1. Pendahuluan
Keterampilan komunikasi memiliki peran penting dalam kehidupan profesional,
termasuk bagi pendidik. Keterampilan komunikasi ilmiah adalah kemampuan membaca
grafik, tabel atau diagram dari hasil percobaan, menjelaskan hasil percobaan, dan mengubah
penyajian data termasuk kemampuan menginterpretasikan grafik, menafsirkan tabel, membuat
grafik, dan membuat tabel. Komunikasi ilmiah dibagi menjadi dua jenis, yaitu komunikasi
ilmiah lisan dan tertulis. Komunikasi ilmiah lisan adalah kemampuan menjelaskan hasil
percobaan atau penelitian, mendiskusikan hasil kegiatan dan kemampuan menyampaikan
laporan secara sistematis. Komunikasi ilmiah tertulis adalah kemampuan untuk mengubah
penyajian data dan menyusun laporan secara sistematis.
Kemampuan komunikasi ilmiah mahasiswa sangat penting untuk dideteksi karena
berkaitan dengan pengembangan soft skill, antara lain kemampuan mengungkapkan solusi
masalah, merangkum data, menginterpretasikan hubungan berbagai variabel, membuat
prediksi dan mengambil keputusan. Selain itu, keterampilan komunikasi tertulis merupakan
alat yang dapat digunakan untuk refleksi dan dapat meningkatkan kemampuan mengubah cara
pandang, memahami materi, dan mengembangkan literasi sains. Soft skill ini penting sebagai
bekal bagi siswa dalam kehidupan masa depannya sebagai guru. Namun saat ini belum pernah
ada evaluasi untuk mengidentifikasi kemampuan komunikasi ilmiah guru fisika prajabatan
UIN Walisongo Semarang. Evaluasi saat ini hanya fokus pada ranah kognitif dan
psikomotorik. Hasil wawancara dengan empat orang dosen fisika UIN Walisongo
menunjukkan bahwa para dosen tersebut belum pernah mengevaluasi kemampuan komunikasi
ilmiah. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa secara keseluruhan kemampuan
komunikasi ilmiah siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan. Hal ini menunjukkan perlunya
evaluasi keterampilan komunikasi ilmiah agar dosen dapat menganalisis kemampuan guru
fisika prajabatan dan melakukan perbaikan yang sesuai.
Salah satu instrumen evaluasi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
keterampilan komunikasi ilmiah adalah Tes Fotiem. Tes fotiem diharapkan dapat membantu
dosen dalam mengidentifikasi keterampilan komunikasi ilmiah bagi guru fisika prajabatan.
Ketika kelemahan guru fisika prajabatan diketahui, dosen dapat mengambil langkah yang
tepat untuk meningkatkan keterampilan komunikasi sehingga akan menghasilkan guru fisika
prajabatan yang kompeten dalam menguasai dan menyampaikan materi.
Dalam penelitian ini dianalisis keterampilan komunikasi ilmiah gerak linier dengan
menggunakan instrumen tes fotiem guru fisika prajabatan UIN Walisongo Semarang.
Metode
Instrumen tes dikembangkan untuk menganalisis keterampilan komunikasi ilmiah guru
fisika prajabatan UIN Walisongo Semarang. Soal yang dikembangkan adalah soal pilihan
ganda yang dilengkapi dengan pilihan alasan dan tingkat keyakinan dalam memilih jawaban
dan alasan.
Sampel yang diambil adalah 116 guru fisika prajabatan, terbagi sebagai berikut: sepuluh
untuk uji lapangan pendahuluan, 23 untuk uji lapangan operasional, dan 83 untuk uji lapangan
utama. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, angket, dan dokumentasi. Pengujian
dilakukan sebanyak dua kali yaitu pengujian lapangan operasional dan pengujian lapangan
utama. Hasil tes pada uji operasional lapangan digunakan untuk menganalisis validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal; sedangkan hasil uji coba lapangan utama
digunakan untuk menganalisis kemampuan komunikasi ilmiah guru fisika prajabatan.
Kuesioner diberikan dua kali, untuk sampel pada uji lapangan pendahuluan dan uji lapangan
utama. Kuesioner uji coba lapangan pendahuluan digunakan untuk mengetahui tanggapan
guru fisika prajabatan terhadap keterbacaan dan konstruksi soal, sedangkan angket uji coba
lapangan utama digunakan untuk mengetahui tanggapan guru fisika prajabatan tentang tes
fotiem. Ada enam item pernyataan dalam angket uji lapangan pendahuluan dan 13 item dalam
angket uji lapangan utama. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang
diperlukan dalam penelitian, seperti daftar nama dan daftar nilai guru fisika prajabatan yang
dijadikan sampel penelitian.
Analisis validitas butir soal menggunakan validitas isi, dengan dua orang dosen
pendidikan fisika sebagai ahli yang memberikan penilaian. Pengujian reliabilitas
menggunakan persamaan Alpha Cronbach. Soal tes juga dianalisis tingkat kesukaran dan daya
beda soal untuk menguji karakteristik butir soal. Hasil tes yang telah dilakukan oleh guru
fisika prajabatan diinterpretasikan terhadap kemampuan komunikasi ilmiah guru fisika
prajabatan UIN Walisongo Semarang. Interpretasi hasil uji fotiem dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Interpretasi Keterampilan Komunikasi Ilmiah
Berdasarkan hasil analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda
soal, terdapat tiga butir soal yang tidak dapat digunakan karena tidak memenuhi syarat
daya beda soal. Jumlah soal yang digunakan sebagai produk akhir tes foto adalah 27
butir soal yang terdiri dari tujuh indikator soal; serta empat indikator dan tiga tingkat
keterampilan komunikasi ilmiah.
2.2. Analisis Keterampilan Komunikasi Ilmiah
Data yang digunakan untuk analisis keterampilan komunikasi ilmiah adalah hasil
tes pada tes lapangan utama, dengan sampel 83 guru fisika prajabatan UIN Walisongo
Semarang. Rekapitulasi rata-rata keseluruhan kemampuan komunikasi ilmiah guru
fisika prajabatan disajikan pada Gambar 1.
3. Kesimpulan
Tes fotiem merupakan instrumen evaluasi yang dapat digunakan untuk menganalisis
kemampuan komunikasi ilmiah. Bentuk soal tes adalah soal pilihan ganda beralasan yang
dilengkapi dengan tingkat kepercayaan dalam memberikan jawaban dan alasan. Produk akhir
yang dihasilkan berjumlah 27 item, terdiri dari tujuh item indikator, empat indikator
keterampilan komunikasi, dan tiga tingkat keterampilan. Soal tes yang dikembangkan berada
pada kategori valid dan reliabel. Satu butir soal termasuk dalam kategori soal mudah dan 26
butir soal sedang. Daya selisih soal tes dibagi menjadi enam butir soal diterima, 11 butir soal
diterima tetapi perlu diperbaiki, dan 10 butir soal dikoreksi. Hasil analisis data menunjukkan
bahwa rata-rata 23,6% guru fisika prajabatan berada pada kategori terampil; 1,2% kurang
terampil tipe 1A; 2,6% kurang terampil tipe 1B; 6,7% kurang terampil tipe 2A; 47,9% kurang
terampil tipe 2B; dan 17,9% tidak terampil. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata
kemampuan komunikasi ilmiah guru fisika prajabatan UIN Walisongo Semarang masih
rendah dan perlu ditingkatkan.