Anda di halaman 1dari 2

Pada suatu masa di kerajaan Daha dipimpin oleh Raja Airlangga hidup seorang janda yang

sangat bengis bernama Calonarang. Ia tinggal di desa girah yang merupakan penganut
sebuah aliran hitam yakni kepercayaan sesat yang selalu mengumbar kejahatan. Calon
Arang mempunyai seorang putri bernama Ratna Manggali karena telah Cukup dewasa
Arang memiliki seorang putri bernama Ratna Manggali yang cukup dewasa dan Calon
Arang tidak ingin rata menggali tidak mendapatkan jodoh ia memaksa beberapa pemuda
yang tampan untuk menjadi menantunya. Namun karena sifatnya yang bengis tak seorang
pemuda pun yang mau memperistri Ratna Manggali hal ini membuat marah Calonarang dan
berniat membuat resah warga desa girah.

“kerahkan anak buahmu cari semua anak gadis hari ini juga sebelum matahari terbenam
anak gadis itu harus dibawa ke Candi Durga”
Calonarang memerintahkan kerakah seorang anak buahnya dan mengerahkan cantik-
cantik Calonarang untuk mencari seorang anak gadis sebelum matahari terbit anak gadis
yang malang itu sudah berada di Candi Durga dan dijadikan tumbal untuk dipersembahkan
kepada Betari Durga Dewi Angkara Murka. kutukan Calon Arang menjadi kenyataan

“banjir banjir Sungai Brantas banjir”


siapapun yang terkena percikkan air Sungai Brantas pasti akan menderita sakit dan
menemui ajalnya tidak ada obat yang dapat menanggulangi wabah penyakit aneh ini

Di kerajaan pun terdengar berita banjir ini

“apa yang menyebabkan rakyat di sajira mengalami wabah dan bencana?”

Prabu Erlangga bertanya kepada Paman Pati dan setelah mendengar laporan Paman Pati
Prabu Airlangga marah besar dan segera menyuruh prajuritnya berangkat ke desa giral
untuk menangkap Calonarang. Prajurit kerajaan Daha sampai di desa kediaman Calonarang
belum sempat melepaskan lelah para prajurit dikejutkan oleh ledakan gas di antara mereka
tidak sedikit prajurit darah yang tiba-tiba menggelepar di tanah tanpa sebab
yang pasti korban prajurit jahat terus berjatuhan karena musuh mereka mampu merobohkan
lawannya dari jarak jauh walaupun tanpa senjata

“Serang Serang terus”


seru para cantrik pasukan dan lari pontang-panting menyelamatkan diri

DIlakukanlah usul Mpu bharada dalam musyawarah kerajaan


“untuk mengalahkan Calonarang kita harus menggunakan kasih sayang. kekesalan
Calonarang disebabkan belum ada seorang pun yang bersedia menikahi Putri tunggalnya”

Mpu barada meminta Empu bahula yang masih perjaka agar membantu dengan tulus
mengalahkan Calonarang dengan bersedia meminang Ratna Manggali dan akhirnya
rombongan Empu bahula berangkat ke desa Gira untuk meminang menggali

“ hehehe aku sangat senang mempunyai menantu seorang Mpu yang rupawan”

diadakanlah pesta pernikahan besar-besaran selama 7 hari 7 malam nama dan Empu
bahula dan Ratna juga sangat bahagia
di suatu hari yang berubah ulah bertanya kepada istrinya
“ Adinda Manggali Apa yang menyebabkan nyai Calonarang begitu Sakti”
“Kakanda, kesaktian Ibu terletak pada kitab sihirnya dengan buku itu tu ibu dapat memanggil
Betari Durga namun kitab sirr itu tidak lepas dari tangan ibu bahkan saat tidur kitab sihir itu
pun digunakan sebagai alas kepalanya”

Mpu bahula segera mengatur siasat mencuri kitab sihir tepat tengah malam barulah
menyelinap memasuki tempat peraduan Calonarang dan Mpu bahula berhasil mencuri kitab
sihir Calonarang dan langsung diserahkan ke empu barada setelah itu empu bahula dan
istrinya segera mengungsi

Calonarang sangat marah ketika mengetahui kitab sisirnya sudah tidak ada lagi. Sementara
itu Mpu barada mempelajari kitab sihir dengan tekun. Setelah siap Empu barada menantang
Calonarang. Sewaktu menghadapi bubar ada kedua belah pihak tangan Calonarang
menyemburkan jilatan api begitu juga matanya.Empu barada menghadapi dengan tenang ia
segera membaca sebuah mantra yang mengembalikan jilatan dan semburan api ke tubuh
Calonarang. Karena kitab suci sudah tidak ada padanya tubuh Calonarang hancur menjadi
debu yang tertiup kencang menuju ke selatan. Sejak itu Desa girah menjadi aman tentram
seperti sedia kala.

Anda mungkin juga menyukai