Anda di halaman 1dari 12

Ringkasan Materi Bab V : PENYUSUNAN TES OBYEKTIF

Nama : Seren Regina Wilhelmina Bupu Mame

NIM : 1901040032

Kelas : Biologi A

A. Tujuan Instruksional Khusus


Dalam pembaruan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini,
setiap guru dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatannya yaitu mengajar dengan
titik tolak kebutuhan siswa. Oleh karena itu, dalam merancang sistem belajar yang
akan dilakukannya, langkah- pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan
instruksional.
Tujuan Instruksional sendiri terbagi menjadi 2 yaitu tujuan instruksional umum
dan tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional umum merupakan tujuan
pengajaran yang perubahan prilaku siswa yang belajar masih merupakan perubahan
internal yang belum dapat dilihat dan diukur. Sedangkan tujuan instruksional khusus
merupakan tujuan pengajaran dimana perubahan prilaku telah dapat dilihat dan diukur.
Sebagai mahasiswa calon guru di masa yang akan datang, kita perlu mengetahui
langkah-langkah yang tepat dalam membuat tujuan instruksional khusus yaitu yang
pertama adalah membuat sejumlah TIU (tujuan instruksional umum) untuk setiap mata
pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan yang mana dalam membuat TIU harus
menggunakan kata kerja yang sifatnya masih umum dan tidak dapat diukur karena
perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia (intern). Kedua,
menjabarkan TIU yang telah dibuat menjadi TIK yang rumusannya jelas, khusus, dapat
diamati, terukur dan menunjukan perubahan tingkah laku. Dalam menjabarkan TIU
dapat menggunakan kata-kata kerja seperti memahami, mengetahui, mengerti,
menghayati, menyadari, menghargai, dan masih ada beberapa lagi yang sifatnya masih
terlalu umum sehingga penafsirannya dapat berbeda antara orang yang satu dengan
yang lain. Contohnya menyadari pentingnya mengikuti proses KBM dengan baik,
menghargai hasil kerja siswa dalam menyelesaikan suatu tugas.
Menurut Sudjarwo (1984:36) Ada tiga fungsi dasar tujuan instruksional. Fungsi
yang pertama dapat dipakai untuk membantu mendefinisikan arah instruksional secara
umum dan sebagai dan sebagai petunjuk tentang materi pelajaran yang perlu dicakup.
Kedua, memberikan pengarahan tentang metode/ mengajar yang sebaiknya diterapkan.
Ketiga, membantu dan mempermudah pengukuran hasil belajar yang dituangkan
dalam prosedur perencanaan dan penilaian.

B. Tes Obyektif
1. Ciri-ciri tes obyektif
 Karena merupakan tes objektif atau pilihan maka dalam soal terdapat obsi
atau ada beberapa pilihan jawaban dimana hanya ada 1jawaban benar dan
jawaban lain sebagai pengecohan.
 Karena sudah terdapat pilihan jawaban maka biasanya soal objektif disusun
dengan jumlah yang banyak.
 Hasil yang sudah didapatkan selalu mewadahi karena penyusunan soal
yang mencakup seluruh materi. Hal ini berkaitan dengan ciri kedua yakni
soal tes objektif disusun dengan jumlah yang banyak maka seluruh materi
bisa masuk ke dalam soal.
 Penggunaannya biasanya pada evaluasi tingkat akhir seperti pada saat UTS
maupun UAS di tingkat SD, SMP dan juga SMA.

2. Kelebihan tes obyektif


 Mengandung banyak sisi positif seperti lebih tepat karena sudah ada obsi
pilihan jadi para siswa tidak ragu-ragu untuk memilih jawaban dan juga
lebih obyektif.
 Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat karena jawaban hanya berupa
obsi. Jadi dapat juga menghemat waktu dan tenaga guru maupun
pemeriksa.
 Pemeriksaan dapat diserahkan ke orang lain karena jawaban yang akan
diperika berupa obsi dan tidak berupa uraian yang perlu dibaca panjang
lebar maka bisa dibantu oleh orang lain untuk memeriksa.
 Materi yang dicakup untuk pembuatan soal tes essay dapat dimasukkan
secara keseluruhan.

3. Kelemahan tes obyektif


 Membutuhkan persiapan soal yang sulit. Maksud dari ciri ini adalah
walaupun materi yang dicakup untuk pembuatan soal tes essay dapat
dimasukkan secara keseluruhan namun memerlukan persiapan yang rumit
mulai dari pemilihan materi untuk soal, pernyataan kalimat, obsi dan
menyusun kunci jawaban.
 Soalnya cenderung mengungkapkan ingatan dan sukar mengukur proses
mental. Hal ini sangat jelas dikarenakan para siswa hanya memilih obsi
jawaban tanpa menjawab soal itu secara uraian maka siswa hanya akan
mengingat soalnya apa dan jawabannya apa tanpa tahu asalnya darimana
dan sebab akibatnya apa.
 “ Ada kesempatan untuk melakukan hal curang “. Tentu saja, karena
jawaban hanya berupa obsion saja maka ada kemungkinan bagi siswa
untuk membantu dan memberi jawaban kepada temannya dengan sangat
mudah.

4. Petunjuk Penyusunan Tes Obyektif


Penyusunan tes objektif membutuhkan waktu yang relatif lama dan ketekunan
yang tinggi, serta harus cermat dan hati-hati dalam menentukan pengecohnya demi
menghindari atau setidak-tidaknya memperkecil peluang menebak jawaban. Untuk
itulah diperlukan kaidah penulisan agar mutu soalnya dapat dijamin antara lain :

1. Pernyataan atau pertanyaan pada pokok soal harus dirumuskan secara jelas.
Maksudnya disini adalah penggunaan bahasa harus jelas, baik dan tidak boleh
menimbulkan makna ambigu yang dapat membuat siswa menjadi bingung.
2. Option harus logis, baik dari segi isi maupun dari hubungannya dengan soal.
3. Usahakan agar option alternatif jawaban homogen, baik dari segi isimateri
maupun panjang pendeknya pernyataan. Maksudnya adalah pada tiap obtion harus ada
1 jawaban benar saja, jangan ada jawaban pengecoh lagi. Kalaupun ada, jawaban
pengecoh jangan terlalu dekat dengan jawaban yang benar.
4. Kalau optionnya bilangan maka urutkan dari kecil ke besar atau dari besar ke
kecil.
5. Sedapat mungkin hindari penggunaan pernyataan yang bersifat negatif, lebih-
lebih negatif ganda, karena akan membingungkan siswa. Namun, apabila terpaksa
harus menggunakan pernyataan negatif, maka kata “tidak”, “kecuali”, “tanpa”, dan
sebagainya ditulis seluruhnya dengan huruf besar dan digaris bawahi atau dicetak
miring.
6. Hindari penggunaan option yang terakhir dengan “semua jawaban di atas
salah”. Hal ini sangat fatal karena akan membuat pandangan siswa bahwa soal ini
gampang terhadap soal lain yang sama seperti ini.
7. Pokok soal hendaknya terdiri atas materi yang diperlukan saja sehingga tidak
mengaburkan maksud soal itu sendiri.
8. Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
9. Alternatif jawaban option sebaiknya logis dan pengecoh berfungsi.
10. Usahakan untuk tidak memberikan “petunjuk” untuk jawaban yang benar
sehingga melatih kemampuan siswa untuk berpikir sendiri.
11. Di dalam pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata
yang bersifat tidak tentu, seperti “kebanyakan”, “seringkali”, atau “kadang-kadang”.
12. Usahakan agar butir soal yang satu tidak bergantung pada jawaban butir soal
yang lain.
13. Dalam merakit soal, usahakan agar jawaban yang benar kunci jawaban
tersebar di antara a, b, c, d, dan e, dan ditentukan secara acak.
5. Contoh Penyusunan Tes Obyektif :
Pilihan Ganda Soal Biologi Kelas XI SMA

Pilihlah salah satu jawaban yang benar!


1. Karbohidrat disimpan dalam hati dalam bentuk.....
a. lemak padat
b. glikogen
c. lemak cair
d. pati
e. karbon
2. Pada pernapasan dada yang berkontraksi adalah otot....
a. diafragma
b. pengangkat rusuk
c. antartulang rusuk
d. diafragma dan pengangkat rusuk
e. antar rusuk, pengangkat rusuk, dan diafragma
3. Fungsi ginjal yang berkaitan dengan usaha tubuh untuk menjaga keseimbagan
kadar cairan dalam tubuh adalah....
a. mengekskresikan zat-zat yang membahayakan tubuh
b. mempertahankan keseimbangan asam dan basa
c. mengekskresikan zat-zat racun
d. melakukan filtrasi dan reabsorspsi
e. mempertahankan tekanan osmosis cairan ekstraseluler
4. Proses masuknya oksigen pada pernapasan dada disebabkan otot antartulang
rusuk....
a. berkontraksi, tekanan udara rongga dada seimbang
b. berkontraksi, tekanan udara rongga dada tinggi
c. relaksasi, tekanan udara rongga dada rendah
d. relaksasi, tekanan udara rongga dada tinggi
e. berkontraksi, tekanan udara rongga dada rendah
5. Jika terjadi pembuahan, setiap bulan wanita melepas satu sel telur dari
ovariumnya, disebut....
a. menopause
b. menstruasi
c. fertilisasi
d. kopulasi
e. ovulasi
6. Hati merupakan salah satu alat ekskresi yang menghasilkan zat sisa....
a. gas CO2
b. asam urat
c. kolestorel
d. bilirubin
e. amoniak
7. Pencernaan makanan berlangsung secara mekanik dan kimiawi dengan
menggunakan enzim sebagai katalisatornya. Zat yang diubah di dalam mulut
dengan perantaraan enzim adalah....
a. protein
b. lemak
c. karbohidrat
d. mineral
e. vitamin
8. Penggunaan morfin dan kokain dalam dosis yang tepat, pengaruhnya terhadap
sistem saraf adalah....
a. menimbulkan ketergantungan
b. menekan rasa sakit
c. menambah rasa sakit
d. menghilangkan keraguan-keraguan
e. menekan rasa malu
9. Sel saraf yang berfungsi menghantarkan impuls saraf dari indra ke otak atau
sumsum tulang belakang adalah....
a. sel saraf sensorik
b. sel saraf motorik
c. sel saraf konektor
d. neuron eferen
e. inteneuron
10. Suatu kondisi otak yang membuat penderita sensitif terhadap kejang berulang-
ulang disebut....
a. meningitis
b. epilepsi
c. alzheimer
d. hidrosepalus
e. ataxia

Soal pilihan ganda di atas sudah mencakup seluruh isi materi tentang metabolisme
dalam tubuh manusia.

KUNCI JAWABAN :
1. b
2. c
3. e
4. e
5. b
6. e
7. c
8. b
9. a
10. b
C. Evaluasi
Evaluasi atau proses pengujian kembali atas apa yang sudah dipelajari di dalam
kelas dan biasanya berupa tes yang mana tes adalah alat untuk memperoleh data
tentang perilaku individu ( Allen dan Yen, 1979:1). Karena itu, didalam tes terdapat
sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang
akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu ( sampel perilaku )
berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenai tes tersebut ( anastari,
1982:22 ).

Dengan demikian ada tiga hal yang penting dalam pengertian tes, pertama adalah
sebutan pengukaran. Pemberian tes (testing adalah bagian dari kegiatan pengukuran
(measurement). Kedua, tes adalah alat untuk mengukur sampel pengetahuan atau
kemampuan yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu, pemberian tes sebenarnya
terbatas dari segi waktu pelaksanannya; pengetahuan dan kemampuan yang di ukur
bersifat luas hampir tanpa batas, sedangkan gambaran pengetahuan dan kemampuan
yang diperoleh melalui tes merupakan sampel dari semua pengetahuan dan
kemampuan yang mungkin dimiliki oleh pembelajar. Ketiga, tes adalah penafsiran
angka yang diperoleh untuk menentukan cukup baik atau tidaknya seseorang
pembalajar dalam mencapai suatu tujuan.
Evaluasi merupakan faktor penting yang menjadi salah satu tolok ukur
keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sangat penting untuk benar-benar
mengetahui tujuan evaluasi, agar hal yang ingin dicapai dalam proses evaluasi dapat
terjadi. Tujuan evaluasi hasil belajar menurut Arifin (2017, hlm. 15) adalah sebagai
berikut;

1. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah


diberikan.
2. Mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat dan sikap peserta didik terhadap
program pembelajaran.
3. Mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
4. Mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
5. Seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis
pendidikan tertentu.
6. Menentukan kenaikan kelas.
7. Menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Membicarakan jenis evaluasi sebetulnya sangatlah bergantung dari pembeda atau


dikotomi apa yang digunakan dalam membedakan jenisnya. Namun, pada umumnya
evaluasi dalam pembelajaran biasa dibagi dari segi teknik terlebih dahulu. Kemudian,
masing-masing teknik akan memiliki penilaian dan alat penilaian yang berbeda pula.
Menurut (Arikunto, 2016, hlm. 41) Teknik evaluasi dibagi menjadi dua yaitu :

1. Evaluasi Tes

Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan
alat-alat yang lain, tes bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasanbatasan. Tes
mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengukur peserta didik dan untuk mengukur
keberhasilan program pengajaran.

Menurut Heaton (dalam Arifin, 2017, hlm. 118) membagi tes menjadi empat
bagian, yakni tes prestasi belajar, tes penguasaan, tes bakat, dan tes diagnostik. Untuk
melengkapi pembagian jenis tes tersebut, Brown menambahkan satu jenis tes lagi yang
disebut tes penempatan. Masing-masing penjelasan mengenai jenis tes tersebut sama
saja dengan penjelasan fungsi evaluasi yang telah dijelaskan sebelumnya di atas.
Evaluasi jenis tes sendiri dapat dibagi setidaknya menjadi dua jenis, yakni:

a. Tes Uraian (essay)

Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan,


mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam
bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Dilihat dari luas atau
sempitnya materi yang dinyatakan, bentuk tes uraian dapat dibagi menjadi dua
jenis, yakni sebagai berikut:

 Uraian Terbatas
Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus
mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat
jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting
yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah
ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.

 Uraian Bebas

Peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri.
Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh
karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-
beda. Namun, guru tetap harus mempunyai acuan dan patokan dalam mengoreksi
jawaban peserta didik nanti.

b. Tes Objektif

Tes objektif adalah pengukuran yang berdasarkan pada penilaian atas kemampuan
siswa dengan soal menjelaskan jawaban yang benar atau yang salah soal dengan bobot
nilai yang tetap. Dalam tes ini subjektivitas guru ketika melakukan pemberian nilai
tidak ikut ambil bagian atau ikut berpengaruh. Terdapat beragam macam tes objektif
meliputi beberapa jenis di bawah ini.

1. Tes Pilihan Alternatif


Bentuk tes pilihan alternatif ditandai oleh butir soal yang diikuti oleh dua
penilaian. Dari dua pilihan siswa diminta memilih salah satu yang dianggap paling
tepat.
2. Tes Pilihan Ganda
Tes jenis pilihan ganda adalah suatu bentuk tes dengan jawaban tersedia atas 3
atau 4 serta option pilihannya dan hanya satu jawaban yang tepat.
3. Tes Objektif Menjodohkan
Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, suatu
daftar kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-
masing premis itu dengan suatu kemungkinan jawaban. Biasanya nama,
tanggal/tahun, istilah, frase, pernyataan, bagian dari diagram, dan sejenisnya
digunakan sebagai premis.
4. Tes Bentuk Benar atau Salah
Benar Tes benar salah ditekankan mengandung atau tidaknya kebenaran dalam
pernyataan yang hendak dinilai peserta didik. Peseta didik menjawab dengan
menetapkan apakah pernyataan yang disajikan itu salah atau benar dalam arti
mengandung atau tidak mengandung kebenaran.

c. Evaluasi non tes

Menurut Hasyim (dalam Zein & Darto, 2012, hlm.47) evaluasi non test adalah
penilaian yang mengukur kemampuan peserta didik secara langsung dengan tugas-
tugas yang riil. Evaluasi non tes memiliki sifat yang lebih komprehensif, artinya dapat
digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk
menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik, yang dinilai saat
proses pelajaran berlangsung (Sudjana. 2017, hlm. 67). Beberapa jenis evaluasi non tes
menurut Arikunto (2016, hlm. 41) adalah sebagai berikut.

1. Skala Bertingkat
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil
pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan “Rating gives a numerical value to
some kind of judgement” maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka.
2. Angket
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur (responden). Angket merupakan instrumen evaluasi nontes yang berupaya
mengukur diranah afektif di dalam kelas maupun diluar kelas.
3. Daftar Cocok
Yakni deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden
yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√ ) ditempat yang sudah
disediakan.
4. Wawancara
Merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
responden dengan cara tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam
wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan
pertanyaan.
5. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan atau observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik
dengan menggunakan indra secara langsung. Pengamatan atau observasi merupaka
suatu kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan suatu
tindakan telah dilaksanakan dan untuk mengevaluasi ketepatan tindakan yang
dilakukan. Pengamatan dilakukan dengan cara menggunakan instrumen (formulir)
yang sudah dirancang sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai