Anda di halaman 1dari 4

Dr.

Muwardi
● Bunga bangsa, Dr. Muwardi adalah salah satu pahlawan kemerdekaan RI. Dia lahir di
Pati, Jawa Tengah di tahun 1907. Muwardi adalah seorang dokter lulusan dari School
Tot Opleiding Voor Indische Artsen (STOVIA). Dia kemudian melanjutkan pendidikannya
dengan mengambil spesialis di sekolah Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT).

● Muwardi berperan dalam membacakan teks pembukaan UUD 1945 yang dibentuk oleh
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan masuk ke dalam sejarah
pembentukan PPKI. Beliau juga merupakan ketua Barisan Pelopor untuk seluruh Jawa
dan memerintahkan Barisan Pelopor untuk menjaga Lapangan Ikada yang rencananya
akan digunakan sebagai tempat pembacaan teks proklamasi sehari sebelum
pembacaan.

● Dalam organisasi, Muwardi sudah aktif karena dia pernah menjadi Pemimpin Umum
Pandu Kebangsaan (Kepanduan Bangsa Indonesia). Pada saat Proklamasi
Kemerdekaan, dia mempunyai peran penting di dalamnya. Pada tanggal 16 Agustus
1945 dia memerintahkan Barisan Pelopor untuk menjaga Lapangan Ikada (sekarang
Lapangan Monas) yang rencananya akan digunakan sebagai tempat pembacaan teks
proklamasi. Usai proklamasi, Barisan pelopor Istimewa juga dibentuk oleh Dr Muwardi
untuk menjaga rumah dari Presiden dan Wakil Presiden yang juga proklamator
(Soekarno-Hatta).

● Suwardi mengganti nama barisan pelopor menjadi barisan Benteng, ketika pusat
barisan itu pindah ke Solo pada tahun 1964. Sebelum pindah di Solo, dan ketika masih
di Jakarta, dia juga ikut dalam pertempuran melawan Inggris. Suwardi tetap
menjalankan tugasnya sebagai dokter walaupun dia aktif di berbagai organisasi. Lalu
bersama dokter dokter lainnya dia mendirikan sekolah kedokteran di Jebres Solo
kemudian sekolah itu pindah ke Klaten. Untuk menghadapi pemberontakan PKI, beliau
mendirikan Gerakan Rakyat Revolusioner.

● Ketika PKI melakukan aksi brutal mereka pada 11 September 1948 di Madiun, dan Pada
tanggal 13 september tahun 1948 di Solo PKI melakukan serangkaian penculikan dan
pembunuhan. Dr, Muwardi turut menjadi korban kebiadaban PKI tersebut,dia diculik dan
dibunuh pada saat akan pergi menjalankan praktek sebagai dokter di rumah sakit
Jebres.

● Suwardi diberi gelar sebagai pahlawan Kemerdekaan Nasional pada tanggal 04 Agustus
1964, Berdasarkan Surat Keputusan Presiden R.I No.190 Tahun 1964.

Adam Malik
● Adam Malik Batubara atau yang biasa dikenal dengan nama kecil Adam Malik adalah
mantan Menteri Indonesia yang pernah menjabat di beberapa Departemen, antara lain
menjadi Menteri Luar Negeri. Adam Malik juga pernah diangkat menjadi Wakil Presiden
Indonesia yang ketiga. Adam Malik yang lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara pada
tanggal 22 Juli 1917 tersebut merupakan putra ketiga dari sepuluh anak pasangan
Abdul Malik Batubara dan Salamah Lubis. Ayahnya, Abdul Malik, adalah seorang
pedagang kaya di Pematangsiantar.

● Sejak kecil Adam Malik gemar sekali menonton film koboi, membaca, dan fotografi. Dia
menempuh pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS)
Pematangsiantar. Setelah menyelesaikan sekolahnya di HIS, Adam kemudian
melanjutkan di Sekolah Agama Parabek di Bukittinggi. Namun baru satu setengah tahun
berjalan, Adam Malik memutuskan untuk pulang ke kampung dan membantu orang
tuanya berdagang.

● Sejak usianya yang masih belia, semangat Adam Malik dalam memperjuangkan
kemerdekaan negara telah bergelora. Ketika usianya baru menginjak belasan tahun, dia
pernah ditahan polisi dan dihukum dua bulan penjara karena melanggar larangan
berkumpul. Pada usia 17 tahun, Adam Malik telah dipercaya untuk menjadi ketua
Partindo di Pematang Siantar sejak tahun 1934 hingga tahun 1935. Keinginannya untuk
maju dan berbakti kepada bangsa yang semakin besar mendorong Adam Malik untuk
akhirnya pergi merantau ke Jakarta. Di kota inilah, Adam Malik kemudian mulai merintis
karirnya sebagai wartawan dan tokoh pergerakan kebangsaan.

● Adam Malik secara aktif mengikuti beberapa pergerakan nasional antara lain turut andil
dalam pendirian kantor berita Antara di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Kala itu, Adam Malik
kemudian ditunjuk untuk menjadi redaktur merangkap wakil direktur. Selain bekerja
untuk kantor berita Antara, Adam Malik juga menulis artikel untuk beberapa koran salah
satunya yakni koran Pelita Andalas dan majalah Partindo. Pada tahun 1934, dia
dipercaya untuk memimpin Partai Indonesia (Partindo) Pematang Siantar dan Medan
dan pada tahun 1940 dia diangkat menjadi anggota Dewan Pimpinan Gerakan Rakyat
Indonesia (Gerindo) di Jakarta.

● Sejak tahun 1945, Adam Malik menjadi anggota Pimpinan Gerakan Pemuda untuk
persiapan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Bersama rekannya yang lain, Adam Malik
terus bergerilya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Menjelang
kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, dibantu tokoh pemuda yang lain, dia pernah
membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia demi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, dia juga
menggerakkan rakyat berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta.

● Setelah Indonesia merdeka, Adam Malik semakin aktif di beberapa kegiatan organisasi.
Dia menjadi salah satu tokoh pendiri dan anggota Partai Rakyat, pendiri Partai Murba,
serta anggota parlemen. Tidak hanya dalam lingkup nasional, karir Adam Malik secara
internasional juga mulai terbangun. Ini dimulai ketika dirinya diangkat menjadi Duta
Besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk negara Uni Sovyet dan negara Polandia.
Pada tahun 1962, Adam Malik ditunjuk untuk menjadi Ketua Delegasi Republik
Indonesia untuk perundingan Indonesia dengan Belanda mengenai wilayah Irian Barat
di Washington D.C, Amerika Serikat.

● Ketika terjadi pergantian rezim pemerintahan Orde Lama, posisi Adam Malik yang
berseberangan dengan kelompok kiri justru malah menguntungkannya. Pada tahun
1964, Adam Malik dipercaya untuk mengemban tanggung jawab sebagai Ketua
Delegasi Komisi Perdagangan dan Pembangunan di PBB. Pada tahun 1966, karirnya
semakin gemilang ketika dirinya diminta menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri II
(Waperdam II) sekaligus sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia di kabinet
Dwikora II. Setelah sekian lama mengabdikan diri demi bangsa dan negaranya, Adam
Malik Batubara menghembuskan nafas terakhirnya di Bandung pada tanggal 5
September 1984 karena kanker lever.

● Atas jasa-jasanya, Adam Malik dianugerahi berbagai macam penghargaan, di antaranya


adalah Bintang Mahaputera kl. IV pada tahun 1971, Bintang Adhi Perdana kl.II pada
tahun 1973, dan diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1998.

A.R. Baswedan
● AR Baswedan merupakan pejuang kemerdekaan, diplomat, dan sastrawan Indonesia.
Dia lahir di Surabaya, 9 September 1908, dan merupakan peranakan Arab yang kala itu
masuk dan golongan Timur Asing.

● Dia merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan


Indonesia (BPUPKI). Pernah menjabat Wakil Menteri Muda Penerangan RI Kabinet
Sjahrir, Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), anggota
Parlemen, serta anggota Dewan Konstituante.

● A.R. Baswedan merupakan salah satu anggota BPUPKI dan memiliki peran dalam
mendapatkan pengakuan de facto dan de jure bagi eksistensi Indonesia.

● A.R. Baswedan adalah seorang otodidak. Dia mempelajari banyak hal secara mandiri,
terutama kemampuan menulisnya. Tapi, dia mendapatkan dunia jurnalisme terbuka
lebar setelah bertemu wartawan pertama dari keturunan Arab di Hindia Belanda, Salim
Maskati, yang di kemudian hari membantu A.R. Baswedan dengan menjadi Sekretaris
Jenderal PAI. Karena itu, profesi utama dan pertama A.R. Baswedan adalah jurnalis.
Dia memang sempat menjalani kegiatan perniagaan dengan meneruskan usaha toko
orang tuanya di Surabaya. Tapi, dia tak kerasan. Dia tertarik pada dunia jurnalisme.
Soebagio I.N., dalam buku Jagat Wartawan memilih A.R. Baswedan sebagai salah
seorang dari 111 perintis pers nasional yang tangguh dan berdedikasi.

● A.R. Baswedan mengkonsolidasikan kekuatan internal sekaligus membangun


komunikasi dengan pihak luar, yaitu gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia
lainnya, seperti Soekarno, Moh. Hatta, Sutan Sjahrir, dan Moehammad Husni Thamrin.
Pada 21 Mei 1939, PAI turut bergabung dalam Gerakan Politik Indonesia (GAPI) yang
dipimpin Moehammad Husni Thamrin. Dalam GAPI ini partai-partai politik bersepakat
untuk menyatukan diri dalam wadah negara kelak bernama Indonesia. Berkat masuk
dalam GAPI ini, posisi PAI sebagai gerakan politik dan kebangsaan semakin kuat.
Selain masuk dalam GAPI, A.R. Baswedan juga membawa PAI ke dalam lingkaran
gerakan politik kebangsaan yang lebih luas dengan masuk ke dalam Majelis Islam ala
Indonesia (MIAI) pada 1937.

● Pada masa pendudukan Jepang, A.R. Baswedan diangkat sebagai anggota Chuo Sangi
In, semacam Dewan Penasihat Pusat yang dibentuk Penguasa Jepang. Organisasi ini
diketuai langsung oleh Ir. Soekarno.

A.M. Hanafi
● Bapak A.M. Hanafi adalah salah seorang dari kelompok pemuda Menteng 31, yang
dalam 1945 memainkan peran penting dalam hari-hari bersejarah menjelang proklamasi
17 Agustus 1945, dan dalam masa revolusi. Semasa hidupnya, ia terkenal sebagai
kader Bung Karno dan pernah menjadi ketua Partindo, pimpinan Front Nasional, dan
Menteri Pengerahan Tenaga Rakyat. Kepadanya telah dianugerahkan Bintang
Mahaputera dan pangkat tituler Letnan Jenderal TNI.

● Pada tanggal 2 Maret 2004 jam 22.40 ia telah wafat di rumah sakit George Pompidou,
Paris, setelah dirawat sejak sehari sebelumnya, karena pendarahan pencernaan.

● Kalau dilihat dari sudut sejarah dan perjuangan rakyat Indonesia, perhatian atau
penghormatan KBRI di Paris atas wafatnya Bapak A.M. Hanafi ini adalah wajar dan
sudah semestinya atau sepatutnya. Sebagai wakil pemerintah, atau wakil negara,
Dubes RI memang patut memberikan penghormatan kepada arwah seorang pejuang
bersejarah, yang dalam hidupnya pernah memainkan peran penting untuk proklamasi 17
Agustus 1945, bersama-sama dengan tokoh-tokoh pemuda lainnya, seperti Sukarni,
Chaerul Saleh, Wikana, Sidik Kertapati, Aidit, dll.

● Pak Hanafi tidak ada sangkut-pautnya dengan G30S. Karena, ketika peristiwa itu
meletus ia menjabat sebagai Duta Besar RI di Kuba. Tetapi, hanya karena
kedekatannya dengan Bung Karno-lah maka ia kemudian dikucilkan dan disingkirkan
dari jabatannya sebagai Duta Besar. Pak Hanafi kemudian terpaksa meninggalkan Kuba
dan minta suaka politik di Prancis, di mana ia terpaksa tinggal lebih dari 30 tahun,
sampai wafatnya. Pak Hanafi, yang ikut memperjuangkan kelahiran Republik Indonesia,
terpaksa wafat di tanah pengasingan, dan bukan di tanah airnya sendiri yang ia cintai.
Satu hal yang ironis sekali.

Anda mungkin juga menyukai