P27820717029
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada tanggal 1 Maret 2021 s.d 6 Maret
2021 pada pasien dengan kasus Penyakit BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) di
Ruang NICU RSUD. Dr. Soetomo Surabaya sebagai laporan praktek klinik
Pembimbing Akademik
I. DEFINISI
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir
kurang dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur
(sebelum 37 minggu usia kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir rendah
sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas, sehingga akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif serta penyakit kronis
di kemudian hari (WHO, 2004).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian
besar dikarenakan retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR memiliki risiko empat kali
lipat lebih tinggi dari kematian neonatal dari pada bayi yang berat badan lahir
2.500-3.499 gram (Muthayya, 2009).
II. ETIOLOGI
1. Faktor Ibu :
1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, pre
eklampsia, eklampsia, hipoksia ibu, trauma fisis dan psikologis.
Penyakit lainnya ialah nefritis akut, gagal ginjal kronik, diabetes
mellitus, hemoglobinopati, penyakit paru kronik,infeksi akut atau
tindakan operatif (Suwoyo et al., 2011).
3) Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari 12 gram %. Sedangkan anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gram %
pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang 10,5 gram % pada
trimester II (Latief et al., 2007).
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai
mengingat anemia dapat meningkatkan resiko kematian ibu, BBLR
dan angka kematian bayi. Anemia dalam kehamilan disebabkan
kekurangan zat besi yang dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.
Hal ini dapat meningkatkan resiko morbiditas dan mortilitas ibu dan
bayi. Kemungkinan melahirkan BBLR juga lebih besar (Arista,
2012).
4) Keadaan sosial-ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi yang
rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang (Proverawati, 2010).
2. Faktor Janin
1) Hidroamnion
Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml.
Pada sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion kronik
yaitu peningkatan cairan berlebihan secara bertahap. Pada
hidroamnion akut, uterus mengalami peregangan yang jelas dalam
beberapa hari. Hidroamnion dapat menimbulkan persalinan sebelum
kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran
prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR (Chandra, 2011).
2) Kehamilan ganda/kembar
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan
dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus.
Kehamilan ganda dibagi menjadi dua yaitu, kehamilan dizigotik dan
monozigotik. Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum
dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi
membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama.
Kehamilan ganda dapat memberikan resiko yang tinggi terhadap
ibu dan janin. Oleh karena itu, harus dilakukan perawatan antenatal
yang intensif untuk menghadapi kehamilan ganda (Mandriwati,
2008).
III. PATOFISIOLOGI
Semakin kecilnya semakin prematur bayi itu maka semakin tinggi risiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizinya :
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi
normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
IV. KLASIFIKASI
V. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah
(Mitayani, 2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat
sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur
dan sering mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan
belum sempurna.
VI. KOMPLIKASI
a. Penyakit membran hialin (PMH)
PMH adalah penyakit karena ketidakmatangan paru terutama sistem
sintesa surfaktan. Semakin rendah berat bayi lahir, semakin tinggi
kemungkinan terjadinya PMH. Hal ini dikarenakan surfaktan paru
belum sempuna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi
mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli,
sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk
pernafasan berikutnya.
b. Hipoglikemia janin
d. Hipotermi
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C- 37°C dan
segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang
umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada
kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan
untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi
panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan,
produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum
matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh
relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan
panas.
e. Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui
plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi
kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan.
Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu.
Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan
seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang mutlak dilakukan apabila bayi dengan berat badan
lahir rendah juga merupakan bayi kurang bulan atau prematur. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tes kocok atau gastric shake
test, foto rontgen toraks, USG kepala (bayi di bawah usia 35 minggu).
VIII. PENATALAKSANAAN TERAPI
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang
menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi.
Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan
yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis.
Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :
1. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai
dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen
suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan
suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada
BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu.
Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas,
merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi,
posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan
oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan
kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat
memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity.
2. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya
respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan
kehilangan panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi
panas merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem
kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam
suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi
oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu
aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan
menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C –
37,3°C.
1) Pemancar pemanas
2) Ruangan yang hangat
3) Inkubator
Tabel Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan
berat
Persyaratan PMK
Persiapan yang dilakukan tidak hanya meliputi persiapan bayinya
saja tetapi juga kesiapan ibu dan keluarga, petugas kesehatan, dan
lingkungan yang mendukung (Depkes RI, 2008; WHO, 2003).
1. Formulasi dari kebijakan
Penerapan PMK dan berbagai petunjuk pelaksanaannya harus
difasilitasi oleh pembuat kebijakan kesehatan yang mendukung
disemua tingkat pelayanan. Adapun kebijakan nasional
diperlukan untuk menjamin integrasi yang efektif dari sistem
kesehatan, pendidikan, serta pelatihan yang ada.
6. Kesiapan bayi
Kesiapan bayi meliputi kondisi bayi telah stabil dan
hemodinamik stabil (frekuensi jantung, pefusi jaringan, pulse
oksimetri, frekuensi nafas, suhu tubuh, aktifitas).
b. PMK kontinu
PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat
dilakukan di unit rawat gabung.
Komponen Perawatan Metode Kanguru
Empat komponen yang terdapat dalam PMK meliputi :
a. Kangarooo position (posisi)
Bayi diletakkan diantara payudara dengan posisi tegak,
dada bayi menempel ke dada ibu. Posisi ini disebut juga dengan
kontak kulit ke kulit antara ibu dengan bayinya. Posisi bayi
diamankan dengan menggunakan baju kanguru atau kain
panjang. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri dengan
posisi sedikit tengadah (ekstensi). Posisi kepala seperti ini
bertujuan untuk menjaga agar saluran nafas bayi tetap terbuka
dan memberi peluang terjadinya kontak mata antara ibu dan
bayi. Hindari posisi kepala terlalu fleksi atau ekstensi. Tungkai
bayi haruslah dalam posisi ‘kodok’ (frog position), tangan harus
dalam posisi fleksi.
4. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting
pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi
(70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal
ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik
diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang
sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan
cairan.
5. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR
tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka
karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum
sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi
ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui
parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
6. Penghematan Energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah
menghemat energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal
mungkin. Bayi yang dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan
pakaian , tetapi hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian
kegiatan melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain
itu, observasi dapat dilakukan tanpa harus membuka pakaian.
7. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus.
Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang
diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual.
Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang
bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara
yang paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter,
perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong,
atau membelai memberikan rangsang sentuhan.
Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK
karena selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap
dengan lembut punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan
memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori
motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.
I. PENGKAJIAN
b. Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan ± 30 minggu,
ditandai dengan ketuban pecah sebelum persalinan.
c. Post Natal
Setelah kelahiran, bayi tidak menangis, keadaan lemah,
nafas tidak teratur, dan dilakukan pemasangan kanul O2.
3. Pola Sehari-hari
1) Nutrisi dan Metabolisme
Bayi mendapat diet susu formula khusus BBLR, reflek menghisap
dan menelan lemah sehingga BB bayi turun.
2) Eliminasi Urine dan Feses
Bayi mengalami diare dengan konsistensi warna hitam, lembek cair,
bau khas feses bayi. BAK menggunakan pempers dengan urin
mengalami perubahan warna.
3) Istirahat dan Tidur
Bayi terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan saat setelah
BAB dan BAK, rata-rata tidur per hari yaitu 20-22 jam.
4) Toleransi Stress dan Koping
Klien menangis saat merasa lapar, merasa adanya
ketidaknyamanan, dan mengalami penurunan aktivitas.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif, menangis lemah,
perawatan dalam Incubator
2) Tanda-tanda Vital : Tidak stabil, suhu tubuh (hipotermi/hipertermi)
3) Antropometri : Ukur panjang badan, berat badan, lingkar
dada, lingkar kepala, bentuk kepala, warna rambut, mata simetris
antara kanan dan kiri, hidung terpasang ventilator, mulut
reflekhisap belum ada, terpasang selang OGT, mukosa kering,
telinga simetris kanan dan kiri, tidak ada luka, jantung tampak ictus
cordis, teraba dengan getaran, tidak terdengar gallop, rabaan gerak
pernafasan simetris, terdengar ronchi, kaki kanan terpasang SPO2,
akral sedikit dingin, warna kulit coklat gelap, tidak ikterik, turgor
kulit cukup baik
4) Pemeriksaan B1-B6
B1 (Breathing)
Penafasan 35 x/menit, terdapat suara nafas tambahan ronchi
di lapang paru kiri.
B2 (Bleed/Sirkulasi)
S1S2 tunggal, tidak terdengar mur-mur atu gallop, Suhu
: 35ºC, akral dingin berwarna pucat, konjungtiva anemis,
mukosa bibir kering, CRT > 2detik.
B3 (Brain/persyarafan)
Lemas, kurang aktif, menangis lemah, perawatan dalam
Incubator.
B4 (Perkemihan/Bladder)
kebersihan area genital bersih,, tidak terdapat luka
dekubitus, urin bewarna kuning, baukhas urine.
B5 (Pencernaan/Bowel)
Nafsu makan menurun, terpasang NGT, warna kulit pucat,
mulut bersih, mukosa bibir kering, 2 hari sekali konsistensi
kuning lembek, susu 10 cc, bising usus 10x/menit
B6 (Bone/Integumen-Muskuloskeletal)
Kemampuan gerak sendi terbatas, turgor kulit kurang, tidak
ada fraktur ataupun kontraktur di ekstremitas atas ataupun
bawah, terpasang infuse NaCl 0,9% di tangan kiri,
terpasang double lumen di sub klavikula dextra.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
I. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : By. R
b. Alamat : Surabaya
c. Tanggal Lahir/ Umur : 1 Maret 2021
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. No. Register : 302468
g. Tanggal Masuk/Jam : 1 Maret 2021 jam 15.00 WIB
h. Diagnosa Medis : Neonatus Prematur, BBLR
Nama Penanggung Jawab
a. Pre Natal
Ibu klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya
di bidan tiap 2 bulan sekali.
b. Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 32 minggu, ditandai
dengan ketuban pecah sebelum persalinan, lama persalinan 1 jam
dan bayi lahir pada jam 14.45 WIB. Panjang lahir 39 cm dan berat
lahir 1700 gram.
c. Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis, lahir premature dan
BBLR oleh karena itu bayi dirawat di inkubator dan pemberian
nutrisi per NGT.
5. Pemerkasaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, menangis lemah, perawatan dalam
incubator
b. Tanda-tanda Vital
Nadi : 132 x per menit
RR : 65 x per menit
Suhu : 35°C
c. Antropometri
Panjang Badan: 39 cm
Berat Lahir : 1700 gram
Lingkar Dada: 25 cm
Lingkar Kepala: 29 cm
d. Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing)
Penafasan 40 x/menit, terdapat suara nafas tambahan ronchi
di lapang paru kiri.
B2 (Bleed/Sirkulasi)
BJ I dan II tunggal, tidak terdengar mur-mur atau gallop,
Suhu
: 35ºC, akral dingin berwarna pucat, konjungtiva anemis,
mukosa bibir kering, CRT > 2detik. Ictus cordis teraba
dengan getaran
B3 (Brain/persyarafan)
Lemas, kurang aktif, menangis lemah, perawatan dalam
Incubator.
B4 (Perkemihan/Bladder)
kebersihan area genital bersih,, tidak terdapat luka dekubitus,
urin bewarna kuning, bau khas urine.
B5 (Pencernaan/Bowel)
Nafsu makan menurun, terpasang NGT, warna kulit pucat,
mulut bersih, mukosa bibir kering, 2 hari sekali konsistensi
kuning lembek, susu 10 cc, bising usus 18x/menit. Jenis
kelamin perempuan, labia mayora belum menutupi labia
minora, anus paten.
B6 (Bone/Integumen-Muskuloskeletal)
Kemampuan gerak sendi terbatas, turgor kulit kurang, tidak
ada fraktur ataupun kontraktur di ekstremitas atas ataupun
bawah.
\
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SURABAYA
ANALISA DATA
RR : 65x/menit
Suhu : 35ºC
Nadi : 132x/menit
Selasa, 2 DS:- Komplikasi BBLR Resiko Infeksi
Maret 2021, DO: ↓
Sisitem imun yang
08.00 WIB - Tanda-tanda vital:
belum matang
RR : 65x/menit
↓
Suhu : 35ºC Penurunan daya tahan
Nadi : 132x/menit tubuh
↓
Resiko infeksi
Selasa, DS: - Suplai oksigen kurang Resiko perfusi
2 Maret DO: ↓ serebral tidak
Iskemia
2021, 08.00 - Tanda-tanda vital : efektif
↓
WIB RR : 65x/menit Penurunan kesadaran
Suhu : 35ºC ↓
Nadi : 132x/menit Resiko perfusi serebral
tidak efektif
Selasa, 2 DS:- BBLR Gangguan
Maret 2021, DO: ↓ eliminasi urine
Imaturitas ginjal
08.00 WIB - Distensi kandung
↓
kemih
GFR menurun
- Berkemih tidak ↓
tuntas Oliguria
- Tanda-tanda vital : ↓
Gangguan eliminasi
RR : 65x/menit
urine
Suhu : 35ºC
Nadi : 132x/menit
Selasa, 2 DS: ibu klien BBLR Hipotermia
Maret 2021, mengatakan kulit bayi ↓
Sedikitnya lemak
08.00 WIB tampak pucat
dibawah jaringan kulit
DO:
(subkutan)
- Bayi tampak
didalam inchubator ↓
- Suhu inchubator Kehilangan panas
350C melalui kulit
- Klien terasa dingin
- Ektremitas terasa ↓
dingin Peningkatan
- Tidak terdapat kebutuhan kalori
sianosis pada tubuh
klien ↓
- Lemak pada bawah System termoregulasi
kulit (subkutan) yang imatur
terlihat tipis ↓
- Tanda-tanda vital : Hipotermia
RR : 65x/menit
Suhu : 35ºC
Nadi : 132x/menit
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SURABAYA
Jl.Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 8C – 60 Website : www.poltekkesdepkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 E-mail : admin@poltekkesdepkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5030379 / Fax. (031) 5030379
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan&kriteria Tindakan Rasionalis
keperawatan
hasil keperawatan
1. Hipoterima Setelah dilakukan 1. Monitor suhu 1. Mengetahui
tindakan
berhubungan tubuh suhu tubuh
keperawatan
dengan selama 1x4 jam 2. Monitor tanda bayi
diharapkan tidak
kehilangan panas dan gejala 2. Mengetahui
terjadi Hipotermia
melalui kulit kembali dengan akibat apakah ada
kriteria hasil :
ditandai dengan hipotermia tanda dan
suhu bayi 35ºC 1. Pucat 3. Sediakan gejala akibat
menurun
2. Suhu tubuh lingkungan hipotermia
meningkat yang hangat 3. Untuk
3. Suhu kulit
meningkat 4. Lakukan menyediaka
penghangatan n lingungan
pasif (mis. yang hangat
Memakai 4. Agar bayi
penutup tetap hangat
kepala, dan 5. Untuk
pakaian tebal) menambah
5. Anjurkan kehangatan
minum/makan didalam
an yang
hangat, jika
perlu.
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Mengetahui
efektif tindakan frekuensi, frekuensi,
keperawatan
berhubugan selama 1 x 30 irama, irama,
dengan vesikuler menit, pola nafas kedalaman, kedalaman,
teratasi teratasi
paru imatur dan upaya dan upaya
dengan kriteria
ditandai dengan hasil : napas napas
RR: 65 x/menit a. Dyspnea 2. Monitor 2. Mengetahui
menurun
adanya apakah
b. Frekuensi napas
membaik produksi adanya
c. Kedalaman sputum produksi
napas membaik
3. Monitor sputum
adanya 3. Mengetahui
sumbatan apakah ada
jalan napas sumbatan
4. Palpasi jalan napas
kesimetrisan 4. Mengetahui
ekspansi paru kesimetrisan
5. Auskultasi ekspansi
bunyi napas paru
6. Jelaskan 5. Mengetahui
tujuan dan bunyi napas
prosedur 6. Untuk
pemantauan mengedukasi
keluarga juga
3. Deficit nutrisi Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
tindakan
berhubungan status nutrisi status nutrisi
keperawaan
dengan hepar selama 1x8 jam 2. Monitor bayi
diharapkan tidak
imatur ditandai asupan 2. Mengetahui
terjadi kembali
dengan BB pasien deficit nutrisi makanan asupan
dengan kriteria
1700 gram 3. Lakukan oral makanan
hasil :
hygine yang
a. Berat badan
membaik sebelum dikonsumsi
b. Nafsu makan makan oleh bayi
membaik
4. Kolaborasi 3. Untuk
c. Bising usus
membaik dengan ahli kebersihan
gizi mulut bayi
4. Untuk
meningkatka
n berat badan
bayi
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SURABAYA
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SURABAYA
EVALUASI KEPERAWATAN