Anda di halaman 1dari 8

NAMA : SULASMI

NPM : 19.15.143
PEMINATAN : ARS NON REGULER
DOSEN : Dr. Felix Kasim, M.Kes.
MATA KULIAH : MANAJEMEN PELAYANAN MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK

1. Tugas dan Fungsi Rs

Tugas :
Membantu dalam menyelenggarakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan,
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan melaksanakan upaya rujukan kesehatan serta
penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan kesehatan, dan
melaksanakan pelayanan bermutu sesuai standar pelayanan rumah sakit .

Fungsi :
1. Penyelenggaraan pelayanan medis
2. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis dan non medis
3. Penyelenggaraan pelayanan asuhan keperawatan dan kebidanan
4. Penyelenggaraan pelayanan rujukan
5. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kesehatan
6. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan calon dokter dan tenaga kesehatan lainnya
7. Penyelenggaraan administrasi umum dan keuangan

2. Market Leader dan Market share


Jawab :
Mempertahankan atau bahkan meningkatkan market share (pangsa pasar) sangat penting.
Terlebih bagi merek yang sudah berada di level atas suatu kategori industri. Alasannya,
kompetitor tidak akan tinggal diam. Para kompetitor ingin juga menggantikan posisi merek yang
market share-nya lebih besar. Bahkan, bila perlu melewatinya dan menjadi penguasa pasar
(market leader).
Untuk beberapa kategori, mempertahankan dan meningkatkan market share memang harus
ditunjang oleh sebaran distribusi yang kuat. Contohnya di kategori Obat Maag, karena penyakit
maag bisa kambuh sewaktu-waktu. Selain itu, pembeliannya juga biasanya bersifat impulsif dan
konsumen akan membeli di toko atau warung terdekat. Akibatnya, sampai saat ini Promag yang
ditunjang jalur distribusi luas dan merata masih sulit digoyang oleh Mylanta dan Polysilane.

3. Faktor Eksternal

1)      Ketenagakerjaan

Perbandingan yang ideal antara jumlah tenaga perawat dengan jumlah tempat tidur untuk RS tipe
B adalah 2:3.  Dimana saat ini Rumah Sakit telah menjadi rumah sakit tipe B, masih dirasakan
kekurangan tenaga paramedis perawatan. Dan untuk penambahan/pengangkatan Pegawai Negeri
Sipil digunakan sistem zero growth.

2)      Sarana

Ø  Instalasi Gawat Darurat/IGD

IGD sebagai tempat pelayanan 24 jam tempatnya kurang strategis sebab terlalu menjorok ke
dalam sehingga mobil pengantar pasien tidak dapat langsung masuk.  Tenaga medis dan
paramedis dengan sertifikat Pelatihan Penatalaksanaan Gawat Darurat (PPGD) dan Advanced
Trauma Life Support (ATLS) masih kurang.

Ø   Instalasi Rawat Jalan

Instalasi Rawat Jalan saat ini mempunyai 14 Ruangan Poliklinik, jumlah ini masih kurang sebab
masih ada 1 (satu) ruangan yang digunakan untuk 2 (dua) Poliklinik.

Ø   Instalasi Rawat Inap


Dari segi fisik terlihat bahwa bangunan masing – masing ruangan di Instalasi Rawat Inap sudah
tua dan mulai banyak kerusakan.  Jumlah tempat tidur di Instalasi Rawat Inap saat ini ada 203,
melihat tingkat hunian dalam satu tahun terakhir ini rata – rata 80% maka kapasitas TT masih
kurang.  Untuk ruang bersalin terlihat belum adanya incubator, sedangkan ruang perawatan
intensive (ICU) belum memenuhi standar, baik dari segi bangunan maupun peralatannya.

Ø   Instalasi Bedah Sentral

Instalasi Bedah Sentral di bangun tahun 1981 walaupun sudah mengalami rehabilitasi namun
belum memenuhi standar estetika sebagai sebuah Instalasi Bedah Sentral.

Ø   Instalasi Farmasi

Instalasi Farmasi sebagai penyedia obat – obat bagi pasien baik lewat jalan maupun rawat inap
belum optimal.  Instalasi ini baru mampu melayani kurang lebih 50% kebutuhan obat.  Hal ini
disebabkan karena keterbatasan anggaran.

Ø   Instalasi Laboratorium

Sebagai pelayanan penunjang dari segi fisik Instalasi Laboratorium sudah mempunyai gedung
yang memadai tetapi peralatannya masih kurang.  Sampai saat ini peralatannya masih ada yang
sewa begitu juga ketenagaannya masih kurang sehingga belum bisa melayani 24 jam.  Hingga
kini Instalasi Laboratorium belum mempunyai dokter Patologi Anatomi.

Ø   Instalasi Radiologi

Keadaan fisik bangunan di Instalasi Radiologi cukup memadai tetapi untuk peralatannya belum
lengkap.  Alat canggih seperti CT Scan belum ada.

Ø   Instalasi Rehabilitasi Medik

Sampai saat ini peralatan dan tenaga di Instalasi Rehabilitasi Medik masih kurang.

Gambaran di atas merupakan sebagian dari Instalasi yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah
Unit Swadana Kabupaten Kudus.  Selain yang disebutkan di atas masih ada Instalasi Gizi,
Instalasi Pengolahan Air Limbah, Instalasi Diklat, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
dan Instalasi PKMRS yang keadaanya masih kurang memadai.

3)      Kinerja Pelayanan

Kinerja Pelayanan juga memegang peranan penting didalam lingkungan langsung usaha dari
RSUD Kudus.  Dari kinerja pelayanan RSUD Kudus terjadi peningkatan kunjungan pasien rawat
inap dan rawat jalan di RSUD Kudus.  Untuk bulan Januari s/d Juni 2001 saja BOR-nya 89,2%. 
Dengan BOR yang di atas angka ideal ini menyebabkan TOI kurang dari 1 hari, dan BTO kurang
ideal.  Keadaan seperti ini perlu dipikirkan untuk penambahan tempat tidur, sehingga tidak
terjadi antrean pemakaian kamar

4. Fungsi inti (core activities) mencakup kegiatan surveilans dan langkah-langkah intervensi
kesehatan 5 masyarakat. Kegiatan surveilans mencakup deteksi, pencatatan, pelaporan data,
analisis data, konfirmasi epidemiologis maupun laboratoris, umpan-balik (feedback). Langkah
intervensi kesehatan masyarakat mencakup respons segera (epidemic type response) dan
respons terencana (management type response).
Fungsi pendukung (support activities) mencakup pelatihan, supervisi, penyediaan sumber
daya manusia dan laboratorium, manajemen sumber daya, dan komunikasi (WHO, 2001;
McNabb et al., 2002).
5. Penyebab Inflasi kesehatan
- Pertambahan penduduk
- Sesok penduduk
- Transisi epidemiologis
- Teknologi kedokteran dan kesehatan
- Pola tenaga padat karya dan spesialis
- Inflasi biaya umum / ekonomi sudah cukup tinggi
- Komponen non medis dalam yankes
6. Jelaskan tentang
 Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverse event yaitu insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat
diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis.
 Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss merupakan suatu insiden yang tidak
menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu 11 tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dapat terjadi karena:
 “keberuntungan” (misalnya pasien yang menerima suatu obat kontra indikasi tetapi
tidak timbul reaksi obat).

 “pencegahan” (misalnya secara tidak sengaja pasien akan diberikan suatu obat dengan
dosis l ethal, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan).
 “peringanan” (misalnya pasien secara tidak sengaja telah diberikan suatu obat dengan dosis
lethal, segera diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya, sehingga tidak menimbulkan
cidera yang berarti).
 Medication error; merupakan salah satu penyebab error yang signifikan di Rumah Sakit.
Kejadian medication error terkait dengan praktisi, produk obat, prosedur, lingkungan atau sistem
yang melibatkan prescribing, dispensing, dan administration.
 Kondisi Potensial Cedera (KPC) Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi
 belum terjadi insiden. KejadianTidak Cedera (KTC) Insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak timbul cedera
 .Kejadian Nyaris Cedera (KNC) Terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke
pasien.
 KejadianTidak Diharapkan (KTD) Insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.

7. Akar masalah dari medical error ialah Kesalahan pengobatan dapat terjadi pada
masing-masing proses dari peresepan, mulai dari penulisan resep, pembacaan resep oleh
apoteker, penyerahan obat sampai penggunaan obat oleh pasien, kesalahan yang terjadi di salah
satu komponen dapat secara berantai menimbulkan kesalahan lain di komponen-komponen
selanjutnya. Sebagian besar kesalahan peresepan merupakan akibat dari resep yang tidak
lengkap. Dokter melakukan kesalahan terbanyak yakni 99.12%. kesalahan farmasetik meliputi
overdosis atau dosis rendah yang inadekuat. Penyerahan obat meliputi preparasi obat yang tidak
tepat dan pemberian informasi yang tidak lengkap. Monitoring keamanan dan efikasi obat secara
adekuat dapat mencegah terjadinya efek samping. Di Rumah Sakit, pemberian informasi dan
kontrol administrasi obat merupakan tantangan yang berat. Selain itu, pada pasien rawat jalan,
kontrol penggunaan obat dan keparahan efek samping juga belum dimonitor dengan baik.
Interaksi obat dengan obat, makanan, dan bahan kimia dapat mempengaruhi terapeutik pasien.

8. Pelayanan Prima : Pelayanan Prima (Excellent Service) menurut pengertian “


Pelayanan”, yang berarti “usaha melayani kebutuhan orang lain” atau dari pengertian
”melayani “ yang berarti ”membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan
seseorang”. Dengan Prima atau excellent yang berarti bermutu tinggi dan memuaskan.
Pelayanan Prima di Rumah Sakit adalah pelayanan terbaik yang diberikan oleh karyawan RS
untuk memenuhi/bahkan melampaui harapan pengguna jasa rumah sakit. Dimana harapan
ini ditentukan oleh pengalaman masa lalu terhadap jasa atau produk yang pernah digunakan,
Informasi layanan yang diterima dari berbagai sumber atau janji-janji dan faktor internal dari
pengguna jasa yaitu dari pengguna jasa rumah sakit sendiri.
Unsur unsur melayani prima sebagaimana dimaksud dengan pelayanan umum, sesuai
keputusan Menpan No. 81/1993, yaitu (1). Kesederhanaan, (2). Kejelasan dan Kepastian,
(3). Keamanan, (4). Keterbukaan, (5) Efisien, (6). Ekonomis, (7). Keadilan yang merata, (8).
Ketepatan waktu.

Unsur Pokok Pelayanan Prima

Menurut Barata (2004),  pelayanan prima terdiri dari 6 unsur pokok, antara lain :

1. Kemampuan (Ability)

2. Sikap (Attitude)

3. Penampilan (Appearance)

4.  Perhatian (Attention)

5. Tindakan (Action)
6. Tanggung jawab (Accounttability

9. Jelaskan upaya mencegah Fraud di Rumah Sakit:


a. Buat Panduan Praktik Klinik disertai clinical pathway untk masing- masing
diagnosis
b. Edukasi semua pihak terkait; spi, dokter, perawat coder
c. Buat edaran larangan fraud Sebelum claim dilakukan verifikasi internal oleh
SPI.
d. Membuat komitmen antara rumah sakit dengan BPJS bila ada over payment, apa
langkah –langkah yang harus dilakukan bersama, dan bila ada persangkaan fraud di
klarifikasi ke rumah sakit
10. Strategi Penguatan Pelayanan Primer Untuk Mendukung Sustainabilitas Program
JKN. Beban biaya kesehatan yang diselenggarakan melalui program JKN dari tahun ke
tahun semakin besar bahkan ketidakseimbangan (gap) antara penerimaan iuran dengan biaya
pelayanan peserta BPJS Kesehatan cenderung meningkat.
merupakan sistem pelayanan kesehatan yang melingkupi pendidikan mengenai masalah
kesehatan, cara pencegahan penyakit,
serta pengendaliannya; peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi; penyediaan
air bersih dan sanitasi dasar, kesehatan ibu dan anak (termasuk keluarga berencana);
imunisasi; pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat, pengobatan penyakit
umum dan ruda paksa; serta penyediaan obat-obat esensial. Sejak Deklarasi Alma Ata
(WHO, 1978), Pelayanan Kesehatan Primer menjadi salah satu satu hal utama dalam
pembangunan ketahanan nasional, dan program ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan holistik di masyarakat.
.11. Jenis pelayanan penunjang medic :

1. Instalasi Radiologi
2. Instalasi Farmasi
3. Instalasi Laboratorium
4. Instalasi Gizi
5. Instalasi Rehabilitasi Medik
6. Instalasi Rekam Medik dan SIM – RS
7. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
8. Instalasi Pemulasaraan Jenasah
9. Instalasi CSSD

Pelayanan penunjang medik di rumah sakit menurut Jhon R. Griffith meliputi pelayanan
diagnostik, terapeutik dan kegiatan di masyarakat umum. Pelayanan Penunjang Medik diagnostik
meliputi : Laboraturium : kimiawi, hematologi, histopologi, bakteriologi, virologi, otopsi dan
kamar jenazah. Diagnostik imaging : radiologi, tomografi, radioisotop, ultra-sonografi dan CT
scan Laboraturium kardiopulmoner : elektrokardiografi, tes fungsi paru dan kateterisasi jantung.
Lain-lain : elektroensefalografi, elektromiografi dan audiologi. Pelayanan Penunjang Medik
terapeutik meliputi : Farmasi Ruang operasi : anastesi, ruang bedah, ruang pulih ruang
melahirkan/persalinan unit gawat darurat bank darah rehabilitasi medik : terapi fisik, terapi
respirasi, terapi wicara dan terapi okupasi. Pelayanan sosial radioterapi psikologi klinik terapi di
rumah penderita : homecare, hospice Pelayanan Penunjang Medik di Masyarakat umum meliputi
: Imunisasi Program skrining berbagai penyakit tertentu pelatihan resusitasi kardiopulmoner
Keluarga berencana dan KIA Program kebugaran jasmani dan pengendalian berat badan.

Anda mungkin juga menyukai