi
Komoditi ikan yang ambil beliau adalah lele pyton yang juga banyak memiliki
keunggulannya,selain ukuran besar,daging enak dan gurih,termasuk lele yang paling diminati
di pasaran lokal rasau jaya.dikata bapak banuri bahwa ikan ini mampung memijahkan 30000
benih untuk 5 kali pemijahan.
b.2 komoditi
komoditi yang beliau ambil dari lele phyton berdasar kan keunggulannya,
disamping itu mengapa dia tidak mengambil komoditi lain karena sudah banyak yang
membudidayakan ikan lele selain lele phyton.
V. J-K:kolam Pemeliharaan
X. U:jembatan