Anda di halaman 1dari 4

WAXING

Fujia Sepia Nuraisya


Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Garut
*email: 24031118107@faperta.uniga.ac.id

ABSTRAK
Pelilinan (waxing) merupakan suatu teknik yang melapisi bagian permukaan buah agar
tetap terjaga kesegarannya dengan menekan angka laju respirasi dan laju transpirasinya. buah
sehingga menambah daya tarik bagi konsumen. Emulsi lilin yang dapat digunakan sebagai
bahan pelapisan lilin harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: tidak mempengaruhi bau dan
rasa terhadap produk yang akan dilapisi, mudah kering, tidak lengket, tidak mudah pecah,
mengkilap dan licin, tidak menghasilkan permukaan yang tebal, mudah diperoleh, harganya
murah, dan tidak bersifat racun. Bahan yang dapat digunakan untuk pelilinan adalag gliserol
yang digunakan dalam praktikum ini. Berdasarkan hasil pengamatan, buah timun yang tidak
diberi perlakuan pelilinan (tanpa gliserol) cenderung terus menerus mengalami susut bobot.
Sedangkan buah timun yang diberi perlakuan pelilinan (dilapisi gliserol) cenderung tidak
mengalami susut bobot yang terlalu tinggi dan cenderung terus menurun besar susut bobotnya.
Gliserol ini mampu memperpanjang umur simpan karena dapat mengurangi laju susut bobot.
Hal ni dikarenakan pelapisan buah timun dengan gliserol mampu menguruangi kehilangan air
pada buah timun. Gliserol ini berfungsi untuk menjaga kelembutan dan kelembaban.
Kata Kunci: Pelilinan, Gliserol, Kadar Air, Susut Bobot

PENDAHULUAN
Perbedaan laju respirasi pada buah-buahan membuat buah digolongkan ke dalam dua
golongan, yaitu buah klimaterik dan non klimaterik. Pada buah klimaterik memiliki laju
respirasi yang relatif cepat sedangkan pada buah non klimaterik proses respirasinya lambat.
Proses terjadinya respirasi akan menyebabkan buah cepat mengalami pembusukan karena
terjadi perombakan senyawa kimia didalam buah.
Pelilinan (waxing) merupakan suatu teknik yang melapisi bagian permukaan buah agar
tetap terjaga kesegarannya dengan menekan angka laju respirasi dan laju transpirasinya.
Pelilinan bertujuan untuk mengganti lapisan lilin yang hilang akibat dari proses mekanik
pemanenan dan menutupi pori-pori yang ada dipermukaan buah karena proses respirasi buah
melalui pori-pori buah. Pelapisan lilin pada permukaan buah dapat mencegah terjadinya
penguapan air (transpirasi) sehingga dapat memperlambat kelayuan, menghambat laju respirasi,
dan mengkilapkan kulit buah sehingga menambah daya tarik bagi konsumen.
Emulsi lilin yang dapat digunakan sebagai bahan pelapisan lilin harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut: tidak mempengaruhi bau dan rasa terhadap produk yang akan
dilapisi, mudah kering, tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tidak
menghasilkan permukaan yang tebal, mudah diperoleh, harganya murah, dan tidak bersifat
racun. Buah yang dilapisi lilin akan lebih mengkilap, dan proses kelayuan dan pengeriputan
pada kulit buah akan dihambat.
Faktor kritis pelilinan buah adalah tingkat ketebalan lapisan lilin. Terlalu tipis lapisan lilin
yang terbentuk di permukaan buah membuat pelilinan tidak efektif, namun bila pelapisan terlalu
tebal akan menyebabkan kebusukan buah, karena kemungkinan terjadinya respirasi anaerob.
Bahan yang dapat digunakan untuk pelilinan adalag gliserol yang digunakan dalam
praktikum ini. Menurut Igue dan Hui (1994) gliserol berfungsi sebagai penyerap air, pembentuk
kristal dan plasticizer. Gliserol merupakan cairan dengan rasa pahit-manis yang memiliki
kelarutan tinggi, yaitu 71 g/ 100g air pada suhu 25oC. Biasanya digunakan untuk mengatur
kandungan air dalam makanan untuk mencegah kekeringan pada makanan.
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan lilin terhadap
kualitas buah-buahan selama penyimpanan pada suhu ruang.
METODE
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Garut
pada tanggal 23 Oktober 2021.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah timun dan gliserol. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital dan kotak kardus.
Prosedur praktikum ini adalah; Pertama buah dibersihkan dan ditimbang sebagai bobot
awal. Kedua buah pisang diberi perlakuan; 1) Kontrol (tanpa pelilinan) dan 2) Dilapisi gliserol
(pelilinan). Ketiga buah timun yang sudah diberi perlakuan disimpan di dalam kotak kardus.
Keempat, kotak kardus berisi buah timun disimpan di suhu ruang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL
Perlakuan Hari Pengamatan
0 2 4 7
Tanpa pelilinan (g) 108,90 104,00 100,80 97,00

Pelilinan (g) 84,40 80,40 77,80 75,40

Proses pelilinan (waxing) adalah suatu proses pemberian lapisan pada permukaan
produk hortilkultura dengan menggunakan emulsi lilin guna mempertahankan kualitas dan
memperpanjang umur simpannya. Pelilinan berfungsi sebagai lapisan pelindung terhadap
hilangnya air dari komoditi dan mengatur kebutuhan oksigen untuk respirasi. Pelapisan dapat
menekan respirasi dan transpirasi dari buah dan sayuran segar, mengurangi kerusakan pasca
panen akibat proses respirasi sehingga komoditi tersebut memiliki umur simpan yang lebih lama
dan nilai jualnya dapat dipertahankan.
Pemberian lapisan lilin dapat dilakukan dengan penghembusan, penyemprotan,
pencelupan (30 detik) atau pengolesan (Pantastico, 1986). Menurut Food and Drug
Administration (FDA) Amerika, seperti dikutip dari Go Ask Alice, Senin (8/2/2010), lapisan
lilin yang banyak dipakai pada buah-buahan berasal dari bahan alami (non petroleum-based)
dan aman dipakai untuk semua jenis makanan.
Berdasarkan hasil pengamatan, buah timun yang tidak diberi perlakuan pelilinan (tanpa
gliserol) cenderung terus menerus mengalami susut bobot. Sedangkan buah timun yang diberi
perlakuan pelilinan (dilapisi gliserol) cenderung tidak mengalami susut bobot yang terlalu tinggi
dan cenderung terus menurun besar susut bobotnya. Gliserol ini mampu memperpanjang umur
simpan karena dapat mengurangi laju susut bobot. Hal ni dikarenakan pelapisan buah timun
dengan gliserol mampu menguruangi kehilangan air pada buah timun. Gliserol ini berfungsi
untuk menjaga kelembutan dan kelembaban. Menurut Igue dan Hui (1994) gliserol berfungsi
sebagai penyerap air, pembentuk kristal dan plasticizer. Gliserol merupakan cairan dengan rasa
pahit-manis yang memiliki kelarutan tinggi, yaitu 71 g/ 100g air pada suhu 25oC. Biasanya
digunakan untuk mengatur kandungan air dalam makanan untuk mencegah kekeringan pada
makanan. Semakin banyak gliserol maka kadar air akan meningkat, sehingga susut bobot karena
kehilangan air dapat diatasi.
Perlambatan laju perubahan fisiologis dimungkinkan karena laju repirasi relative rendah
akibat pelapisan yang diberikan pada buah. Laju perubahan fisiologis juga mencerminkan laju
desintegrasi jaringan buah yang mengarah pada perubahankekerasan atau tekstur (Wills et al.,
1998). Kader (2005) menyebutkan bahwa ketebalan lapisan dari bahan pelapis adalah factor
kritis yang berpengaruh terhadap respirasi dan kerusakan buah. Pelapisan harus dapat
menciptakan pertukaran gas di mana terjadi penurunan konsentrasi dan peningkatan di
dalam buah yang dapat menyebabkan penurunan laju respirasi. Namun, bila pelapisan cukup
tebal dapat mengakibatkan kondisi terjadinya respirasi anaerobic sebagai akibat ketidak
cukupan konsentrasi untuk melaksanakan respirasi normal atau aerobic. Disebutkan, kondisi
anaerobic dapat menyebabkan kerusakan fisiologis yang menurunkan integritas jaringan
sehingga tingkat kekerasan menurun.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelilinan (waxing) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
memperpanjang daya simpan buah timun.
2. Bahan yang digunakan untuk proses pelilinan dalam praktikum ini adalah
gliserol.
3. Gliserol mampu memperpanjang umur simpan karena dapat mengurangi laju susut
bobot. Hal ni dikarenakan pelapisan buah timun dengan gliserol mampu menguruangi
kehilangan air pada buah timun.
4. Keuntungan dari proses pelilinan yang dilakukan pada buah dapat memberikan
penampilan yang lebih menarik karena dapat memberikan kesan mengkilat pada
buah dan mutu produk hasil pertanian memiliki daya simpan yang lebih lama
5. Faktor konsentarsi pelilinan yang digunakan pada buah juga memengaruhi mutu
buah. Jika lapisan terlalu tipis maka usaha dalam menghambatkan respirasi dan
transpirasi kurang efektif. Jika lapisan terlalu tebal maka kemungkinan hampir
semua pori-pori komoditi akan tertutup. Apabila semua pori-pori tertutup maka
akan mengakibatkan terjadinya respirasi anaerob, yaitu respirasi yang terjadi
tanpa menggunakan O2 sehingga sel melakukan perombakan di dalam tubuh
buah itu sendiri yang dapat mengakibatkan proses pembusukan lebih cepat dari
keadaan yang normal.
6. Pemberian lapisan lilin dapat dilakukan dengan penghembusan, penyemprotan,
pencelupan (30 detik) atau pengolesan.
DAFTAR PUSTAKA

Amiarsi,D.,Mulyawanti,i. 2013 “Pengaruh Metode Pembekuan Terhadap Karakteristik


Irisan Buah Mangga Beku Selama Penyimpanan (Effect of Freezing Method On
Carakteristik Of Fruit Slince Of Mango During Stroge). “ Jurnal: J. Hort 23(3) :
255-262

Dewanto, K. 2012. Pelilinan Produk Holtikultura.


http://kenzhi17.blogspot.com/2012/12/pelilinan-produkhortikultura.html. [1
November 2021].
Dwiari, Sri Rini. dkk. 2008. Teknologi Pangan Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.

Ifmalinda.,Chatib,OC,. 2017. “Pemberdayaan Masyarakat Tani Melalui Penerapan


Teknik Pascapanen Dengan Teknik Pelilinan Pada Buah Tomat Dinegara
Tanjung Bonai Kecamatan Lintai Buo Utara Kabupaten Tanah Datar.”Jurnal:
Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol 1 No.2 ISSN: 2579-6283.
Kartasapoetra, A. G. 1994. Teknologi Penanganan Pascapanen. Jakarta. Bina Aksara. Hlm 17-
18.

Muchtadi, D. 1992. Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-buahan. Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan
Dan Gizi. IPB Press. Bogor.

Pantastico, E.B. 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan, dan Pemanfaatan Buah-buahan dan
Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press.

Santoso, B. 2007.Fisiologi dan Biokimia Pada Komoditi Panenan Hortikultura. Universitas


Mataram.Mataram.

Susanto, T. dan B. Saneto,1994.Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian.Bina Ilmu, Surabaya.

Susanto,S.,Inkorisa,D.,Hermansyah,D.,2017. “ Pelilinan Efektif Memperpanjang Masa


Simpan Buah jambu Biji (Psidium guajava L.)”.Jurnal: J.Hort.Indonesia hal 9
volume (1): 19-26.
Tensiska, M.M., dan Y. Cahyana. 2010. Biokimia Pangan 1. Penerbit Widya Padjajaran,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai