Anda di halaman 1dari 1

Tidak semua BPH menimbulkan gejala.

Sebuah penelitan pada pria


berusia di atas 40 tahun, sesuai dengan usianya, sekitar 50% mengalami
hiperplasia kelenjar prostat secara histopatlogis. Dari jumlah tersebut, 30-50%
mengalami LUTS, yang juga dapat disebabkan oleh kondisi lain (Roehrborn dkk,
2010).

Gejala BPH terbagi menjadi gejala obstruktif dan iritatif. Gejala obstruksi
berupa hesistansi, penurunan pancaran urin, rasa tidak tuntas saat berkemih,
double voiding, mengejan saat berkemih dan urin menetes setelah berkemih.
Gejala iritatif berupa urgensi, frekuensi dan nokturia. Gejala-gejala tersebut
disebut sebagai gejala saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract
Syndrome (LUTS) (Cooperberg, 2013).

LUTS dapat dibagi menjadi gejala penampungan, pengosongan, dan


pascamiksi. Umumnya, LUTS dikaitkan dengan adanya obstruksi yang
diakibatkan oleh pembesaran kelenjar prostat. Namun penelitian lebih lanjut
menunjukkan bahwa LUTS tidak hanya disebabkan oleh adanya kelainan pada
prostat. Adanya gangguan dari kandung kemih dapat juga menyebabkan LUTS,
misalnya peningkatan aktivitas otot detrusor, gangguan kontraktilitas pada fase
penampungan, dan penurunan aktivitas otot detrusor pada fase pengosongan.
Kondisi lain baik kondisi urologis maupun neurologis juga dapat berkontribusi
terhadap adanya LUTS (Cooperberg, 2013).

Roehrborn, CG. et al., 2010. Mcconnell JD. Benign Prostatic Hyperplasia:


Etiology, Pathophysiology, Epidemiology, and Natural History in Campbell -
Walsh Urology. 10th Sarma AV and Wei JT. Benign Prostatic Hyperplasia and
Lower Urinary Tract Symptoms. The New England Journal of Medicine. 2012;
367: 248-257. edition.Philadelphia: Elsevier Saunders.

Cooperberg, MR, Presti JC, Shonohara K, Carrol PR, 2013, Neoplasms of


the prostate gland, In: Mc Aninch JW, Lue TF, Newyork.

Anda mungkin juga menyukai