Anda di halaman 1dari 6

.

Istana Timur

Flashback On

“Xiao Feng” Teriak seorang laki-laki di tepi jurang. Dia menggunakan hanfu coklat
keemasan dengan aksesoris di atas kepalanya,

“Lihat, sungai penghilang ingatan benar-benar ada.” Jawab Sang gadis yang awalnya
menghadap depan tiba tiba berbalik ke arah laki-laki itu. Sang gadis memakai hanfu biru
muda yang sangat cocok dengan kulit putihnya dan mengunakan aksesoris rambut di depan
dahinya. Rambutnya di kepang dari tepi depan samping kanan dan kiri hingga ke belakang.

Sang gadis berdiri di tengah pohon yang tubuh ke samping di tepi jurang. Pohon itu
dikelilingi dengan akar belukar yang berambat dari tepi jurang ke ujung pohon sehingga tidak
roboh. Terdapat kabut yang jelas dan pemandangan yang indah di sekeliling tepi jurang, di
dasar jurang terdapat sungai.

Menurut legenda yang ada di wilayah barat, air dari sungai itu bisa membuat seseorang
melupakan cintanya. Jika seseorang melompat ke dalam sungai itu, maka ia akan melupakan
semua masalah dunia.

“Tidak! Xiao Feng.” Teriak lagi laki-laki itu sambil melangkah maju sedikit dengan tangan
kanan ke depan mencoba membujuk sang gadis agar turun dari pohon tersebut.

“Gu Xiao Wu, aku akan melupakanmu untuk selamanya.” Jawab Sang gadis dengan tatapan
kosong, penuh airmata.

Kemudian Sang gadis melompat, dan terjung ke bawah. Laki-laki yang melihatnya, ikut
melompat terjun ke bawah, , mencoba menggapai sang gadis dengan tanganya, memeluk
pinggang sang gadis, dan tenggelam dalam sungai bersama.

Flashback Off

Seorang gadis umur 17 tahun, menggunakan seragam dan memasukkan satu set gaun
bermotif pantai, topi pantai, dan kacamata hitam ke dalam tas kecilnya. Tak lupa ia
memasukkan parfum serta bedak kesayangannya. Setelah ia selesai, ia langsung keluar
kamarnya dan berangkat ke sekolah tanpa pamit terlebih dulu.

Si gadis tadi menggambil sepedahnya di dalam garasinya dan mulai mengayuh sepedahnya
menuju sekolah. Ia menyapa dan tersenyum pada tetangganya yang sedang melakukan
aktivitas pagi, entah itu joging, menyiram bunga, atau membaca koran di teras.

Jarak antara rumah dan sekolah tidak terlalu jauh, sekitar 15 menit lebih ia sudah sampai di
depan gerbang sekolahnya. Setelah sampai di depan gerbang, ia menuntun sepedahnya,
memasuki sekolahnya, dan memarkirkan sepedahnya.

Setelah itu, ia menuju ke kelasnya. Saat ia sudah di lantai atas, terdengar seseorang
memanggil namanya.
“Xiao Feng” Teriak orang tersebut.

‘Xiao Feng’ nama gadis itu. Ia adalah gadis yang sangat cantik, memiliki mata yang besar
dan indah, terdapat cekungan di pipinya baik kanan dan kiri, rambutnya panjang sebatas
pinggang menambah kesan kalem untuknya.

Xiao Feng merupakan gadis yang yatim piatu. Orang tuanya meninggal sejak ia berumur 14
tahun karena kecelakaan dan menitipkannya kepada sahabat ibunya. Orang tuanya juga
menitipkan perusahaannya kepada anak pertama sahabat ibunya. Walaupun perusahaan yang
dipimpin oleh ayah bukan perusahaan terkenal, namun jika dibandingkan dengan perusahaan
lain bukanlah perusahaan yang buruk.

“Xiao Feng, tunggu aku.” Teriak lagi orang itu.

Xiao Feng pun berhenti dan berbalik badan, menatap orang tersebut. Setelah jarak antara
orang itu dan Xiao Feng sudah dekat, Xiao Feng meneruskan jalannya menuju kelas.

“Heh orang satu ini, dibilangin ‘tunggu’ ya tunggu. Tidak tau apa sahabatnya yang
gantengnya sedunia ini, ngosngosan lari ke atas.” Omel orang tersebut sambil ngosngosan,
jalan di samping Xiao Feng.

“Emang suruh siapa lari-lari dari sana ke sini. Aku tidak menyuruhmu kan.” Jawab Xiao
Feng dengan santai.

Ia melihat sebentar orang itu, didada orang itu terdapat tulisan ‘Jiang Xiao Yu’. Jiang Xiao
Yu atau Xiao Yu adalah sahabat Xiao Feng sejak kecil.

“Oke fine, kamu bukan lagi sahabatku.” Kata Xiao Yu sambil berjalan dengan cepat,
meninggalkan Xiao Feng sendirian di belakang.

Xiao Feng yang melihat sahabatnya merajuk hanya bisa menahan tawanya.

Saat tiba di dalam kelas, Xiao Feng segara duduk di tempatnya yaitu disamping Xiao Yu.
Xiao Yu yang melihat Xiao Feng duduk di sampingnya langsung memalingkan wajahnya
agar tak terlihat oleh Xiao Feng. Namun tak beberapa lama, Xiao Yu langsung menatap
wajah Xiao Feng.

“Xiao Feng, ibu menyuruhku untuk membawamu ke rumah. Katanya ia merindukan putri
kecilnya.” Kata Jiang Xiao Yu

Yap, ibu Xiao Yu adalah ibu angkatnya, sahabat dari ibunya. Waktu ibunya meninggal, ibu
Xiao Yu meminta Xiao Feng untuk tinggal bersamanya, namun Xiao Feng menolak dan
memilih tinggal di rumahnya sendiri.

Ibu sering datang ke rumah Xiao Feng untuk memastikan apakah ia baik saja atau tidak. Ia
juga sering menginap di rumah Xiao Feng bersama dengan Xiao Yu. Ia sangat menyayangi
Xiao Feng sehingga ia memanggilnya putri kecil.
“Xiao Yu jangan panggil aku putri kecil, lihatlah aku sudah dewasa.” Jawab Xiao Feng
sambil menahan amarahnya karena dipanggil putri kecil. Xiao Yu hanya tertawa mengejek
Xiao Feng.

Tak lama kemudian bel masuk sekolah berbunyi. Anak-anak yang awalnya bermain dengan
temannya langsung terdiam dan duduk di tempat masing-masing. Guru pun memasuki kelas
untuk menyampaikan bahwa siswa siswi dapat berganti baju sesuai dengan tema yang sudah
ditentukan terlebih dahulu, kemudian meraka akan makan bersama di kelas agar mempererat
persahabatan antar siswa.

Xiao Feng mengambil baju dan bedak kesayangannya, kemudian pergi menuju kamar mandi.
Setelah beberapa menit, Xiao Feng sudah selesai dan pergi menuju kelasnya. Semua mata
tertuju kepadanya. Walaupun menggunakan gaun sederhana dengan rambut terurai, wajah
terpoles tipis bedak, namun tak dapat melunturkan kecantikannya. Tetapi malah menambah
kesan natural pada gadis itu.

Sesampai di kelas, ia duduk di tempatnya dan menunggu teman-teman sekelasnya selesai.


Setelah semua temannya sudah selesai, ketua kelas membagikan box makanan dan memulai
makan bersama. Suasana saat makan penuh dengan candaan dari teman Xiao Feng membuat
perasaannya hangat.

Selesai makan bersama, semua siswa sekolah harus keluar dan pergi ke lapangan untuk
menonton pertunjukan yang sudah disiapkan. Saat berada di lapangan, terdapat papan
perayaan ‘Ulang Tahun’ untuk sekolahnya agak jauh dari samping panggung. Banyak siswa
yang gunakan papan tersebut sebagai tempat foto untuk dijadikan kenangan.

Xiao Feng merasa curiga melihat papan itu, papan itu sepertinya mau roboh. Saat beberapa
menit, benar dugaan Xiao Feng. Papan itu roboh kedepan saat ada seseorang di bawahnya
sedang berfoto. Xiao Feng langsung berlari dan mondorong orang itu hingga ia terkena papan
tersebut.

Xiao Feng merasakan pening yang sangat hebat dan ada cairan yang mengalir dari pelipisnya.
Penglihatan Xiao Feng tiba-tiba kabur dan akhirnya semua menjadi gelap. Xiao Feng
berusaha membuka matanya namun berat, ia hanya mendengar suara Xiao Yu memanggil-
manggil namanya. Ia juga merasakan bahwa tubuhnya digendong oleh seseorang dan dari
aroma ia sudah mengetahui bahwa itu adalah Xiao Yu. Kesadarannya mulai menurun dan
akhirnya ia terlelap dalam tidurnya.

Dalam tidurnya, Xiao Feng merasa berada di sebuah ruangan putih dan hanya ada dirinya
saja. Xiao Feng mencoba mencari jalan kelaur, tetapi tak menemukannya seakan akan
ruangan ini tak ada ujungnya. Ia merasa bingung dan takut. Namun tiba-tiba terdengar suara
asing yang memanggil seseorang.

“Putri kesembilan. Bangunlah Putri kesembilan.”

‘Siapa Putri kesembilan, kenapa aku merasa tubuhku digoncang-goncang oleh seseorang’
Batin Xiao Feng di tengah kebingungannya.
“Putri kesembilan, Putri kesembilan.” Ucap suara itu lagi.

Kemudian Xiao Feng merasa ada yang aneh dengan ruangan ini. Ruangan ini seakan
bergerak membawanya ke suatu tempat dan...

“Tidak.” Teriak Xiao Feng bangun dari tidurnya.

Xiao Feng merasa aneh karena ruangan ia tempati, terlihat seperti sebuah kamar kerajaan.

“Putri, anda baik-baik saja kan?” Tanya sesosok asing yang duduk dibawah tepi kanan tempat
tidur.

“Kamu siapa? Aku ada dimana?” Tanya Xiao Feng wajah bingung dan menatap sekeliling
kamar yang ia tempati.

“Putri, anda tidak apa apa kan? Kenapa putri lupa kepada saya? Saya A’Du. Pelayan pribadi
putri.” Jawab sosok asing tersebut dengan wajah khawatir.

“A’Du... Putri...? Apa yang kau maksud?” Ucap Xiao Feng yang terheran heran dengan
kondisi tempat ia bangun.

“Anda adalah putri dari raja Xizhou, kerajaan ini. Apakah anda lupa?” Jawab sosok asing
yang mengaku bernama A’Du.

“Apa yang kau bicarakan? Aku bukan putri kerajaan. Aku Xiao Feng, Qu Xiao Feng.” Kata
Xiao Feng menjelaskan.

“Iya, anda bernama Qu Xiao Feng. Putri kerajaan ini.” Jelas A’Du.

Xiao Feng tak percaya dengan ini. Apakah ia telah berteleportasi ke masa lampau, masa
kerajaan di Tiongkok.

“Putri, anda dipanggil oleh Yang Mulia Raja.” Kata A’Du yang membuyarkan semua
kebingungannya.

“Raja...? Ayahku...?” Tanya Xiao Feng.

“Iya, ayah anda putri.” Jawab A’Du sambil mengambi hanfu yang sudah disiapkannya.

Xiao Feng yang bingung dengan semua ini hanya bisa diam saat A’Du memakaikan hanfu itu
pada dirinya.

Dalam hitungan menit Xiao Feng sudah seperti seorang putri. Dengan hanfu merah megah
dan rambutnya yang panjang dikepang dari samping kanan dan kiri hingga ke belakang,
ditambah dengan aksesoris manik-manik menjuntai menghiasi keningnya. Selendang dengan
corak senada tersampir di pundaknya.

Setelah selesai, A’Du menuntun dan menemaniku menuju ke ruangan yang sebenarnya tak ia
mengerti. Dalam perjalanannya, banyak prajurit yang memberikan hormat dan memanggilnya
‘Putri kesembilan’.
“Putri, Yang mulia raja telah menunggu putri di dalam. Putri silakan masuk.” Kata A’Du saat
berada di dekat pintu megah serta membenarkan pakaian Xiao Feng yang agak berantakan.

Xiao Feng menganggukan kepalanya dan berjalan menuju pintu tersebut. Dengan perasaan
kacau dan takut ia melangkah lebih jauh lagi. Semakin dekat dengan pintu tersebut, semakin
besar rasa takut yang ia alami.

Saat Xiao Feng sudah sampai di depan pintu, ia sangat terkejut dan tak percaya. Semakin ia
mendekati sosok yang duduk di singgahsananya, semakin ia familiar dengan sosok itu.
Setelah tinggal beberapa langkah dari sosok itu, Xiao Feng langsung berlari kearahnya dan
memeluk serta menangis di pundaknya.

“Ayah, Xiao Feng sangat merindukanmu. Xiao Feng sangat mencintaimu. Xiao Feng tidak
bermimpi kan? Ini benar-benarkamu kan, ayah Xiao Feng.” Kata Xiao Feng di tengah-tengah
tangisannya.

“Iya putri kecilku. Ini ayah, ayah Xiao Feng.” Jawab sosok itu sambil membelai rambut Xiao
Feng yang tak lain adalah ayah Xiao Feng, raja kerajaan ini.

Xiao Feng yang mendengar perkataan ayahnya semakin mengeratkan pelukannya, seakan tak
mau dipisahkan lagi. Tangisan semakin terdengar keras sehingga seorah wanita dengan
pakaian yang elegan dan aksesoris manik manik menutupi seluruh bagian atas kepalanya
mendatanginya.

“Xiao Feng.” Ucap lembut wanita itu.

Xiao Feng pun menoleh ke sumber suara. Saat ia menatap wajah yang tak asing lagi
banginya, ia berlari dan memeluk wanita itu. Tangisan tumpah dari mulut Xiao Feng di
pelukan wanita itu. Melihat hal itu, wanita itu membalas pelukan yang diberikan Xiao Feng.

“Putri keciku, kenapa kau menangis? Kenapa kau sedih? Apakah kau bermimpi buruk?”
Tanya wanita itu dengan memelih rambut Xiao Feng lembut.

Xiao Feng pun melepaskan pelukan, air mata terus mengalir dari kelopak mata yang indah.

“Ibu, Xiao Feng tak percaya bisa bertemu lagi denganmu. Xiao Feng tak mau lagi berpisah
dari ibu, Xiao Feng sayang ibu.” Ucap Xiao Feng. Bahagia, sedih, bingung dan terkejut
menjadi satu membuat sebuah perasaan yang tak bisa ia ucapkan.

“Gadis bodoh, bagaimana ibu akan meninggalkan Xiao Feng. Xiao Feng adalah putri ibu.”
Hibur wanita itu sambil menghapus air mata Xiao feng dengan ibu jarinya. Ia membawa
kembali Xiao Feng kepelukannya.

“Putri kecilku, istirahatlah dulu. Nanti ibu akan ke kamarmu.” Ucap wanita itu.

Xiao Feng pun mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan.


A’Du yang menunggu Xiao Feng di luar pintu, menghampiri Xiao Feng dan menuntunnya ke
kamarnya. A’Du khawatir tentang keadaan Xiao Feng setelah ia mendengar tangisan Xiao
Feng dari luar.

Anda mungkin juga menyukai