Anda di halaman 1dari 6

POLITEKNIK KESEHATAN No.

Dokumen : IK
KEMENKES SURABAYA
Jurusan Keperawatan
INSTRUKSI KERJA No.Revisi:00.11
Pelaksanaan Bimbingan Tanggal: 17-04-
KDM:Membantu Klien Berjalan dengan 2015
Alat
Halaman: 1/5
Petugas:Pembimbig
UNIT:Layanan laboraturium lab. KDM
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan bimbingan praktek laboraturium kebtuhan dasar
manusia(KDM) agar proses bimbingan berjalan secara terstruktur sesuai standart
khususnya dalam membantu klien berjalan dengan alat.
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan dalam membantu klien berjalan dengan alat, sebelum mahasiswa
mendapatkan pengalaman nyata di lapangan, wajib melaksanakan keterampilan ini
secara individu di laboraturium kebutuhan dasar manusia dengan bimbingan dari
pembimbing laboraturium KDM.
3. Uraian Umum
3.1.Alat Bantu Jalan/Mobilisasi Post Orif
Alat bantu jalan dan mobilisasi yaitu alat yang di gunakan untuk membantu
klien supaya dapat berjalan dan bergerak. Sebuah alat yang di gunakan untuk
memudahkan klien berjalan agar menurunkan ketergantungan pada orang lain.
4. Petugas
Pembimbing laboraturium KDM

5. Alat
a. Bantal
b. Guling
c. Kursi Roda
d. Walker kruk
e. Kruk
6. Instruksi Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
2. Cuci tangan
3. Gunakan APD
4. Macam macam posisi :
a. Posisi sim’s (semiprone)
Merupakan gabungan posisi miring dan prone (tengkurap).
1. Tempatkan kepala datar di tempat tidur
2. Tempatkan pasien dalam posisi telentang
3. Tempatkan bantal di samping pasien
4. Atur posisi pasien, posisikan lengan bawah di belakang pasien dan lengan atas
fleksi pada bahu dan siku, kedua kaki fleksi ke depan,tungkai atas lebih fleksi
pada panggul dan lutut dibandingkan tungkai yang satunya.
5. Posisikan pasien dalam posisi miring.
6. Tempatkan lengan atas yang di fleksikan pada bahu dan siku ke atas bantal.
7. Observasi posisi sejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik potensi
tekanan.
8. Cuci tangan
9. Catat tindakan dan respon pasien.
b. Posisi Semi Flowler (setengah duduk)
1. Atur posisi pasien setengah duduk
2. Atur posisi pasien dengan menaikkan kepala dan badan 30-45 derajat (pada
pasien yang mengalami gangguan pernafasan)
3. Susun bantal sesuai kebutuhan.
4. Pasien di baringkan kembali.
5. Observasi posisi sejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik potensi
tekanan.
6. Cuci tangan
c. Posisi Flowler
1. Atur posisi pasien dengan menaikkan kepala dan badan 45-90 sesuai
kebutuhan.
2. Atur posisi klien dengan posisi berbaring dengan menaikkan kepala 80-90
derajat. Posisi ini dapat memperbaiki curah jantung, ventilasi dan eliminasi
urine. Sudut ketingggian kepala dan lutut dipengaruhi oleh penyakitnya.
penyokong harus menjadikan pinggul maupun lutut fleksi dan tepatnya
kesejajaran garis verbal servikal torakal dan lumbal yang normal.
3. Susun bantal sesuai kebutuhan.
4. Pasien di baringkan kembali.
5. Observasi posisi sejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik potensi
tekanan.
6. Cuci tangan
d. Posisi Trendelenburg
1. Atur posisi pasien dalam keadaan berbaring telentang
2. Atur posisi klien dengan bagian kepala lebih rendah dari kaki (pada pasien
yang mengalami shok dan hypotensi)
3. Tempatkan bantal di antara kepala dan ujung tempat tidur pasien
4. Tempatkan bantal di bawah lipatan lutut
5. Tempatkan balok penopang di bagian kaki tempat tidur
6. Atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien
7. Cuci tangan
e. Posisi Litotomi
1. Posisikan Pasien dalam keadaan berbaring (telentang)
2. Atur posisi pasien dengan keadaan terlentang lalu ke dua kaki diangkat, lutut
ditekut kearah dada (untuk mempermudah saat persalinan).
3. Angkat kedua paha dan tarik ke atas abdomen
4. Tungkai bawah membentuk sudut 90 terhadap paha
5. Letakkan bagian lutut /da penyangga kaki di tempat tidur khusus untuk posisi
litotomi
6. Pasang selimut
7. Cuci tangan setelah prosedur di lakukan
f. Posisi Orthopeneic
1. Minta pasien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala di naikkan
2. Naikkan kepala tempat tidur 90
3. Atur posisi klien dengan posisi duduk dan menyandarkan kepala pada
penampang yang sejajar dengan dada.
4. Letakkan bantal setinggi dada di depan dada pasien
5. Lipat tangan di atas bantal
6. Cuci tangan
7. Dokumentasikan tindakan
g. Posisi Dorsal Recumbent
1. Pasien dalam keadaan berbaring (telental)
2. Pakaian bawah di buka
3. Tekuk lutut dan di renggangkan
4. Atur posisi klien dengan posisi terlentang dengan kedua kaki/tungkai di
tekuk, sedikit direnggangkan dan kedua kaki menapak pada kasur
(memudahkan pada saat palpasi didaerah perut, rectal touch, vagina touch
dan memudahkan tindakan pemasangan kateter wanita)
5. Pasang selimut untuk menutupi area genitalia
6. Cuci tangan setelah prosedur di lakukan
h. Posisi Supine
1. Baringkan pasien dengan posisi terlentang
2. Atur posisi klien dengan posisi terlentang hubungan antara bagian tubuh
pada dasarnya sama dengan kesejajaran berdiri yang baik, kecuali tubuh
pada posisi potongan horizontal.
3. beri kaki bantal agar seperti kesejajaran berdiri
4. cuci tangan
5. dokumentasikan tindakan

i. Posisi Telungkup (Prone)


1. Atur posisi klien kearah tepi bad
2. Atur posisi klien berbaring dengan wajah menghadap kebawah
3. Lalu miringkan kepala kesalahsatu sisi.
(memudahkan drainage mulut khususnya pada pasien tidak sadar yang telah
menjalani operasi mulut atau tenggorokan. Tidak boleh dilakukan pada pasien
yang palen gangguan leher dan lumbal).
4. Tengkurapkan pasien
5. Cuci tanagan
6. Dokumentasikan tindakan
j. Posisi Genupektoralis
1. Minta pasien untuk mengambil posisi menungging dengan kedua kaki di
tekuk dan dada menempel pada matras tempat tidur
2. Atur posisi klien dengan tubuh kepala lebih rendah dari tubuh panggul atau
bokong diatas disokong oleh kaki/paha dengan lutut kaki datar sejajar
dengan kepala (untuk mempermudah pemeriksaan pada rektum).
3. Pasang selimut untuk menutupi daerah parineal pasien
4. Cuci tangan setelah prosedur di lakukan.
5. Dokumentasikan tindakan

k. Posisi Miring / Lateral


1. Baringkan pasien telentang mendatar di tengah tempat tidur
2. Gulingkan pasien hingga posisinya miring
3. Letakkan bantal di bawah kepala dan leher pasien
4. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak
menopang bahu tersebut.
5. Arahkan tangan agar memeluk bantal dengan erat.
6. Cuci tangan
7. Dokumentasikan tindakan
7. Indikator
Alat jalan klien bisa dipakai secara mandiri baik berjalan ataupun begerak
Keterampilan dilaksanakan secara sistematis, tanpa bantuan dan tepat.
8. Rekaman Mutu
1. Buku pendokumentsian keteramilan yang harus ditandai tangani oleh pembimbing
praktek laboratorium.
2. Lembar peminjaman alat untuk praktek laboratorium.
3. Lembar penilaian keterampilan yang diisi oleh pembimbing praktek laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai