Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PENYAKIT BBLR (BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH)


DI RUANG NICU RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

NINDYTA SALSABILLA ABDI

P27820717029

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM DIPLOMA IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
SURABAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada tanggal 1 Maret 2021 s.d 6 Maret

2021 pada pasien dengan kasus Penyakit BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) di

Ruang NICU RSUD. Dr. Soetomo Surabaya sebagai laporan praktek klinik

keperawatan Semester VIII atas nama Nindyta Salsabilla Abdi (P27820717029).

Surabaya, Maret 2021

Pembimbing Akademik

Siswari Yuniarti., SST., S.Pd., M.Kes


NIP. 196409211988032001
LAPORAN PENDAHULUAN

BBLR (BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH)

I. DEFINISI
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir
kurang dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur
(sebelum 37 minggu usia kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir rendah
sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas, sehingga akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif serta penyakit kronis
di kemudian hari (WHO, 2004).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian
besar dikarenakan retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR memiliki risiko empat kali
lipat lebih tinggi dari kematian neonatal dari pada bayi yang berat badan lahir
2.500-3.499 gram (Muthayya, 2009).
II. ETIOLOGI

1. Faktor Ibu :
1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, pre
eklampsia, eklampsia, hipoksia ibu, trauma fisis dan psikologis.
Penyakit lainnya ialah nefritis akut, gagal ginjal kronik, diabetes
mellitus, hemoglobinopati, penyakit paru kronik,infeksi akut atau
tindakan operatif (Suwoyo et al., 2011).

2) Gizi ibu hamil


Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh
pada berat badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi pada ibu
hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan,
anemia pada bayi, mati dalam kandungan dan lahir dengan BBLR.
Oleh karena itu, supaya dapat melahirkan bayi yang normal, ibu
perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup (Latief et al., 2007).

3) Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari 12 gram %. Sedangkan anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gram %
pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang 10,5 gram % pada
trimester II (Latief et al., 2007).
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai
mengingat anemia dapat meningkatkan resiko kematian ibu, BBLR
dan angka kematian bayi. Anemia dalam kehamilan disebabkan
kekurangan zat besi yang dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.
Hal ini dapat meningkatkan resiko morbiditas dan mortilitas ibu dan
bayi. Kemungkinan melahirkan BBLR juga lebih besar (Arista,
2012).

4) Keadaan sosial-ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi yang
rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang (Proverawati, 2010).

2. Faktor Janin
1) Hidroamnion
Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml.
Pada sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion kronik
yaitu peningkatan cairan berlebihan secara bertahap. Pada
hidroamnion akut, uterus mengalami peregangan yang jelas dalam
beberapa hari. Hidroamnion dapat menimbulkan persalinan sebelum
kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran
prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR (Chandra, 2011).

2) Kehamilan ganda/kembar
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan
dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus.
Kehamilan ganda dibagi menjadi dua yaitu, kehamilan dizigotik dan
monozigotik. Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum
dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi
membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama.
Kehamilan ganda dapat memberikan resiko yang tinggi terhadap
ibu dan janin. Oleh karena itu, harus dilakukan perawatan antenatal
yang intensif untuk menghadapi kehamilan ganda (Mandriwati,
2008).

3) Infeksi dalam kandungan (toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus,


herpes, sifillis, TORCH ) (Suwoyo et al., 2011).

III. PATOFISIOLOGI

Semakin kecilnya semakin prematur bayi itu maka semakin tinggi risiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizinya :

1) Menurunya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen dan


mineral, seperti zat besi, kalsium fosfor dan seng dideposit selama 8
minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi pretrm mempunyai
peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, ritek dan anemia.
2) Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120
kkl/kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkl/kg/hari.
3) Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan koordinasi
antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah
aspirasi pnemonia, belum berkembang dengan baik sampai kehamilan
32 – 42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
mortilitas usus sering terjadi pada bayi pretrm.
4) Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi pretrm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan
untuk mencerna dan mengobsorbsi lemak, dibandingkan bayi aterm.
Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam
perencanaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga
rendah sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
5) Paru – paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas
dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan
mengganggu makanan secara oral.
6) Potensi untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh
dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan
bawah kulit memberikan insulansi, kehilangan

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan


yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),
tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu
tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi
normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.

Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga


hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun
sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih
tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga
lebih besar (Nelson, 2010).

IV. KLASIFIKASI

Menurut Proverawati dan Ismawati (2010) dalam Kristiani (2014) 12,


terdapat 2 jenis klasifikasi BBLR
1. Menurut Harapan Hidupnya
 Berat bayi lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram
 Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-
1500 gram
 Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
dari 1000 gram
2. Menurut Masa Gestasinya
 Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK).
 Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK)
 Postmaturitas adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi lebih
dari 42 minggu dihitung dari menstruasi terakhir ibu (atau dengan
pengkajian usia gestasi) dianggap postmatur atau postterm, tanpa
memperhitungkan berat badan lahir (Wong, 2009). Pengaruh pada
janin bervariasi, biantaranya berat janin bertambah, tetap atau
berkurang.

V. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah
(Mitayani, 2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat
sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur
dan sering mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan
belum sempurna.
VI. KOMPLIKASI
a. Penyakit membran hialin (PMH)
PMH adalah penyakit karena ketidakmatangan paru terutama sistem
sintesa surfaktan. Semakin rendah berat bayi lahir, semakin tinggi
kemungkinan terjadinya PMH. Hal ini dikarenakan surfaktan paru
belum sempuna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi
mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli,
sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk
pernafasan berikutnya.
b. Hipoglikemia janin

Higolikemia atau cadangan glikogen yang rendah (Manuaba, 2010;


hal:440). Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat.
Hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen
hati dan meningginya metabolisme bayi (Hanifa, 2007 ; hal.782).

c. Pencernaan bayi belum sempurna dan reflek hisap imatur sehingga


kurangnya kemampuan mencerna makanan. lemahnya reflek batuk,
hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi.

d. Hipotermi
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C- 37°C dan
segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang
umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada
kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan
untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi
panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan,
produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum
matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh
relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan
panas.
e. Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui
plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi
kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan.
Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu.
Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan
seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang mutlak dilakukan apabila bayi dengan berat badan
lahir rendah juga merupakan bayi kurang bulan atau prematur. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tes kocok atau gastric shake
test, foto rontgen toraks, USG kepala (bayi di bawah usia 35 minggu).
VIII. PENATALAKSANAAN TERAPI
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang
menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi.
Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan
yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis.
Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :

1. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai
dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen
suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan
suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada
BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu.
Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas,
merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi,
posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan
oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan
kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat
memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity.
2. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya
respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan
kehilangan panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi
panas merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem
kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam
suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi
oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu
aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan
menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C –
37,3°C.

Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat


dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :

1) Pemancar pemanas
2) Ruangan yang hangat
3) Inkubator
Tabel Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan
berat

4) Kangaroo Mother Care (KMC)/PMK

Perawatan metode kanguru merupakan suatu cara khusus


dalam merawat bayi BBLR dengan melakukan kontak langsung
antara kulit bayi dengan kulit ibu yang berguna untuk membantu
perkembangan kesehatan bayi melalui peningkatan kontrol suhu,
menyusui, pencegahan infeksi, dan kontak ibu dengan bayi (KMC
India Network, 2004). Depkes RI (2004) mendefinisikan perawatan
metode kanguru sebagai suatu cara perawatan untuk bayi BBLR
terutama dengan berat lahir < 2000 gram melalui kontak kulit
dengan kulit antara ibu dengan bayinya dimulai di tempat
perawatanditeruskan di rumah, dikombinasi dengan pemberian ASI
yang bertujuan agar bayi tetap hangat.

 Manfaat Perawatan Metode Kanguru


Perawatan metode kanguru memberikan manfaat tidak hanya untuk
perkembangan kesehatan bayi tetapi juga bagi penyembuhan
psikologis ibu sehubungan dengan kelahiran preterm dan
memperoleh kembali peran keibuan. Adapun manfaat perawatan
metode kanguru sebagai berikut (Depkes RI, 2008; WHO, 2003) :

A. Manfaat pada bayi


1. Mempertahankan suhu tubuh, denyut jantung, dan frekuensi
pernapasan relatif terdapat dalam batas normal.
2. Memperkuat sistem imun bayi sehingga menurunkan
kejadian infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi
saluran pernafasan bawah.
3. Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan
sehingga menurunkan stress pada bayi.
4. Menurunkan respon nyeri fisiologis dan perilaku
5. Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat dan
memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur.
6. Meningkatkan ikatan ibu dan bayi.
7. Memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan
perkembangan kognitif bayi.
8. Waktu tidur bayi menjadi lebih lama.
9. Memperpendek masa rawat.
10. Menurunkan resiko kematian dini pada bayi.
11. Mencegah kolik pada bayi.
12. Meningkatkan perkembangan motorik bayi.

B. Manfaat bagi ibu


1. Mempermudah pemberian ASI
2. Ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi.
3. Hubungan lekat antara ibu dan bayi lebih baik.
4. Ibu lebih sayang pada bayinya.
5. Memberikan pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu.
6. Meningkatkan produksi ASI.
7. Meningkatkan lama menyusui dan kesuksesan dalam
menyusui.
 Kriteria pelaksanaan PMK
Pada umumnya bayi yang memenuhi kriteria untuk dilakukan
PMK adalah bayi BBLR dengan berat lahir ≤ 1800 gram, tidak ada
kegawatan pernafasan dan sirkulasi, tidak ada kelainan kongenital
yang berat,dan mampu bernafas sendiri. PMK dapat ditunda hingga
kondisi kesehatan bayi stabil dan ibu siap untuk melakukannnya

Pada bayi yang masih dirawat di NICU atau masih


memerlukan pemantauan kardiopulmonal, oksimetri, pemberian
oksigen tambahan atau pemberian ventilasi dengan tekanan positif
(CPAP), infus intra vena, dan pemantauan lain, hal tersebut tidak
mencegah pelaksanaan PMK melalui pengawasan dari petugas
kesehatan.

 Persyaratan PMK
Persiapan yang dilakukan tidak hanya meliputi persiapan bayinya
saja tetapi juga kesiapan ibu dan keluarga, petugas kesehatan, dan
lingkungan yang mendukung (Depkes RI, 2008; WHO, 2003).
1. Formulasi dari kebijakan
Penerapan PMK dan berbagai petunjuk pelaksanaannya harus
difasilitasi oleh pembuat kebijakan kesehatan yang mendukung
disemua tingkat pelayanan. Adapun kebijakan nasional
diperlukan untuk menjamin integrasi yang efektif dari sistem
kesehatan, pendidikan, serta pelatihan yang ada.

2. Organisasi pelayanan dan tindak lanjut


Setiap fasilitas kesehatan yang menerapkan PMK harus
memiliki kebijakan dan petunjuk tertulis yang disesuaikan
dengan kondisi dan budaya lokal tetapi tetap mengacu pada
petunjuk nasional maupun internasional. Tindak lanjut dilakukan
oleh petugas kesehatan terlatih yang tinggal berdekatan dengan
tempat tinggal ibu.

3. Petugas kesehatan yang terlatih


Petugas kesehatan yang ada seperti dokter dan perawat
harus memiliki pelatihan dasar tentang pemberian ASI dan
pelaksanaan PMK serta berpengalaman dalam memberikan
PMK.

4. Peralatan dan perlengkapan


a. Tersedianya peralatan emergency (oksigen, isap lendir,
stetoskop, alat resusitasi, termometer, oksimetri)
b. Timbangan bayi
c. Kursi yang nyaman untuk PMK (ada sandaran punggung dan
tangan) atau tempat tidur
d. Lingkungan ruangan yang nyaman dilengkapi ruang
konseling, wastafel, dan kamar mandi
e. Baju kanguru atau kain panjang, pakaian ibu atau jas
pelindung/kimono, topi, kaus kaki, dan sarung tangan bayi

5. Kesiapan ibu dan keluarganya


Kesiapan ibu meliputi komunikasi, edukasi, adaptasi,
personal hygiene baik. Jika ibu baru saja merokok, mintalah
untuk mandi sebelum PMK dan berhenti merokok selama
beberapa waktu sebelum melakukan PMK.

6. Kesiapan bayi
Kesiapan bayi meliputi kondisi bayi telah stabil dan
hemodinamik stabil (frekuensi jantung, pefusi jaringan, pulse
oksimetri, frekuensi nafas, suhu tubuh, aktifitas).

 Memulai Perawatan Metode Kanguru


Perawatan metode kanguru pada BBLR dapat dilakukan dalam dua
cara :
a. PMK intermitten
PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya
dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya yang masih dalam
perawatan di inkubator dengan durasi minimal 1 jam secara terus
menerus dalam 1 hari. Metode ini dilakukan di fasilitas unit
perawatan khusus ( level 2) dan intensif ( level 3).

b. PMK kontinu
PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat
dilakukan di unit rawat gabung.
 Komponen Perawatan Metode Kanguru
Empat komponen yang terdapat dalam PMK meliputi :
a. Kangarooo position (posisi)
Bayi diletakkan diantara payudara dengan posisi tegak,
dada bayi menempel ke dada ibu. Posisi ini disebut juga dengan
kontak kulit ke kulit antara ibu dengan bayinya. Posisi bayi
diamankan dengan menggunakan baju kanguru atau kain
panjang. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri dengan
posisi sedikit tengadah (ekstensi). Posisi kepala seperti ini
bertujuan untuk menjaga agar saluran nafas bayi tetap terbuka
dan memberi peluang terjadinya kontak mata antara ibu dan
bayi. Hindari posisi kepala terlalu fleksi atau ekstensi. Tungkai
bayi haruslah dalam posisi ‘kodok’ (frog position), tangan harus
dalam posisi fleksi.

Ikatkan dengan kuat kain/baju kanguru agar bayi tidak


terjatuh. Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada
di sekitar epigastrium ibu sehingga bayi dapat melakukan
pernapasan perut. Napas ibu akan merangsang bayi. Setelah bayi
menempel pada ibu, pakaikan ibu baju kimono atau hem besar
agar kehangatan bayi tetap terjaga. Berikut adalah cara
memasukkan dan mengeluarkan bayi dari baju kanguru :

1) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan di belakang


leher sampai punggung bayi.
2) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-
jari lainnya agar kepala bayi tidak tertekuk dan tak
menutupi saluran napas ketika bayi berada pada posisi
tegak.
3) Tempatkan tangan lainnya di bawah pantat bayi.
b. Kangaroo nutrition (nutrisi)
Posisi kangaru sangat ideal bagi proses menyusui, melalui
PMK proses menyusui menjadi lebih berhasil dan sebagian besar
bayi yang dipulangkan memperoleh ASI. Untuk pertama kali
menyusui, ambil bayi tersebut dari baju kanguru lalu bungkus
atau diberi pakaian,lalu tunjukan pada ibu cara menyusui yang
benar. Kemudian letakan bayi dalam posisi kanguru dan beritahu
ibu agar bayi dalam posisi melekat yang benar. Biarkan bayi
menghisap selama ia mau. Meskipun bayi belum dapat
menghisap dengan baik dan lama, anjurkan menyusui terlebih
dahulu, kemudian gunakan metode minum yang lain.

Bayi pada kehamilan kurang dari 30 sampai 32 minggu


biasanya perlu diberi minum melalui pipa lambung. Pemberian
minum melalui pipa dapat dilakukan saat bayi berada dalam
posisi kanguru. Pada bayi dengan masa kehamilan 32 sampai 34
minggu dapat diberi minum melalui gelas kecil. Pemberian
minum dapat diberikan 1 atau 2 kali sehari saat bayi masih diberi
minum melalui pipa lambung. Jika bayi dapat minum melalui
gelas dengan baik maka pemberian minum melalui pipa dapat
dikurangi. Pada saat minum melalui gelas, maka bayi
dikeluarkan dari posisi kanguru.

Pada bayi dengan usia kehamilan 32 minggu atau lebih


biasanya sudah dapat mulai menyusu pada ibu. Bayi sudah bisa
menelan tetapi belum dapat nenghisap secara kuat. Pada bayi
dengan usia kehamilan 34 sampai 36 minggu atau lebih dapat
memenuhi semua kebutuhannya langsung dari ASI. Reflek hisap
yang efektif baru timbul pada bayi degan usia kehamilan 34
minggu.

c. Kangaroo support (dukungan)


Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik
maupun emosional. Dukungan dapat diperoleh dari petugas
kesehatan, seluruh anggota keluarga, ibu, dan masyarakat.
1. Dukungan emosional
Ibu memerlukan dukungan dari keluarga untuk melakukan
PMK.
2. Dukungan fisik
Istirahat dan tidur yang cukup sangat penting bagi ibu agar
dapat melakukan PMK.
3. Dukungan edukasi
Pemberian informasi yang dibutuhkan sangat penting bagi ibu
dan keluarganya agar dapat memahami seluruh proses PMK
dan manfaatnya. Hal ini menentukan keberhasilan ibu dalam
melakukan PMK baik di rumah sakit ataupun di rumah.
Melaksanakan PMK sebaiknya keputusan sendiri dari ibu
setelah memahami PMK dan bukan dianggap suatu
kewajiban.

d. Kangaroo discharge (pemulangan)


Bayi diperbolehkan pulang dengan tetap dilakukan PMK
dirumahnya. Lingkungan keluarga sangat penting untuk
kesuksesan PMK. Bayi dapat dipulangkan dari rumah sakit
ketika telah memenuhi kriteria :
1. Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik, tidak
ada apneu atau infeksi.
2. Bayi dapat minum dengan baik ( menyusui atau menggunakan
gelas).
3. Berat bayi telah kembali ke berat awal dan selalu bertambah
(kurang lebih 15 gram/kg/hr) selama 3 hari berturut-turut.
4. Ibu mampu merawat bayi dapat datang secara teratur untuk
melakukan follow-up.

3. Perlindungan terhadap infeksi


Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan
semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi
BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat
rentan denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
mencegah infeksi antara lain :
1) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus
melakukan cuci tangan terlebih dahulu.

2) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan


secara teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga
kebersihannya.
3) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh
memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh
atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker
ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.

4. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting
pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi
(70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal
ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik
diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang
sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan
cairan.
5. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR
tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka
karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum
sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi
ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui
parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.

Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran


dalam pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme
oral-faring dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu
cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi
kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang
berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada
evaluasi status respirasi, denyut jantung, saturasi oksigen, dan variasi
dari kondisi normal dapat menunjukkan stress dan keletihan.

Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap,


menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan
penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan
menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung.
Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami
distensi abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan.

Tatalaksana untuk bayi BBLR harus diberikan sedini mungkin


sejak bayi masih berada di NICU. Hal terpenting dalam perawatan dini
bayi BBLR di NICU adalah pemberian nutrisi yang adekuat sehingga
terjadi peningkatan berat badan pada bayi BBLR.

6. Penghematan Energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah
menghemat energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal
mungkin. Bayi yang dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan
pakaian , tetapi hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian
kegiatan melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain
itu, observasi dapat dilakukan tanpa harus membuka pakaian.

Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas


bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat
kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang
meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat
beristirahat lebih banyak.

Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan


menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan,
pola tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik
dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup.

PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi sehingga waktu


tidur bayi akan lebih lama dan mengurangi stress pada bayi sehingga
mengurangi penggunaan energi oleh bayi.

7. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus.
Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang
diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual.
Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang
bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara
yang paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter,
perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong,
atau membelai memberikan rangsang sentuhan.
Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK
karena selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap
dengan lembut punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan
memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori
motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.

8. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga


Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak
diharapkan dan membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi.
Orang tua biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya,
apalagi perawatan bayi di unit perawatan khusus mengharuskan bayi
dirawat terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga
merasa bersalah terhadap kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan
marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan dari
perawat.
Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam
menghadapi krisis emosional, antara lain dengan memberi kesempatan
pada orang tua untuk melihat, menyentuh, dan terlibat dalam perawatan
bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode kanguru karena melalui
kontak kulit antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa lebih
nyaman dan percaya diri dalam merawat bayinya. Dukungan lain yang
dapat diberikan perawat adalah dengan menginformasikan kepada orang
tua mengenai kondisi bayi secara rutin untuk meyakinkan orang tua
bahwa bayinya memperoleh perawatan yang terbaik dan orang tua selalu
mendapat informasi yang tepat mengenai kondisi bayinya.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
BBLR (BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH)

I. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien dan Keluarga


2. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan Utama
Bayi menangis lemah, refleks hisap belum ada, berat bayi lahir
rendah yaitu 2000 gram.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Bayi lahir secara spontan ± pada usia kehamilan 30 minggu dengan
berat bayi lahir kurang dari 2000 gram.

3) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


a. Pre Natal
Kurangnya perawatan yang baik selama hamil yang
seharusnya Ibu Klien melakukan pemeriksaan kehamilannya
setiap 2 bulan sekali. Selama kehamilan ditemukan riwayat
penyakit tertertentu yang dapat mempengaruhi kondisi bayi.

b. Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan ± 30 minggu,
ditandai dengan ketuban pecah sebelum persalinan.

c. Post Natal
Setelah kelahiran, bayi tidak menangis, keadaan lemah,
nafas tidak teratur, dan dilakukan pemasangan kanul O2.

3. Pola Sehari-hari
1) Nutrisi dan Metabolisme
Bayi mendapat diet susu formula khusus BBLR, reflek menghisap
dan menelan lemah sehingga BB bayi turun.
2) Eliminasi Urine dan Feses
Bayi mengalami diare dengan konsistensi warna hitam, lembek cair,
bau khas feses bayi. BAK menggunakan pempers dengan urin
mengalami perubahan warna.
3) Istirahat dan Tidur
Bayi terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan saat setelah
BAB dan BAK, rata-rata tidur per hari yaitu 20-22 jam.
4) Toleransi Stress dan Koping
Klien menangis saat merasa lapar, merasa adanya
ketidaknyamanan, dan mengalami penurunan aktivitas.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif, menangis lemah,
perawatan dalam Incubator
2) Tanda-tanda Vital : Tidak stabil, suhu tubuh (hipotermi/hipertermi)
3) Antropometri : Ukur panjang badan, berat badan, lingkar
dada, lingkar kepala, bentuk kepala, warna rambut, mata simetris
antara kanan dan kiri, hidung terpasang ventilator, mulut
reflekhisap belum ada, terpasang selang OGT, mukosa kering,
telinga simetris kanan dan kiri, tidak ada luka, jantung tampak ictus
cordis, teraba dengan getaran, tidak terdengar gallop, rabaan gerak
pernafasan simetris, terdengar ronchi, kaki kanan terpasang SPO2,
akral sedikit dingin, warna kulit coklat gelap, tidak ikterik, turgor
kulit cukup baik

4) Pemeriksaan B1-B6

 B1 (Breathing)
Penafasan 35 x/menit, terdapat suara nafas tambahan ronchi
di lapang paru kiri.
 B2 (Bleed/Sirkulasi)
S1S2 tunggal, tidak terdengar mur-mur atu gallop, Suhu
: 35ºC, akral dingin berwarna pucat, konjungtiva anemis,
mukosa bibir kering, CRT > 2detik.
 B3 (Brain/persyarafan)
Lemas, kurang aktif, menangis lemah, perawatan dalam
Incubator.
 B4 (Perkemihan/Bladder)
kebersihan area genital bersih,, tidak terdapat luka
dekubitus, urin bewarna kuning, baukhas urine.
 B5 (Pencernaan/Bowel)
Nafsu makan menurun, terpasang NGT, warna kulit pucat,
mulut bersih, mukosa bibir kering, 2 hari sekali konsistensi
kuning lembek, susu 10 cc, bising usus 10x/menit
 B6 (Bone/Integumen-Muskuloskeletal)
Kemampuan gerak sendi terbatas, turgor kulit kurang, tidak
ada fraktur ataupun kontraktur di ekstremitas atas ataupun
bawah, terpasang infuse NaCl 0,9% di tangan kiri,
terpasang double lumen di sub klavikula dextra.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas b.d penumpukan cairan dirongga paru


2. Resiko hipotermi b.d jaringan subkotis tipis
3. Deficit nutrisi : kurang darin kebutuhan tubuh b.d prematuritas,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
4. Resiko infeksi b.d prematuritas dan system imun yang tidak adekuat
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas b.d pemupukan cairan dirongga paru
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan
tidak terjadi ketidakefektifan jalan napas dengan kriteria hasil :
 Sianosis menurun
 Pola napas membaik
 Dyspnea menurun

Intervensi:

 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)


 Monitor bunyi napas
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-till chin lift
 Posisikan semi fowler atau fowler
 Berikan minuman hangat
 Lakukan fisioterapi dada
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 Berikan oksigen
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, jika perlu.
2. Resiko hipotermi b.d jaringan subkotis tipis
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan
tidak terjadi resiko hipotermi dengan kriteria hasil:
 Pucat menurun
 Suhu tubuh membaik
 Suhu kulit membaik

Intervensi:

 Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5ºC sampai dengan


37,5ºC)
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
 Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada
bayi baru lahir
 Letakkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer
 Pertahankan kelembapan incubator 50% atau lebih untuk
mengurangi kehilangan panas karena proses evaporasi
 Sesuiakan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
 Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara
dingin
 Kolaborasi pemberian antipiretik
3. Deficit nutrisi : kurang darin kebutuhan tubuh b.d prematuritas,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan
deficit nutrisi tidak terjadi dengan kriteria hasil:
 Berat badan membaik
 Nafsu makan membaik
 Membrane mukosa membaik

Intervensi:

 Identfikasi status nutrisi


 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tahap Implementasi merupakan tahap pelaksanaan dari intervensi yang telah
disusun / direncanakan.
V. EVALUASI KEPERAWATAN
Menilai keberhasilan dari intervensi yang telah dibuat.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BY. R DENGAN DIAGNOSIS BBLR
DI RUANG NICU RSUD. Dr. SOETOMO SURABAYA

Nama Mahasiswa : Nindyta Salsabilla Abdi Tempat Praktek : Ruang Nicu


NIM : P27820717029 Tanggal Pengkajian : 2/02/2021

I. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : By. R
b. Alamat : Surabaya
c. Tanggal Lahir/ Umur : 1 Maret 2021
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. No. Register : 302468
g. Tanggal Masuk/Jam : 1 Maret 2021 jam 15.00 WIB
h. Diagnosa Medis : Neonatus Prematur, BBLR
Nama Penanggung Jawab

a. Nama Ayah : Tn. W


b. Pendidikan : SMA
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Nama Ibu : Ny. U
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Keluhan Utama
Berat bayi lahir rendah yaitu 1700 gram.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Bayi lahir pada tanggal 1 Maret 2021 di RSUD Kota Surabaya secara
spontan diusia kehamilan 32 minggu dengan berat bayi lahir yaitu
1700 gram. Selain itu setelah lahir bayi tidak langsung menangis,
dengan diagnose medis premature dan BBLR oleh karena itu bayi
sekarang dirawat di inkubator dan pemberian nutrisi per NGT.
4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

a. Pre Natal
Ibu klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya
di bidan tiap 2 bulan sekali.

b. Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 32 minggu, ditandai
dengan ketuban pecah sebelum persalinan, lama persalinan 1 jam
dan bayi lahir pada jam 14.45 WIB. Panjang lahir 39 cm dan berat
lahir 1700 gram.

c. Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis, lahir premature dan
BBLR oleh karena itu bayi dirawat di inkubator dan pemberian
nutrisi per NGT.

5. Pemerkasaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, menangis lemah, perawatan dalam
incubator
b. Tanda-tanda Vital
 Nadi : 132 x per menit
 RR : 65 x per menit
 Suhu : 35°C
c. Antropometri
 Panjang Badan: 39 cm
 Berat Lahir : 1700 gram
 Lingkar Dada: 25 cm
 Lingkar Kepala: 29 cm
d. Pemeriksaan fisik
 B1 (Breathing)
Penafasan 40 x/menit, terdapat suara nafas tambahan ronchi
di lapang paru kiri.
 B2 (Bleed/Sirkulasi)
BJ I dan II tunggal, tidak terdengar mur-mur atau gallop,
Suhu
: 35ºC, akral dingin berwarna pucat, konjungtiva anemis,
mukosa bibir kering, CRT > 2detik. Ictus cordis teraba
dengan getaran
 B3 (Brain/persyarafan)
Lemas, kurang aktif, menangis lemah, perawatan dalam
Incubator.
 B4 (Perkemihan/Bladder)
kebersihan area genital bersih,, tidak terdapat luka dekubitus,
urin bewarna kuning, bau khas urine.
 B5 (Pencernaan/Bowel)
Nafsu makan menurun, terpasang NGT, warna kulit pucat,
mulut bersih, mukosa bibir kering, 2 hari sekali konsistensi
kuning lembek, susu 10 cc, bising usus 18x/menit. Jenis
kelamin perempuan, labia mayora belum menutupi labia
minora, anus paten.
 B6 (Bone/Integumen-Muskuloskeletal)
Kemampuan gerak sendi terbatas, turgor kulit kurang, tidak
ada fraktur ataupun kontraktur di ekstremitas atas ataupun
bawah.

\
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SURABAYA

Jl.Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 8C – 60 Website : www.poltekkesdepkes-sby.ac.id


Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 E-mail : admin@poltekkesdepkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5030379 / Fax. (031) 5030379

ANALISA DATA

Hari/Tangg Pengelompokkan Data Kemungkinan Masalah


al/jam Penyebab
Selasa, DS: - Komplikasi BBLR Pola nafas tidak
2 Maret DO: ↓ efektif
Pertumbuhan dinding
2021, 08.00 - RR : 65x/menit
dada belum sempurna
WIB - Suhu : 350C

- Nadi : 132x/menit Vesikuler paru imatur

Peningkatan kerja
nafas

Pola napas tidak
efektif
Selasa, DS: ibu pasien Hepar imatur Deficit Nutrisi
2 Maret mengatakan pada saat ↓
Pemecahan bilirubin
2021, 08.00 diberi susu, reflek hisap
terganggu
WIB bayi kurang

DO:
Hiperbiliriubin
- BB : 1700 gram

- Klien tampak sudah Deficit nutrisi
terpasang NGT,
sehingga reflek
hisap pada klien
kurang
- Diet klien dengan
pemberian asupan
nutrisi pada klien,
yaitu asi ibu
- PB : 39 cm
- LP : 26,5 cm
- LD : 25 cm
- LK : 29 cm
- LILA : 11,2 cm
- Tanda-tanda vital:
RR : 65x/menit
Suhu : 35ºC
Nadi : 132x/menit
Selasa, DS:- Defitis surfaktan Gangguan
2 Maret DO: ↓ Pertukaran gas
Kemampuan
2021, 08.00 - Bunyi napas
mengembang paru
WIB tambahan yaitu
menurun
Ronchi

- Pola napas abnormal Ekspansi paru
- Warna kulit menurun
abnormal yaitu ↓
pucat Gangguan pertukaran

- Tanda-tanda Vital: gas

RR : 65x/menit
Suhu : 35ºC
Nadi : 132x/menit
Selasa, 2 DS:- Komplikasi BBLR Resiko Infeksi
Maret 2021, DO: ↓
Sisitem imun yang
08.00 WIB - Tanda-tanda vital:
belum matang
RR : 65x/menit

Suhu : 35ºC Penurunan daya tahan
Nadi : 132x/menit tubuh

Resiko infeksi
Selasa, DS: - Suplai oksigen kurang Resiko perfusi
2 Maret DO: ↓ serebral tidak
Iskemia
2021, 08.00 - Tanda-tanda vital : efektif

WIB RR : 65x/menit Penurunan kesadaran
Suhu : 35ºC ↓
Nadi : 132x/menit Resiko perfusi serebral
tidak efektif
Selasa, 2 DS:- BBLR Gangguan
Maret 2021, DO: ↓ eliminasi urine
Imaturitas ginjal
08.00 WIB - Distensi kandung

kemih
GFR menurun
- Berkemih tidak ↓
tuntas Oliguria
- Tanda-tanda vital : ↓
Gangguan eliminasi
RR : 65x/menit
urine
Suhu : 35ºC
Nadi : 132x/menit
Selasa, 2 DS: ibu klien BBLR Hipotermia
Maret 2021, mengatakan kulit bayi ↓
Sedikitnya lemak
08.00 WIB tampak pucat
dibawah jaringan kulit
DO:
(subkutan)
- Bayi tampak
didalam inchubator ↓
- Suhu inchubator Kehilangan panas
350C melalui kulit
- Klien terasa dingin
- Ektremitas terasa ↓
dingin Peningkatan
- Tidak terdapat kebutuhan kalori
sianosis pada tubuh
klien ↓
- Lemak pada bawah System termoregulasi
kulit (subkutan) yang imatur
terlihat tipis ↓
- Tanda-tanda vital : Hipotermia
RR : 65x/menit
Suhu : 35ºC
Nadi : 132x/menit
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SURABAYA
Jl.Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 8C – 60 Website : www.poltekkesdepkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 E-mail : admin@poltekkesdepkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5030379 / Fax. (031) 5030379

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Ditemukan masalah Masalah teratasi


Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1. Hipoterima berhubungan Selasa, 2 Mhs
dengan kehilangan panas Maret 2021
melalui kulit ditandai
dengan suhu bayi 33ºC
2. Pola nafas tidak efektif Selasa, 2 Mhs
berhubugan dengan Maret 2021
vesikuler paru imatur
ditandai dengan RR: 65
x/menit
3. Deficit nutrisi Selasa, 2 Mhs
berhubungan dengan Maret 2021
hepar imatur ditandai
dengan BB pasien 1700
gram
4. Gangguan pertukaran gas Selasa, 2 Mhs
berhubungan dengan Maret 2021
kemampuan
mengembang paru
menurun ditandai dengan
bunyi napas tambahan
yaitu ronchi
5. Resiko infeksi Selasa, 2 Mhs
berhubungan dengan Maret 2021
sistim imun yang belum
matang ditandai dengan
tanda-tanda vital: RR: 65
x/menit, Suhu: 35ºC,
Nadi: 132 x/menit
6. Resiko perfusi serebral Selasa, 2 Mhs
tidak efektif Maret 2021
berhubungan dengan
suplai oksigen kurang
ditandai dengan tanda-
tanda vital: RR: 65
x/menit, Suhu: 35ºC,
Nadi: 132 x/menit
7. Gangguan eliminasi Selasa, 2 Mhs
urine berhubungan Maret 2021
dengan imaturitas ginjal
ditandai dengan
berkemih tidak tuntas
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SURABAYA

Jl.Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 8C – 60 Website : www.poltekkesdepkes-sby.ac.id


Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 E-mail : admin@poltekkesdepkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5030379 / Fax. (031) 5030379

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Perencanaan
Tujuan&kriteria Tindakan Rasionalis
keperawatan
hasil keperawatan
1. Hipoterima Setelah dilakukan 1. Monitor suhu 1. Mengetahui
tindakan
berhubungan tubuh suhu tubuh
keperawatan
dengan selama 1x4 jam 2. Monitor tanda bayi
diharapkan tidak
kehilangan panas dan gejala 2. Mengetahui
terjadi Hipotermia
melalui kulit kembali dengan akibat apakah ada
kriteria hasil :
ditandai dengan hipotermia tanda dan
suhu bayi 35ºC 1. Pucat 3. Sediakan gejala akibat
menurun
2. Suhu tubuh lingkungan hipotermia
meningkat yang hangat 3. Untuk
3. Suhu kulit
meningkat 4. Lakukan menyediaka
penghangatan n lingungan
pasif (mis. yang hangat
Memakai 4. Agar bayi
penutup tetap hangat
kepala, dan 5. Untuk
pakaian tebal) menambah
5. Anjurkan kehangatan
minum/makan didalam
an yang
hangat, jika
perlu.
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Mengetahui
efektif tindakan frekuensi, frekuensi,
keperawatan
berhubugan selama 1 x 30 irama, irama,
dengan vesikuler menit, pola nafas kedalaman, kedalaman,
teratasi teratasi
paru imatur dan upaya dan upaya
dengan kriteria
ditandai dengan hasil : napas napas
RR: 65 x/menit a. Dyspnea 2. Monitor 2. Mengetahui
menurun
adanya apakah
b. Frekuensi napas
membaik produksi adanya
c. Kedalaman sputum produksi
napas membaik
3. Monitor sputum
adanya 3. Mengetahui
sumbatan apakah ada
jalan napas sumbatan
4. Palpasi jalan napas
kesimetrisan 4. Mengetahui
ekspansi paru kesimetrisan
5. Auskultasi ekspansi
bunyi napas paru
6. Jelaskan 5. Mengetahui
tujuan dan bunyi napas
prosedur 6. Untuk
pemantauan mengedukasi
keluarga juga
3. Deficit nutrisi Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
tindakan
berhubungan status nutrisi status nutrisi
keperawaan
dengan hepar selama 1x8 jam 2. Monitor bayi
diharapkan tidak
imatur ditandai asupan 2. Mengetahui
terjadi kembali
dengan BB pasien deficit nutrisi makanan asupan
dengan kriteria
1700 gram 3. Lakukan oral makanan
hasil :
hygine yang
a. Berat badan
membaik sebelum dikonsumsi
b. Nafsu makan makan oleh bayi
membaik
4. Kolaborasi 3. Untuk
c. Bising usus
membaik dengan ahli kebersihan
gizi mulut bayi
4. Untuk
meningkatka
n berat badan
bayi

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SURABAYA

Jl.Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 8C – 60 Website : www.poltekkesdepkes-sby.ac.id


Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 E-mail : admin@poltekkesdepkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5030379 / Fax. (031) 5030379

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Hari/tanggal No. diagnosa Tindakan keperawatan Paraf


dan jam keperawatan
3. Selasa, 2 Hipoterima 1. Memonitor suhu tubuh
Maret 2021 berhubungan R: suhu tubuh bayi
08.00 dengan yaitu 35ºC
08.10 kehilangan 2. Memonitor tanda dan
panas melalui gejala akibat
kulit ditandai hipotermia
dengan suhu R: terjadi hipotermia
bayi 33ºC ketika diberikan susu
oleh sang ibu
08.15 3. Menyediakan
lingkungan yang
hangat
R: ibu pasien sangat
kooperatif ketika
diberikan penghangat
tubuh seperti bedong
dan kaos kaki untuk
bayi
08.20 4. Melakukan
penghangatan pasif
(mis. Memakai
penutup kepala, dan
pakaian tebal)
R: ibu pasien
terkadang membawa
dari rumah seperti topi
bayi, baju bayi, dan
kaos kaki bayi
5. Menganjurkan
08.25 minum/makanan yang
hangat, jika perlu.
R: ketika hendak
diberkan susu bayi,
terlebih dahulu
perawat
menghangatkan susu
ASI bayi sebelum
hendak diberikan

2. Selasa, 2 Pola nafas 1. Memonitor frekuensi,


Maret 2021 tidak efektif irama, kedalaman, dan
08.25 WIB berhubugan upaya napas
dengan R: RR: 65 x/menit
vesikuler paru ditemukan otot bantu
imatur ditandai napas
08.30 dengan RR: 65 2. Memonitor adanya
x/menit. produksi sputum
R: terdapat sputum
sedikit di rongga dada,
sehingga terdapat
suara napas tambahan
ronchi
08.35 3. Memonitor adanya
sumbatan jalan napas
R: tidak ada sumbatan
jalan nafas
08.40 4. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
R: paru pasien tampak
simetris
5. Mengauskultasi bunyi
08.45 napas
R: terdapat suara napas
tambahan yaitu ronchi
08.50 6. Menjelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
R: keluarga pasien
kooperatif ketika
perawat menjelaskan
prosedur pemantauan
pernafasn
3. Selasa, 2 Deficit nutrisi 1. Mengidentifikasi
Maret 2021 berhubungan status nutrisi
09.00 dengan hepar 2. Memonitor asupan
09.10 imatur ditandai makanan
dengan BB R: pasien tampak tidak
pasien 1700 selera mengenyot botol
gram dot yang telah
diberikan oleh perawat
09.15 3. Melakukan oral hygine
sebelum makan
R: pasien tampak
kooperatif dan tidak
menolak
09.20 4. Mengkolaborasi
dengan ahli gizi
R: meningkatkan
asupan susu ASI

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SURABAYA

Jl.Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 8C – 60 Website : www.poltekkesdepkes-sby.ac.id


Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 E-mail : admin@poltekkesdepkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5030379 / Fax. (031) 5030379

EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal/jam Diagnosa Evaluasi keperawatan dan Tanda


Keperawatan catatan perkembangan tangan
Selasa, 2 Maret Hipoterima S: ibu pasien mengatakan
2021, 10.00 berhubungan kulit bayinya agak kemerahan
WIB dengan kehilangan tidak lagi pucat
panas melalui kulit O: RR: 50 x/menit
ditandai dengan Nadi : 132 x/menit
suhu bayi 33ºC Suhu: 36ºC
Akral pasien teraba hangat
dan sedikit kemerahan
A: masalah Hipotermia
teratasi sebagian
P: intervensi dihentikan
Selasa, 2 Maret Pola nafas tidak S:-
2021, 10.00 efektif berhubugan O : RR: 50 x/menit
WIB dengan vesikuler Nadi : 132 x/menit
paru imatur Suhu: 36ºC
ditandai dengan A: pola nafas tidak efektif
RR: 52 x/menit. teratasi sebagian
P: intervensi dihentikan
Selasa, 2 Maret Deficit nutrisi S: ibu pasien mengatakan
2021, 10.00 berhubungan reflek hisap bayi eningkat
WIB dengan hepar dari sebelumnya
imatur ditandai O: BB bayi meningkat
dengan BB pasien menjadi 2000 gram
1700 gram RR: 50 x/menit
Nadi : 132 x/menit
Suhu: 36ºC
A: masalah deficit nutrisi
teratasi sebagian

Anda mungkin juga menyukai