Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Psikologi

Volume 43, Nomor 3, 2016: 248 . 263

Aplikasi Model Rasch pada Pengembangan Skala Efikasi


Diri dalam Pengambilan Keputusan Karier Siswa
Difa Ardiyanti1
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan
difa.ardiyanti@psy.uad.ac.id

Abstract. Self-efficacy has an important role in career decision making. To get an accurate
œ•ž•Ž—• œ1 ™›˜•’•Ž1 ˜•1 career decision making self-efficacy, required a good instrument.
Unfortunately, there was only one instument of career decision-making self-efficacy and
there was no improvement or current development. That instrument developed using
classical test theory, an approach that had been criticized, especially about raw score and
data interval. This study focused on career decision making self-Ž••’ŒŠŒ¢1 œŒŠ•Ž œ1
development using Rasch model, an approach that had more advantages compared with
classical test theory. The subjects were 144 students of grade 11 in Yogyakarta. Based on
the analysis results using Winsteps program, there were 20 fit items (from 36 items) with
Alpha reliability coefficient was 0,91. Overall, it can be concluded that the career decision
making self-efficacy scale had been proven as a good instrument because had good
psychometric properties. So in future, this instrument can be used for assessment and
research.

Keywords: carrer decision making, rasch model, self-efficacy, test development

Abstrak. Efikasi diri dalam pengambilan keputusan karier berperan penting dalam
pembentukan perilaku pengambilan keputusan karier siswa. Untuk mendapatkan
gambaran akurat tentang efikasi diri dalam pengambilan keputusan karier siswa
diperlukan alat ukur yang berkualitas. Sayangnya, baru ada satu instrumen efikasi diri
dalam pengambilan keputusan karier dan belum pengembangan terkininya. Instrumen itu
pun dikembangkan menggunakan pendekatan teori tes klasik, suatu pendekatan yang
telah dikritik terkait skor mentah dan keintervalan data. Penelitian ini berfokus pada
pengembangan skala efikasi diri dalam pengambilan keputusan karier siswa menggu-
nakan model Rasch, suatu pendekatan yang dipandang memiliki keunggulan diban-
dingkan teori tes klasik. Partisipan penelitian adalah 144 siswa kelas XI SMA di
Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis menggunakan program Winsteps, diketahui ada 20
aitem (dari 36 aitem) yang memenuhi indeks ketepatan butir-model, dengan koefisien
reliabilitas alpha 0,91. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa skala efikasi diri
dalam pengambilan keputusan karier ini memiliki properti psikometris yang baik
sehingga dapat digunakan untuk asesmen maupun penelitian.

Kata kunci: efikasi diri, model Rasch, pengambilan keputusan karier, pengembangan alat
ukur

1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat dilakukan melalui: difa.ardiyanti@psy.uad.ac.id

248 JURNAL PSIKOLOGI


APLIKASI MODEL RASCH, SKALA EFIKASI DIRI, KARIER SISWA

Tahapan eksplorasi karier dapat lukan instrumen pengukuran efikasi diri


menjadi masa yang sulit bagi sejumlah dalam pengambilan keputusan karier
remaja. Tidak semua remaja dapat meng- yang tepat dan mampu menghasilkan data
ambil keputusan dengan mudah (Creed, yang akurat.
Patton, & Prideaux, 2006; Argyropoulou, Pada kenyataannya, belum banyak
Sidiropoulou-Dimakakao, & Besevegis, penelitian yang fokus pada pengem-
2007; Hirschi & Lage, 2007). Berdasarkan bangan instrumen pengukuran efikasi diri
hasil survei penulis, 43% siswa kelas XI dalam pengambilan keputusan karier.
(dari 157 siswa di tiga sekolah wilayah Dari hasil penelurusan, baru ditemukan
Yogyakarta) mengalami permasalahan satu instrumen, yakni skala efikasi diri
keyakinan diri dalam pengambilan kepu- dalam pengambilan keputusan karier
tusan karier. Mereka merasa belum yakin yang dikembangkan oleh Taylor & Betz
dan masih bingung dengan pilihan pro- (1983). Skala tersebut terdiri dari dua
gram studi di Perguruan Tinggi. Menurut versi, yakni versi yang berisi 50 aitem dan
Bandura (1997), Brown & Lent (2005), versi pendek yang berisi 25 aitem. Skala
Creed, Patton, & Prideaux (2006), Pappas versi pendek (short form) ini memiliki nilai
& Kounenou (2011) serta Safaria (2016), validitas dan reliabilitas yang tinggi, sama
efikasi diri merupakan indikator yang halnya dengan skala yang berisi 50 aitem
penting dalam penentuan karier individu. (Betz, Klein, & Taylor, 1996; Betz & Luzzo,
Efikasi diri adalah keyakinan diri individu 1996). Di Indonesia, pengembangan
bahwa dia mampu atau tidak mampu instrumen efikasi diri dalam pengambilan
melakukan suatu tindakan untuk keputusan karier ini berupa adaptasi,
mencapai hasil tertentu dengan berhasil yakni melakukan proses alih bahasa dari
(Bandura, 1986). Dalam konteks skala efikasi diri dalam pengambilan
permasalahan karier ini, maka merujuk keputusan karier milik Taylor & Betz
pada efikasi diri dalam pengambilan (1983). Proses adaptasi ini dilakukan oleh
keputusan karier. Flores, Ojeda, Huang, Sawitri (2009), yang kemudian diteliti
Gee, & Lee (2006) menyebutkan bahwa lebih lanjut oleh Yulianto (2012). Berbagai
efikasi diri dalam pengambilan keputusan penelitian terkini tentang pengembangan
karier adalah keyakinan individu bahwa ia instrumen efikasi diri dalam pengambilan
mampu melakukan tugas-tugas terkait karier pun lebih berfokus pada upaya
dengan membuat keputusan karier. mengevaluasi skala yang dikembangkan
Individu dengan efikasi diri dalam Taylor & Betz (1983) dan adaptasinya. Di
pengambilan keputusan karier yang tinggi dalamnya termasuk penelitian yang
akan berhasil membuat keputusan karier menggunakan pendekatan model Rasch
yang tepat untuk dirinya. Apabila indi- untuk mengevaluasi properti psikometris
vidu sampai membuat keputusan karier skala efikasi diri dalam pengambilan
dengan tidak tepat, maka akan timbul keputusan karier tersebut (Nam, Yang,
permasalahan psikologis, akademik, dan Lee, Lee, & Seol, 2010; Miguel, Silva,
relasional (Germeijs & Verschueren, 2006). Prieto, 2013; Makransky, Rogers, Creed,
Oleh karenanya, sangat penting menge- 2015). Hal ini menunjukkan bahwa belum
tahui efikasi diri dalam pengambilan ada pembaharuan dan pengembangan
keputusan karier seseorang, terutama yang berbeda terkait instrumen pengu-
siswa SMA yang rentan mengalami kuran efikasi diri dalam pengambilan
kebingungan dalam menetapkan pilihan keputusan karier. Oleh karenanya,
pendidikan lanjutannya. Artinya, diper-

JURNAL PSIKOLOGI 249


ARDIYANTI

diperlukan penelitian yang berfokus pada karier), implementasi (melakukan rencana


pengembangan dan pembaharuan terkait tindakan), dan evaluasi hasil. Apabila
instrumen efikasi diri dalam pengambilan ketiga teori ini (Taylor & Betz, Splete &
karier. Pietrofesa, serta Jaffe & Scott) dibanding-
Penelitian ini berfokus pada pengem- kan, maka ditemukan kemiripan, yakni
bangan alat ukur efikasi diri dalam pada aspek penilaian diri, pengumpulan
pengambilan keputusan karier mengguna- informasi karier, pemilihan atau pene-
kan pemodelan Rasch. Dalam penelitian tapan tujuan, dan perencanaan. Oleh
ini, penulis menyusun skala efikasi diri karenanya, penulis memandang bahwa
dalam pengambilan keputusan karier penggunaan teori efikasi diri Bandura
berdasarkan dimensi efikasi diri yang akan lebih mampu mengungkap efikasi
dikemukakan Bandura (1997). Dimensi diri secara mendalam dimana pengam-
tersebut adalah level (tingkat kesulitan), bilan keputusan karier merupakan situasi
generality (rentang keluasan bidang), dan spesifik dari efikasi diri.
strength (tingkat kekuatan). Penulis memi- Menurut Wibisono (2016), 95%
lih teori ini karena teori ini merupakan pengukuran dalam kajian psikologi masih
konsep dasar dari efikasi diri. Berdasarkan dikembangkan berdasarkan pendekatan
hasil penelusuran, teori efikasi diri dalam teori tes klasik (classical test theory/CTT). Di
pengambilan keputusan karier Taylor & satu sisi, sejauh ini sebagian besar alat
Betz (1983) memang yang paling populer ukur psikologi masih dikembangkan
digunakan, namun teori ini mengandung dengan CTT, namun di sisi lain, telah
kemiripan dengan teori perencanaan banyak kritik yang ditujukan pada
karier Jaffe & Scott (1991) dan teori pendekatan ini. Salah satunya kritik dari
pengambilan keputusan karier Splete & Alagumalai, Curtis, & Hungi (2005) yakni,
Pietrofesa (1975). Dalam teori efikasi diri daya diskriminasi dan taraf kesukaran
dalam pengambilan keputusan karier aitem tergantung pada sampel, skor
Taylor & Betz (1983), terdapat lima aspek tampak dan skor murni tergantung pada
dari efikasi diri dalam pengambilan tes terutama pada tingkat kesulitan tes,
keputusan karier, yakni penilaian diri, dan adanya asumsi eror pengukuran yang
pengumpulan informasi karier, pemilihan setara untuk semua responden. Mitchel
tujuan, perencanaan, dan pemecahan (2002) pun menyebutkan bahwa jenis data
masalah. Aspek-aspek ini mirip dengan yang didapat melalui teknik pengukuran
aspek pengambilan keputusan Splete dan yang menanyakan opini atau sikap, adalah
Pietrofesa (1975), yaitu pemahaman akan nominal dan ordinal sehingga alat analisis
proses pengambilan keputusan karier, yang bisa digunakan pun terbatas.
penilaian diri, pengumpulan informasi Pendekatan teori tes klasik inipun kemu-
karier, analisis potensi dan pilihan karier, dian diperbaiki dengan munculnya teori
dan eksekusi (memilih, merencanakan, respon butir (item response theory/IRT).
dan bertindak). Tidak hanya itu, aspek Salah satu model pendekatan dalam IRT
tersebut juga mirip dengan aspek adalah model Rasch.
perencanaan karier Jaffe dan Scott (1991), Menurut Sumintono & Widhiarso
yakni penilaian diri, pengumpulan (2014) keunggulan pemodelan Rasch
informasi karier (eksplorasi peluang), dibanding metode lainnya, khususnya
perencaaan (termasuk di dalamnya teori tes klasik, yaitu kemampuan
penetapan tujuan dan menyusun rencana melakukan prediksi terhadap data hilang

250 JURNAL PSIKOLGOI


APLIKASI MODEL RASCH, SKALA EFIKASI DIRI, KARIER SISWA

(missing data), berdasarkan pola respon si diri, serta Psikolog, terutama Psikolog
individu. Keunggulan ini menjadikan hasil Sekolah, dan juga guru Bimbingan dan
analisis statistik model Rasch lebih akurat Konseling (BK) dalam melakukan
dalam penelitian yang dilakukan, dan pendampingan karier bagi siswa.
yang lebih penting lagi, pemodelan Rasch
mampu menghasilkan nilai pengukuran
Metode
eror standar untuk instrumen yang digu-
nakan yang dapat meningkatkan kete- Partisipan Penelitian
patan perhitungan. Kalibrasi dilakukan
Partisipan dari penelitian ini adalah
dalam pemodelan Rasch secara sekaligus
siswa kelas XI SMA yang berasal dari tiga
dalam tiga hal, yaitu skala pengukuran,
sekolah di wilayah Yogyakarta. Total
responden (person), dan aitem (item). Suatu
partisipan berjumlah 144 orang, berusia
instrumen yang tidak dikalibrasi maka
16-17 tahun. Partisipan terdiri dari 94
mempunyai kemungkinan menghasilkan
siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
data yang tidak valid dan bisa menyebab-
(IPA) dan 50 siswa jurusan Ilmu Pengeta-
kan kegiatan riset yang dilakukan meng-
huan Sosial (IPS). Semua partisipan
alami kegagalan. Bond dan Fox (2007)
berpartisipasi secara sukarela dalam
menyampaikan bahwa penggunaan model
pengisian instrumen.
Rasch dalam validasi instrumen akan
menghasilkan informasi yang lebih holis- Tahapan Penelitian
tik tentang instrumen dan lebih memenuhi
Terdapat beberapa tahapan dalam
definisi pengukuran. Oleh karenanya,
penelitian pengembangan alat ukur ini,
penelitian ini pun menggunakan pemo-
yakni: pertama, identifikasi tujuan ukur
delan Rasch dalam analisis datanya.
(penetapan konstrak teoritik). Konstrak
Untuk memperjelas hasil analisis model
yang diungkap adalah efikasi diri dalam
Rasch dalam penelitian ini, dilakukan pula
pengambilan keputusan karier. Efikasi diri
pengujian reliabilitasnya menggunakan
dalam pengambilan keputusan karier
pendekatan teori tes klasik. Hal ini dilaku-
adalah keyakinan individu akan kemam-
kan untuk membandingkan dan memper-
puannya untuk melakukan tugas-tugas
jelas hasil analisis model Rasch terhadap
terkait dengan membuat keputusan karier
alat ukur efikasi diri dalam pengambilan
secara tepat. Karier yang dimaksud adalah
keputusan karier siswa SMA.
studi lanjut ke perguruan tinggi (pemi-
Tujuan dari penelitian ini adalah lihan program studi). Kedua, merumuskan
untuk mengembangkan skala efikasi diri aspek keperilakuan dan indikator keperi-
dalam pengambilan keputusan karier lakuan yang dituangkan dalam blueprint.
menggunakan model Rasch. Hasil dari Skala efikasi diri dalam pengambilan
penelitian adalah alat ukur yang memiliki keputusan karier ini disusun berdasarkan
kualitas yang baik sehingga dapat aspek atau dimensi efikasi diri yang dike-
digunakan untuk memperoleh informasi mukakan Bandura (1997), yakni tingkat
yang akurat tentang efikasi diri dalam kesulitan, rentang keluasan bidang, dan
pengambilan keputusan karier para siswa. tingkat kekuatan. Blueprint Skala Efikasi
Hal ini sangat berguna bagi siswa itu Diri dalam Pengambilan Keputusan Karier
sendiri sebagai bentuk evaluasi dan reflek- tersaji dalam tabel 1 berikut ini.

JURNAL PSIKOLOGI 251


ARDIYANTI

Tabel 1.
Blueprint Skala Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karier

Aspek Indikator Contoh Aitem Frekuensi Bobot


Tingkat a. Keyakinan dalam - Saya yakin mampu mengatasi 6 33,33%
kesulitan menghadapi tugas kesulitan yang saya alami saat
yang sulit proses pengambilan keputusan
karier.
b. Keyakinan dalam - Saya yakin dapat merencanakan 6
merencanakan tugas langkah-langkah guna
terkait pengambilan mengambil keputusan karier
keputusan karier yang tepat.

Rentang a. Keyakinan dalam - Saya yakin mampu mengambil 6 33,33%


keluasan menghadapi berbagai keputusan karier yang terbaik
bidang situasi dalam proses untuk saya meskipun teman-
pengambilan teman meragukan kemampuan
keputusan karier saya.
b. Keyakinan untuk - Membuat keputusan program 6
melakukan suatu tugas studi adalah hal baru bagi saya,
yang belum pernah namun saya yakin mampu
dikerjakan memilih dengan tepat.

Tingkat a. Bertahan lebih lama - Saat ada pandangan negatif dari 6 33,33%
kekuatan saat mengalami teman-teman tentang pilihan
kesulitan program studi saya, saya yakin
mampu bertahan dengan pilihan
saya.
b. Keuletan dalam - Saya yakin mampu mencari 6
berusaha dan berbagai solusi saat ada
menghadapi tantangan kesulitan dalam membuat
keputusan karier.

Metode penskalaan yang digunakan kesesuaian bahasa yang digunakan. Proses


dalam skala ini adalah metode summated ini dilakukan untuk agar skala yang
ratings (Likert) dengan lima pilihan dibuat memiliki validitas isi yang baik.
respon, yakni SS (Sangat Sesuai), S Proses reviu aitem dilakukan oleh tiga
(Sesuai), CS (Cukup Sesuai), TS (Tidak psikolog yang telah berpengalaman mela-
Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai). kukan pendampingan karier pada siswa
Penulis membuat 36 aitem sesuai dengan SMA. Hasilnya, keseluruhan aitem dipan-
blueprint yang telah dibuat sebelumnya. dang telah sesuai dengan tujuan pengu-
Bentuk aitem adalah pernyataan dengan kuran oleh para penilai, namun ada
lima pilihan respon. beberapa aitem yang perlu sedikit direvisi
Reviu aitem, dilakukan baik dari sisi agar lebih mudah dipahami oleh respon-
bahasa maupun isi (professional judgement). den. Dari proses ini, penulis melakukan
Reviu aitem ini bertujuan untuk melihat beberapa perbaikan redaksi sesuai saran
kesesuaian aitem yang telah ditulis dari penilai. Skala yang telah disusun diuji
dengan aspek yang diungkap serta coba pada 144 siswa SMA kelas XI untuk
direspon.

252 JURNAL PSIKOLGOI


APLIKASI MODEL RASCH, SKALA EFIKASI DIRI, KARIER SISWA

Analisis data dilakukan dengan Hasil


menggunakan pendekatan model Rasch
melalui program Winsteps. Dalam pende- Berdasarkan hasil analisis menggu-
katan model Rasch, selain memperhatikan nakan model Rasch didapatkan berbagai
aitem juga memperhatikan aspek respon- informasi, baik dari segi aitem maupun
den dan menghitung besaran korelasinya. responden yang menjadi partisipan uji
Hasil analisis yang ditampilkan adalah coba skala (person). Dalam penelitian ini,
rangkuman statistik, indeks ketepatan analisis data dilakukan beberapa kali
aitem, indeks ketepatan responden, skalo- sampai didapatkan sejumlah aitem yang
gram, unidimensionalitas, peta aitem- memenuhi indeks ketepatan butir-model.
responden, dan analisis peringkat (rating Tahapan analisis terangkum dalam Tabel 2
scale). Selanjutnya, untuk memperjelas berikut.
hasil analisis data dari pendekatan model Pada analisis tahap pertama, 63
Rasch ini, dilakukan pula analisis menggu- responden teridentifikasi sebagai outliers
nakan pendekatan teori tes klasik. Dalam atau kurang tepat dengan model. Menurut
pendekatan teori tes klasik, pengujian Boone, Staver, & Yale (2014), parameter
reliabilitasnya menggunakan formula yang digunakan untuk mengetahui
alpha Cronbach. Pada tahap kompilasi ketepatan atau kesesuaian responden
final, dilakukan finalisasi skala berdasar- antara lain: pertama, nilai outfit mean square
kan hasil analisis yang telah dilakukan (MNSQ) yang diterima: 0,5 < MNSQ < 1,5.
sebelumnya. Kedua, nilai outfit Z-standard (ZSTD) yang
diterima: -2,0 < ZSTD < +2,0. Ketiga, nilai

Tabel 2.
Rangkuman Tahapan Analisis

Jumlah Responden Jumlah Aitem


Tahapan Hasil Tindakan
yang Dianalisis yang Dianalisis
I 144 36 63 responden Mengeliminasi
teridentifikasi sebagai responden yang
outliers atau kurang teridentifikasi sebagai
tepat dengan model outliers atau kurang
tepat dengan model

II 81 36 13 aitem kurang tepat Mengeliminasi aitem


dengan model yang kurang tepat
dengan model

III 81 23 2 aitem kurang tepat Mengeliminasi aitem


dengan model yang kurang tepat
dengan model

IV 81 21 1 aitem kurang tepat Mengeliminasi aitem


dengan model yang kurang tepat
dengan model
V 81 20 Tidak ada lagi aitem -
yang kurang tepat
dengan model

JURNAL PSIKOLOGI 253


ARDIYANTI

point measure correlation (Pt Mean Corr) Pada tahap kedua hingga kelima,
diterima: 0,4 < Pt Measure Corr < 0,85. dilakukan analisis untuk mengetahui
Nilai yang di luar batas kriteria menun- aitem yang tidak sesuai atau tidak tepat
jukkan pola respon yang perlu diidenti- dengan model. Kriteria yang digunakan
fikasi lebih jauh. Setelah dicermati dari untuk memeriksa kesesuaian aitem sama
skalogram diketahui bahwa 63 orang ini halnya dengan yang kriteria ketepatan
memiliki pola respon inkonsisten dan responden, yakni nilai outfit mean square,
tidak wajar. Untuk lebih jelasnya dapat outfit z-standard, dan point measure
dilihat dari Tabel 3 berikut. correlation (Boone, Staver, & Yale, 2014).
Tabel 3 di bawah menunjukkan Aitem-aitem yang kurang tepat dengan
bahwa ada sejumlah responden yang model kemudian dieliminasi atau dike-
memiliki pola respon yang unik. Salah luarkan dari proses analisis. Analisis
satunya responden 136. Pada aitem G21, ia berhenti saat tidak ada lagi aitem yang
menjawab sangat tidak sesuai, padahal terindikasi memiliki ketepatan model yang
untuk aitem-aitem selanjutnya yang rendah (misfit). Pada akhirnya, pada tahap
memiliki tingkat kesukaran lebih tinggi analisis kelima, tidak ada lagi aitem yang
(lebih susah untuk disetujui) dia justru teridentifikasi kurang tepat dengan model
menjawab sangat sesuai. Hal ini meng- sehingga total aitem yang memenuhi
indikasikan bahwa responden 136 kurang indeks ketepatan butir-model berjumlah
sungguh-sungguh dalam merespon. 20 aitem. Hasil analisis akhir dari skala
Responden 016 juga menunjukkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan
keunikan respon, yakni ia menjawab karier yang berisi 20 aitem dengan jumlah
sangat tidak sesuai pada aitem 35, padahal responden 81 orang tersaji dalam Tabel 4.
untuk aitem-aitem selanjutnya yang Secara keseluruhan, hasil analisis
tingkat kesukarannya lebih tinggi, ia justru terhadap aitem dan responden menun-
menjawab sangat sesuai. Begitu pula jukkan bahwa tidak ada aitem yang
dengan responden 111 dan yang lainnya. terlewatkan untuk dijawab oleh responden
Selanjutnya, semua responden ini dielimi- atau semua responden mengisi keseluruh-
nasi dari data sehingga total responden an aitem secara lengkap. Hal ini ditunjuk-
menjadi 81 orang. kan dari angka 81 (ada 81 responden) dan
angka 20 (ada 20 aitem) yang tertera pada

Tabel 3.
Pola Jawaban Responden

Nomor Responden Jawaban Responden *


030 555555555555555555555555555455355555
016 555555555555555555555555515555555555
106 555555555555555555555554555555454545
136 555155555555555555555555555555555555
111 555155155555555555555555555455555555
033 555555555545455355554555445555553554
Keterangan :
* ditulis sesuai urutan aitem (G3, S18, G27, G21, G34, S23, L1, L13, L14, S24, S30,
G4, L25, L8, S17, S5, L32, S12, S7, L31, S11, G33, L20, S36, L26, S35, G10, G9,
S6, S29, G15, G28, L19, G16, G22, L2)

254 JURNAL PSIKOLGOI


APLIKASI MODEL RASCH, SKALA EFIKASI DIRI, KARIER SISWA

Tabel 4.
Rangkuman Hasil Analisis Akhir

Output Hasil
Aitem Reliabilitas aitem 0,91
Indeks separasi 3,15
Pemisahan strata (H) 4,6
Nilai logit tertinggi 1,21 logit (Aitem L2)
Nilai logit terendah -0,92 logit (Aitem S18)

Responden Nilai rata-rata 1,09 logit


Reliabilitas responden 0,91
Indeks separasi 3,20
Pemisahan strata (H) 4,53
Nilai logit tertinggi 5,46 logit (Nomor 106)
Nilai logit terendah -1,02 logit (Nomor 086)
Instrumen alpha Cronbach 0,91
Raw variance explained by measures 42,9%
Unexplained variance in 1st contrast 13,5%
Unexplained variance in 2nd contrast 6,8%

hasil item measure dan person measure. Nilai rendah. Dengan kata lain, aitem L2
reliabilitas aitem sebesar 0,91 menunjuk- memiliki timgkat kesulitan tertinggi (1,21
kan bahwa kualitas aitem dalam instru- logit) dan aitem S18 memiliki tingkat
men ini tergolong tinggi. Dengan kata lain, kesulitan terendah (-0,92 logit).
keduapuluh yang teridentifikasi memiliki
ketepatan dengan model tersebut memang
merupakan aitem-aitem yang berkualitas.
Selanjutnya, nilai reliabilitas responden
sebesar 0,91 menunjukkan bahwa konsis-
tensi jawaban dari responden tergolong
tinggi. Dengan kata lain, responden
menjawab keseluruhan aitem dengan
sungguh-sungguh (tidak asal-asalan).
Untuk memperjelas gambaran hasil yang
diperoleh, berikut ini ditampilkan infor-
masi sebaran aitem berdasarkan tingkat
persetujuan responden.
Berdasarkan Gambar 1 diketahui
bahwa aitem yang paling susah disetujui
oleh responden adalah aitem L2, Gambar 1. Peta Aitem-Responden
ditunjukkan dari nilai 1,21 logit yang
merupakan nilai tertinggi di antara aitem- Besarnya nilai rata-rata responden
aitem lain. Sementara itu, aitem yang dalam skala efikasi diri dalam pengam-
paling mudah disetujui oleh responden bilan keputusan karier ini sebesar 1,09
adalah aitem S18, ditunjukkan dari nilai - logit. Responden yang mempunyai level
0,92 logit yang merupakan nilai paling efikasi diri dalam pengambilan keputusan

JURNAL PSIKOLOGI 255


ARDIYANTI

karier tertinggi adalah responden nomor dalam pengambilan keputusan karier ini
106, ditunjukkan dari nilai 5,46 logit yang menghasilkan informasi yang optimal
merupakan nilai logit tertinggi. Sebalik- ketika diberikan pada individu dengan
nya, responden yang mempunyai level level efikasi diri dalam pengambilan
efikasi diri dalam pengambilan keputusan keputusan karier sedang.
karier terendah adalah responden nomor
086, ditunjukkan dari nilai -1,02 logit yang
merupakan nilai logit terendah.
Pengelompokkan responden dan
aitem dapat diketahui dari indeks
separasi. Indeks separasi responden yang
diperoleh adalah 3,20 dan indeks separasi
aitemnya adalah 3,15. Artinya, terdapat 3
kelompok responden dan 3 kelompok
aitem. Untuk melihat pengelompokkan
secara lebih detil dapat digunakan persa-
maan pemisahan strata H = {(4 x indeks
separasi) + 1)/3}. Hasilnya, untuk respon-
den H = 4,6 (dibulatkan jadi 5). Hal ini
Gambar 2. Fungsi Informasi Pengukuran
menunjukkan bahwa responden dapat
dibagi ke dalam lima kelompok. Semen-
Hasil penting lain yang perlu diketa-
tara itu, untuk aitem H = 4,53 (dibulatkan
hui dalam pengembangan alat ukur
jadi 5). Artinya, aitem-aitem yang diguna-
psikologi adalah unidimensionalitas alat
kan dalam penelitian ini dapat dibagi ke
ukur. Hal ini berguna untuk mengetahui
dalam lima level berdasarkan tingkat
apakah instrumen yang dikembangkan
kesulitannya untuk disetujui responden.
mampu mengukur yang seharusnya
Nilai alpha Cronbach yang diperoleh diukur. Dalam konteks penelitian ini,
dari hasil analisis instrumen adalah konstrak efikasi diri dalam pengambilan
sebesar 0,91. Artinya, reliabilitas yang keputusan karier. Dari Tabel 4 diketahui
diperoleh alat ukur ini tergolong tinggi. bahwa hasil pengukuran raw variance data
Berikut ini ditampilkan fungsi informasi adalah sebesar 42,9%. Menurut Sumintono
pengukuran. & Widhiarso (2014), syarat minimal
Gambar 2 di bawah menunjukkan unidimensionalitas adalah 20%, dan jika
grafik fungsi informasi pengukuran. Dari nilainya lebih dari 40%, maka lebih baik
gambar tersebut tampak bahwa pada level lagi, serta varians yang tidak dapat
efikasi diri dalam pengambilan keputusan dijelaskan oleh instrumen idealnya tidak
karier yang rendah, informasi yang melebihi 15%. Berdasarkan penjelasan
diperoleh dari pengukuran juga cukup tersebut, maka hasil raw variance data sebe-
rendah. Begitu pula pada level efikasi diri sar 42,9% menunjukkan bahwa persya-
dalam pengambilan keputusan karier ratan unidimensionalitas minimal 20%
yang tinggi. Pada level efikasi diri dalam dapat terpenuhi dan bahkan tergolong
pengambilan keputusan karier yang baik karena lebih dari 40%. Hasil analisis
sedang, informasi yang diperoleh dari varians yang tidak dapat dijelaskan oleh
pengukuran sangat tinggi. Hal ini menun- instrumen sebesar 13,5% juga memenuhi
jukkan bahwa instrumen skala efikasi diri kriteria yakni, tidak melebihi 15%.

256 JURNAL PSIKOLGOI


APLIKASI MODEL RASCH, SKALA EFIKASI DIRI, KARIER SISWA

Setelah dilakukan analisis mengguna- berbeda sehingga aitem-aitem tersebut


kan model Rasch, diperoleh 20 aitem yang tetap dipertahankan dalam skala versi
memiliki indeks ketepatan model sesuai final. Dari Tabel 5 juga diketahui bahwa
kriteria. Keduapuluh aitem tersebut jumlah aitem per aspek berbeda, yang
mewakili tiga aspek yang diungkap dalam menunjukkan ketidaksesuaian dengan
skala efikasi diri pengambilan keputusan rancangan di blueprint awal. Sesuai desain
karier. Sebaran aitem dari tiap aspek analisis data maka selanjutnya dilakukan
setelah dianalisis menggunakan model analisis rating scale yang bertujuan untuk
Rasch tersaji dalam Tabel 5. memverifikasi apakah peringkat pilihan
Berdasarkan Tabel 5 tampak bahwa yang digunakan membingungkan respon-
ada beberapa aitem yang memiliki nilai den atau tidak. Hasil analisisnya tersaji
logit yang sama. Meskipun demikian, dalam Tabel 6.
aitem tersebut mengukur aspek yang

Tabel 5.
Sebaran Aitem setelah Dianalisis
Aitem yang Sesuai
Aspek Frekuensi Pernyataan (Contoh Aitem)
Model
Tingkat L2 (1,21 logit) 5 - Saya ragu dapat membuat keputusan
kesulitan program studi yang tepat untuk saya (Aitem
L31 (0,10 logit) L31)
L14 (-0,23 logit) - Saya yakin dapat merencanakan langkah-
langkah guna mengambil keputusan karier
L8 (-0,40 logit) yang tepat
(Aitem L14)
L13 (-0,45 logit)

Rentang G16 (1,00 logit) 7 - Sulit rasanya membuat keputusan program


keluasan studi karena saya tidak memiliki
G22 (0,93 logit)
bidang pengalaman serupa sebelumnya (Aitem G16)
G28 (0,54 logit) - Saya memang belum pernah membuat
G9 (0,30 logit) keputusan karier sebelumnya, namun saya
yakin mampu melakukannya
G33 (0,04 logit) (Aitem G34)
G34 (-0,43 logit)
G27 (-0,64 logit)
Tingkat S6 (0,30 logit) 8 - Saya ragu dapat mencari solusi terbaik
kekuatan S11 (0,10 logit) apabila terdapat hambatan dalam proses
S36 (0,02 logit) pengambilan keputusan karier (Aitem S6)
S12 (-0,23 logit) - Saya ragu mampu mengerahkan segala daya
upaya untuk bisa menentukan pilihan program
S30 (-0,34 logit)
studi yang tepat untuk saya (Aitem S36)
S23 (0,43 logit)
S17 (-0,48 logit)
S18 (-0,92 logit)

JURNAL PSIKOLOGI 257


ARDIYANTI

Tabel 6. karier siswa ini memberikan hasil yang


Hasil Perhitungan Rating Scale konsisten dan terbukti mengungkap satu
Label Kategori Observed Average konstrak psikologis (unidimensi), yakni
(Nilai rata-rata observasi) efikasi diri dalam pengambilan keputusan
1 -0,93 karier. Dari 36 aitem yang dianalisis
2 -0,28 terdapat 20 aitem yang sesuai model,
3 0,48 dengan koefisien reliabilitas alpha 0,91.
4 1,24 Nilai alpha ini merupakan ukuran relia-
5 2,88 bilitas yang dalam praktek pengukuran-
nya berupa interaksi antara responden dan
Hasil analisis menunjukkan bahwa aitem secara keseluruhan. Hasil koefisien
rata-rata observasi dimulai dari logit -0,93 reliabilitas alpha sebesar 0,91 menunjuk-
untuk pilihan skor 1 (sangat tidak sesuai), kan bahwa skala efikasi diri dalam
-0,28 untuk pilihan skor 2, dan meningkat pengambilan keputusan karier ini memi-
hingga logit 2,88 untuk pilihan skor 5. Dari liki koefisien reliabilitas yang tinggi.
sini terlihat dari pilihan 1 hingga pilihan 5 Artinya, skala ini menghasilkan skor
selalu terjadi kenaikan nilai logit. Adanya pengukuran yang konsisten dan dapat
kenaikan secara monotonik ini menun- dipercaya. Koefisien reliabilitas aitem dan
jukkan bahwa pengukuran telah berlang- respondennya pun tergolong baik, yakni
sung dengan baik. Tidak adanya nilai 0,91 dan 0,91. Hal ini menunjukkan bahwa
yang setara pada kelima opsi ini menun- keduapuluh aitem ini merupakan aitem
jukkan bahwa responden dapat membe- yang berkualitas dan kelompok respon-
dakan dengan jelas antar pilihan jawaban dennya pun menjawab dengan sungguh-
dari sangat tidak sesuai hingga sangat sungguh. Kedua hasil ini semakin mem-
sesuai. perkuat dan menegaskan bahwa skala
efikasi diri dalam pengambilan keputusan
Dalam penelitian ini, dilakukan pula
karier ini memanglah alat ukur yang
analisis menggunakan pendekatan teori
berkualitas karena tidak hanya hasil
tes klasik. Hasilnya, diketahui ada dua
pengukurannya yang dapat dipercaya,
aitem yang gugur, yakni aitem nomor 1
namun juga keduapuluhnya merupakan
dan 21. Kriteria pemilihan aitem menggu-
aitem yang berkualitas.
nakan acuan dari Azwar (2012), yakni
aitem yang baik adalah yang memiliki Berdasarkan hasil analisis mengguna-
besaran indeks daya beda aitem (corrected kan model Rasch dan teori tes klasik,
item-total correlationü1 Ã1 VðYVï1 Ž—•Š—1 •Ž–’- didapatkan nilai koefisien reliabilitas alat
kian, total aitem yang sahih berjumlah 34 ukur yang sama-sama memuaskan yakni
aitem dengan indeks daya beda aitem 0,91 dan 0,942. Artinya, apabila dilihat dari
berkisar dari 0,332 . 0,754. Koefisien segi reliabilitasnya, maka terlihat bahwa
reliabilitas dari skala ini dinyatakan skala efikasi diri dalam pengambilan
dengan nilai alpha Cronbach sebesar 0,942. keputusan karier ini merupakan alat ukur
yang berkualitas karena mampu memberi-
kan hasil pengukuran yang konsisten.
Diskusi Meskipun ada sedikit perbedaan, namun
Berdasarkan hasil analisis dengan hasil perhitungan menggunakan model
pemodelan Rasch, diketahui bahwa skala Rasch dapat dikatakan lebih akurat karena
efikasi diri dalam pengambilan keputusan data responden yang digunakan sudah

258 JURNAL PSIKOLGOI


APLIKASI MODEL RASCH, SKALA EFIKASI DIRI, KARIER SISWA

bebas dari outliers. Sementara teori tes Berdasarkan hasil analisis terhadap
klasik tidak mempertimbangkan adanya keduapuluh aitem yang tepat model,
outliers tersebut dan menganalisis data diketahui bahwa aitem yang paling susah
secara keseluruhan. Berbeda dengan teori disetujui oleh responden adalah aitem L2
tes klasik yang tidak memberikan infor- ž•’•1 ›ŠœŠ—¢Š1 ‹Š•’1 œŠ¢Š1 ž—•ž”1 –Ž—¢žœž—1
masi tentang kesesuaian responden rencana guna membuat keputusan karier yang
dengan model, dalam Rasch model dida- •Ž™Š• . Aitem ini memiliki nilai logit
patkan informasi tentang indeks ketepatan tertinggi di antara aitem-aitem lain, yakni
responden dengan model. Dengan adanya 1,21 logit. Tampaknya, aitem ini menjadi
informasi ini, diketahui adanya pola aitem yang paling sulit disetujui oleh
respon yang tidak konsisten dan tidak responden karena adanya unsur perenca-
wajar pada sekelompok responden. Hal ini naan. Tidak semua orang dapat dengan
menunjukkan adanya indikasi menjawab mudah membuat rencana karier. Selain
asal-asalan pada sekelompok responden. ’•žð1 Š•Š—¢Š1 ”Š•Š1 •Ž™Š• 1 menjadi tambah-
Apabila menggunakan teori tes klasik, an kesulitan dalam menyetujui aitem ini
seluruh data responden diolah tanpa bisa dengan mudah. Hal ini karena ketepatan
diketahui secara akurat konsistensi dan pemilihan jurusan bisa menjadi proble-
kesungguhan responden dalam menja- matika tersendiri. Seseorang dapat saja
wab. Hal ini jelas menunjukkan bahwa menyusun rencana karier, namun apakah
Rasch model memang menghasilkan itu sudah mendukung dirinya dalam
perhitungan yang lebih akurat karena mengambil keputusan karier yang tepat
tidak hanya menganalisis kesesuaian atau belum. Oleh karenanya, tidak mudah
aitem namun juga responden. bagi responden untuk menyetujui aitem
Berdasarkan hasil analisis, ada 16 ini dengan mudah.
aitem yang teridentifikasi tidak tepat Aitem yang paling mudah disetujui
dengan model. Dengan kata lain, keenam- oleh responden adalah aitem S18 Š¢Š1
belas aitem tersebut memiliki ketepatan yakin dapat melakukan berbagai upaya agar
model yang rendah sehingga perlu dapat menentukan pilihan program studi yang
digugurkan. Pada aspek tingkat kesulitan, terbaik untuk œŠ¢Š . Aitem ini memiliki nilai
salah satu aitem yang gugur adalah aitem logitnya paling rendah yakni -0,92.
L1, yakni Ž–’•’‘1™›˜•›Š–1œ•ž•’1–Ž›ž™Š”Š—1 Tampaknya aitem ini mudah disetujui
hal yang sulit bagi saya, namun saya yakin oleh responden karena tidak terlalu
‹’œŠ1 –Ž•Š”ž”Š——¢Š ï Pada aspek rentang spesifik dalam menyebutkan upaya yang
keluasan bidang, salah satu aitem yang dilakukan sehingga para responden dapat
gugur adalah aitem G3, yakni ™Š‹’•Š1 memberikan pemaknaan yang bervariasi
orang tua meminta saya mendaftar pada menurut pandangan pribadi. Artinya,
program studi yang tidak saya minati, saya upaya yang dipikirkan oleh si A ketika
yakin dapat mendiskusikannya dengan orang menjawab belum tentu sama dengan yang
•žŠ1 œŠ¢Š ï1 Pada aspek tingkat kekuatan, dipikirkan si B. Oleh karenanya, respon-
salah satu aitem yang gugur adalah S5, den tidak mengalami kesulitan dalam
yakni •Š—¢Š1 ”˜–Ž—•Š›1 —Ž•Š•’•1 •Š›’1 ˜›Š—•- menyetujui aitem ini karena setiap respon-
orang sekitar tentang prospek karier dari den dapat memaknainya sesuai kondisi
pilihan program studi yang saya minati, tidak diri masing-masing.
menyurutkan langkah saya untuk tetap Besarnya nilai rata-rata responden
–Ž–’•’‘1™›˜•›Š–1œ•ž•’1•Ž›œŽ‹ž• ï dalam skala efikasi diri dalam pengam-

JURNAL PSIKOLOGI 259


ARDIYANTI

bilan keputusan karier ini sebesar 1,09 efikasi diri dalam pengambilan keputusan
logit. Hasil ini menunjukkan kecende- karier. Nilai indeks separasi, baik pada
rungan responden yang lebih banyak aitem dan responden tergolong cukup
menjawab sangat setuju pada pernyataan besar. Hal ini menunjukkan bahwa skala
di berbagai item (untuk aitem unfavorable, ini memiliki kualitas yang baik karena
skoringnya disesuaikan dulu). Responden mampu mengidentifikasi kelompok
nomor 106 memiliki nilai logit tertinggi, responden dan aitem dengan cukup teliti.
yakni 5,46 logit. Hal ini menunjukkan Berdasarkan grafik fungsi informasi
bahwa responden tersebut mempunyai pengukuran, diketahui bahwa pada level
level efikasi diri dalam pengambilan kepu- efikasi diri dalam pengambilan keputusan
tusan karier tertinggi dibanding lainnya. karier yang sedang, informasi yang
Sementara itu, responden nomor 086 diperoleh dari pengukuran sangat tinggi.
memiliki nilai logit terendah yakni, -1,02. Sementara pada level efikasi diri dalam
Hal ini menunjukkan bahwa responden pengambilan keputusan karier yang ren-
tersebut mempunyai level efikasi diri dah dan tinggi, informasi yang diperoleh
dalam pengambilan keputusan karier dari pengukuran tergolong cukup rendah.
terendah dibanding lainnya. Responden Hal ini menunjukkan bahwa instrumen
086 ini lebih banyak menjawab atau skala efikasi diri dalam pengambilan
memberikan respon ke arah tidak setuju. keputusan karier ini menghasilkan infor-
Indeks separasi responden yang masi yang optimal ketika diberikan pada
diperoleh adalah 3,20 dan indeks separasi individu dengan level efikasi diri dalam
aitem adalah 3,15. Menurut Sumintono & pengambilan keputusan karier sedang.
Widhiarso (2014), makin besar nilai Keunggulan lain dari model Rasch
separasi maka kualitas instrumen dalam adalah kemampuannya dalam memverifi-
hal keseluruhan responden dan aitem kasi rating atau peringkat pilihan yang
makin bagus karena mampu mengiden- digunakan apakah sudah jelas atau justru
tifikasi kelompok responden dan aitem. membingungkan responden. Hasil analisis
Apabila dilihat lebih detil menggunakan rating scale menunjukkan bahwa rata-rata
persamaan pemisahan strata (H), maka observasi dimulai dari logit -0,93 untuk
untuk responden H = 4,6 (dibulatkan jadi pilihan skor 1 hingga logit 2,88 untuk
5) dan untuk aitem H = 4,53 (dibulatkan pilihan skor 5. Dari sini terlihat dari
jadi 5). Hasil ini menunjukkan bahwa pilihan 1 hingga pilihan 5 selalu terjadi
responden dapat dibagi ke dalam lima kenaikan nilai logit. Adanya kenaikan
kelompok besar, yaitu kelompok yang secara monotonik ini menunjukkan bahwa
memiliki nilai efikasi diri dalam pengam- pengukuran telah berlangsung yang baik.
bilan keputusan karier sangat tinggi, Responden tidak mengalami kebingungan
tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. dalam memastikan perbedaan antar
Sementara aitem dapat dibagi ke dalam pilihan respon jawaban. Dengan demikian,
lima level berdasarkan tingkat kesulitan- opsi pilihan pada skala efikasi diri dalam
nya untuk disetujui responden, yakni pengambilan keputusan karier ini sudah
sangat mudah, mudah, sedang, sulit, dan tepat digunakan.
dan sangat sulit. Hal ini dapat dimaknai
Berdasarkan hasil analisis diketahui
bahwa aitem-aitem yang digunakan telah
bahwa dari 20 aitem yang sesuai model
secara teliti mampu menilai jawaban
terdapat beberapa aitem yang memiliki
responden, kaitannya dengan konstrak
nilai logit yang sama. Meskipun demikian,

260 JURNAL PSIKOLGOI


APLIKASI MODEL RASCH, SKALA EFIKASI DIRI, KARIER SISWA

aitem tersebut mengukur aspek yang pengambilan keputusan karier siswa ini
berbeda sehingga aitem-aitem tersebut terbukti memberikan hasil yang konsisten
tetap dipertahankan (tidak dieliminasi). dan terbukti mengungkap satu konstrak
Temuan lain yang juga menarik adalah psikologis (unidimensi), yakni efikasi diri
jumlah aitem untuk tiap asepk tidaklah dalam pengambilan keputusan karier.
berimbang. Hal tersebut menjadi catatan Terdapat 20 aitem yang sesuai model,
penting bagi penelitian ini bahwa bobot dengan koefisien reliabilitas instrumen
keterwakilan aitem di tiap aspek berbeda. 0,91 koefisien reliabilitas aitem 0,91, dan
Menurut Azwar (2012), kadangkala bobot koefisien relibilitas responden 0,91. Arti-
tidaklah terlalu dipentingkan dalam nya, skala ini menghasilkan skor pengu-
penyusunan alat ukur, terutama untuk kuran yang konsisten dan dapat dipercaya
konstrak psikologi yang sederhana. dengan kualitas aitem yang baik. Kelima
Sayangnya tidak ada penjelasan lebih alternatif jawaban (sangat tidak sesuai,
lanjut terkait konstrak sederhana ini tidak sesuai, cukup sesuai, sesuai, dan
sehingga tidak dapat dipastikan apakah sangat sesuai) yang tersediapun sudah
efikasi diri dalam pengambilan keputusan tepat digunakan karena responden tidak
karier merupakan konstrak sederhana mengalami kebingungan dalam memasti-
atau tidak. Jika tidak, maka tentu saja kan perbedaan antar pilihan respon
pembobotan aspek ini menjadi hal yang jawaban. Secara keseluruhan dari hasil
krusial. Azwar (2012) juga menjelaskan analisis, dapat disimpulkan bahwa skala
bahwa apabila masing-masing aspek tidak efikasi diri dalam pengambilan keputusan
mempunyai tujuan ukur dan peranan karier ini terbukti memiliki properti
yang berbeda secara spesifik satu sama psikometris yang baik sehingga dapat
lain, maka perbedaan jumlah aitem atau digunakan untuk instrumen dalam ases-
bobot antar aspek tidaklah terlalu dipikir- men maupun penelitian.
kan. Dengan berlandaskan dua penjelasan
ini maka proporsionalitas jumlah aitem Saran
dalam tiap aspek merupakan hal yang
Hasil analisis menunjukkan bahwa
penting, terutama jika terdapat tujuan
setiap aspek dalam skala efikasi diri dalam
khusus yang membedakan antar aspek.
pengambilan keputusan karier ini diwakili
Namun, tidak ada larangan juga untuk
oleh sejumlah aitem yang berbeda jum-
memperhatikan proporsionalitas bobot
lahnya. Aspek tingkat kesulitan diungkap
atau jumlah aitem pada tiap aspek. Hal ini
oleh 5 aitem, aspek rentang keluasan bi-
mengacu pada penjelasan Azwar (2012)
dang 7 aitem, dan aspek tingkat kekuatan
bahwa aspek keperilakuan dari suatu
8 aitem. Untuk penelitian selanjutnya,
atribut psikologi yang diukur belum tentu
disarankan untuk mempertimbangkan
memiliki signifikansi kontribusi yang
proporsionalitas bobot atau jumlah aitem
sama. Suatu aspek yang lebih berperan
dari setiap aspek. Dalam penelitian ini
dan memiliki konstribusi lebih besar
juga belum dilakukan analisis deteksi bias
terhadap atribut haruslah mendapat bobot
pengukuran. Oleh karenanya, bagi peneliti
yang lebih besar pula.
selanjutnya dapat melakukan analisis
deteksi bias pengukuran untuk mengeva-
Kesimpulan luasi apakah aitem yang disusun lebih
memihak atau menguntungkan responden
Berdasarkan hasil analisis dengan dengan karakteristik tertentu atau tidak.
pemodelan Rasch, skala efikasi diri dalam

JURNAL PSIKOLOGI 261


ARDIYANTI

Kepustakaan making self-efficacy. Journal of Career


Development, 33(1), 47-65.
Alagumalai, S., Curtis, D.D., & Hungi, N. https://doi.org/10.1177/08948453062895
(2005). Applied rasch measurement: book 35
of exemplars. Dordrecth: Springer.
Flores, L. Y., Ojeda, L., Huang, Y., Gee, D.,
Argyropoulou, E.P., Sidiropoulou- & Lee, S. (2006). The relation of
Dimakakou, D., & Besevegis, E.G. acculturation, problem-solving
(2007). Generalized self-efficacy, appraisal, and career decision-making
coping, career indecision, and self-efficacy to mexican american high
vocational choice of senior high school œŒ‘˜˜•1 œ•ž•Ž—•œ 1 Ž•žŒŠ•’˜—Š•1 •˜Š•œï
students in greece: implication for Journal of Counseling Psychology, 53(2),
career guidance practitioners. Journal 260-266. http://dx.doi.org/10.1037/0022
of Career Development, 33(4), 316-337. -0167.53.2.260
https://doi.org/10.1177/08948453073004
Germeijs, V., & Verschueren, K. (2006).
12
’•‘1 œŒ‘˜˜•1 œ•ž•Ž—• œ1 ŒŠ›ŽŽ›1 •ŽŒ’œ’˜—-
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi making process : development and
edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. validation of the study choice task
Bandura, A. (1986). Social foundations of inventory. Journal of Career Assessment,
thought and action : A social cognitive 14 (4), 449-471.
theory. New Jersey : Prentice-Hall. https://doi.org/10.1177/10690727062865
Bandura, A. (1997). Self efficacy : the exercise 10
of control. New York : Freeman. Hirschi, A., & Lage, D. (2007). The relation
Betz, N.E., Klein, K., & Taylor, K.M. (1996). of secondary students career choice
Evaluation of a short form of the readiness to a six-phase model of
career decision making self-efficacy career decision-making. Journal of
scale. Journal of Career Assessment, 4(1), Career Development, 34(2), 164-191.
47-57. https://doi.org/10.1177/1069072 https://doi.org/10.1177/08948453073074
79600400103 73

Betz, N.E., & Luzzo, D. (1996). Career Jaffe, D. T., & Scott, C. D. (1991). Career
assessment and the career decision Development for Empowerment in a
self-efficacy scale. Journal of Career Changing Work World. Dalam
Assessment, 4(4), 413-428. Kummerow, J. M. (Ed.). New Directions
https://doi.org/10.1177/10690727960040 in Career Planning (hlm. 33-59).
0405 California: CPP Books.

Bond, T.G., & Fox, C. (2007). Applying the Makransky, G. Rogers, M. E., & Creed, P.
rasch model. Fundamental measurement E. (2015). Analysis of the construct
in the human sciences. New Jersey : validity and measurement invariance
Lawrence Erlbaum. of the career decision self-efficacy
scale: a rasch model approach. Journal
Boone, W.J., Staver, J.R. and Yale, M.S.
of Career Assessment, 23(4), 645-660.
(2014). Rasch Analysis in the Human
http://dx.doi.org/10.1177/106907271455
Sciences. Dordrecht: Springer.
3555
Creed, P., Patton, W., & Prideaux, L.A.
Miguel, J.P., Silva.J.T., & Prieto, G. (2013).
(2006). Causal relationship between
Career decision self-efficacy scale-
career indecision and career decision

262 JURNAL PSIKOLGOI


APLIKASI MODEL RASCH, SKALA EFIKASI DIRI, KARIER SISWA

short form : a rasch analysis of the Sawitri, D. R. (2009). Pengaruh status


portuguese version. Journal of identitas dan efikasi diri keputusan karir
Vocational Behavior, 82(2), 116-123. terhadap keraguan mengambil keputusan
http://dx.doi.org/10.1016/j.jvb.2012.12. karir pada siswa SMA kelas 12. Naskah
001 tidak dipublikasikan, Fakultas Psiko-
Mitchel, J. (2002). Stevens's theory of scales logi, Universitas Indonesia, Depok.
of measurement and its place in Splete, H. , & Pietrofesa, J.J. (1975). Career
modern psychology. Australian Journal Development: Theory and Research. New
of Psychology, 54(2), 99-104. York: Grune and Stratton.
http://dx.doi.org/10.1080/000495302100 Sumintono, B., & Widhiarso, W. (2014).
01706563 Aplikasi model rasch untuk penelitian
Nam, S. K., Yang, E., Lee, S. M., Lee, S. H., ilmu-ilmu sosial. Jakarta: Tim
& Seol, H. (2010). A psychometric Komunikata Publishing House.
evaluation of the career decision self- Taylor, K. M., & Betz, N. E. (1983)
efficacy scale with korean students: a Applications of self-efficacy theory to
rasch model approach. Journal of Career the understanding and treatment of
Development, 38(2), 147-166. career indecision. Journal of Vocational
http://dx.doi.org/10.1177/089484531037 Behavior, 22(1), 63-81.
1374 http://dx.doi.org/10.1016/0001-879
Pappas, T. S., Kounenou, K. (2011). Career (83)90006-4
decision making of greek post Wibisono, S. (2016). Aplikasi model rasch
secondary vocational students: the untuk validasi instrumen pengukuran
impact of parents and career decision fundamentalisme agama bagi
making self-efficacy. Procedia Social and responden muslim. Jurnal Pengukuran
Behavioral Sciences, 15, 3410. 3414. Psikologi dan Pendidikan Indonesia
http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2011. (JP3I), 5(1), 1-30.
04.310
Yulianto, U. (2012). Pengaruh konseling karir
Safaria, T. (2016). Peran efikasi diri, pola secara kelompok terhadap efikasi diri
asuh otoritatif, dan motivasi pengambilan keputusan studi lanjut pada
berprestasi terhadap kematangan siswa SMA. Naskah tidak dipubli-
karir. Jurnal Psikologi, 43(2), 154-166. kasikan, Fakultas Psikologi, Univer-
http://dx.doi.org/10.22146/jpsi.10657 sitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

JURNAL PSIKOLOGI 263

Anda mungkin juga menyukai