Anda di halaman 1dari 5

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA

MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK EMPAT TINGKAT

1. PENDAHULUAN
Miskonsepsi adalah istilah yang digunakan ketika ide-ide siswa tidak relevan dengan
perspektif ilmiah. Kesalahpahaman bisa menjadi penghambat interpretasi pengetahuan oleh
karena itu masalah ini harus ditangani. Berbagai penelitian menggunakan tes diagnostik
pilihan ganda dalam menentukan miskonsepsi siswa. Guru dapat menggunakan tes yang
terdiri dari item yang dirancang terutama untuk mengungkapkan miskonsepsi siswa.
Salah satu tes pilihan ganda yang dirancang untuk mengungkap miskonsepsi siswa
adalah tes diagnostik. Tes diagnostik terbaru selain tes diagnostik tiga tingkat, akan menjadi
tes diagnostik empat tingkat. Format tes ini pada dasarnya mencerminkan format tes
diagnostik dua tingkat, namun terdiri dari skala kepercayaan diri siswa untuk menunjukkan
seberapa yakin mereka tentang jawaban mereka atas pertanyaan yang mereka berikan dan
tingkat penalaran mereka.
Kimia selama ini merupakan mata pelajaran yang sulit untuk diolah dan dipahami oleh
siswa dikarenakan beberapa konsep yang tidak dapat dengan mudah ditampilkan sehingga
siswa tidak dapat melihatnya secara langsung dalam kehidupan nyata yang memiliki konsep
abstrak tanpa korelasi dengan pertemuan kehidupan nyata siswa. Inilah alasan mengapa topik
tersebut sangat sulit diterima oleh siswa. Tes diagnostik untuk menganalisis dan
mengidentifikasi miskonsepsi ikatan kimia adalah suatu keharusan. Seiring berkembangnya
tes diagnostik dari waktu ke waktu, Yan dan Subramaniam, melakukan penelitian dengan
menggunakan instrumen tes diagnostik pilihan ganda empat tingkat yang diujikan pada 137
siswa. Mereka menemukan bahwa hampir 70% jika siswa memiliki konsep alternatif pada
topik yang disebut reaksi kinetik. Hal ini membuktikan bahwa tes diagnostik empat tingkat
lebih akurat dalam menentukan dan mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
Hasil penelitian sebelumnya menjadi dasar penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi
miskonsepsi siswa kelas 10 pada suatu topik Kimia dengan menggunakan instrumen tes
diagnostik pilihan ganda empat tingkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi miskonsepsi dan mengukur tingkat pemahaman siswa pada topik yang
disebut ikatan kimia.

2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Adapun tahapan dalam
melakukan penelitian ini antara lain menganalisis kompetensi dasar dan indikator dari topik
ikatan kimia, pengembangan soal dan validasi modifikasi tes diagnostik pilihan ganda dua
tingkat, pengembangan menjadi tes pilihan ganda empat tingkat dan kemudian validasi
penilaian yaitu validasi pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kandungan ikatan kimia
pada tes diagnostik pilihan ganda empat tingkat yang dilakukan oleh para ahli. Validitas
dihitung menggunakan CVR (Content Validity Ratio) dan CVI (Content Validity Index).
Nilai akuisisi CVR dibandingkan dengan CVR minimum. Item dianggap valid dalam validitas
konten jika CVR sama dengan atau lebih besar dari 0,736 karena jumlah validator adalah 5.
Setelah identifikasi sub pertanyaan pada halaman validasi menggunakan CVR, dilanjutkan
dengan menghitung CVI. Uji coba lapangan dilakukan pada 30 siswa kelas 10 di salah satu
madrasah di Tangerang Selatan. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS versi
18. Subjek penelitian ini adalah 77 siswa kelas 10 di salah satu SMA Negeri di Tangerang
Selatan. Subjek penelitian ini dipilih secara acak. Selain itu, proses analisis miskonsepsi
tentang topik ikatan kimia dilakukan berdasarkan literatur seperti buku dan jurnal Kimia
universitas. Siswa dikategorikan berdasarkan jawaban mereka pada tes diagnostik pilihan
ganda empat tingkat.
Siswa dikategorikan berdasarkan jawaban yang diberikan selama tes diagnostik pilihan
ganda tingkat empat. Pengolahan data penelitian ini menggunakan persamaan sebagai berikut:
X
KTP= x 100 %
N
Keterangan:
KTP = % kriteria nilai persentase
N = jumlah siswa yang menjawab
X = jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi

Setelah miskonsepsi dihitung, selanjutnya menentukan kategori miskonsepsi siswa. Miskonsepsi siswa
dikategorikan menjadi miskonsepsi rendah, sedang, dan tinggi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil validasi instrumen yang dilakukan oleh ahli menunjukkan bahwa instrumen yang disusun valid
dengan nilai CVI sebesar 0,98 dan termasuk dalam kategori sempurna. Hasil pengujian cronbach alpha
pada instrumen memberikan kesimpulan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
reliabel. Hasil uji cronbach alpha dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai empat tingkat diagnostik uji alfa Cronbach
Tabel 1 menunjukkan nilai cronbach alpha test berdasarkan four tier dignostic test untuk
setiap level. Seperti yang ditunjukkan di bawah ini bahwa nilai reliabilitas cronbach alpha
untuk setiap level memenuhi kategori reliabilitas tinggi. Hasil penelitian menunjukkan
miskonsepsi yang ditemui siswa pada mata pelajaran ikatan kimia sebesar 15,14% berada
pada tingkat miskonsepsi rendah. Tabel 2 merupakan tabel identifikasi miskonsepsi.
Tabel 2. Identifikasi miskonsepsi ikatan kimia
Tabel 2 menunjukkan identifikasi miskonsepsi dari siswa yang mengalami miskonsepsi
pada topik ikatan kimia. Pada topik kestabilan unsur dan aturan oktet, siswa yang mengalami
miskonsepsi tampak salah menerapkan prinsip aturan oktet dan belum memahami aturan
duplet. Hal ini dapat dilihat dari alasan yang mereka berikan pada tier 3.
Pada topik teori Lewis, dilihat dari alasan siswa memilih jawaban tier 3, siswa yang
mengalami miskonsepsi pada topik Lewis disebabkan karena metode penulisan yang salah
tentang struktur fisis suatu unsur. Siswa juga salah memahami konsep elektron valensi.
Sebagian besar siswa berpendapat bahwa nomor atom sama dengan elektron valensi.
Pada topik ikatan ion dan kovalen, dilihat dari analisis alasan yang mereka berikan atas
jawaban yang mereka pilih, siswa yang mengalami miskonsepsi salah menerapkan prinsip
ikatan ion dan kovalen pada jawaban yang mereka berikan. Beberapa siswa melakukan
kesalahan dalam menjawab pertanyaan, tetapi mereka yakin dengan jawaban yang mereka
pilih. Miskonsepsi yang mereka alami mengenai ikatan ion dan kovalen mempengaruhi
konsep selanjutnya sehingga pada konsep ikatan kovalen tunggal, rangkap, koordinasi, polar
dan nonpolar siswa juga mengalami miskonsepsi.
Pada topik bentuk molekul menggunakan teori VSEPR, dilihat dari jawaban dan alasan
yang diberikan, siswa mengalami penalaran yang tidak lengkap/salah sehingga siswa
membuat interpretasi sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah. Siswa mengetahui tentang
teori VSEPR tetapi karena penalaran yang tidak lengkap/siswa yang salah, siswa tidak dapat
menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru.
Pada topik interaksi antara partikel dan hubungannya dengan sifat fisika zat, dari alasan siswa
memberikan jawaban yang mereka pilih, konsep yang tertanam dalam pemikiran siswa tidak lengkap,
sehingga ketika siswa ditugaskan untuk memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan topik
interaksi antar partikel dan keterkaitannya dengan sifat zat siswa tidak dapat dikaitkan dengan
rendahnya pengetahuan konseptual siswa. Gambar 1 adalah contoh menganalisis jawaban siswa untuk
tes diagnostik pilihan ganda empat tingkat. Analisis jawaban sangat membantu peneliti dalam
mengidentifikasi miskonsepsi.

Gambar 1. Contoh Analisis Jawaban Siswa

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi siswa pada materi ikatan
kimia masih tergolong miskonsepsi rendah dengan persentase 15,14%. Miskonsepsi yang paling
banyak terjadi pada konsep ikatan logam dengan persentase 37,66% (kategori miskonsepsi sedang)
dan miskonsepsi konsep ikatan ion dan kovalen berupa senyawa molekul mikroskopis dengan
persentase 41,56% (kategori miskonsepsi sedang).

Anda mungkin juga menyukai