Anda di halaman 1dari 14

KEWIRAUSAHAAN

PEMBENIHAN IKAN LELE PHYTON

DENGAN TEKNIK ALAMI DAN METODE KOLAM TANAH DAN TERPAL

DI RASAU JAYA KAB.KUBU RAYA

Dosen Mata Kuliah : Ridwan Shalim, S.Pi

Oleh :

 ALVIANUS RENO
 FRIZ PRATAMA
 FITRA JURGI
 HALIMAH
 HENDRI SAPUTRA
 MICE MELANI
 YAN TOMMY HANSARIKTA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BUDIDAYA PERIKANAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2011
Kata pengantar
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha esa. Yang telah memberikan kita

kesehatan jasmani maupun rohani.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Bunari yang telah memberikan kami

pengetahuan dan informasi mengenai budidaya ikan lele python di Desa Rasau jaya Kec.

Rasau jaya. Kubu Raya. Selama 1 hari mulai dari tanggal 11 desember 2011 kmai melakukan

survei lokasi.

Alhamdulilah laporan survei ini dapat terselesaikan. Dalam melaksanakan dan menyusun

laporan ini kami banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada

laporan ini, penyusun berusaha mengungkapkan mengenai kegiatan magang budidaya ikan

lele pyhton. Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan baik bentuk, isi dan penyusunannya, Dengan senang hati kami menerima saran

dan kritikan yang bersifat membangun dan diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca

terutama mahasiswa/mahasiswi Universitas Politeknik Negeri Pontianak Fakultas ilmu

kelautan dan perikanan jurusan Budidaya perikanan.


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Lele, sekarang ini terus diminati masyarakat.  Image buruknya telah terhapus seiring
makin banyaknya warung-warung pecel lele, restoran lele, produk olahan lele, dan berbagai
program pemerintah.

Maka, lele sekarang telah menjadi salah satu ikan primadona dimana-mana.  Tingkat
konsumsi masyarakat akan lele meningkat terus dari waktu ke waktu.  Apalagi setelah para
pembudidaya ikan lele menghasilkan varietas baru: Lele phyton.  Lele jenis ini terbukti bisa
menghasilkan lele yang rendah lemak, gurih dan enak.  Selain itu, lele ptyhon juga dapat
dibudidayakan dengan cara yang praktis dalam jangka waktu yang relatif singkat (2 bulan).

Masyarakat pun makin berminat untuk beternak lele, terutama lele phyton.   Bahkan
para karyawan kantoran mulai banyak yang beternak lele phyton.  Karena itu, diperlukan
suatu pengetahuan tentang lele phyton ini,secara efektif, sudah terbukti berhasil dan
terjangkau oleh banyak kalangan di masyarakat.

B. Tujuan

Tujuannya makalah ini, yaitu memberikan wawasan, pengetahuan dan keterampilan


yang dibutuhkan masyarakat agar dapat beternak lele sangkuriang dengan baik dan
menguntungkan.

C. Manfaat

Manfaat yang didapat peserta yaitu:

a.     Mengetahui prospek dan berbagai peluang bisnis lele.

b.     Mendapat keterampilan beternak lele

c.     Dapat mengetahui tentang berbagai masalah yang dihadapi.

d.     Dapat menjadi anggota peternak lele.

e.     Peluang untuk bisa Investasi budidaya Lele


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bentuk Hatchery

menggunakan kolam sederhana yang terbuat dari terpal. Kelebihan dari pembuatan
kolam dari terpal antara lain tidak membutuhkan biaya yang mahal dan bahan-bahan
pembuatannya mudah diperoleh.

B. Komoditi
Ikan Lele merupakan  keluarga catfish, yang termasuk dalam jenis ini diantaranya
yaitu lele lokal, lele dumbo, lele sangkuriang dan lele phyton. Lele banyak terdapat di
perairan umum seperti sungai, rawa, waduk, dan genangan air lainnya. Bentuk tubuh lele
adalah gilig (silindris) memanjang, berkepala gepeng meruncing, dan di dekat mulutnya
ditumbuhi dengan 4 pasang kumis yang kaku memanjang. Kulit tubuh lele licin, tidak
bersisik, dan berwarna kehitaman. Lele termasuk hewan nocturnal, atau lebih aktif mencari
makan di malam hari. Ikan inimudah dibudidayakan di mana saja, dapat hidup di ketinggian
lebih dari 1.000 m dpl dengan kondisi suhu 20-32° C, pH 6,5-8, dan kandungan oksigen 3
ppm.
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan airtawar yangsudah dibudidayakan secara
komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan : (1)
dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, (2)
teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, (3) pemasarannya relatif mudah
dan (4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Budidaya lele pada lahan kering (lelaki) merupakan kegiatan budidaya ikan  yang
potensial untuk dkembangkan di Kabupaten Klungkung, karena  teknologi budidaya ini dapat
dilakukan dengan  memanfaatkan  air terbatas dan menggunakan kolam sederhana yang
terbuat dari terpal. Kelebihan dari pembuatan kolam dari terpal antara lain tidak
membutuhkan biaya yang mahal dan bahan-bahan pembuatannya mudah diperoleh.
Dengan telah dikenalnya teknologi budidaya lele pada lahan kering (lelaki), masyarakat dapat
memulai usaha budidaya ikan lele dengan modal yang tidak begitu besar, teknologi
budidayanya sederhana dan waktu pemeliharaannya relatif singkat.

Lain halnya dengan lele sangkuriang, lele pithon lahir dari perkawinan silang antara
induk betina lele eks Thailand atau lele D89F2 dengan induk jantan lele dumbo F6. Lele
pithon memiliki keunggulan seperti pertumbuhannnya yang cepat dan seragam, tingkat
kelangsungan hidup tinggi, dan relatif tahan terhadap penyakit.

Lele pithon diperkenalkan dan dikembangkan oleh Teja Suwarna, Sonar Raja Jati, dan
Wawan Setiawan asal Pandeglang, Banten. Perkawinan Induk yang dirintis awal Mei 2004
tersebut memiliki ciri khas berupa bentuk kepala yang mirip kepala ular pithon, yakni bentuk
kepala pipih memanjang dengan mulut yang kecil. Ciri-ciri fisik lele pithon selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

1. Kepala : Bentuk kepala pipih memanjang dengan mulut yang kecil. Ciri lainnya, terdapat
punuk di belakang kepala.

2. Sungut (kumis) : Relatif lebih panjang dibandingkan dengan lele dumbo biasa.

3. Badan : Punggung atas sampai pangkal ekor berwarna hijau kehitaman dengan bintik-
bintik hijau kecokelatan.

Bagian atas Badan bagian atas berwarna hijau kecokelatan.

Badan bagian bawah dari depan sampai pangkal ekor berwarna putih cerah.

4. Ekor : Bentuk ekor bulat.


C. Sarana Dan Prasarana

1. Kolam Induk
2. Kolam Pemijahan
3. Kolam Pendederan
4. Ruangan/gudang penyimpan pakan dan peralatan meliputi:

a. Pompa air
b. Paralon
c. Jaring
d. Terpal
e. Bak
f. Ember
g. Serokan
h. Kakaban
i. Lampu
j. Genset
k. blower

5. Rumah pengawas/pemilik pembenihan ikan


6. Bak penampungan air
7. Bak pengendapan

D. Kualitas air
Penambahan air dilakukan untuk mempertahankan volume atau mengganti air yang hilang
akibat penguapan.  Sarana dan Prasarana yang diperlukan pada UPR meliputi :
Air juga ditambahkan sesuai dengan tahap pertumbuhan lele. Tinggi air pada awal
pemeliharaan lele adalah 50 cm dan kemudian air dinaikkan bertahap hingga mencapai 80
cm.   Probiotik diberikan jika kualitas air menurun yang diakibatkan oleh sisa pakan dan
hujan, dengan penambahan probiotik dalam kolam, maka kolam akan menjadi lebih sehat
dan ikan juga lebih kuat terhadap stres karena intorduksi mikroba positif.

E. Pakan dan pemberian pakan

Tata cara pemberian pakan lele pada segmen pembenihan dan pembesaran tidak terlalu
banyak perbedaan, perbedaan paling mendasar hanya pada pakan alami dan pakan
tambahan. Pada segmen pembenihan ada pemberian pakan alami berupa cacing sutera pada
saat larva berumur lima hari, sementara pada segmen pembesaran jarang sekali ada
pembudidaya yang meberikan cacing sutera, sementara pada segmen pembesaran,
pemberian pakan tambahan berupa ayam tiren, ikan runcah dan lainnya. Kita akan coba
menjelaskan satu persatu dari ketiga bagian tata cara pemberian pakan lele.
1. Waktu Pemberian Pakan

Dalam tata cara pemberian pakan lele, mengetahui waktu pemberian pakan merupakan hal
yang sangat penting, selain harus mengatur waktu pemberian pakan lele sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan, baik yang menggunakan tiga kali sehari atau lima sampai dengan enam
kali sehari (Setiap 3 jam). Yang sangat penting dan harus diperhatikan adalah pemberian
pakan lele tidak boleh dimulai terlalu pagi, atau lebih jelasnya, jangan memberikan pakan
pada lele sebelum jam sembilan pagi. Kenapa demikian? Berdasarkan penelitian pada waktu
pagi sebelum jam sembilan, permukaan air kolam masih tercemar oleh zat-zat yang
merugikan yang dibawa oleh udara, jadi jika kita memberikan pakan pada saat yang terlalu
pagi, maka pakan akan bercampur dengan zat-zat tersebut sehingga menjadi racun dan
berbahaya bagi kesehatan ikan. Dengan menunggu hingga jam sembilan, diharapkan sudah
cukup waktu untuk zat-zat tersebut menguap karena disinari oleh matahari. Adapun penyakit
yang bisa ditimbulkan dari kebiasaan memberikan pakan yang terlalu pagi adalah radang
insang, diakibatkan oleh parasit karena ikan memakan pakan yang telah tercemar oleh zat-zat
yang merugikan.

2. Persiapan Pemberian Pakan

Walaupun terlihat sepele, persiapan pemberian pakan juga merupakan faktor yang tidak
bisa dilupakan dalam tata cara pemberian pakan lele. Persiapan pemberian pakan untuk pakan
yang berbentuk pelet, sebaiknya para pengusaha ternak lele harus membiasakan membibis
pakan pelet yang akan diberikan (kecuali pelet tenggelam), Bibis adalah proses membasahi
pelet dengan air (dianjurkan dengan air hangat), gunanya agar pelet mengembang, sehingga
ikan lele yang mempunyai sifat rakus tidak akan memakan pelet terlalu banyak atau
berlebihan, jika kita memberikan pelet dalam kondisi kering, lele akan terus saja menyantap
pelet dengan rakus, terlalu banyaknya lele menyantap pelet kering yang belum mengembang
akan berakibat fatal, karena pelet-pelet tersebut akan mengembang dalam perut lele, kondisi
ini akan berakibat buruk pada kesehatan lele bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Adapun tata cara pemberian pakan lele untuk pakan tambahan persiapannya adalah
dengan cara mengolah atau membersihkan pakan tersebut dengan baik, misalnya jika kita
membeli cacing sutera dari toko ikan atau pengepul, sebaiknya cacing-cacing tersebut dicuci
atau dibilas sebelum disebar ke kolam. Atau jika kita menggunakan ayam tiren pada segmen
pembesaran, sebaiknya ayam tersebut direbus, jangan dibakar, karena jika dengan proses
membakar, biasanya yang matang/hangus hanya bagian kulitnya saja, sementara bagian
dalamnya belum matang, sehingga masih terdapat zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan
ikan, sementara jika prosesnya dilakukan dengan cara merebus, biasanya ayam tiren akan
matang secara keseluruhan dan aman dikonsumsi oleh lele.
3. Cara Memberikan Pakan

Cara memberikan pakan yang baik juga wajib diketahui oleh para pelaku usaha ternak
lele agar tata cara pemberian pakan lele menjadi lengkap dan tepat guna.

a. Cara memberikan pakan yang berbentuk pelet apung harus dilakukan dengan cara
menyebar pelet menjadi tiga bagian, untuk mudahnya kita umpamakan tiga bagian kolam
adalah ujung kanan, tengah dan ujung kiri, langkah pertama adalah sebar pelet secukupnya
pada sisi ujung kanan kolam, setelah pelet habis, sebar lagi secukupnya pada sisi tengah
kolam, setelah habis sebar lagi pada sisi ujung kiri kolam, lakukan proses tersebut sampai
ikan lele kenyang, cirinya adalah terlihatnya beberapa butir pelet yang tersisa pada saat
ditebar dipermukaan kolam. Metode pemberian pakan seperti ini dilakukan agar ikan lebih
aktif bergerak, sehingga membantu pertumbuhan ikan, selain itu, dengan cara ini para pelaku
usaha ternak lele juga dapat mengontrol tingkat responsif ikan lele.

b. Untuk pelet tenggelam cara memberikannya berbeda, pelet tenggelam tidak disebar,
melainkan hanya ditebarkan pada satu titik, sesuai namanya sifat pelet tenggelam akan
tenggelam pada saat ditebar, jadi tebarkanlah sedikit-sedikit, karena lele termasuk ikan yang
suka mengejar pakan yang bergerak, jadi dikhawatirkan pelet yang terlanjur tenggelam tidak
akan dimakan, jika pada titik pemberian pakan pelet tenggelam respon ikan sudah nampak
menurun, sebaiknya pemberian pakan dihentikan, ulangi dan lakukan lagi prosesnya pada
setiap pemberian pakan pelet tenggelam.

c. Pada segmen pembenihan, pakan alami seperti cacing sutera diberikan dengan cara disebar
di sudut, di sisi dan di bagian tengah kolam, cacing sutera yang telah dibersihkan/dibilas lalu
diambil seujung tangan kemudian diletakkan pada titik yang berbeda, tehnik ini sangat efektif
karena larva lele yang berjumlah ribuan yang tersebar di seluruh bagian kolam akan rata
mendapatkan makanan. Sementara pada segmen pembesaran, pemberian pakan tambahan
seperti ayam tiren sebaiknya digantung, hal ini dilakukan agar meminimalisasikan sisa tulang
yang berserakan pada dasar kolam, dengan cara seperti ini, tulang yang tersisa di tali
gantungan dapat segera dibuang, sisa tulang yang berserakan bisa sangat berbahaya bagi
pelaku ternak lele pada saat panen atau menguras kolam, karena bisa saja terinjak dan
melukai kaki atau dapat merobek terpal bagi pengguna kolam terpal.

F. Penanganan hama penyakit


Hama dan penyakit pada budidaya lele menjadi salah faktor penentu keberhasilan bisnis
ini. Menanggulangi penyakit lele merupakan salah satu upaya mekmaksimalkan budidaya
lele. Meski pengetahuan dan cara menanggulangi penyakit pada budidaya lele cukup penting
terkadang diabaikan oleh peternak lele, apalagi jika usaha lele ini hanya menjadi usaha
sampingan atau bisnis skala usaha kecil. Banyak kejadian lele tiba-tiba mati mendadak dalam
jumlah besar atau satu per satu mati dan akhirnya tidak bisa panen. Pertanyaan dan keluhan
mengenai cara mengatasi penyakit pada ikan lele cukup sering kita dengar sehingga penting
bagi para pembudidaya lele untuk memiliki pengetahuan di dalam hal ini. Hama ikan
Lele ukuran besar nampak secara kasat mata misalnya kucing, ular,Linsang. Untuk lele bibit
di sawah  hama lele bisa datang dari kodok, Ucrit dan burung pemakan ikan dan hewan-
hewan lain. Penyakit pada ikan lele biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak
kasatmata.

A. Penyakit Biasa Menyerang Ikan Lele

Penyakit pada ikan lele cukup beragam dan memerlukan penanganan yang berbeda-
beda tergantung jenis penyakitnya. Untuk mengetahui jenis penyakit apa yang menimpa ikan
lele peliharaan kita, bisa dilihat dari gejala-gejala luar ikan lele. Meski lele termasuk ikan
yang tahan hidup dalam air yang berkualitas buruk, tetapisanitasi air memegang peranan
penting dalam menunjang kesehatan lele.
Penyakit pada ikan lele biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat parasit yang
hidup pada tubuh ikan lele, mikroorganisme ini biasanya berupa virus, bakteri, jamur, dan
protozoa yang berukuran kecil. Beberapa penyebab penyakit pada ikan lele antara lain:

1. Penyakit karena Bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla


Bentuk bakteri ini seperti batang dengan cambuk yang terletak di ujung batang, dan
cambuk ini digunakan untuk bergerak. Ukurannya 0,7-0,8 x 1-1,5 mikron.
Gejala Lele Terserang Bakteri ini : warna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul
pendarahan. Lele bernafas megap-megap di permukaan air.
Pencegahan: lingkungan harus tetap bersih, termasuk kualitas air harus baik.
Pengobatan: melalui makanan antara lain pakan dicampur Terramycine dengan dosis 50
mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7-10 hari berturut-turut atau dengan Sulphonamid
sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3-4 hari.
2. Penyakit tuberculosis yang disebabkan bakteri Mycobacterium fortoitum
Gejalanya: tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil
pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-
miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip.
Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam.
Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5-7,5 gram/100 kg ikan/hari
selama 5-15 hari.
3.Penyakit karena Jamur/Cendawan Saprolegnia.
Penyebab: jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan
yang kondisinya lemah.
Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan
yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya.
Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.
Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate
2,5-3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1-0,2 ppm selama
1 jam atau 5-10 ppm selama 15 menit.
4.Penyakit bintik putih dan gatal (Trichodiniasis)
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid,
mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis.
Gejala:
(1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air;
(2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang;
(3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.
Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.
Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan
formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12-24 jam,
kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.

5. Penyakit cacing Trematoda

Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus


menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip.

Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya
pernafasan terganggu.

Pengendalian:
(1) direndam formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit;
(2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam;
(3) menyelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01% selama
±30 menit;
(4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit;
(5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ±10 menit.

6. Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.
Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan
anemia/kurang darah.
Pengendalian: Selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex
0,5 ppm.
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya,
kemudian kondisi tersebut harus segera diubah.
Penyakit yang menimpa ikan lele biasanya terjadi karena lingkungan air yang tidak baik,
misalnya tercemar oleh zat-zat berbahaya, kepadatan tebar yang terlalu besar dan perubahan
suhu yang drastis. Pada kondisi demikian daya tahan ikan lele menurun dan mudah terserang
penyakit. Penyakit pada lele bisa juga berasal dari bibit lele sudah membawa penyakit dari
asalnya, hanya belum menunjukkan gejala sakit saat ditebar. Untuk itu perlu berhati-hati
dalam memilih bibit lele.

G. Analisa usaha
Dengan modal awal Rp5,8 juta, pendapatan pembudidaya bisa mencapai Rp. 7,2 juta. Itu
artinya ada keuntungan sebesar 1,4 juta untuk 50 hari siklus lele phyton.

Bentuk perinciannya, untuk satu kolam dengan 1.000 ekor benih tebar dan harga benih Rp.
150/ekor, maka dibutuhkan Rp. 1,5 juta untuk pengadaan benih. Kemudian selama 50 hari
pemeliharaan dibutuhkan satu ton pakan dengan harga Rp. 4.300/kg. Itu artinya dibutuhkan
Rp. 4,3 juta untuk pengadaan pakan. Jadi total modal yang perlu disiapkan oleh pembudidaya
Rp. 5,8 juta. Setelah 50 hari pemeliharaan, panen yang akan diperoleh mencapai satu ton.

Dengan harga jual Rp. 7.200/kg, pendapatan yang dikeruk pun mencapai Rp. 7,2 juta. Jadi,
keuntungan yang bisa diperoleh mencapai Rp. 1,4 juta/siklus. “Yang membuat budidaya lele
phyton semakin besar peluangnya adalah masih minimnya pasok ikan lele. Di Banten saja
kebutuharmya yang mencapai 7 ton/hari belum terpenuhi,” Kesimpulannya, buat anda yang
ingin dipatuk keuntungan budidaya, lele phyton adalah pilihan yang tepat.
BAB III

HASIL & PEMBAHASAN

A. Hasil

a.1 Bentuk
Berdasarkan hasil di lapangan beliau menggunakan terpal dan kolam tanah asli
dengan bentuk kolam persegi untuk kolam terpal sebagai kolam pembenihan dengan tinggi
air 20cm dan bak penampungan air serta pengedapannya dan kolam persegi panjang untuk
pembesaran karena beliau juga melakukan pembesaran dalam skala kecil,namun beliau fokus
pada pembenihan ikan lele pytonnya.

a.2 komoditi
Komoditi ikan yang ambil beliau adalah lele pyton yang juga banyak memiliki
keunggulannya,selain ukuran besar,daging enak dan gurih,termasuk lele yang paling diminati
di pasaran lokal rasau jaya.dikata bapak banuri bahwa ikan ini mampung memijahkan 30000
benih untuk 5 kali pemijahan.

a.3 kualitas air


Untuk kualitas air beliau menggunakan air parit yang di filterisasi menggunakan
pompa air,di masukan kedalam bak penampungan dan bak pengendapan untuk menggantikan
air ikan 2 kali 1 sehari.untuk kualitas tidak dapat diketahui kadar-kadar apa saja yang masih
terkandung didalamnya karena tidak memiliki pengukur kualitas air.

a.4 pakan dan pemberian pakan


Pada masalah pakan beliau menggunakan cacing keremi/cacing mini pada kolam
pembenihan,pemberian pakan 3 kali sehari menghabiskan kira-kira 1kg/sehari dan usus ayam
untuk kolam pembesaran dengan durasi yang sama dan menghabiskan kira 2kg/sehari.beliau
juga menggunakan pellet 781 sebagai nutrisi tambahan.

a.5 penanganan hama penyakit


penyakit yang sering menyerang ikan lele beliau dikarenakan pakan-pakan yang
tak habis termakan,serta ada pula karena keterlambatan penggantian air.terkadang beliau
menggunakan tepung PK yang di redam pada ikan yang terserang penyakit.

a.6 Analisa Usaha


Berdasarkan tuturan beliau penghasilan pasca panen apabila tanda
kendala,misalnya 30000 benih di kali Rp.200(sesuai penjualan di rasau jaya)=Rp.6.000.000
berarti dalam 1 bulan beliau mendapatkan hasil Rp.6.000.000 dikurungi 3.000.000 masa
produksi jadi keuntungan bersih 3jutaan dalam waktu 1 bulan.
PEMBAHASAN
b. Hasil
b.1 Bentuk
secara umum kolam yang digunakan kurang lebih sama dengan teori umum yang
ada, beliau menggunakan kolam ukuran 2x3 m dan ukuran 3x6 m dengan teknik kolam terpal
dan kolam tanah dengan bentuk kolam persegi dan persegi panjang.

b.2 komoditi
komoditi yang beliau ambil dari lele phyton berdasar kan keunggulannya,
disamping itu mengapa dia tidak mengambil komoditi lain karena sudah banyak yang
membudidayakan ikan lele selain lele phyton.

b.3 kualitas air


untuk kualitas air teknik yang digunakan dilapangan kurang baik, karena tidak
menjamin kuantitas dan kualitas air serta kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan.
Apabila menggunakan teori umum yang sudah ada kemungkinan keberhasilan panen lebih
besar, karena kualitas air terjamin demi kelangsungan hidup ikan.

b.4 pakan dan pemberian pakan


untuk pemberian pakan, perbedaan antara teori yang ada dengan survei lapangan
yang kami lakukan hanya pada jenis pakan dan pelet nya. Namun rasio pemberian pakan dan
teknik pemberian pakan sama.

b.5 penanganan hama penyakit


dalam penanganan hama dan penyakit yang digunakan dalam pembenihan
tersebut menggunakan obat-obatan yang tradisional. Seharusnya disediakan obat-obatan
modern, supaya dalam penanganan hama penyakit pada ikan tersebut lebih baik.

b.6 Analisa Usaha


menurut kami untuk bagian analisis usaha,sebaiknya penjualan menggunakan
perhitungan penjualan per-ekor,dengan alasan lebih mengguntungkan karena tidak terpaku
pada berat lele,dan sudah memiliki standar penjualan yang sesuai(tergantung pada tempat
penjualan)umumnya di jawa penjualan bibit lele pyton hanya Rp.150-per ekor,sedang
penjualan di rasau jaya Rp.200-per ekor.dimana menurut kami prospeknya lebih baik dari
pada penjualan dengan hitungan per-kilo. Sebagai contoh adalah penjualan bibit di rasau jaya
oleh pak banuri mencapai Rp.6.000.000. untuk masa sekali panen.
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA

A. ASAL MULA USAHA


Pada awalnya tahun 2007 beliau bergerak di pembesaran pada pertengahan 2009
beliau bergerak di pembenihan,karena beliau berpikir supaya tidak membeli benih
lagi karena harus didatangkan dari jawa tengah,yang mana dengan harga cukup mahal
maka beliau memulai usahanya di bidang pembenihan dan pembesaran secara
bersama-sama meski fokus pada pembenihan ikan secara mandiri.
B. PERMODALAN
Permodalan berasal modal sendiri dan berkerja sama dengan rekan lain yang
sudah memiliki usaha pembesaran ikan.mereka bukan hanya saling membantu di
permodalan namun juga pada pengetahuan teknik untuk ikan-ikan yang menjadi
komoditi mereka.
C. TEKNIK YANG DIGUNAKAN
pada usaha Bapak Banuri beliau menggunakan Teknik Alami.dari semua aspek
beliau 80% alami,pemijahan lakukan secara alami menggunakan indukan betina
berdasarkan berat kira 2kg dan untuk jantan berumur 1,5 tahun.
D. KEUNTUNGAN YANG DIDAPAT
keuntungan yang didapat dijawab beliau kurang 6 juta dan keuntungan bersih
beliau sekitar 3jutaan.
E. KENDALA
Kendala beliau adalah penyakit ikan yang mudah menyebar karena berasal dari
pakan yang tidak habis termakan oleh ikan.
F. KEKURANGAN
Kekurangan beliau terletak pada pada sarana dan prasarana terletak pada sarana
dan prasarana yang ada beliau hanya memiliki 7 bak,2 untuk menampung air dan
kolam jaring 6 buah saja.Bantuan pemerintahan selama ini menurut beliau kurang
baik,banyak peralatan yang di berikan mengandung penyakit yang terkadang
menyebabkan hasil panen menurun kualitas maupun kuantitasnya.
KETERANGAN TENTANG DENAH
I. A-D: Bak pemijah(terbuat dari kayu dan terpal).

II. E-F:Bak penampungan&pengendapan air(terbuat dari kayu dan terpal)

III. G-H:Kolam indukan.

IV. I:Gudang penyimpanan pakan dan peralatan.

V. J-K:kolam Pemeliharaan

VI. M:Rumah Pemilik

VII. N-R:Kolam pembesaran

VIII. S:Aliran Parit

IX. T:Jalan perkampungan

X. U:jembatan

Anda mungkin juga menyukai