Anda di halaman 1dari 14

Ghazwul Fikri dalam Study Islam

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Sosiologi Komunikasi

Dosen Pengampu :

Twediana Budi Hapsari, Ph.D

Disusun oleh:

Ahmad Malindo Noor (20190710024)

Anggun Lulu Zahra Wahyuni (20190710044)

Dimas Rizky Saputra (20190710091)

Abdul Alim M usyafa (20190710108)

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan hidayah-Nyalah
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Sosiologi Komunikasi. Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempuranaan
pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang memberikan bantuan dalam
pembuatan makalah ini dan semoga diberikan imbalan yang setimpal oleh Allah SWT.
Semoga makalah ini dapat berguna di masa depan khususnya untuk para pembaca dan para
pengamat materi kami.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 18 November 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
i. Latar Belakang Masalah .............................................................................................................. 4
ii. Rumusan Masalah : .................................................................................................................. 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5
A. Definisi Ghazwul Fikri.......................................................................................................... 5
B. Sejarah Ghazwul Fikri ......................................................................................................... 5
C. Metode Ghazwul Fikri .......................................................................................................... 6
D. Sarana Ghazwul Fikri .......................................................................................................... 6
E. Tujuan Ghazwul Fikri .......................................................................................................... 8
F. Gambaran Umum Ghazwul Fikri Pendidikan ................................................................... 9
G. Analisis Metode Ghazwul Fikri dalam Pendidikan Islam ........................................... 10
BAB III................................................................................................................................................. 11
PENUTUP............................................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan .................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSAKA ............................................................................................................................ 12
BAB I

PENDAHULUAN

i. Latar Belakang Masalah

Akhir-akhir ini pembicaraan tentang ghazwul fikri yang mengancam umat Islam cukup ramai.
Di mana cara ini digunakan oleh musuhnya sesuai dengan perkembangan zaman. Menurut
mereka, invansi menggunakan kekuatan militer dan menduduki wilayah Islam, banyak
menimbulkan kerugian dibandingkan dengan hasil yang dicapai. Invansi militer seperti itu akan
menghidupkan rasa persatuan umat Islam dan membangkitkan ruh jihad mereka untuk
menggapai kemerdekaan dan kebebasan. Berdasarkan ini, terjadi perubahan strategi dalam
memerangi umat Islam, mereka mengesampingkan penjajahan militer dan pendudukan
wilayah, atau yang dikenal dengan nama ‘ghazwul fikr, terutama pada bidang pendidikan,
karna perang yang dilancarkan ini seribu kali lebih berbahaya dari penjajahan militer dan
politik yang pernah terjadi di masa lalu. Sebab penjajahan militer akan berakhir dengan
penarikan mundur tentara, namun penjajahan pemikiran dari segi pendidikan akan tetap
bercokol selama mereka yang dijajah masih hidup.

ii. Rumusan Masalah :

1. Apa yang dimaksud dengan Ghazwul Fiki?


2. Apa yang melatar-blakangi Ghazwul fikri?
3. Gambaran umum kasus Ghazwul fikri pendidikan Islam?
4. Bagaimana analisis metode Ghazwul Fikri pendidikan islam?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ghazwul Fikri

Secara Bahasa Ghazwul berasal dari kata Ghozwah yang berarti peperangan,
sedangkan Fikri dari kata Fikr yang berarti pemikiran. Jadi Gahzwul Fikri dalam segi
Bahasa bisa diartikan sebagai perang pemikiran.

Pengertian dalam istilah, Ghazwul Fikri bisa diartikan sebagai penyerangan yang
lebih menggunakan otak sebagai senjata utamanya, pemikiran umat muslim kea rah
yang buruk dan hal-hal yang tidak islami. Dalam arti luas Ghazwul fikri adalah cara
atau bentuk penyerangan yang senjatanya berupa pikiran, tulisan, ide-ide, teori,
argumentasi dan propaganda.

B. Sejarah Ghazwul Fikri

Ghazwul fikri atau perang pemikiran ini sudah ada sejak lama, bahkan sudah ada
sebelum manusia diturunkan ke muka bumi ini. Ghazwul Fikri sendiri sudah
dilakukan sejak adanya manusia pertama, yaitu Adam As. Mahluk yang melakukan
Ghazwul Fikri tidak lain adalah iblis, Ketika dia berkata kepada adam as.

“sesungguhnya Allah melarang kalian memakan buah ini supaya kalian berdua tidak
menjadi malaikat dan tidak dapat hidup abadi (dalam surga)” (QS. Al-A’raf:20)

Iblis dengan strategi dan pemikiran busuknya dapat mengemas dan menyimpangkan
makna perinta Allah tentang mendekati / memakan buah khuldi, yaitu dengan
menambahkan alasan pelarangan Allah yang dibuat oleh iblis sendiri. dan iblis tahu
bahwa Adam tidak punya pengetahuan tentang sebab tersebut. Dan pada akhirnya
iblis berhasil menjerumuskan Adam.

Dan pada zaman sekarang, murid-murid iblis selalu berusaha melakukan Ghazwul
Fikri dengan menyimpangkan fakta dan informasi yang ada sesuai dengan maksud
jahatnya. Serta merlakukannya dengan cara yang sangat halus dan begitu licin. Dan
beberapa orang akan mudah terjerumus ke godaan setan. Dan hanya orang-orang yang
dirahmati Allah SWT yang mampu mengetahuinya.

C. Metode Ghazwul Fikri

1. Tasyik

Menimbulkan keraguan-keraguan dan pendakalan dalam jiwa umat muslim terhadap


islam. Sasarannya Al-Qur’an dan al-hadits, dimana teori bohong tentang isi Al-Qur’an dan Al-
Hadits disebarkan untuk membuat umat muslim bingung dan pusing sendiri dan akhirnya ragu-
ragu dengan kitabnya sendiri.

2. Tasywih

Upaya orang kafir untuk menghilangkan kebanggan umat terhadap islam dengan
menggambarkan islam secara buruk. Seperti teroris yang mendasari dari agama islam.

3. Tadzwib

Pelarutan, campur aduk antara pemikiran dan budaya islam dengan pemikiran dan
budaya jahiliyah. Tujuannya jelas yaitu agar tidak ada lagi jarak pemikiran dan budaya islam
dengan pemikiran dan budaya yang tak pantas, sehingga umat muslim tidak bisa membedakan
mana pemikiran dan budaya islam dan mana yang bukan.

4. Taghrib

Mendorong umat muslim unruk menyenangi dan menerima pemikran, kebudayaan dan gaya
hidup orang0orang barat. Berusaha untuk menghapuskan nilai-nilai barat yang menyimpang.

D. Sarana Ghazwul Fikri

Dalam ghazwul fikri yang diserang merupakan bidang-bidang yang begitu vital bagi
umat muslim, sarana-sarana umum yang secara tak sadar telah mencuci otak para
umat muslim akan tidak pentingnya agama islam itu dan perlahan mulai menjatuhkan
islam. Dan berikut sarana Ghazwul Fikri :
1. Pendidikan

Pendidikan adalah hal yang penting pada penentuan bangsa. Oleh sebab itu, Pendidikan
menjadi target utama dari ghazwul fikri. Contoh praktek ghazwul fikri yang telah
dilakukan pada bidang Pendidikan adalah mengurangi, bahkan meniadakan Pendidikan
agama di sekolah atau media belajar lainnya. Dan terkadang lebih mementingkan
pelajaran matematika dan sains dan menghilangkan ajaran agama yang ada pada
matematika atau sains.

Dan juga pada Pendidikan ilmu-ilmu alam, ghazwul fikri terbesar adalah dengan
dilakukan sekularisasi (perubahan) anatara ilmu pengetahuan dengan ilmu agama.
Bahaya lainnya adalah penisbatan teori-teori ilmu pengetahuan kepada para ilmuan
tanpa mnegembalikannya kepada sang pemberi dan pemilik ilmu (Allah), sehingga
mengakibatkan kekaguman dan punjian hanya berhenti pada diri para ilmuwan dan
tidak bermuara kepada Allah SWT.

2. Sejarah
Sejarah adalah cerita masa lalu tokoh-tokoh yang dapat menginspirasi dan memberi
pelajaran bagi kita. Tapi apa jadinya jika sejarah diubah jalan ceritanya dan hanya
bercerita tokoh-tokoh kafir? Ghazwul Fikri disini berusaha menyembunyikan sejarah
dari tokoh-tokoh islam yang memiliki cerita yang hebat dan hanya menampilkan tokoh-
tokoh kafir.

3. Ekonomi
Dalam dunia ekonomi ada sebuah motto yang mengatakan “mencari untung sebesar-
besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya”. Terkadang motto tersebut diambil
terlalu dalam tanpa adanya penhyaringan sehingga tidak lagi memperhatikan halal atau
haramnya pendapatam dari sisi ekonomi.

4. Hukum
Ghazwul Fikri pada aspek hukum adalah penggunaan acuan hukum warisan colonial
yang masih dipertahankan sebagai hukum yang berlaku dan penghapusan hukum Allah
SWT dan Rasul-Nya.

5. Media massa
Media massa adalah aspek yang paling banyak Ghazwul Fikri. Contohnya, media
telivisi, dimana sekarang banyak acara-acara yang tidak mendidik, tak bermanfaat dan
merusak. Dan anak muda jaman sekarang lebih memilih menonton acar yang tak
bermanfaat dan tak mendidik tersebut daripada acara dakwah yang sebenarnya dapat
memberikan manfaat yang lebih baik.

Adapun proses kejadian manusia juga sangat jelas disebutkan di dalam Al-Qur’an.
Sebagaimana firman Allah (Nadia,2005 : 77)

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur
(antara benih lelaki dengan perempuan) yang kami hendak mengujinya (dengan
perintah dan larangan) karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat.
Sesungguhnya Kami telah menunjukkannya jalan yang lurus , ada yang bersyukur dan
ada pula yang kafir (Q.S Al- Insan: 2 -3).”

Sebagaimana ayat di atas Al- Qur’an menyebutkan bahwa dengan segala kehendak-
Nya manusia diciptakan dengan sempurna dan tidak sempurna, dalam hal ini baik
secara fisik maupun non fisik. Sempurna dalam arti lahir secara normal yaitu jelas
identitas kelaminnya dengan sempurna tanpa cacat. Demikian pula sebaliknya, manusia
diciptakan secara tidak sempurna yang berarti cacat baik secara jasmani, rohani, atau
kedua- duanya ataupun sukar dibedakan identitasnya. Problem waria disisi agama dapat
dilihat secara jelas dalam kitab-kitab fikih klasik, karena selama ini sumber otoritas
yang bisa dibilang cukup untuk mewakili dan rinci dalam membahas persoalan waria
adalah fikih. Dari sisi fikih nampaknya waria dapat diterima sebagai realitas sosial
sehingga sama sekali tidak ada pengikaran atas keberadaan mereka (Nadia,2005 : 80).

E. Tujuan Ghazwul Fikri

1. Agar umar muslim dibuat miring pikirannya dan dibuat lebih mengikuti pemikiran
orang barat, seperti kutipan ayat berikut.
2. Kemudian secara halus umat muslim dipaksa untuk mengikuti Sebagian dari gaya,
perilaku dan pola pikir orang barat.
3. Pada tahap selanjutnya diharapkan kaum muslim beriman pada sebagian ayat-ayat
Al-
Qur’an dan Al-Hadits, tetapi kafir terhadap sebagian yang lainnya. Seperti kutipan
surah berikut Kemudian kamu (bani israil) membunuh dirimu (saudaramu
sebangsa) dan mengusir segolongan dari pada kamu dari kampong halaman. Kamu
bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan tetapi
jika mereka dating kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka. Padahal
mengusir itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman pada sebagian Al
Kitab(taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang
yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia,
dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat, Allah
tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.(Q.S.Al-Baqarah:85).
4. Membuat generasi kaum muslimin mengikuti syahwat dan meninggalkan sholat
sebagaimana kutipan surah berikut. “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti
(yang jelek) yang menyiakan-menyiakan sholat dan memperurutkan hawa nafsu,
maka mereka akan menemui kesesatan”. (QS. Maryam : 59)
5. Memurtadkan umat muslim. Seperti kutipan surah berikut.
“mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat)
mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka
sanggup. Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati
dalam kekafiran, maka mereka itulah sia-sia amalannya di dunia dan akhirat, dan
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.” (QS. Al-baqarah : 217).

F. Gambaran Umum Ghazwul Fikri Pendidikan

Dalam Islam, bahwa belajar itu memiliki dimensi tauhid, yaitu dimensi dialektika
horizontal dan ketundukan vertikal. Dalam dimensi dialektika horizontal, belajar
dalam Islam tak berbeda dengan belajar pada umumnya, yang tak terpisahkan dengan
pengembangan sains dan teknologi (menggali, memahami dan mengembangkan ayat-
ayat Allah). Pengembangan dan pendekatan-Nya secara lebih dalam dan dekat,
sebagai rab al-alamin. Dalam kaitan inilah, lalu pendidikan hati (qalb) sangat dituntut
agar membawa manfaat yang besar bagi umat manusia dan juga lingkungannya,
bukan kerusakan dan kezaliman, dan ini merupakan perwujudan dari ketundukan.

Pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan Barat yang sekuralistik, yang


meletakkan sanksi moral terletak pada susunan dunia moral itu sendiri, sementara
dalam Islam sanksi moral terletak pada siksa Tuhan di kelak kemudian, demikian pula
balasan kebaikannya. Dengan demikian konsep pendidikan dan belajar dalam Islam
bercorak transendental dan teosentris yang menempatkan manusia pada posisi yang
seimbang dan serasi.

Dalam Islam, strategi pengembangan ilmu juga harus didasarkan pada perbaikan dan
kelangsungan hidup manusia untuk tetap memegang amanah besar dari Allah SWT.
Oleh sebab itu ilmu harus selalu berada dalam kontrol iman. Ilmu dan iman menjadi
bagian integral dalam diri seseorang, sehingga dengan demikian yang terjadi adalah
ilmu amaliah yang berada dalam jiwa yang imaniah. Dengan begitu, teknologi, yang
lahir dari ilmu, akan menjadi barang yang bermanfaat bagi umat manusia di sepanjang
masa. Dan inilah yang mesti menjadi tanggung jawab umat Islam.
Intinya adalah pendidikan dan belajar dalam Islam bertujuan untuk mengembangkan
ilmu dan mengabdi hanya kepada Allah SWT.

G. Analisis Metode Ghazwul Fikri dalam Pendidikan Islam

a. Tasykik
Tasykik ialah Gerakan menciptakan keraguraguan kaum muslim dalam beragama.
Contoh dalam bidang Pendidikan, mampu menciptakan pandangan orang terhadap
ilmu agama tidaklah penting dan lebih mementingkan ilmu ilmu sosial dan ilmu ilmu
terapan selain agama, orang yang mempelajari alquran akan kalah bersaing sama
ilmuan yang menemukan penemuan yang berguna bagi masa depan.
b. Tasywih
Tasywih ialah usaha menghilangkan kebanggan kaum muslimin terhadap agamanya.
Contoh kasus dalam dunia Pendidikan ialah Lebih diperkenalkan tokoh tokoh ilmuan
penemu seperti Albert Einstein, Thomas Alfa Edison, dan imuan terkenal lainnya,
daripada mengenalkan sosok sosok tokoh umat islam yang berjasa bagi perbuhan dunia
seperti Ibnu Sina yang ilmunya dalam bidang kesehatan berjasa bagi dunia kedokteran
sampai saat ini.
c. Tadzwib
Tadzwib ialah pelarutan budaya dan pemikiran yang bertujuan untuk menjauhkan dari
budaya dan tatakrama. Contoh Tadzwib dalam dunia pendidikan ialah hilangnya
budaya hormat kepada guru seperti menundukkan pandangan jika bertemu dengan
guru, diikuti kata sapaan permisi, dan budaya berkata kata yang lembut serta
menghargai keputusan guru. Perubahan tersebut dialamai karena zaman semakin
modern dan dampak globalisasi yang cenderung melupakan adat istiadat dan norma
norma dalam dunia pendidikan.
d. Taghrib
Gerakan yang mendorong kaum muslimin agar mampu menerima pemikiran barat.
Salah satu contohnya dalam dunia pendidikan ialah segala sesuatu didunia ini memiliki
kebebasan, yaitu kebebasan dalam hal apapun, termasuk cara berfikir dalam konteks
pendidikan, yang dimaksud berfikir ialah segala sesuatu ilmu ilmu modern sekarang
berasal dari barat salah satu contohnya teknologi yang dinikmati sekarang ini. Padahal
ilmu ilmu teknologi tidak serta merta berasalah dari barat akan tetapi banyak bantuan
kaum muslimin yang membantu dalam project tersebut.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ghazwul fikri dalam pandangan Abdul Shabur Marzuq merupakan cara atau
bentuk penyerangan yang senjatanya berupa pemikiran, tulisan, ide-ide, teori,
argumentasi, propaganda, dialog dan perdebatan yang menegangkan serta upaya
lain pengganti perang fisik atau merupakan perang non konvensional, baik cara,
sarana, alat, tentara, target maupun sasarannya. Namun demikian ghazwul fikri
tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian integral (yang tak terpisahkan) dari
metode perang (uslub qital) yang bertujuan untuk memalingkan kaum muslimin
dari agamanya, atau jika tidak tercapai, setidaknya mendangkalkan keagamaan
seseorang atau masyarakat. Ia bukan merupakan tahapan peperangan, akan tetapi
sebagai pelengkap dan peyempurna, alternatif dan pelipatgandaan cara
peperangan dan penyerbuan orang-orang kafir terhadap Islam dan umatnya.
Oleh karena itu kemunculan ghazw fikrī sebagai sebuah fenomena baru untuk
menciptakan hegemoni Barat yang dijiwai oleh nilai-nilai Kristiani, walaupun Barat juga
sangat terpengaruh oleh Yahudi dan bahkan berada dalam cengkeram mereka, adalah
dilator belakangi oleh kekalahan Barat dalam Perang Salib.

Upaya menangkal ghazwul fikri terhadap musuh-musuh Islam ini pada


dasarnya tidak akan berjalan dengan baik dan solid jika tidak ada pembinaan yang
berkelanjutan terhadap uamat Islam itu sendiri (Tarbiyah Islamiyah yang
kontinyu). Hal ini dikarenakan serangan-serangan penetang Islam akan datang
kapan saja pada saat umat Islam lengah. Invansi pemikiran ini dalam sosial politik,
seperti masalah kenegaran, isu-isu demokrasi, kebebasan dan lain sebagainya.
Sementara dampak dari invasi pemikiran ini dapat dengan jelas terbaca dari
fenomena-fenomena yang ada, yang dalam Istilah Abdul Shabur Marzuq adalah
dari adanya upaya mencegah ruh Islam tersebar ke pelosok dunia, dan
mengancurkan Islam dari dalam; menyebar perbedaan pendapat tentang akidah,
merusak kesucian kesucian akidah dan membenamkannya ke dalam keraguan,
menciptakan kefanikan, menyuguhkan berbagai teori dan ide yang berlawanan
dengan agama, membantu dan membentuk berbagai pergerakan yang menentang
Islam, dan berperananya freemonsonry, menimbulkan keraguan tentang efisiensi
berbagai prinsip, merusak kultur al- Qur’an, merusak keluarga, dan terakhir
merusak pendidikan Islam.

DAFTAR PUSAKA

Abdullah, Amin, ‘Bedakan Antara Agama dan Pemikiran Keagamaan’ dalam


http://islamlib.com./id/page.php?page=article&id=651., diakses pada
tanggal 26 Agustus 2007. Franklin Foer, ‘Moral Hazard in the New
Republic Magazine’, dalam http://www.scholarofthehouse.org., diakses
pada tanggal 26 Agustus 2007.

Adonis, Arkeologi Sejarah Pemikiran Arab-Islam, Terj. Khairon Nahdiyyin


Yogyakarta: LKIS, 2007

Ahmed, Akbar S, Posmodernisme: Bahasa dan Harapan Bagi Islam terj. M.


Sirozi, Bandung: Mizan, 1993
Ali-Fauzi, Ihsan ‘Wahhabisme sebagai Islam Puritan’,
http://www.scholarofthehouse.org/abdrabelfad.html., diakses pada
tanggal 26 Maret 2015. hlm. 1-2.

Alwani, Thaha Jabir al-, Krisis Pemikiran Modern; Diagnosis dan Resep
Pengobatan, Jakarta:LKPSI, 1989

Ansori, Bahron, “Ghazwul Fikri dan Kelompok Penebar Permusuhan”, dalam


Makalah yang disampaikan dalam Seminar Mengembalikan Islam
kepada Ajaran Tauhid yang dilaksanakan di Semarang 12-15 Februari
2012.

Asasuddin, Umar, Peranan Cendekiawan dalam Perjuangan Kemerdekaan


Palestina: Pendekatan Sejarah dalam Palestina: Solidaritas Islam Dan
Tata Politik Dunia Baru, Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992

Assyaukanie, A. Luthfi, “Tipologi dan Wacana Pemikiran Arab Kontemporer”,


dalam http:media.isnet.org

Athiyat, Ahmad, Jalan Baru Islam ; Studi tentang Transformasi dan


Kebangkitan Umat, terj Dede Koswara, (Bogor : Pustaka Thariqul
Izzah, 2004

Avineri, Shlomo, The Making of Modern Zionisme, Basic Books, 1981

Bakkār, Abd al-Karīm, Nahwa Fahm A‘maq li al-Wāqi‘ al-Islāmī, Riyad: Dār al-
Muslim, 1415 H

Bashori, Lutfi, Musuh Besar Umat Islam. (Jakarta: Lembaga Penelitian dan
Pengkajian Islam (LPPI), 2006

Black, Anthony, Pemikiran Politik Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini, terj.
Abdullah Ali et.al., Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006

Anda mungkin juga menyukai