Dwika Zanuwati
Srinalesti Mahanani
STIKES RS. Baptis Kediri
(stikesbaptisjurnal@ymail.com)
ABSTRAK
ABSTRACT
pelanggan atau pasien dan keluarga tidak jumlah sample sebanyak 61 perawat. Data
akan tercapai (Asmuji, 2012). yang diperoleh dianalisis dengan
Peningkatan mutu dilakukan dalam menggunakan analisis statistik, melalui
berbagai macam cara antara lain dengan tabulasi silang hubungan variabel
mengembangkan akreditasi rumah sakit independen dan variabel dependennya
yaitu dengan pemenuhan standar yang dilanjutkan dengan uji Spearman’s
pelayanan yang ditetapkan Kementrian Rho dengan α = 0,05
Kesehatan Republik Indonesia, ISO 9001:
2000; memperbarui keilmuan dengan
didukung bukti ilmiah yang mutakhir; Hasil Penelitian
good corporate governance yaitu
penyelenggaraan sarana pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan Data Umum
transparansi dan akuntabilitas sehingga
tercapai manajemen yang efisien dan
efektif; clinical governance dengan tetap Data umum perawat dapat diuraikan
menjaga standar pelayanan yang tinggi sebagai berikut:
dengan menciptakan lingkungan yang
kondusif; membangun aliansi strategis
dengan rumah sakit lain baik didalam atau Tabel 1 Karakteristik Jenis Kelamin
luar negeri; melakukan evaluasi terhadap Perawat di Instalasi Rawat
strategi pembiayaan; orientasi pelayanan Inap Rumah Sakit Baptis
yang memandang bahwa rumah sakit Kediri
adalah institusi yang mengutamakan Jenis Kelamin F %
fungsi sosial; orientasi bisnis berdampak Laki-laki 15 24,60
positif bila potensial negatif dapat Perempuan 46 75,40
dikendalikan (Nursalam, 2011). Jumlah 61 100
Hasil tabulasi silang motivasi perawat dengan mutu asuhan keperawatan (pemeriksaan
fisik) diketahui bahwa motivasi baik maupun kurang mempunyai kontribusi yang sama
terhadap mutu asuhan keperawatan (pemeriksaan fisik) yaitu menghasilkan mutu yang
kurang sebesar 60,0% dan 77,90%, hal ini menunjukkan bahwa motivasi apapun yang
dimiliki perawat memberi kontribusi pemeriksaan fisik kurang. Setelah dilakukan uji
statistik Spearman’s Rho berdasarkan pada taraf kemaknaan yang ditetapkan α ≤ 0,05
didapatkan p = 0.147, dimana p > α yang berarti Ho diterima dan H1 ditolak. Jadi tidak
ada hubungan yang signifikan antara motivasi perawat dengan mutu asuhan keperawatan
(pemeriksaan fisik) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri.
tempat kerja yang sehat, aman, nyaman, dasar guna menyusun rencana asuhan
dan kondusif mempengaruhi motivasi, keperawatan (Nursalam, 2009). Fokus
selain itu tuntutan tugas dan kemampuan pemeriksaan fisik yang dilakukan perawat
dalam mengelola tugas akan berdampak adalah pada kemampuan fungsional klien.
pada motivasi dan ketidakpuasan (Asmuji, Pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk
2012). Seorang perawat dituntut untuk menegakkan diagnosa medis dilakukan
memiliki motivasi yang baik untuk hanya berfokus pada data-data yang
menjaga kualitas pelayanan yang diberikan diperlukan. Pemeriksaan fisik dapat
terutama untuk kelas dengan pelayanan dilakukan melalui empat teknik, yaitu
eksklusif. Dari ketiga ruang perawatan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
yang perawatnya mempunyai motivasi (IPPA). Pendekatan yang dilakukan pada
yang cukup, dari sudut pandang peneliti saat melakukan pemeriksaan fisik dapat
hal ini disebabkan oleh beban kerja yang menggunakan pendekatan dari kepala
tinggi karena kebanyakan pasien diketiga sampai ke kaki (head to toe), pendekatan
ruang perawatan tersebut memerlukan melalui fungsi sistem tubuh (review of
pelayanan total care padahal pasien dalam system), dan pendekatan dengan
rentang partial, sehingga membuat perawat menggunakan pola fungsi kesehatan
bekerja lebih ekstra supaya kebutuhan Gordon (Nursalam, 2009). Mutu asuhan
pasien terpenuhi. Menurut peneliti hal keperawatan yang diberikan setiap
inilah yang menyebabkan motivasi perawat individu dipengaruhi oleh beberapa faktor
menurun. Begitu pula di IPI perawat setiap yaitu rasa empati, respek dan tanggap,
hari dihadapkan pada kondisi pasien yang serta ramah kepada pasien dan
kritis, sehingga hal ini yang menimbulkan keluarganya. Peningkatan mutu asuhan
tantangan pekerjaan yang terlalu keperawatan pada perawat dapat dilakukan
menantang yang akan membuat perawat dengan mengembangkan ilmu pengetahuan
merasa frustasi dan gagal yang berakibat dan ketrampilan untuk meningkatkan
pada penurunan motivasi kerja. derajat kesehatan pasien dan masyarakat
sesuai standar keperawatan yang telah
ditetapkan (Asmuji, 2012).
Identifikasi Mutu Asuhan Keperawatan Berdasarkan lembar catatan perawat
(Pemeriksaan Fisik) kode 2A dapat dijelaskan bahwa Standar
Pemeriksaan Fisik Keperawatan di Rumah
Sakit Baptis Kediri merupakan penerapan dari
Hasil penelitian mutu asuhan dua teori pendekatan pemeriksaan fisik yaitu
keperawatan (pemeriksaan fisik) di pendekatan dari kepala sampai ke kaki (head
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis to toe) dan pendekatan melalui fungsi sistem
Kediri dari 61 responden didapatkan hasil tubuh (review of system) yang meliputi
bahwa pemeriksaan fisik sebagai salah satu pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan tingkat
indikator mutu asuhan keperawatan di kesadaran, pemeriksaan kepala, pemeriksaan
Rumah Sakit Baptis Kediri masih dengan pernapasan, pemeriksaan mulut, pemeriksaan
kategori kurang sebesar 44,30%, hal ini abdomen, pemeriksaan tangan dan tungkai,
menunjukkan bahwa mutu pelayanan di pemeriksaan pola eliminasi, dan pemeriksaan
Rumah Sakit Baptis Kediri perlu upaya kulit. Berdasarkan hasil penelitian indikator
perbaikan khususnya mutu pemeriksaan pemeriksaan fisik di Rumah Sakit Baptis
fisik. Kediri yang menunjukkan nilai yang
Pemeriksaan fisik (physical kurang pada pengisian lembar catatan
examination) merupakan komponen keperawatan yaitu pada indikator tanda-
esensial dari asuhan keperawatan (Engel, tanda vital, pemeriksaan pernapasan,
2009). Tujuan dari pemeriksaan fisik pemeriksaan abdomen, dan pemeriksaan
keperawatan adalah untuk menentukan kulit. Berdasarkan uraian diatas dapat
status kesehatan klien, mengidentifikasi disimpulkan bahwa mutu
masalah kesehatan, dan memperoleh data pendokumentasian pemeriksaan fisik
Jurnal STIKES
Vol. 6 No. 2, Desember 2013
kurang adalah ketika lembar catatan Berdasarkan lama kerja didapat hasil
keperawatan tidak diisi dan data yang bahwa masih ada perawat dengan masa
ditemukan tidak sesuai dengan diagnosa kerja lebih dari 10 tahun (80,00%)
keperawatan. memiliki mutu asuhan keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian (pemeriksaan fisik) kurang. Masa kerja
kelompok usia 41-50 tahun berpotensi yang lama akan cenderung membuat
menghasilkan mutu asuhan keperawatan seorang karyawan atau perawat lebih
(pemeriksaan fisik) kurang (75,00%). Usia merasa betah dalam suatu organisasi, hal
41-50 tahun termasuk dalam kategori ini disebabkan diantaranya karena telah
dewasa menengah. Selama periode ini, beradaptasi dengan lingkungannya yang
individu telah merasakan pengalaman dan cukup lama sehingga seorang karyawan
penghargaan baik dalam karier ataupun akan merasa nyaman dengan pekerjaannya.
kehidupan personalnya. Banyak individu Penyebab lain juga dikarenakan adanya
dewasa menengah menemukan kesenangan kebijakan dari instansi atau perusahaan
tersendiri dengan lebih banyak mengenai jaminan hidup dihari tua
menggunakan waktu luang dengan cara (Kreitner dan Kinicki dalam Setiawan,
yang kreatif dan menyenangkan dalam 2007). Rendahnya minat dalam
mempersiapkan masa pensiun (Potter dan meningkatkan prestasi kerja karena dengan
Perry, 2009). Dewasa menengah masa kerja lebih dari 10 tahun perawat
mempunyai mutu yang lebih kurang beranggapan sudah tidak begitu penting
karena usia ini cenderung memiliki masa karena hal ini dipengaruhi oleh usia yang
kerja yang lebih lama dan sebagian dari mulai memasuki masa pensiun, sehingga
mereka lebih mempersiapkan masa perawat berpikir bekerja sesuai tugas yang
pensiun dari pada meningkatkan mutu diberikan dan kurang memperhatikan mutu
pelayanan yang diberikan dan lebih asuhan keperawatan.
memberikan kesempatan kepada perawat Berdasarkan tempat kerja didapat
yang muda untuk meningkatkan mutu hasil bahwa perawat yang bekerja di ruang
pelayanan. anak, perinatal risiko tinggi, dan IPI
Berdasarkan jenjang pendidikan, memiliki mutu pemeriksaan fisik kurang.
sarjana keperawatan berpotensi Secara teori tempat kerja adalah ruang
menghasilkan mutu asuhan (pemeriksaan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
fisik) kurang (46,70%). Perawat ilmuwan atau sering dimasuki tenaga kerja untuk
(Sarjana keperawatan) dituntut untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya
memiliki kemampuan dalam meningkatkan sumber-sumber bahaya. Menurut undang-
mutu pelayanan atau asuhan keperawatan undang no. 1 tahun 1970 tentang
dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan keselamatan kerja, yang dimaksud tempat
dan teknologi keperawatan yang maju kerja adalah tiap ruangan atau lapangan,
secara tepat guna, serta kemampuan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
melaksanakan riset keperawatan dasar dan dimana tenaga kerja bekerja, atau yang
penerapan yang sederhana (Nursalam, sering dimasuki tenaga kerja untuk
2009). Jenjang pendidikan yang ada di keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
Rumah Sakit Baptis Kediri merupakan sumber atau sumber-sumber bahaya
perawat baru (magang) dan masih dalam (Depnakertrans RI, 2007). Pada saat
proses adaptasi, sehingga mutu asuhan dilakukan penelitian terjadi wabah
keperawatan (pemeriksaan fisik) belum penyakit tropis DHF (Dengue Hemorragic
maksimal karena minimnya pengalaman. Fever) sehingga pasien di ruang anak
Pengalaman akan mempengaruhi mutu mengalami penambahan. Kejadian ini
asuhan keperawatan karena keterampilan membuat perawat lebih memprioritaskan
dapat diasah dari aplikasi teori, sehingga pelayanan keperawatan atau pemenuhan
semakin pendek masa kerja pasti akan kebutuhan dasar pasien yang sifatnya
berpengaruh terhadap mutu asuhan mengancam jiwa dari pada
keperawatan. pendokumentasian pemeriksaan fisik.
Perinatal risti dan IPI mempunyai mutu
Pentingnya Motivasi Perawat dalam Peningkatan Mutu Asuhan Keperawatan
(Pendokumentasian Pemeriksaan Fisik)
Dwika Zanuwati, Srinalesti Mahanani
keperawatan, pola fungsi kesehatan, dan 14,80%, hal ini dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan fisik (Hidayati, 2012). kinerjanya. Mutu asuhan keperawatan
Pemeriksaan fisik (physical yang diukur melalui dokumentasi
examination) merupakan komponen pemeriksaan fisik pada perawat di Rumah
esensial dari asuhan keperawatan (Engel, Sakit Baptis Kediri ditemukan masalah
2009). Tujuan dari pemeriksaan fisik yaitu sebanyak 44,30% mempunyai mutu
keperawatan adalah untuk menentukan pendokumentasian pemeriksaan fisik
status kesehatan klien, mengidentifikasi kurang. Di Rumah Sakit Baptis Kediri
masalah kesehatan, dan memperoleh data antara motivasi perawat dengan mutu
dasar guna menyusun rencana asuhan asuhan keperawatan (pemeriksaan fisik)
keperawatan (Nursalam, 2009). Pelayanan tidak berhubungan dimana motivasi yang
keperawatan yang berkualitas ditentukan tinggi maupun yang rendah menghasilkan
oleh ketepatan perawat dalam memberikan mutu pemeriksaan fisik kurang.
pelayanan. Ketepatan pelayanan tidak akan
tercapai apabila proses pengkajian
termasuk pemeriksaan fisik tidak Saran
dilaksanakan. Kualitas pelayanan yang
diberikan secara langsung akan berdampak
pada kepuasan pelanggan atau pasien dan Hasil penelitian ini dapat dijadikan
keluarga. Sehingga apabila kualitas masukan untuk Rumah Sakit dalam rangka
pelayanan yang diberikan baik, kepuasan meningkatkan mutu asuhan keperawatan
pelanggan atau pasien dan keluarga akan dengan melakukan evaluasi secara berkala
tercapai. Begitupun sebaliknya, apabila terhadap kinerja dari perawat khususnya
kualitas pelayanan yang diberikan tidak terkait asuhan keperawatan
maksimal, kepuasan pelanggan atau pasien (Pendokumentasian Pemeriksaan Fisik).
dan keluarga tidak akan tercapai (Asmuji, Perlu adanya Standar Operasional Prosedur
2012). Pemeriksaan fisik harus dilakukan (SOP) tentang pemeriksaan fisik yang jelas
dengan seksama, karena dari pemeriksaan untuk memperoleh asuhan keperawatan
fisik perawat dapat menentukan diagnosa yang bermutu dan supervisi berkala oleh
dan merencanakan tindakan yang tepat komite keperawatan.
untuk mengatasinya. Pelayanan
keperawatan yang berkualitas ditentukan
ketepatan pemberian asuhan keperawatan. Daftar Pustaka
Ketepatan pemberian asuhan keperawatan
tidak akan tercapai apabila pengkajian dan
pemeriksaan fisik tidak dilaksanakan, Asmuji, (2012). Manajemen Keperawatan
karena pengkajian dan pemeriksaan fisik Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta:
adalah data dasar untuk menentukan AR-Ruzz Media.
langkah selanjutnya termasuk diagnosa, Alimul, Aziz, H, (2009). Pengantar
rencana tindakan dan evaluasi. Perlu Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2.
adanya standar operasional prosedur untuk Jakarta: Salemba Medika.
pelaksanaan pemeriksaan fisik di rumah Debora Setiati Santosa. 2011. Analisis
sakit, sehingga cara pemeriksaan dapat Current Ratio, Total Asset Turn
dilakukan dengan benar dan sesuai dengan Over dan Debt to Equity Ratio
standar yang ada. terhadap ROE. Skripsi Universitas
Diponegoro.Semarang.
Depnakertrans RI. (2009).
Kesimpulan http://DepnakertransRI.com/2009/0
9/29/teori masa kerja/ Tanggal 28
April 2013, Jam 20.00 WIB.
Perawat di Rumah Sakit Baptis Engel, Joyce. (2009). Seri Pedoman
Kediri memiliki motivasi yang cukup Praktis Pengkajian Pediatrik Edisi
sebesar 77,00% dan yang kurang sebesar 4. Jakarta:EGC.
Pentingnya Motivasi Perawat dalam Peningkatan Mutu Asuhan Keperawatan
(Pendokumentasian Pemeriksaan Fisik)
Dwika Zanuwati, Srinalesti Mahanani